MKTG6125
RETAIL AND MERCHANDISING
Week 7
Buying Merchandise and
Retail Pricing
1. Brand Alternatives
2. Strategic Relationships
4. Pricing Strategy
1. Brand Alternatives
a. National Brands, merupakan produk yang didesain, diproduksi, dan
dipasarkan oleh satu vendor dan dijual ke lebih dari satu pelaku ritel. Dalam
beberapa kasus, vendor menggunakan family brand untuk mengasosiasikan
dengan perusahaan mereka (contoh: Kellog’s, Ford, dsb), dan subbrand,
diasosiasikan dengan produknya (contoh : Frosted Flaks, F-Series truck).
b. Store Brands, merupakan produk yang dikembangkan oleh pengusaha ritel,
atau toko ritel. Umumnya pelaku ritel menyediakan desain dari produk, dan
membuat kontrak kerja sama dengan produsen untuk memproduksi barang
barang tersebut.
c. Premium Store Brands, menawarkan produk yang kualitasnya tidak kalah
saing dengan produk bermerek 9 national brands), namun dengan harga yang
lebih rendah.
d. Exclusive Brands, merek yang dikembangkan oleh vendor national brand, dan
umumnya merupakan kerja sama dengan toko, dan dijual eksklusif di toko
tersebut saja.
e. Generic Brands, merupakan produk yang hanya diberi label nama dari
komoditas tersebut, dan ditargetkan untuk pelanggan yang sensitif dengan
harga.
f. Copycat Brands, merek yang meniru tampilan produk yang dihasilkan oleh
national brands, namun dengan kualitas dan harga yang jauh lebih rendah.
Store brands atau private label brands, menambah dan memperluas variasi produk
yang ditawarkan. Pelaku ritel mengevaluasi, atau memeriksa assortments dari produk-
produk yang ditawakan agar mereka mengetahui apakah kebutuhan pelanggan sudah
terpenuhi.Kemudian, perusahaan dapat mengembangkan sebuah produk inovatif baru
dengan menggunakan label atau merek toko, yang dimana produk tersebut mungkin
belum disediakan oleh produsen-produsen atau vendor.
Menjual produk produk national brands merupakan pedang bermata dua bagi
pengusaha ritel, karena banyak pelanggan yang sudah loyal dengan suatu merek
tertentu dan hanya akan mendatangi toko-toko yang memiliki atau menawarkan
Berikut ini adalah dua langka yang dilakukan perusahaan ritel, atau pengusaha ritel
yang akan membeli produk national brands:
a. Bertemu dengan National-Brand Vendors, pelaku ritel bisa bertemu dengan
para produsen produk national-brands dalam sebuah wholesale market
centers– kumpulan vendor-vendor dalam suatu kondisi geografis, lokasi,
tertentu, bisa juga dalam satu tempat yang sama, atau tempat berkumpul di
Internet. Pelaku ritel juga dapat bertemu dengan para vendor dalam trade
shows, dimana para vendor mendisplay, atau menunjukkan produk-produk
terbaru yang mereka kembangkan.
b. Proses Pembelian Produk National-Brand, terjadi setelah pengusaha ritel
‘berkeliling’ dan melihat tawaran-tawaran dari vendor, dan kemudian
perusahaan akan membuat janji dengan para vendor utama. Ritel kemudian
akan membahas kinerja produk-produk periode sebelumnya, mengevaluasi
tawaran dari vendor, dan memesan produk bila sesuai dengan yang diinginkan.
Hal yang tidak kalah pentingnya adalah menjaga hubungan strategis yang dimiliki
kedua belah pihak. Dalam melakukan hal tersebut dibutuhkan:
a. Mutual trusts,vendor dan pelaku rite harus saling percaya satu sama lain,
bahwa partner mereka jujur dan dapat diandalkan.
b. Common goals, kedua belah pihak harus memiliki tujuan atau target yang
sama, agar kerja sama yang mereka lakukan bisa sukses
c. Open communication, kedua belah pihak harus mempunyai komunikasi yang
baik, salah satunya dengan saling memberikan informasi untuk satu sama lain,
seperti untuk memperkirakan penjualan, mengatur pengiriman barang, dsb.
d. Credible commitments, komitmen yang dilakukan kedua belah pihak harus
masuk akal dan dapat dipercaya.
4. Strategi Harga
Dalam menentukan harga, perusahaan bisa menggunakan beberapa strategi:
a. High/Low Pricing, perusahaan bisa memberikan diskon atau potongan harga
yang sering lewat promosi-promosi penjualan yang dilakukannya. Keuntungan
dari strategi ini adalah dapat meningkatkan keuntunga, menciptakan
antusiasme pembelian, dan dapat menjual produk yang lama atau sulit untuk
terjual.
b. Everyday Low Pricing (ELDP), menekankan keberlanjutan harga produk
yang berada diantara harga asli (tanpa diskon) dan harga diskon pelaku ritel
high/low. Keuntungan strategi ini adalah pelanggan akan selalu yakin bahwa
harganya selalu rendah kapanpun (bukan musiman saja), mengurangi biaya
iklan dan biaya operasional, mengurangi kemungkinan stok kosong, dan
memperbaiki manajemen persediaan barang.
d. Odd pricing, menggunakan harga dengan angka yang unik, atau aneh,
umumnya berakhir dengan angka ‘9’. Misalnya saja Rp 19,999, dsb.
Terdapat beberapa pilihan produk berdasarkan merek produk yang ada di toko ritel, yaitu :(1)
National Brands, produk yang didesain, diproduksi, dan dipasarkan oleh satu vendor dan
dijual ke lebih dari satu pelaku ritel. (2) Store Brands, produk yang dikembangkan oleh
pengusaha ritel, atau toko ritel. Umumnya pelaku ritel menyediakan desain dari produk, dan
membuat kontrak kerja sama dengan produsen untuk memproduksi barang barang
tersebut.(3) Premium Store Brands, produk yang kualitasnya tidak kalah saing dengan
produk bermerek (national brands), namun dengan harga yang lebih rendah.(4) Exclusive
Brands, merek yang dikembangkan oleh vendor national brand, dan umumnya merupakan
kerja sama dengan toko, dan dijual eksklusif di toko tersebut saja.(5) Generic Brands,
merupakan produk yang hanya diberi label nama dari komoditas tersebut, dan ditargetkan
untuk pelanggan yang sensitif dengan harga.(6) Copycat Brands, merek yang meniru
tampilan produk yang dihasilkan oleh national brands, namun dengan kualitas dan harga yang
jauh lebih rendah.
1. Levy, Michael., Weitz, Barton A. and Dhruv Grewal, (2014), Retailing Management, 9th
edition, McGraw Hill, New York, Chapter 13-14