PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Gangguan jiwa sangat penting dilihat dari akibat yang ditimbulkan. Hal ini dapat
dibuktikan dari pengertian gangguan jiwa yang keseluruhannya mengungkapkan
akibat gangguan jiwa seperti hambatan dalam melaksanakan peran sosial, dan
hambatan dalam pekerjaan yang secara langsung menyebabkan penurunan
produktifitas. Data status kesehatan jiwa di Indonesia dapat dilihat dari Riset
Kesehatan Dasar (Riskesdas, 2013) yang dilakukan oleh badan penelitian
pengembangan kesehatan Departemen Kesehatan yang menunjukan prevelensi
gangguan jiwa berat di Indonesia sebesar 1,7 permil, dengan kata lain dari 1000
penduduk di Indonesia satu sampai dua diantaranya menderita gangguan jiwa
berat.
Laporan WHO menyebutkan satu dari empat orang bakal menderita gangguan
mental atau neurologis pada satu saat dalam kehidupannya. Artinya, hampir
setiap orang berisiko menderita gangguan jiwa. Saat ini diperkirakan 450 juta
orang menderita gangguan mental, neurologis maupun masalah psikososial,
termasuk kecanduan alcohol dan penyalahgunaan obat. Tak kurang dari 121 juta
orang mengalami depresi, 50 juta orang menderita epilepsi, dan 24 juta orang
mengidap skizofrenia. Berdasarkan survei tentang gangguan jiwa di Indonesia
tahun 1995 tercatat sebanyak 44,6 per 1000 penduduk Indonesia menderita
gangguan jiwa berat seperti skizofrenia. Data ini memperlihatkan peningkatan
yang cukup bermakna jika dibandingkan data tahun 1980-an dimana penderita
skizofrenia di Indonesia hanya 1-2 tiap 1000 penduduk (Elina, Soewadi, & Dibyo,
2010).
Kunci dari pengobatan skizofrenia adalah kepatuhan minum obat. Jika tidak,
akan terjadi kekambuhan. Pasalnya, gangguan fungsi otak kronik membutuhkan
terapi jangka panjang. Kekambuhan berulang akan menyebabkan semakin sulit
pasien kembali ke kondisi sebelum kambuh. Ketidakpatuhan pasien biasanya
terjadi karena rasa jenuh akibat pengobatan yang terlalu lama dan salah persepsi,
seperti ketergantungan, racun. Kondisi tubuh yang hanya begitu-begitu saja.
Kurangnya pengertian dari anggota keluarga seperti mengatur obat sendiri,
penyangkalan, serta efek samping lain seperti biaya.
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penelitian
1. Tujuan Umum
Diketahui Hubungan Dukungan Keluarga Dengan Tingkat Kepatuhan
Minum Obat Pada Klien Skizofrenia.
2. Tujuan Khusus
a. Diketahui distribusi frekuensi dukungan keluarga pada klien skizofrenia
b. Diketahui distribusi frekuensi tingkat tingkat kepatuhan minum obat pada
klien skizofrenia.
c. Diketahui hubungan dukungan keluarga dengan tingkat kepatuhan minum
D. Manfaat Penelitian
Penelitian ini diharapkan dapat menjadi bukti dasar yang dipergunakan dalam
wahana pembelajaran keperawatan jiwa, khususnya tentang pentingnya
dukungan keluarga dalam merawat klien skizofrenia agar bisa menekan ketidak
patuhan minum obat pada klien skizofrenia.
Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai data tambahan untuk penelitian
selanjutnya yang terkait dengan dukungan keluarga dan tingkat kepatuhan
minum obat pada klien skizofrenia