Anda di halaman 1dari 6

SKENARIO PERSIDANGAN DI PENGADILAN AGAMA

KASUS CERAI TALAK

Hakim Ketua : Miftahul Huda


Hakim Anggota 1 : Rahma Hayu
Hakim Anggota 2 : Della Nurdiana
Panitera : Isna Okta
Penggugat :Ahmad Mustofa
Kuasa Hukum Penggugat : Rudy Setiawan
Tergugat : Anis Nur Latifah
Kuasa Hukum Terguat : Maharesta
Hakim Mediator : Nur Vika Hayuhana
Saksi Penggugat : M. Hakim Rahman
Saksi Tergugat : As’ad Syaifullah

A. SIDANG PERTAMA [Upaya Damai]


Panitera :
Hakim Ketua : “Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarokatuh. Sidang Pengadilan
Agama yang memeriksa, mengadili dan memutus perkara-perkara perdata pada tingkat
pertama dengan Nomor perkara; Pada hari; antara saudara Ahmad Mustofa sebagai
penggugat melawan saudari Anis Nur Latifah sebagai tergugat, dengan ucapan
Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan sidang dibuka dan terbuka untuk umum.” (Ketuk
Palu 3X)
Panitera :
Hakim Ketua : “Selamat siang saudara Pemohon. Apakah saudara dalam kondisi sehat
wal afiat?”
Pemohon : “Selamat siang Yang Mulia. Ya, saya dalam keadaan sehat wal afiat.”
Hakim Ketua : “Saudara siap mengikuti persidangan hari ini?”
Pemohon : “Siap, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Baiklah, saudara pemohon, tolong sebutkan identitas anda, siapa nama
lengkap anda, berapa umur anda, dan apa pekerjaan anda?”
Pemohon : “
Hakim Ketua : “Apakah saudari Termohon benar-benar istri sah anda?”
Pemohon : “Benar, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Apakah saudara pemohon dalam hal ini didampingi oleh kuasa
hukum?”
Pemohon : “Iya, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Kepada saudara kuasa hukum pemohon, tolong sebutkan identitas anda,
siapa nama anda, berkantor dan beralamat dimana?”
Kuasa Hk Pemohon :
Hakim Ketua : “Tolong tunjukkan kartu advokat saudara, dan juga KTP dari saudara
Pemohon kepada Hakim Anggota 2.”
Kuasa Hk Pemohon : ”Baik, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Dipersilahkan kepada Hakim Anggota 1 untuk memeriksa identitas dari
saudari termohon.”
Hakim Anggota 1 : “Selamat siang, saudari termohon. Apakah saudari termohon dalam
keadaan sehat wal afiat?”
Termohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam keadaan sehat wal afiat.”
Hakim Anggota 1 : “Saudari termohon, sebutkan identitas anda, siapa nama anda, berapa
umur anda, dan apa pekerjaan anda?”
Termohon : “
Hakim Anggota 1 : “Apakah saudara pemohon benar-benar suami sah anda?”
Termohon : “Benar, Yang Mulia.”
Hakim Anggota 1 : “Apakah saudari dalam hal ini didampingi kuasa hukum?”
Termohon : “Iya. Yang Mulia.”
Hakim Anggota 1 : “Kepada saudari kuasa hukum termohon, tolong sebutkan identitas
anda, siapa nama anda, berkantor dan beralamat dimana?”
Kuasa Hk Termohon :
Hakim Anggota 1 : “Tolong tunjukan kartu advokat saudari, surat kuasa saudari, dan juga
KTP dari saudari termohon kepada saya.”
Kuasa Hk Termohon : “Baik, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Saudara Pemohon, apakah saudara tidak mempertimbangkan lagi untuk
kembalii kepada istri anda?”
Pemohon : “Tidak, Yang Mulia. Saya tetap pada pendirian saya.”
Hakim Ketua : “Lalu, bagaimana saudari termohon, apakah saudari juga mempunyai
keinginan yang sama dengan suami anda?”
Termohon :
Hakim Ketua : “kepada saudara pemohon, apakah saudara benar-benar ingin bercerai?”
Pemohon :
Hakim Ketua : “Dipikirkan dulu sebelum bercerai, apakah tidak malu dengan tetangga,
terus anak-anak nantinya bagaimana, dan setelah berceri nantinya akan menyandang status
janda dan duda, apa tidak malu?”
Hakim Ketua : “Bagimana, apakah pemohon dan termohon tetap ingin melanjutkan
persidangan?”
Pemohon : “lanjutkan persidangan, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Baiklah, apabila para pihak tetap ingin melanjutkan proses persidangan.
Sebagaimana diatur dalam PERMA Nomor 1 Tahun 2008, bahwa saudara sekalian
diharuskan untuk melakukan mediasi. Apakah saudara sendiri yang memilih mediator atau
diserahkan kepada majelis hakim? Bagaimana saudara pemohon?”
Pemohon : “Kami sepakat untuk menyerahkan hakim mediator dari majelis hakim, Yang
Mulia.”
Hakim Ketua : “Baiklah, kepada panitera siapa yang akan menjadi Hakim Mediatornya?”
Panitera :
Hakim Ketua : “Baiklah, Hakim Mediator yang akan memediasi saudara sekalian adalah...
karena proses mediasi dilaksanakan diluar persidangan, maka sidang akan dilanjutkan
kembali setelah adanya laporan hasil mediasi dari Hakim Mediator. Saya harapkan para
pihak hadir kembali ke sidang ini dengan relas penggilan, dengan ini saya nyatakan sidang
ditunda dan ditutup. (Ketuk Palu 3x). Panitera tolong disampaikan agenda sidang kedua.”
Panitera : “

B. SIDANG KEDUA [Pembacaan Hasil Mediasi]


Panitera : “
Hakim Ketua : “Sidang Pengadilan Agama yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara-perkara perdata pada tingkat pertama dengan Nomor perkara; Pada hari; antara
saudara Ahmad Mustofa sebagai penggugat melawan saudari Anis Nur Latifah sebagai
tergugat, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan sidang dibuka dan
terbuka untuk umum.” (Ketuk Palu 3X)
Panitera : “Pemohon atas nama Ahmad Mustofa dan Termohon atas nama Anis Nur
Latifah dan atau kuasa hukumnya dipersilahkan untuk memasuki ruang sidang.”
Hakim Ketua : “Sudara Pemohon, apakah saudara dalam kondisi sehat wal afiat?”
Pemohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat.”
Hakim Ketua : “Saudari Termohon, apakah saudari dalam kondisi sehat wal afiat?”
Termohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat.”
Hakim Ketua : “Saudara Pemohon, bagaimana hasil proses mediasi yang telah dilakukan?”
Pemohon : “hasil proses mediasi tidak berjalan baik Yang Mulia, dan kami benar-benar telah
melaksanakan proses mediasi.”
Hakim Ketua : “Saudari Hakim mediator, apakah proses mediasi kedua belah pihak sudah
dijalankan dan bagaimana hasilnya?”
Hakim Mediator : Alhamdulillah, saya sudah menjalankan tugas yang diberikan kepada
saya, dengan hasil berikut: pihak pemohon tetap bersikukuh dengan pendirianya dan hanya
ingin permohonanya dikabulkan oleh majelis hakim.”
Hakim Ketua : “Terimakasih atas kerja keras saudari mediator untuk mendamaikan kedua
belah pihak, meskipun hasilnya kedua belah pihak tetap pada pendirianya masing-masing.
Oleh karena itu, saya nyatakan proses mediasi gagal.” (Ketok Palu 1x). “Baiklah, selanjutnya
karena kedua belah pihak sudah didampingi oleh kuasa hukumnya masing-masing, pihak
pemohon apakah sudah siap untuk membacakan permohonanya?”
Kuasa Hk Pemohon : “Kami siap membacakannya Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “saudari termohon, apakah sudah mendapatkan salinan dari permohonan
yang akan dibacakan?”
Kuasa Hk Termohon : “Sudah, Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Baiklah, kepada kuasa hukum pemohon, dipersilahkan untuk membacakan
permohonanya.”
(Kuasa Hukum Pemohon Membacakan Permohonannya)
Hakim Ketua : “saudara pemohon, apakah permohonan saudara masih ada yang perlu
disempurnakan?”
Pemohon : “Tidak Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Saudari Termohon, apakah sudah memahami dan mengerti maksud
permohonan saudara pemohon?”
Termohon : “Sudah Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Saudari termohon, terhadap permohonan yang telah disampaikan tadi akan
saudari jawab dengan lisan atau tulisan?”
Kuasa Hk Termohon : “Akan kami jawab secara tulisan Yang Mulia dan kami memohon
ditunda minggu depan guna menyiapkan jawaban dan bisa kami sampaikan minggu depan.”
(Hakim Ketua Menanyakan Kepada Kedua Hakim anggota)
Hakim Ketua : “Baiklah, karena termohon dan kuasa hukumnya belum siap untuk
menyampaikan jawabannya, maka sidang saya nyatakan ditunda dan ditutup. (Ketok Palu
3x). Panitera mohon dicatat untuk agenda minggu depan dan disampaikan.”
Panitera : “..................
C. SIDANG KETIGA [PEMBACAAN JAWABAN TERMOHON]
Panitera : “.........................................
Hakim Ketua : “Sidang Pengadilan Agama yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara-perkara perdata pada tingkat pertama dengan Nomor perkara; Pada hari; antara
saudara Ahmad Mustofa sebagai penggugat melawan saudari Anis Nur Latifah sebagai
tergugat, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan sidang dibuka dan
terbuka untuk umum.” (Ketuk Palu 3X)
Panitera : “Pemohon atas nama Ahmad Mustofa dan Termohon atas nama Anis Nur Latifah
dan atau kuasa hukumnya dipersilahkan untuk memasuki ruang sidang.”
Hakim Ketua : “Sudara Pemohon, apakah saudara dalam kondisi sehat wal afiat dan siap
mengikuti persidangan?”
Pemohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat dan siap mengikuti
persidangan”
Hakim Ketua : “Saudari Termohon, apakah saudari dalam kondisi sehat wal afiat dan siap
megikutipersidangan?”
Termohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat dan siap mengikuti
persidangan.”
Hakim Ketua : “Bagaimana saudari termohon, sudah siap untuk membacakan jawaban atas
permohonan saudara pemohon?”
Kuasa Hk Termohon : “Kami sudah siap Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Silahkan kuasa hukum termohon untuk memberikan salinan jawaban
kepada Majelis Hakim dan kuasa hukum pemohon.
Kuasa Hk Termohon : “Baik Yang Mulia.”
(Kuasa Hukum Termohon Membacakan Jawaban)
Hakim Ketua : “saudari termohon, apakah masih ada yang ingin disampaikan?”
Termohon : “Tidak Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Bagaimana saudara pemohon, apakah jawaban dari termohon sudah jelas?
Apakah akan memberikan jawaban secara lisan atau tulisan?”
Pemohon : “Secara garis besar, kami sudah memahami jawaban termohon. Tetapi kami
perlu waktu untuk menyusun replik dari jawaban termohon tersebut. Jadi, kami memohon
waktu satu minggu untuk menyiapkannya sehingga bisa kami sampaikan pada sidang
selanjutnya.”
(Hakim Ketua Menanyakan Kepada Hakim Anggota)
Hakim Ketua : “Baiklah, karena pemohon dan kuasa hukumnya belum siap untuk
menyampaikan replik atas jawaban termohon, maka sidang saya nyatakan ditunda dan
ditutup. (Ketok Palu 3x) “Panitera mohon dicatatkan untuk agenda minggu depan dan
disampaikan.”
Panitera : “...........................................
D. SIDANG KEEMPAT [PEMBACAAN REPLIK DAN DUPLIK]
Panitera : “................
Hakim Ketua : “Sidang Pengadilan Agama yang memeriksa, mengadili dan memutus
perkara-perkara perdata pada tingkat pertama dengan Nomor perkara; Pada hari; antara
saudara Ahmad Mustofa sebagai penggugat melawan saudari Anis Nur Latifah sebagai
tergugat, dengan ucapan Bismillahirrahmanirrahim, saya nyatakan sidang dibuka dan
terbuka untuk umum.” (Ketuk Palu 3X)
Panitera : “Pemohon atas nama Ahmad Mustofa dan Termohon atas nama Anis Nur Latifah
dan atau kuasa hukumnya dipersilahkan untuk memasuki ruang sidang.”
Hakim Ketua : “Sudara Pemohon, apakah saudara dalam kondisi sehat wal afiat dan siap
mengikuti persidangan?”
Pemohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat dan siap mengikuti
persidangan”
Hakim Ketua : “Saudari Termohon, apakah saudari dalam kondisi sehat wal afiat dan siap
megikutipersidangan?”
Termohon : “Iya, Yang Mulia. Saya dalam kondisi sehat wal afiat dan siap mengikuti
persidangan.”
Hakim Ketua : “Bagaimana saudara pemohon, apakah saudara sudah siap membacakan
repliknya?”
Kuasa Hk Pemohon : “Kami sudah siap Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Silahkan kuasa hukum Penggugat menyerahkan salinan repliknya kepada
Majelis Hakim dan Kuasa Hukum Termohon.”
Kuasa Hk Pemohon : “Baik Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “silahkan kuasa hukum pemohon untuk membacakan repliknya.”
(Pembacaan Replik oleh Kuasa Hukum Pemohon)
Hakim Ketua : “Apakah kuasa hukum termohon sudah jelas dengan replik yang dibacakan
oleh kuasa hukum pemohon?”
Hakim Ketua : “Bagaimana saudari termohon apakah saudari akan mengajukan Duplik
secara lisan atau tertulis?”
Kuasa Hk Termohon : “saya akan mengajukan Duplik secara lisan Yang Mulia.”
Hakim Ketua : “Baiklah, silahkan sampaikan Dupliknya.”
(Penyampaian Duplik)
Hakim Ketua : “Baik, karena masing-masing pihak tetap bersikukuh pada dalil-dalilnya,
maka untuk membuktikan argumentasi saudara, sidang saya nyatakan ditunda sampai
minggu depan dengan agenda pembuktian. Pembuktian untuk minggu depan diberikan
terlebih dahulu kepada pihak pemohon. Dimohon pemohon untuk menghadirkan saksi-
saksinya minggu depan. Dengan ini sidang saya nyatakan sidang ditunda dan ditutup. (Ketuk
Palu 3x) “Panitera mohon diumumkan perihal sidang selanjutnya.”
Panitera : “......................................
E. SIDANG KELIMA

Anda mungkin juga menyukai