LBM 3 Saraf Giri
LBM 3 Saraf Giri
STEP 1
LESI HIPODENS
Gambaran yang menampakkan densitas rendah ( hitam )
Terjadi pada infark
STEP 2
STEP 3
Apakah ada faktor lain yang mempengaruhi kesadaran selain kerusakan jaringan?(
dihubungkan dengan no.1 )
Pathway nya yang benar mana? Kalo rusak di organ mana,manfestnya gimana?
Karena mekanisme otak dalam meregulasi aliran darahnya masih tidak jelas, maka
terdapat beberapa teori yang diajukan.
Teori Miogenik
Teori ini menyatakan bahwa pembuluh darah dapat mengenali aliran dan
menyesuaikan diri terhadapya. Menurut Baliss dalam 1902, apabila tekanan dalam
pembuluh darah meningkat, maka pembuluh darah tersebut akan berkontraksi
untuk meningkatkan tahanannya sehingga mengurangi aliran darah.
Teori Neurogenik
Karbondioksida
Konsentrasi ion H+ dan pCO2 mempengaruhi CBF. Telah diketahui bahwa
dengan konsentrasi pCO2 antara 20 – 60 mmHg, hubungan antara pCO2 dan CBF
terlihat dengan peningkatan CBF 2 – 3 % setiap peningkatan pCO2 sebesar 1
mmHg. Penyebabnya masih belum jelas dan mungkin terkait dengan perubahan pH
sistemik dan atau tekanan darah sistemik.
Hiperventilasi
Hiperventilasi adalah terapi yang penting pada pasien dengan peningkatan
TIK, terutama dengan sindroma herniasi akut. Prinsip klinis doktrin Monroe-Kelly
dimana dalam rongga intrakranial yang tetap maka volume muatannya juga tetap.
Volume ini, totalnya mencapai 1600 cc, normalnya terdiri dari jaringan otak (84%),
darah (4%) dan cairan sererospinal (12%). Diamati oleh Cushing bahwa bila
ditambahkan suatu komponen (lesi massa dengan sebab apapun, baik hematoma,
tumor ataupun swelling) maka volumenya akan terlampaui sehingga menghasilkan
respon fisiologis (refleks Cushing). Mekanisme kompensasi awal meliputi
penurunan jumlah darah dan cairan serebrospinal. Penurunan jumlah darah
melalui penurunan CBF akan membantu menghambat hipertensi intrakranial.
Hiperventilasi, dengan pCO2 yang menurun, akan bermanfaat. Sayangnya, saat SSP
cepat menyesuaikan diri terhada perubahan ini, sukar untuk mengetahui berapa
lama reaksi ini bertahan. Bahkan tampaknya pembuluh darah serebral juga
menyesuaikan diri dalam 24 -36 jam. Hiperventilasi yang berkepanjangan memiliki
efek yang buruk dengan menyebabkan iskemia. Peneliti yang lain memperoleh data
dari manipulasi pCO2 secara langsung terhadap perubahan MAP dimana CBF akan
bervariasi secara langsung dengan MAP pada area yang rusak dan tidak
dipengaruhi oleh pCO2.
Banyak ilmuwan yang berkonsentrasi dalam meneliti fenomena ”steal and
countersteal” yang secara teoritis mungkin terjadi. Peneliti-peneliti tersebut
mengajukan teori bahwa jika suatu bagian dari sirkulasi otak kehilangan
kemampuan autoregulasinya, dan jika aliran yang melalui bagian tersebut
berhubungan secara langsung dengan MABP, maka ketika
Kalsium
Saat ini peran ion Ca++ pada metabolisme dan aliran darah otak sedang
diteliti secara intensif. Bukti-bukti yang mendukung mengenai peran aktif Ca++
dalam CBF mencakup peran Ca++ pada kontraksi otot dan peningkatan penggunaan
Ca++ channel blocker dalam pengelolaan hipertensi dan penyakit arteri koroner.
Lebih jauh lagi, influks dari Ca++ dianggap sebagai .. Konsentrasi ion Ca++
ekstraseluler adalah sekitar 4-5 mEq/L dan konsentrasi Ca++ intraseluler adalah 10-
7 mEq/L.
Pada penderita dengan cedera kepala, tekanan darah sistolik sebaiknya dipertahankan di atas 100
mmHg untuk mempertahankan perfusi ke otak yang adekuat. Denyut nadi dapat digunakan secara
kasar untuk memperkirakan tekanan sistolik. Bila denyut arteri radialis dapat teraba maka tekanan
sistolik lebih dari 90 mmHg. Bila denyut arteri femoralis yang dapat teraba maka tekanan sistolik
lebih dari 70 mmHg. Sedangkan bila denyut nadi hanya teraba pada arteri karotis maka tekanan
sistolik hanya berkisar 50 mmHg. Bila ada perdarahan eksterna, segera hentikan dengan penekanan
pada luka. Cairan resusitasi yang dipakai adalah Ringer Laktat atau NaCl 0,9%, sebaiknya dengan dua
jalur intra vena. Pemberian cairan jangan ragu-ragu, karena cedera sekunder akibat hipotensi lebih
berbahaya terhadap cedera otak dibandingkan keadaan edema otak akibat pemberian cairan yang
berlebihan. Posisi tidur yang baik adalah kepala dalam posisi datar, cegah head down (kepala lebih
rendah dari leher) karena dapat menyebabkan bendungan vena di kepala dan menaikkan tekanan
intrakranial . Masih bisa dikompensasi arteri cerebral hipertensi :
Sistolik 200 mmHg
Diastol 110-120 mmHg
Dalam kondisi normal, aliran darah otak orang dewasa adalah 50-60
ml/100gram/otak/menit. Berat otak normal rata-rata orang dewasa adalah 1300-
1400gram (±2% dari berat badan orang dewasa). Sehingga dapat disimpulkan jumlah
aliran darah otak orang dewasa adalah ±800ml/menit atau 20% dari seluruh curah
jantung harus beredar ke otak setiap menitnya. Pada keadaan demikian, kecepatan otak
untuk memetabolisme oksigen ±3,5ml/100gr/otak/menit. Bila aliran darah otak turun
menjadi 20-25ml/100gr/otak/menit akan terjadi kompensasi berupa peningkatan
ekstraksi oksigen ke jaringan otak sehingga fungsi-fungsi sel saraf dapat dipertahankan.
Glukosa merupakan sumber energi yang dibutuhkan oleh otak, oksidasinya akan
menghasilkan karbondioksida (CO2) dan air (H2O). Secara fisiologis 90% glukosa
mengalami metabolisme oksidatif secara lengkap, hanya 10% yang diubah menjadi
asam piruvat dan asam laktat melalui metabolisme anaerob. Energi yang dihasilkan oleh
metabolisme aerob melalui siklus Kreb adalah 38 mol Adenosin Trifosfat (ATP)/mol
glukosa, sedangkan pada glikolisis anaerob hanya dihasilkan 2 mol ATP/mol glukosa.
Adapun energi yang dibutuhkan oleh neuron-neuron otak ini digunakan untuk
keperluan:
1. Menjalankan fungsi-fungsi otak dalam sintesis, penyimpanan, transport dan pelepasan
neurotransmiter, serta mempertahankan respon elektrik.
2. Mempertahankan integritas sel membran dan konsentrasi ion di dalam/di luar sel serta
membuang produk toksik siklus biokimiawi molekuler.
Proses patofisiologi stroke iskemik selain kompleks dan melibatkan patofisiologi
permeabilitas sawar darah otak (terutama di daerah yang mengalami trauma, kegagalan
energi, hilangnya homeostasis ion sel, asidosis, peningkatan kalsium intraseluler,
eksitotoksisitas dan toksisitas radikal bebas), juga menyebabkan kerusakan neuronal
yang mengakibatkan akumulasi glutamat di ruang ekstraseluler, sehingga kadar kalsium
intraseluler akan meningkat melalui transpor glutamat, dan akan menyebabkan
ketidakseimbangan ion natrium yang menembus membran.
Glutamat merupakan eksitator utama asam amino di otak, bekerja melalui aktivasi
reseptor ionotropiknya. Reseptor-reseptor tersebut dapat dibedakan melalui sifat
farmakologi dan elektrofisiologinya: α-amino-3-hidroksi-5-metil-4-isosaksol-propionic
acid (AMPA), asam kainat, dan N-metil-D-aspartat (NMDA). Aktivasi reseptor-reseptor
tersebut akan menyebabkan terjadinya eksitasi neuronal dan depolarisasi. Glutamat yang
menstimulasi reseptor NMDA akan mengaktifkan Nitric Oxide Syntase (NOS).
Sedangkan glutamat yang mengaktifkan reseptor AMPA akan memproduksi
superoksida.
Secara umum patofisiologi stroke iskemik meliputi dua proses yang terkait, yaitu:
1. Perubahan fisiologi pada aliran darah otak.
2. Perubahan kimiawi yang terjadi pada sel otak akibat iskemik.
Perubahan Fisiologi Pada Aliran Darah Otak
Pada otak yang mengalami iskemik, terdapat gradien yang terdiri dari “ischemic core”
(inti iskemik) dan “penumbra” (terletak disekeliling ischemic core). Pada daerah
ischemic core, sel mengalami nekrosis sebagai akibat dari kegagalan energi yang
merusak dinding sel beserta isinya sehingga sel akan mengalami lisis (sitolisis).
Sedangkan di daerah sekelilingnya, dengan adanya sirkulasi kolateral maka sel-selnya
belum mati, tetapi metabolisme oksidatif dan proses depolarisasi neuronal oleh pompa
ion akan berkurang. Daerah ini disebut sebagai daerah “penumbra iskemik”. Bila
proses tersebut berlangsung terus menerus, maka sel tidak lagi dapat mempertahankan
integritasnya sehingga akan terjadi kematian sel yang secara akut timbul melalui
proses apoptosis, yaitu disintegrasi elemen-elemen seluler secara bertahap dengan
kerusakan dinding sel, dikenal sebagai kematian sel terprogram.
Daerah penumbra berkaitan erat dengan penanganan stroke, dimana terdapat periode
yang dikenal sebagai “window therapy” (jendela terapi), yaitu 6 jam setelah awitan. Bila
ditangani dengan baik dan tepat, maka daerah penumbra akan dapat diselamatkan
sehingga infark tidak bertambah luas.
Secara makroskopik, daerah penumbra iskemik yang pucat akan dikelilingi oleh daerah
yang hiperemis dibagian luarnya, yaitu daerah “luxury perfusion”, sebagai kompensasi
mekanisme sistem kolateral untuk mengatasi keadaan iskemik.
Perubahan fisiologis yang terjadi pada stroke iskemik tergantung dari seberapa besar
berkurangnya aliran darah otak (ADO):
1. ADO berkurang hingga 20-30% (<50-55ml/100gr/otak/menit). Otak akan
menghambat sintesa protein.
2. ADO berkurang hingga 50% (35ml/100gr/otak/menit). Otak masih mampu
beradaptasi dengan mengaktivasi glikolisis anaerob serta peningkatan konsentrasi laktat
yang selanjutnya akan berkembang menjadi asidosis laktat dan edema sitotoksik.
3. ADO hanya 30% dari nilai normal (20ml/100gr/otak/menit). Produksi ATP akan
berkurang, terjadi defisit energi dan gangguan transport aktif ion dan ketidakstabilan
membran sel serta neurotransmiter eksitatorik. Pada keadaan ini sel-sel otak tidak dapat
berfungsi secara normal karena otak dalam keadaan iskemik akibat kekurangan oksigen,
sehingga akan terjadi penekanan aktifitas neuronal tanpa perubahan struktural sel.
4. ADO hanya 20% dari nilai normal (10-15ml/100gr/otak/menit). Pada keadaan ini sel-
sel saraf otak akan kehilangan gradien ion, selanjutnya terjadi depolarisasi anoksik dari
membran.
Pada 3 jam permulaan iskemik akan terjadi kenaikan kadar air dan natrium di substansi
kelabu. Setelah 12-48 jam terjadi kenaikan kadar air dan natrium yang progresif pada
substansi putih, sehingga memperberat edema otak dan meningkatkan tekanan intra
kranial.
Ambang kegagalan fungsi sel saraf ialah bila aliran darah otak menurun sampai kurang
dari 10ml/100gr/otak/menit. Pada tingkat ini terjadi kerusakan yang bersifat menetap
dalam waktu 6-8 menit, sehingga akan mengakibatkan kematian sel otak. Daerah ini
dikenal sebagai ischemic core.
Perubahan Kimiawi Sel Otak
1. Pengurangan terus menerus ATP yang diperlukan untuk metabolisme sel. Bila aliran
darah dan ATP tidak segera dipulihkan maka akan mengakibatkan kematian sel. Otak
hanya dapat bertahan tanpa penambahan ATP baru selama beberapa menit saja.
2. Berkurangnya aliran darah ke otak sebesar 10-15cc/100gr/otak/menit akan
mengakibatkan kekurangan glukosa dan oksigen sehingga proses metabolisme oksidatif
terganggu. Keadaan ini menyebabkan penimbunan asam laktat sebagai hasil
metabolisme anaerob, sehingga akan mempercepat proses kerusakan otak.
3. Terganggunya keseimbangan asam basa dan rusaknya pompa ion karena kurang
tersedianya energi yang diperlukan untuk menjalankan pompa ion. Gagalnya pompa ion
akan menyebabkan depolarisasi anoksik disertai penimbunan glutamat dan aspartat.
Akibat dari depolarisasi anoksik ini adalah keluarnya kalium disertai masuknya natrium
dan kalsium. Masuknya natrium dan kalsium akan diikuti oleh air, sehingga
menimbulkan edema dan kerusakan sel.
Integritas struktur endotelium pembuluh darah otak tidak terlalu tergantung pada
metabolisme. Endotelium tersebut bertahan dalam keadaan hipoksia dan iskemia lebih
lama daripada sel-sel jaringan otak. Neuron tidak dapat hidup bila ia kekurangan
oksigen selama 6-8 menit. Sel glia dapat bertahan sedikit lebih lama. Sebaliknya
endotelium darah otak dapat bertahan jauh lebih lama daripada sel-sel glia.
Desintegrasi sel-sel endotelium pembuluh darah otak dimulai setelah terjadi nekrosis
neuron dan glia. Selama masa iskemik otak berlangsung neuron serta sel glia
berdegenerasi. Sehubungan dengan itu pH otak menurun, adenosin dan mungkin
prostaglandin diproduksi. Oleh sebab itu pembuluh darah otak berdilatasi dan
autoregulasinya lenyap. Keadaan ini menimbulkan edema yang mencapai puncaknya
dalam 1 sampai 3 hari. Karena keadaan tersebut sawar darah otak tidak berfungsi lagi.
Apakah Saraf yang ada dimeningens dimedulla spinalis dan di otak ditu berbeda ?
Aneurisma aorta adalah aneurisme yang melibatkan aorta dimana terjadi dilatasi abnormal
dari arteri berupa pelebaran pembuluh darah. Faktor penyebab utamanya ialah kelainan
dinding pembuluh akibat arteriosklerosis dan/atau hipertensi. Penyebab lain adalah sifilis,
mikosis dan trauma. Aneurisma juga dapat timbul pasca stenosis dan secara kongenital.
Aneurisma sering terjadi pada arteri dibasis otak, (circuss willis) dan diaorta. Beberapa
tempat yang paling sering terjadi aneurisma antara lain: aorta (abdominalaneurysm dan
thoracic aneurysm), otak (cerebral aneurysm), tungkai bawah (aneurysm arteri popliteal).
B. Etiologi
- Ada bakat atau bawaan lemahnya dinding pembuluh darah. Ini bisa terjadi pada
pembuluh darah manapun diseluruh tubuh. Akan jadi fatal kalau dinding pembuluh darah
yang lemah itu terdapat di otak.
- Ada infeksi yang disebabkan oleh jamur maupun bakteri yang mengenai pembuluh
darah.
- Terjadi peradangan pada aorta
- Penyakit jaringan ikat keturunan, misalnya sindroma marfan
Sindroma Marfan adalah suatu penyakit jaringan ikat keturunan yang menyebabkan kelainan
pada pembuluh darah dan jantung, kerangka tubuh dan mata.
- Risiko ini menjadi semakin tinggi pada penderita tekanan darah tinggi, orang dengan
tingkat stres tinggi maupun perokok.
C. Patofisiologi
Aneurisma terjadi karena pembuluh darah kekurangan elastin, kolagen dan matriks
ekstraseluler yang menyebabkan melemahnya dinding aorta. Kekurangan komponen tersebut
bisa diakibatkna oleh inflamasi (arterosklerosis). Sel radang pada dinding pembuluh darah
yang mengalami aterosklerosis mengeluarkan matriks metalloproteinase. Matrik tersebut
akan menghancurkan elastin dan kolagen sehingga persediaannya menjadi berkurang. Selain
matriks metalloproteinase factor yang berperan terjadinya aneurisma adalah plasminogen
activator dan serin elastase.
Semua jenis aneurisma pasti meliputi kerusakan lapisan media pembuluh darah. Hal ini
mungkin disebabkan oleh kelemahan kogenital, taruma atau proses penyakit. Apabila timbul
aneurisma, maka akan selalu cenderung bertambah besar ukurannya. Faktor resiko meliputi
prediposisi genetik, merokok, dan hipertensi. Lebih dari separuh penderita mengalami
hipertensi.
Terkadang pada aorta yang mengalami penyakit aterosklerosis, dapat terjadi robekan pada
intima, atau media mengalami degenerasi, akibanya terjadi diseksi. Aneurisma diseksi sering
dihubungkan dengan hiperteni yang tidak terkontrol. Aneurisma diseksi disebabkan oleh
ruptur lapisan intima mengakbitkan darah mengalami diseksi di lapisan media. Ruptur dapat
terjadi melalui adventisia atau di dalam lumen melalui lapisan intima, sehingga
memungkinkan darah masuk kembali ke jalur utamanya, mengakibatkan diseksi kronis atau
diseksi tersebut dapat menyebabkan oklusi cabang-cabang aorta. Kematian biasanya
disebabkan oleh hematoma yang ruptur ke luar.
Hipertensi
Ketika tekanan darah sistemik meningkat, pembuluh serebral akan berkonstriksi.
Derajat konstriksi tergantung pada peningkatan tekanan darah. Bila tekanan darah
meningkat cukup tinggi selama berbulan-bulan atau bertahun-tahun, akan
menyebabkan hialinisasi pada lapisan otot pembuluh serebral. Akibatnya, diameter
lumen pembuluh darah tersebut akan menjadi tetap. Hal ini berbahaya karena
pembuluh serebral tidak dapat berdilatasi atau berkonstriksi dengan leluasa untuk
mengatasi fluktuasi dari tekanan darah sistemik. Bila terjadi penurunan tekanan
darah sistemik maka tekanan perfusi ke jaringan otak tidak adekuat. Hal ini akan
mengakibatkan iskemik serebral. Sebaliknya, bila terjadi kenaikan tekanan darah
sistemik maka tekanan perfusi pada dinding kapiler menjadi tinggi. Akibatnya, terjadi
hiperemia, edema, dan kemungkinan perdarahan pada otak13.
Pungsi Lumbal
Bila cairan serebrospinalis (CSS) mengandung darah (eritrosit) 1.000) dan tekanannya
meningkat (200 mmH2O), pungsi lumbal mendukung adanya suatu perdarahan. Perlu
diingat bahwa tekanan CSS normal dan tidak ditemukan sel dalam CSS dapat terjadi
pada 10% perdarahan intraserebral. Semua perdarahan subarakhnoid menunjukkan
perdarahan yang nyata pada CSS, biasanya mengandung eritrosit 25.000.
Pungsi lumbal dengan kandungan eritrosit 50 – 500 dalam CSS mengarahkan kecurigaan
pada emboli serebri, dan tampak CSS jernih pada sebagian besar emboli.
Pada trombosis serebri dan stroke lakunar tidak ditemukan sel dalam CSS. Kadang-
kadang terlihat adanya lekosit dalam CSS setelah serangan trombosis atau perdarahan.
Eritrosit dalam jumlah besar (10.000 – 20.000) kadang terlihat pada infark berdarah
setelah suatu serangan emboli serebri. Setelah perkembangan lanjut dengan adanya CT,
pungsi lumbal jarang dikerjakan lagi dalam upaya evaluasi penderita stroke Pungsi
lumbal dikerjakan bila :
• Kecurigaan adanya infeksi susunan saraf pusat.
• Kemungkinan ditegakkannya diagnosis perdarahan sub-arakhnoid. CT-scan dapat
menghasilkan negatif palsu pada 5 – 10% penderita perdarahan subarakhnoid,
• Kemungkinan ditegakkannya diagnosis perdarahan intra-serebral, tetapi tidak
memungkinkan dilakukan pemeriksaan CT-scan, dan tidak ditemukan tanda-tanda
peningkatan tekanan intrakranial.
• Sebelum dimulai ‘pemberian antikoagulansia, guna mengesampingkan adanya
perdarahan bila tidak memungkinkan dilakukan pemeriksaan CT-scan.
• Kecurigaan adanya arteritis.
• Diagnosis penderita yang tidak jelas.
Pustaka
Neurologi Oleh Buku Saku
10. Komplikasi ?
11. Apa Penatalaksanaan sesuai dengan gejala klinis yang dialami pasien?
Penatalaksanaan terapi stroke iskemik akut:
rTPA (recombinant Tissue Plasminogen Activator)
hanya boleh untuk stroke iskemik < 3 jam dan CT Scan normal
ex : streptokinase i.v
Jika pasien menderita aritmia jantung
berikan juga digoksin + verapamil + amiodaron i.v
TD yang tinggi tidak boleh diturunkan secara mendadak (20% dari TD
sebelumnya)
ex : labetolol, Kaptopril, Nifedipin, dan Na. nitroprusid i.v
farmasiuad09.com/2011/12/stroke-cvd.ppt
12. Apakah penyakit dia atas butuh pembedahan? Jika iya, apa?