Anda di halaman 1dari 18

6

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Persalinan
1. Pengertian persalinan
Persalinan adalah proses pengeluaran hasil konsepsi (janin dan urin)

yang telah cukup bulan atau dapat hidup diluar kandungan melalui jalan

lahir atau melalui jalan lain, dengan bantuan atau tanpa bantuan (kekuatan

sendiri). Persalinan merupakan sebuah pengeluaran hasil konsepsi yang

dimulai dengan secara spontan dengan presentasi belakang kepala pada

usia kehamilan 37-42 minggu. Waktu yang diperlukan selama 18 jam

kurang dari 24 jam tanpa komplikasi apapun.(1)


2. Teori terjadinya persalinan
Ada beberapa teori tentang mulainya persalinan yaitu : penurunan

kadar progesteron, teori oxytosin, peregangan otot-otot uterus yang

berlebihan (Destended uterus), pengaruh janin, dan teori prostaglandin.(2)


Sebab terjadinya partus sampai kini masih merupakan teori-teori yang

kompleks, faktor-faktor hormonal, pengaruh prostaglandin, struktur

uterus, sirkulasi uterus, pengaruh syaraf dan nutrisi disebut sebagai faktor-

faktor yang mengakibatkan partus mulai. Perubahan-perubahan dalam

biokimia dan biofisika telah banyak mengungkapkan mulai dari

berlangsungnya partus, antara lain penurunan kadar hormon estrogen dan

progesteron. Seperti diketahui progesteron merupakan penenang bagi otot-

otot uterus. Menurunnya kadar kedua hormon ini terjadi kira-kira 1-2
7

minggu sebelum partus dimulai. Kadar prostaglandin dalam kehamilan

dari minggu ke15 hingga aterm meningkat, lebih-lebih sewaktu partus.

Seperti telah dikemukan,”plasenta menjadi tua” dengan tuanya kehamilan.


Keadaan uterus yang terus membesar dan menjadi tegang mengakibatkan

iskemia otot-otot uterus. Hal ini dapat mengganggu sirkulasi

uteroplasenter sehingga plasenta mengalami degenerasi. Teori

berkurangnya nutrisi pada janin dikemukakan oleh hypocrates untuk

pertama kalinya. Bila nutrisi pada janin berkurang maka hasil konsepsi

akan segera dikeluarkan.(2)


3. Faktor-faktor yang mempengaruhi persalinan
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses persalinan ada 5 hal yaitu :(1)
a. Tenaga atau kekuatan (power) : His (kontraksi uterus), kontraksi otot

dinding perut, kontraksi diafragma pelvis, ketegangan kontraksi

ligamentum rotundum, efektifitas kekuatan mendorong dan lama

persalinaan.
b. Janin (passanger) : letak janin, posisi janin, presentasi janin dan letak

plasenta.
c. Jalan lahir (passage) ukuran dan tipe panggul, kemampuan serviks

untuk membuka, kemampuan kanalis vaginalis dan introitus vaginalis

dan introitus vagina untuk memanjang.


d. Kejiwaan (psyche): persiapan fisik untuk melahirkan, pengalaman

persalinan, dukungan orang terdekat dan intregitas emosional


e. Penolong: Kesiapan alat dan tenaga medis yang akan membantu

jalannya persalinan.(1)
4. Kriteria persalinan normal
Persalinan normal atau eutosia adalah proses kelahiran janin pada usia

cukup bulan (aterm/37-42 minggu), pada letak memanjang dan presentasi


8

kepala yang disusul dengan pengeluaran plasenta dan seluruh proses

kelahiran itu berakhir dalam waktu kurang dari 24 jam (antara 12-18 jam)

tanpa tindakan/pertolongan dan tanpa komplikasi, Kriteria persalinan

normal yaitu (5)


a. Kehamilan ibu telah cukup bulan atau aterm, yaitu antara 37-42

minggu pada saat terjadi proses keluarnya bayi.


b. Kelahiran berlangsung spontan, yaitu kelahiran dengan tenaga

mengejan dari ibu, tanpa membutuhkan bantuan alat apapun seperti

vakum atau forcep : dengan presentasi belakang kepala (letak belakang

kepala/lbk)
c. Proses persalinan berlangsung antara 12-18 jam. (Ibu yang pernah

melahirkan/multipara membutuhkan waktu kurang lebih 18 jam).


d. Tidak terdapat komplikasi atau masalah yang terjadi pada ibu maupun

bayinya.

5. Tanda-tanda persalinan
Tanda –tanda persalinan akan berlangsung apabila terjadi :(1)
a. His persalinan
b. Pengeluaran pembawa tanda
c. Pendataran/pembukaan serviks uteri/leher rahim
d. Pengeluaran cairan
6. Tahap-tahap persalinan
Untuk membantu penolong persalinan/petugas kesehatan, maka proses

persalinan dibagi menjadi 4 tahap atau yang lebih dikenal dengan istilah

kala, yaitu :(1)


a. Kala 1 atau kala pembukaan/pematangan serviks, yaitu dari saat mulai

terbukanya saluran leher rahim/serviks uteri sampai pembukaan

lengkap.
9

b. Kala II atau kala pengeluaran, yaitu sejak pembukaan lengkap sampai

lahirnya bayi.
c. Kala III atau kala pelepasan uri/kala uri/kala pelepasan plasenta, yaitu

dari saat lahir bayi sampai keluarnya plasenta


d. Kala IV atau observasi paska persalinan, yaitu sejak plasenta

dilahirkan sampai satu jam sesudahnya.

B. Kala 1 persalinan
1. Pengertian Kala 1 aktif
Kala 1 adalah tahap awal dimulainya periode internatal yang dimulai

sejak terjadinya kontraksi uterus yang teratur dengan diikuti proses

pematangan dan delatasi serviks sampai pembukaan lengkap.(8)


Persalinan dianggap “Normal” bila kehamilan pada usia aterm, tidak

terjadi komplikasi baik pada ibu maupun janin, jumlah janin tunggal,

presentasi puncak kepala, dan selesai dalam waktu kurang dari atau sama

dengan 24 jam untuk primi para dan 17-18 jam untuk multipara. (8)
Proses persalinan normal berlangsung sangat konstan ditandai dengan

kemajuan kontraksi yang teratur, perubahan serviks secara progresif mulai

melunak (matang), mendatar, menipis dan berdeletasi serta kemajuan

penurunan bagian presentasi.(8)


2. Fase-fase dalam kala 1
Kala pembukaan dibagi ada 3 fase, yaitu :
a. Fase laten, pembukaan dari 0 sampai 3-4 cm, yang berlangsung sekitar

8 jam
Fase laten dimulai dengan kontraksi teratur, yang umumnya

masih lemah dan jarang. Ibu masih merasa mampu mempertahankan

koping atas rasa nyeri yang dialaminya. Ibu mulai menyadari bahwa
10

kehamilan akan berakhir dan persalinaan akan segera dimulai.

Meskipun ibu tanpa cemas, ibu mampu mengenali dan

mengungkapkan perasaan kecemasannya.(5)


Kontraksi uterus menjadi mulai jelas selama fase laten ini

disertai peningkatan frekuensi, durasi, dan intensitasnya. Kontraksi

dimulai dari kontraksi ringan yang berlangsung 15 sampai 20 detik

dengan frekuensi 10 sampai 20 menit dan mengalami kemajuan

menjadi kontraksi sedang yang berlangsung 30 sampai 40 detik

dengan frekuensi 5 sampai 7 menit. Serviks uteri mulai berdilatasi dan

mengalami pendataran penipisan serviks, janin mulai turun meskipun

sedikit. Fase laten pada kala I ini rata-rata berlangsung sekitar 8,6 jam

tetapi tidak lebih dari 20 jam. Fase laten pada ibu multipara, rata-rata

berlangsung sekitar 5,3 jam tidak seharusnya tidak lebih dari 14 jam.

(5)
Pembukaan serviks (effacement) pada primipara berbeda

dengan multipara, penyebabnya dapat dijelaskan pada tabel berikut

ini :

Tabel 2.1
Perbedaan pembukaan seviks antara primipara dan multipara

Primipara Multipara
11

Pada primipara terjadi penipisan seviks Pada multipara, serviks telah lunak akibat
dahulu sebelum terjadi pembukaan. persalinan sebelumnya, sehingga langsung
terjadi proses penipisan dan pembukaan.

Pada primipara, sebelum internum Pada multipara, ostium internum dan eksternum
membuka lebih dahulu dari pada ostium membuka bersamaan (pada pemeriksaan
eksternum (apabila dilihat melalui inspekulo, ostiumn tampak berbentuk seperti
pemeriksaan inspekulo, ostium tampak garis lebar), yang dapat dijelaskan sebagai
berbentuk seperti lingkaran kecil ditengah), berikut : pembukaan leher rahim dari bagian
yang dapat dijelaskan sebagai berikut: atas dan bagian bawah terjadi serentak.
pembukaan leher rahim/serviks mulai dari Pendataran leher rahim dan pembukaan pintu
atas dan berlangsung-angsur ke bawah luar rahim terjadi serentak.
sehingga leher rahim makin lama makin
menjadi pendek (leher rahim mendatar)
.Setelah leher rahim menghilang yaitu
setelah pendataran leher rahim 100%,
maka baru pintu luar rahim mulai
membuka

Periode kala I pada primipara lebih lama, Periode kala I multipara lebih cepat, kerana
kerana pematangan dan pelunakan serviks telah serviks telah lunak pada persalinan
pada fase laten-nya memerlukan waktu sebelumnya.
lebih lama.

b. Fase aktif, pembukaan dari 3-4 cm sampai 9-10 cm, yang berlangsung

sekitar 6 jam. Fase aktif sendiri terbagi menjadi :


1) Fase akselerasi (sekitar 2 jam ), pembukan 3 cm sampai 4 cm.
Yaitu dalam watu 2 jam pembukaan dari 3 cm menjadi 4 cm.

kecepatan pembukaan pada fase aktif 1,2 cm per jam untuk

primipara dan 1,5 cm per jam untuk multipara.(12)

2) Fase dilatasi maksimal


Adalah fase dengan pembukaan tercepat yaitu dalam waktu 2 jam

dari pembukaan 4 cm menjadi 9 cm.


3) Fase deselerasi (sekitar 2 jam),
12

Adalah fase perlambatan, dalam fase ini pembukaan mengalami

perlambatan lagi, dalam waktu 2 jam dari pembukaan 9 cm

menjadi lengkap.
c. Fase transisi (peralihan), pembukaan dari 9 samapai lengkap.
Fase transisi merupakan fase terakhir pada kala I persalinan dengan

pembukaan lengkap.(5,8)
C. Nyeri
1. Pengertian
Nyeri adalah pengalaman sensori dan emosional yang tidak

menyenangkan yang terkait dengan adanya kerusakan jaringan aktual

maupun potensial. Secara umum, nyeri diartikan sebagai keadaan yang

tidak nyaman akibat terjadinya rasanggan fisik maupun dari serabut dalam

saraf ke otak dan diikuti oleh reaksi fisik, fisiologis, maupun emosional.

Terdapat pula menggambarkan nyeri sebagai suatu kontraksi uterus yang

dapat mengakibatkan peningkatan aktifitas sistem saraf simpatis.(1,5)


2. Klasifikasi Nyeri
Nyeri dibagi menjadi 2 klasifikasi, yaitu nyeri akut dan nyeri kronis.

Nyeri akut merupakan nyeri yang timbul secara mendadak dan cepat

menghilang, tidak melebih enam bulan serta ditandai dengan adanya

peningkatan tegangan otot/ sedangkan nyeri kronis merupakan nyeri yang

timbul secara berlahan-lahan biasanya berlangsung dalam waktu cukup

lama, yaitu biasanya lebih dari enam bulan.(5)


3. Fisiologi Nyeri Persalinan
Fisiologi nyeri persalinan meliputi :(8)
a. Tidak nyaman neurologis (Nyeri Kala 1)
Rasa tidak nyaman selama persalinan kala pertama disebabkan oleh

dua hal yaitu penipisan dan dilatasi serviks serta iskemia rahim
13

(penurunan aliran darah sehingga oksigen lokal mengalami defisit)

akibat kontraksi miometrium. Impuls rasa nyeri pada tahap pertama

persalinan ditransmisikan melalui saraf spinalis (T11-12).(12)


b. Rasa tidak nyaman neurologis (Nyeri kala II)
Pada kala II, persalinan utamanya pada pengeluaran bayi ibu

mengalami nyeri somatik atau nyeri pada perineum. Nyeri ini

disebabkan oleh karena peregangan perineum, tarikan uteroservikal,

tekanan bagian presentasi terhadap jalan lahir, penggunaan alat seperti

forsep bila partus dengan bantuan atau setruktus lain yang sensitif

terhadap nyeri. Nyeri persalinan kala II dihantar melalui serum 1-4 dan

sisten parasimpatis jaringan perineum. Nyeri yang dialami pada

persalinan kala III ialah nyeri rahim mirip dengan nyeri pada kala I

persalinan, nyeri dapat bersifat lokal yang disertai kram serta sensasi

robekan akibat distensi, laserasi serviks dan vagina. Sensasi nyeri

digambarkan seperti terbakar pada saat jaringan meregang, nyeri juga

dapat menjalar pada daerah punggung, pinggang dan paha.(8)


c. Ekspresi nyeri
Sensasi nyeri akibat respons psikis dan reflek fisik, kualitas nyeri fisik

dinyatakan sebagai nyeri tusukan, nyeri terbakar, rasa sakit, denyutan,

sensasi tajam rasa mual dan kram.(8)


d. Persepsi nyeri
Walau ambang nyeri hampir sama pada semua individu tanpa

memandang jenis kelamin, sosial, etnik, atau perbedaan kultural, tetapi

perbedaan-perbedaan ini memainkan peran penting dalam persepsi

nyeri tiap individu. Arti nyeri dan ekspresi verbal maupun non verbal
14

tentang nyeri tampaknya dipelajari dari interaksi dalam kelompok

sosial primer. Pengaruh budaya dapat menimbulkan harapan yang

tidak realistis. Pengalaman nyeri persalinan dapat mempengaruhi

persepsi wanita tentang nyeri persalinan karena wanita primipara

mengalami proses persalinan yang lebih panjang, mereka merasa lebih

letih.(8)

4. Faktor-faktor pengaruh terhadap nyeri


Faktor-faktor yang mempengaruhi nyeri :
a. Usia
Faktor usia sangat mempengaruhi respon seseorang terhadap sensasi

nyeri. Usia dewasa mengambarkan kematangan dalam pola berfikir

dan bertindak. Respon fisiologis yang ditampilkan oleh ibu melahirkan

tergantung dari tingkat nyeri. Gambaran tersebut menyebabkan ada

perbedaan pemahaman nyeri selama bersalin. Ibu melahirkan di usia

dewasa kadang melaporaan nyeri jika sudah patologis dan mengalami

kerusakan fungsi. Ibu melahirkan di usia muda akan mengungkapkan

nyeri sebagai sensasi yang sangat menyakitkan disetiap fase

persalinan.(3)
b. Kultur
Orang belajar dari budayanya, bagaimana seharusnya mereka berespon

terhadap nyeri misalnya suatu daerah menganut kepercayaan bahwa

nyeri adalah akibat yang harus diterima sebagai seorang wanita.

Wanita itu adalah orang yang harus menjalani fsiologi reproduksinya


15

sehingga wajar menerima apapun yang terjadi selama hamil dan

melahirkan.(3)
c. Makna nyeri
Makna nyeri berhubungan dengan pengalaman seseorang terhadap

nyeri dan bagaimana mengatasinya. Jika riwayat persalinan ibu

sebelumnya pernah mengalami sensasi nyeri yang begitu tidak

menyenangkan maka persalinan saat ini, nyeri bisa dipersepsikan

sebagaimana nyeri sebelumnya. Seseorang yang pernah behasil

mengatasi nyeri dimasa lampau, dan saat ini nyeri yang sama timbul,

maka ia akan lebih mudah mengatasi nyerinya. Mudah tidaknya

sesorang mengatasi nyeri tergantung pengalaman dimasa lalu dalam

mengatasi nyeri.(3)
d. Perhatian
Klien yang memfokuskan perhatiannya pada nyeri dapat

mempengaruhi persepsi nyeri. Perhatian yang meningkat dihubungkan

dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya distraksi dihubungkan

dengan respon nyeri yang menurun.(3)


e. Ansietas
Cemas dengan nyeri adalah hubungan timbal balik. Cemas

meningkatkan persepsi terhadp nyeri dan nyeri bisa menyebabkan

seseorang cemas. Dampak dari cemas sendiri terhadap impuls syaraf

parasimpati yang merangsang kelenjar adrenal bagian medulla

mensekresi hormon katekolamin. Katekolamin menyebabkan

vasokontriksi vaskuler. Sehingga sirkulasi menjadi terganggu dan


16

asupan oksigen ke jaringan berkurang menimbulkan sensasri nyeri

semakin kuat.(7)

f. Pola koping
Pola koping adaptif akan mempermudah seseorang mengatasi nyeri

dan sebaliknya pola koping yang maladaptif akan menyulitkan

sesorang mengatasi nyeri. Orang akan cenderung melukai dirinya dan

menyalahkan kondisi saat ini.


g. Suport keluarga dan sosial
Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota

keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan dan

perlindungan. Perhatian khusus dibutuhkan oleh seorang ibu disaat

melahirkan untuk menurunkan tingkat kecemasannya dan memenuhi

kebutuhan fisik ibu.(3)


5. Pengukuran Intensitas Nyeri
Pengukuran tipe nyeri bervariasi. Ada 3 tipe pengukuran nyeri : (3)
1. Pengukuran nyeri berdasaran catatan klien (self report measure)
Self-report dianggap sebagai standar yang baik untuk

pengukuran nyeri karena konsisten terhadap definisi/makna nyeri itu

sendiri. Pengukuran ini dilakukan dengan meminta klien untuk menilai

sendiri rasa nyeri yang dirasaan apakah nyeri yang berat (sangat

nyeri), nyeri sedang dan nyeri ringan. Alat skala metrik dalam self-

report measure adalah verbal rating scale (VRS), Verbal Descriptor

Scale (VDS), Verbal analog scale (VAS), dan alat ukur skala nyeri

lainnya. Gambaran skala pengukuran metrik :


a. Verbal rating scale (VRS)
17

VRS adalah alat ukur yang menggunakan kata sifat untuk

menggambarkan level intensitas nyeri yang berbeda dengan

rentang dari tidak nyeri sampai nyeri hebat (extreme pain).


b. Verbal Desciptor scale (VDS)
Skala descriptor merupakan alat pengukuran tingkat keparahan

nyeri yang lebih obyektif, merupakan sebuah garus yang terdiri

dari 3 sampai 5 kata pendekripsi yang tersusun dengan jarak

yang sama disepanjang garis.


c. Visual analog scale (VAS)
Visual analog scale (VAS) adalah alat ukur lainnya yang

digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus

meliputi 10-15 cm garis, dengan setiap ujungnya ditandai dengan

level intensitas nyeri, ujung kiri diberi tanda tidak ada nyeri dan

ujung kanan diberi tanda nyeri hebat. Skala ini memberi klien

kebebasan penugasan untuk mengidentifikasi keparahan nyeri.


2. Pengukuran nyeri dengan observasi (Observational measure)
Pengukuran nyeri dengan observasi adalah metode lain dari

pengukuran skala nyeri. Pengukuran ini biasanya berkaitan dengan

tingkah laku penderita selama mengalami nyeri.

3.Pengukuran fisiologis
Bentuk respon yang ditampilkan ibu selama proses persalinan

bervariasi sesuai dari efek rangsangan syaraf simpatif dan

parasimpatis. Respon nyeri akibat perubahan biologis dapat digunakan

sebagai pengukuran tidak langsung pada nyeri akut.


4.Numeric Rating Scale (NRS)
18

Salah satu cara untuk mengukur tingkat nyeri adalah dengan

menggunakan skala nyeri Numeric Rating Scale (NRS) merupakan alat

pengukuran tingkat nyeri yang lebih obyektif dan paling efektif

digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi

terapeutik yang terdiri dari skala 0 sampai 10 dengan kualitas nyeri

sebagai berikut :(3)


Tabel 2.2
Tipe Skala Nyeri

Skala nyeri Keterangan Nyeri Kualitas nyeri


0 Tidak nyeri Terasa normal
1 Sangat ringan Nyeri hamper tidak terlihat, seperti gigitan
nyamuk.
2 Tidak nyaman Nyeri ringan seperti dicubit lipatan kulit antara
ibu jari dan jari telunjuk dengan tangan yang
lain.
3 Dapat ditoleransikan Nyeri sangat terlihat seperti memotong dengan
sengaja, atau saat dokter memberikan
suntikan. Serta secara obyektif klien dapat
berkomunikasi dengan baik
4 Menyedihkan Lebih kuat, rasa sakit yang mendalam seperti
ada gigitan rata, rasa sakit awal dari sangatan
labah atau adanya trauma bagian tubuh seperti
dikaki ditusuk dengan sangat keras.
5 Sangat menyedihkan Kuat dan sangat dalam menusuk rasa sakit
dibagian pergelangan kaki terkilir ketika
subyek berdiri di salah satu nyeri punggung
6 Intens Menusuk rasa sakit menyebabkan subjek
berfikir agak tidak jelas.
7 Sangat intens Sama seperti skala 6 tetapi terasa lebih kuat
dan subyek tidak dapat berfikir secara jernih.
8 Benar mengerikan Nyeri lebih kuat, subyek tidak dapat berfikir
dengan jelas, dan sering kali mengalami
perubahan jika nyeri itu hadir
9 Menyiksa tak terhingga Nyeri yang begitu sangat kuat dan subyek
tidak mentolerin. Sakit sangat menyiksa dan
tidak tertahankan
10 Tak terbayangkan Nyeri sangat kuat seperti mengalami
kecelakan parah, bahkan bisa hingga tidak
sadarkan diri.
19

Keterangan Nyeri :

a. Tidak nyeri (skala nyeri 0)


b. Nyeri Ringan (skala nyeri 1 sampai 3 )
c. Nyeri sedang (skala nyeri 4 sampai 6)
d. Nyeri Berat (skala 7 sampai 9)
e. Nyeri sangat berat (skala 10)
6. Penatalaksanaan nyeri
Cara untuk mengatasi nyeri persalinan dibagi menjadi dua yaitu secara

farmakologi (menggunakan obat-obataan) dan cara non-farmakologi

(tanpa obat-obatan). Secara farmakologi biasanya dengan menggunakan

pemberian obat secara analgetik untuk mengurangi nyeri persalinaan dan

harus sesuai dengan instruksi dari medis bahkan untuk biayanya sendiri

lumayan cukup mahal. Sedangkan secara non-farmakologi bisa dengan

menggunakan teknik nafas dalam dan relaksasi. Teknik nafas dalam yaitu

cara yang dilakukan untuk rileks dengan cara bernafas lambat (menahan

inspirasi secara maksimal) dan menghembuskannya secara perlahan,

relaksasi dalam persalinan adalah suatu keadaan rileks yang dapat

membuat sirkulasi darah rahim, plasenta, dan janin menjadi lancar

sehingga kebutuhan oksigen dan makanan si kecil terpenuhi, yang bersifat

murah, simpel, efektif tanpa efek yang merugikan dan dapat meningkatkan

kepuasan selama persalinan karena ibu dapat mengontrol perasaannya dan

kekuatannya selain teknik nafas dalam dan relaksasi dapat dilakukan

dengan teknik effleurage massage. (8,5)

D. Teknik Effleurage Massage


1. Pengertian
20

Massage dalam bahasa Arab dan Perancis berarti menyentuh atau

meraba. Dalam bahasa Indonesia disebut sebagai pijat atau urut. Selain itu

massage dapat diartikan sebagai pijatan yang telah disempurnakan dengan

ilmu-ilmu tentang tubuh manusia atau gerakan-gerakan tangan yang

mekanis terhadap tubuh manusia dengan mempergunakan bermacam-

macam bentuk pegangan atau teknik.(7)


Massage atau masase adalah melakukan tekanan tangan pada jaringan

lunak, biasanya otot, atau ligamentum, tanpa menyebabkan gerakan atau

perubahan posisi sendi untuk meredahkan nyeri, menghasilkan relaksasi

dan atau memperbaiki sirkulasi. Massase adalah terapi nyeri yang paling

primitif dan menggunakan refleks lembut manusia untuk menahan,

menggosokan atau meremaskan bagian tubuh yang nyeri.(7)


Effleurage adalah teknik pemijatan berupa usapan lembut, lambat dan

panjang atau tidak putus-putus. Tindakan ini dengan cara mengusap-usap

abdomen secara perlahan seirama dengan pernafasan saat kontraksi yang

digunakan untuk menggangu ibu supaya ibu tidak memusatkan

perhatiannya pada kontraksi. Effleurage dapat juga dapat menurunkan

tekanan darah, meningkatkan pernafasan, memperlambat denyut jantung,

dan merangsang produksi hormone endorphin yang menghilangka rasa

sakit secara alamiah.(5)


2. Efek Effleurage massage
Efek terapi massage effleurage adalah dapat melancarkan peredaran

darah terutama peredaran vena (pembuluh balik) dan peredaraan getah

bening (air limpa), dapat menghancurkan pengumpalan sisa-sisa


21

pembakaran di dalam sel otak yang telah mengeras yang disebut

miogelosis (asam laktat), serta dapat memberikan perasaan nyaman dan

kehangatan bagi tubuh dan dapat membantu pembentukan (absorpsi) pada

bekas luka.(7)

Gambar 2.1
Teknik massage effleurage

3. Prosedur Effleurage Massage


Langkah-langkah melakukan teknik effleurage massage dengan

menggunakan kedua telapak tangan dengan usapan yang ringan, tekanan

yang dangkal dan dalam dengan pola gerakan melingkar kearah abdomen

bagian bawah di atas simphis pubis, ditekan dengan lembut dan ringan dan

tanpa tekanan yang kuat, usahakan ujung jari tidak lepas dari permukaan

kulit. Pemijatan effleurage massage dapat dilakukaan beberapa kali saat

memijat harus diperhatikan respon ibu apakah tekanan sudah tepat atau

belum.(6)
Terapi effleurage massage dengan tangan menggosokan secara supel

menuju ke arah jantung (sentripetal) dengan dorongan dan tekanan yang


22

lembut. Tetapi boleh juga menuju menyamping (sentrifugal) misalnya

gosokan di daerah dada, perut dan sebagainya. Teknik Effleurage

dilakukan pada permulaan massage dosis 5 kali dan penutup massage

dosis 3 kali baik sebagian maupun untuk seluruh tubuh. Effleurage yang

dilakukaan pada daerah anggota gerak (extremitas) selalu dengan

dorongan dan tekanan yang baik untuk setiap gosokan harus berakhir pada

kelenjar limfe (pada ketiak untuk anggota gerak atas dan lipatan paha

untuk anggota gerak bawah).(7)


Effleurage massage mempunyai berbagai variasi antara lain sebagai

berikut dengan gosokan yang mempergunakan telapak tangan dilakukan

dengan tekanan yang dangkal (super facial stroking), dengan

menggunakan pangkal tangan lapak tangan dilakukan dengan tekanan

yang dalam, dengan menggunakan punggung kepalan tangan pada otot-

otot yang besar dan lebar daerah pinggang dan punggung dilakukan

dengan tekanan yang dalam, dengan menggunakan kedua ibu jari.(7)


4. Kelebihan Teknik Effleurage Massage
Kelebihan dari effleurage massage ini selain aman dan dapat

menggurangi nyeri persalinan kala I aktif, effleurage massage ini tidak

menggunakan banyak alat dan biaya yang mahal untuk melakukannya.

Effleurage massage ini juga memiliki efek samping dapat mengurangi

nyeri persalinan pada ibu primigravida kala I aktif saat terjadi kontraksi

(6)
23

Anda mungkin juga menyukai