BAB I-V ISROTUN-dikonversi
BAB I-V ISROTUN-dikonversi
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
(BPH) dilaporkan terus meningkat banyak dijumpai pada pria umur 50 tahun
dan lansia. BPH atau pembesaran prostat timbul seiring dengan bertambahnya
umur sebab BPH erat kaitanya dengan proses penuaan, hampir setiap 50% pria
terjadi pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-sel
yang biasa terjadi pada laki-laki berusia lanjut. Kelainan ini ditentukan pada
usia 40 tahun dan frekuensinya kelenjar prostat (Aprina, Noven & Sunarsih,
2017)
Tahun 2013 di Indonesia BPH menjadi urutan kedua setelah batu saluran
kemih terdapat 9,2 juta kasus BPH, di antaranya diderita oleh laki-laki berusia
dengan jumlah keseluruhan kasus gangguan prostat di kabupaten atau kota lain
1
2
adalah kota Surakarta 488 kasus (6,75 %) dan dibandingkan dengan jumlah
kasus ini adalah 3,52 %. Rata-rata kasus gangguan prostat di Jawa Tengah
Berdasarkan hasil data dari RSUD Prof. Dr. Margono Soekardjo pada
tahun 2017. Data prevalensi tentang BPH secara mikroskopi dan anatomi
sebesar 40% dan 90% terjadi pada rentang usia 50-60 tahun dan 80-90 tahun.
Data pasien Benigna Prostat Hyperplasia (BPH) yang diperoleh pada bulan
Maret sampai dengan Mei 2017 di Ruang Edeleweis RSUD Prof. Dr Margono
testosteron, interaksi antar sel stroma dan sel epitel prostat, berkurangnya
yang ditandai dengan urin menetes setelah miksi yang disebut dribbling. Selain
itu, kelemahan otot dasar pelvic akibat operasi yang dapat menimbulkan
farmakologi tidak dapat berjalan dengan lancar. Terapi ini dilakukan pada
penderita BPH dengan tingkat sedang dan tingkat berat. Prosedur bedah yang
tindakan operasi yang ditandai dengan urin menetes setelah miksi yang disebut
dribbling. Kecuali itu, kelemahan otot dasar pelvic akibat operasi yang dapat
ika hal ini tidak segera di tanggulangi, 2-4 % pasien mengalami Inkontinensia
total. Untuk usaha dalam pencegahan hal tersebut terjadi maka perlu dilakukan
perawatan dengan cara latihan otot dasar pelvic atau senam kegel (kegel
4
teori yang benar. Kegel exercise harus dilaksanakan secara optimal dan sedini
mungkin agar hasilnya optimal. Seperti yang dikatakan Rosenbaum, dkk. (2004
) bahwa, perlu dilakukan perawatan sedini mungkin dan latihan khusus terkait
sedini mungkin ini dilakukan ketika klien masih terpasang kateter. Hal ini
paham dengan kegel exercise maka klien akan dengan sadar melakukan kegel
dialami klien. Hal tersebut perlu adanya pengamatan dan evaluasi agar hasil
oleh Nursalam (2008) bahwa, kegel exercise harus dilakukan rutin untuk
kandung kemih.
B. Batasan Masalah
Masalah pada studi kasus ini dibatasi pada Asuhan Keperawatan Pada Post
Purwokerto.
C. Rumusan Masalah
Soekardjo.
D. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
2. Tujuan Khusus
Margono Soekardjo.
E. Manfaat
1. Manfaat Teoritis
2. Manfaat Praktis
a. Bagi perawat
rumah sakit.
7
d. Bagi klien
penanganannya.
8
9
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
1. Definisi BPH
terjadi pembesaran dari kelenjar prostat akibat hyperplasia jinak dari sel-
sel yang biasa terjadi pada laki-laki berusia lanjut. kelainan ini ditentukan
dan epitel.
3. Patofisiologi
Perubahan mikroskopik pada prostat telah terjadi pada pria usia 30-40
patologi dan anatomi yang ada pada pria usia 50 tahunan . Perubahan
berlahan.
Pada tahap awal setelah terjadi pembesaran prostat, resistensi pada leher
buli – buli dan daerah prostat meningkat, serta otot destrusor menebal dan
2008)
4. Manifestasi Klinis
Menurut Padila (2012) gejala klinis yang ditimbulkan oleh BPH disebut
a. Gejala Obstruktif
dengan mengejan.
4) Pancaran lemah.
b. Gejala Iritasi
1) Urgency yaitu perasaan ingin buang air kecil yang sulit ditahan.
dari stadiumnya:
a. Stadium I
b. Stadium II
3) Nokturia.
c. Stadium III
d. Stadium IV
secara periodik.
5. Komplikasi
endepan yang menambah iritasi dan hematuri. Selain itu stasis urin dalam
6. Pemeriksaan Diagnostik
Pemeriksaan ini untuk menganalisa ada tidaknya infeksi dan RBC (Red
hematuria.
Pemeriksaan ini untuk menentukan status fungsi ginjal. Hal ini sebagai
d. PA (Patalogi Anatomi)
Setiap hari perlu dilakukan evaluasi output urin, sehingga akan terlihat
bagaimana siklus rutinitas miksi dari klien. Data ini menjadi bekal
f. Uroflowmetri
itu, volume residu urin juga harus diukur. Normalnya residual urin
obstruksi.
kelainan lain seperti benjolan dalam rectum dan prostat. Pada perabaan
asimetri, adakah nodul pada prostat, apakah batas atas dapat diraba.
urin setelah miksi spontan. Sisa miksi ditentukan dengan mengukur urin
yang masih dapat keluar dengan kateterisasi. Sisa urin dapat pula di
7. Penatalaksanaan
a. Anamnesa
reductase.
c. Terapi bedah
meliputi :
Prostatektomi retropubik.
2) Pembedahan endourologi
pembekuan darah.
17
d) Elektrovaporisasi Prostat.
e) Laser Prostaktomi
muncul (NANDA,2015)
(Hidayat, 2010).
18
(NANDA,2015).
Operasi BPH
post Operasi BPH yaitu Retensi urin, Hernia dan hemorid, Hematuri,
ditandai dengan rasa panas ketika miksi dari urin menetes setelah miksi
eliminasi urin pada pasien post operasi prostat, yang paling sering
dengan cara latihan otot dasar pelvic atau disebut kegel exercise dan
aliran urin ke urin bag pada klien yang terpasang kateter. Umumnya
bladder training dilakukan dengan cara selang kateter diklem selama 1-3
jam dan dilepas setelah 1 jam yang dilakukan secara berulang. Bladder
training bisa dilakukan lebih dini agar klien dapat terhindar dari
inkontinensia urine dan dapat dilakukan selama 2 hari ataupun lebih sesuai
sejak dini lebih efektif untuk mencegah inkontinensia pada klien yang
sehari sebelum kateter dilepas, namun dapat dilakukan lebih dini dan
dilakukan secara rutin setiap hari agar terhindar dari inkontinensia urine
dilepas.
klien post operasi. Menurut Wallace dan Frahm (2009) , kegel exercise
dapat dilakukan dengan posisi tubuh berbaring dan kedua lutut di tekuk
kontraksi pada otot dasar pelvic seperti saat mencoba untuk menahan
buang angin. Lakukan latihan ini pagi, siang dan sore dengan lama
dan sesuai prosedur untuk mencapai hasil yang optimal. Kegel exercise
melakukan latihan dan durasi atau sesi latihan tidak sesuai dengan
ditandai dengan klien mengatakan sudah tidak sakit saat miksi, mampu
operasi BPH.
1. Pengkajian
indikasikan.
urine dan manajemen yang tepat untuk setiap klien, diantaranya yaitu:
3) Kaji ada nyeri saat miksi dan harus menunggu lama dan harus
alkohol.
24
b) Pemeriksaan fisik
TTV, kepala, bagian wajah, telinga, leher, ekstermitas atas dan bawah,
2. Diagnosa
kemih
3. Perencanaan
1) Inkontinensia Urine
Skala
Indikator
Awal Akhir
Mengosongkan kandung kemih sepenuhnya 2 5
Mencapai toilet antara waktu dorongan 2 5
Berkemih dan pengeluaran urin
Urin residu klien >100-200 ml 2 5
Mampu mengerti dan melakukan kegel execise 2 5
dengan tepat sesuai yang diajarkan
Keterangan skala :
1 : Berat
2 : Cukup berat
3 : Sedang
4 : Ringan
5 : Tidak ada
d) Anjurkan klien dan keluarga mencatat haluran urin dan pola urin
jika diperlukan.
urine.
5 menit.
4. Implementasi
oleh perawat pada klien. Perawat memiliki tanggung jawab untuk fokus
pada klien dan berorientasi pada hasil seperti yang dirumuskan pada
rencana. Pada implementasi klien post operasi BPH dengan fokus utama
dengan posisi berbaring dan kedua lutut ditekuk tanpa saling berdekatan.
27
Lakukan kontraksi pada otot dasar pelvic seperti mencoba menahan buang
angin. Lakukan latihan ini pagi, siang dan sore dengan lama waktu menahan
10 detik sebanyak 10 kali selama 3-5 menit. Perawat harus selalu memantau
5.Evaluasi
Evaluasi yang diharapkan pada klien post operasi BPH tidak terjadi
BAB III
METODE PENELITIAN
A. Desain Penelitian
post operasi BPH. Penulis memfokuskan pada satu masalah keperawatan yaitu
studi kasus.
Studi kasus yaitu studi yang mengeksplrasi suatu masalah atau fenomena
menyertakan berbagai sumber informasi. Studi kasus dibatasi oleh waktu dan
tempat serta kasus yang dipelajari berupa peristiwa, aktivitas atau individu.
B. Subjek Penelitian
Subjek atau partisipan dalam studi kasus ini adalah dua klien dengan
post operasi Benigna Prostat Hiperplasia (BPH) di RSUD Prof. Dr. Margono
yang yang memiliki karakteristik yang dikehendaki oleh peneliti Dalam kasus
berikut:
29
1. Kriteria inklusi
Purwokerto.
dirawat 3 hari.
2. Kriteria ekslusif
C. Fokus Studi
Karya tulis ilmiah studi kasus ini berjudul Asuhan Keperawatan Pada
yang dilakukan perawatan dengan cara latihan otot dasar pelvic atau senam
kegel (kegel exercises). Kegel exercises adalah latihan untuk menguatkan otot
E. Instrumen Penelitian
meliputi:
1. Wawancara
pola aktivitas kesehatan, pola nutrisi dan metabolik, pola eliminasi, pola
istirahat, pola kognitif, pola persepsi diri, pola peran hubungan, pola nilai
2. Observasi
Auskultasi (IPPA).
31
3. Pemeriksaan penunjang
4. Studi dokumentasi
RSUD Prof. Dr. Margono Soekarjo Purwokerto atau melalui status (rekam
(BPH).
pada post operasi Benigna Prostat Hyperplasia ( BPH ) dengan fokus studi
Purwokerto lama waktu sejak klien pertama kali masuk rumah sakit sampai
pulang dan atau klien yang dirawat minimal 3 hari. Jika sebelum 3 hari klien
sudah pulang, maka perlu penggantian klien lainnya yang sejenis, dan bila
Dalam melakukan analisis, data terlebih dahulu harus diolah dengan tujuan
ditempuh, diantaranya:
1. Pengumpulan data
Data dari hasil wawancara yang sudah terkumpul dijadikan dalam bentuk
3. Penyajian data
gambar, bagan atau teks naratif. Kerahasiaan dari klien dijamin dengan
4. Kesimpulan
Dari data yang terkumpul kemudian data tersebut akan dibahas dan
I. Etika Penelitian
3. Confidentiality (kerahasiaan)
akan dilaporkan sebagai hasil penulisan dan data yang ditampilkan bersifat
umum.
34
BAB IV
A. Hasil Penelitian
Pada bab ini, penulis akan membahas tentang laporan kasus asuhan
post operasi BPH di Ruang Kenanga dan Edelweis RSUD Prof. Dr.
April 2018 sampai 14 April 2018 dan Tn. SW pada tanggal 20 April
2. Pengkajian
a. Identitas klien
b. Riwayat Penyakit
d. Pemeriksaan fisik
Pemeriksaan Hasil
Laboratorium Klien 1 Klien 2
Satuan Nilai Normal
Tanggal (Tn.SD) (Tn.SW)
10 April 2019 18 April 2019
DARAH LENGKAP
Hemoglobin 14,3 13,4 g/dL 13,2-17,3
Leukosit H 14320 H 6220 u/L 3800-10600
Hematocrit 41 40 ϴ 40-52
Eritrosit 5,1 5,1 106/Ul 4,4-5,9
Trombosit 389.000 176.000 u/L 150.000-
440.000
MCV 81,0 78,0 Fl 80-100
41
e. Pemeriksaan Penunjang
Pemeriksaan Hasil
Klien 1 (Tn.SD) Klien 2 (SW)
Tanggal 10 April 2019 18 April 2019
Thorax Hasil : Hasil :
- Apek pulmo bilateral - Cor : CTR > 50%
tampak tenang - Apeks Jantung
- Corakan vesikuler bergeser ke
pulmo dalam batas laterocaudal
normal - Pulmo : Corakan
- Tak tampak nodul , vaskuler normal
fibrotic maupun - Tak tampak bercak
klasifikasi pada kedua kedua
- Sinus costofrenicus lapangan paru
dextra sinistra - Hemidiafragma
kanan setinggi
42
Pemeriksaan Hasil
Klien 1 (Tn.SD) Klien 2 (SW)
Tanggal 10 April 2019 18 April 2019
- lancip - kosta 10 posterior
- Diafragma dextra - Sinus kostofrenikus
et sinistra licin tak kanan kiri lancip
mend atar Kesan :
- Cardomegaly (LV)
- Cor. CTR : 0,50
- Pulmo dalam batas
deng an penonjolan normal
aortic knob
- Sistema tulang
intacttak tampak
lesi litik mapun
sklerotik pada foto
saat ini
Kesan :
- Pulmo dalam batas
normal
- Mild cardiomegali
denga n elongatio
aorta
Cystografis Hasil :
X Foto Polos
Tak tampak opasitas
patologis pada vakum
pelvis
- Pemeriksaa n cystografi
(terpasang balon
kateter )
- Tampak k ontras mengisi
lancar ves ika urinaria .
Vesika uri naria dinding
irreguler . Tak tampak
indentasi pada aspek
inferoposterior
- Tampak additional
shadow. Bentuk oval
batas tega s , soliter pada
aspek lateroposterior
kiri . Post miksi , masih
tampak sis a kontras
43
Pemeriksaan Hasil
Klien 1 (Tn.SD) Klien 2 (SW)
Tanggal 10 April 2019 18 April 2019
Kesan : Hasil :
- Identasi pada aspek - Preperitoneal fat line
inferoposterior vesika kanan kiri baik
urinaria → masih - Psoas line kana kiri dan
mungkin gambaran kontur kedua ginjal baik
pembesaran prostat - Tak tampak opasitas
- Cystitis patologis pada cavum
- Divertikel vesika abdomen maupun cavum
urinaria pada aspek pelvis
lateroposterior kiri - Jumlah dan distribusi
udara usus normal
- Tak tampak distensi
maupun dilatasi loo-
doop usus
- Tak tampak gambaran
coiled spring maupun
herring bone
- Tampak fekal material
- Tak tampak free air
X-Foto Kesan :
Abdomen AP - Tak tampak urolith opak
Supine pada vacum abdomen
maupun cavum pelvis
- Tak tampak gambaran
ileus
EKG Pemeriksaan EKG di Pemeriksaan EKG di
lakukan 10 April 2019 lakukan 18 April 2019
dengan hasil interpretasi dengan hasil interpretasi
sinus normal sinus rytme sinus normal sinus rytme
dan normal EKG tanpa dan normal EKG tanpa
elevasi dan depresi elevasi dan depresi
f. Terapi
3. Analisa data
DO :
Pasien terpasang selang DC three
way ukuran 20 , aliran urin
lancar , tidak terjadi sumbatan ,
urin bercampur darah berwarna
merah terang
4. Diagnosa Keperawatan
5. Perencanan
IMPLEMENTASI
Klien 1
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih
12 April 2019 13 April 2019 14 April 2019
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
08.00 - Mengkaji keadaan umum 06.00 - Mengobservasi KU pasien 06.00 - Mengobservasi keadaan pasien
08.15 - Menanyakan keluhan pasien 06.30 - Menganjurkan pasien untuk 06.30 - Menganjurkan pasien untuk sarapan
08.30 - Mengukur tanda - tanda vital sarapan pagi
pasien 07.00 - Mengganti cairan infus RL 07.00 - Mengajarkan latihan otot – otot
09.00 - Mengobservasi eliminasi urin 08.00 - Memberikan terapi obat injeksi pelvis / k egel exercise
09.30 - Memberikan terapi obat Injeksi Ceftriaxone 2 x 1 gr, Injeksi 07.30 - Melatih pasien dan keluarga bladder
Ceftriaxone 1 x 1 gr, Injeksi Ketorolac 2 x 30 mg, Injeksi training
Ketorolac 1 x 30 mg, Injeksi Ranitidine 2 x 30 mg, Injeksi 08.00 - Melakukan personal hygnr DC
Ranitidine 1 x 30 mg, Injeksi Furosemid 2 x 10 mg , Injeksi 08.30 - Mengukur tanda – tanda vital pasien
Furosemid 1 x 10 mg , Injeksi Asam Tranexamat 3 x 500 mg - Menyakan keluhan pasien
Asam Tranexamat 3 x 500 mg - Memonitor tanda - tanda vital 09.00 - Memberikan discharge planning
- Melakukan personal hygine di 08.30 - Melakukan personal hygine di 09.30 kepada pasien dan keluarga agar
10.00 daerah kelamin selang DC pasien daerah kelamin selang DC tetap monitor urin, menjaga pola
- Mengajarkan teknik relaksasi 09.00 pasien makan dan minum , Melakukan k egel
(nafas dalam ) untuk mengurangi - Mengganti cairan irigasi exercise dan bladder training . Dan
11.00 nyeri - Mengajarkan latihan otot – menganjurkan kontrol pada tanggal
- Menganjurkan pasien makan 09.15 otot pelvis / k egel exercise 24 April 2019
siang 09.30 - Monitor karakteristik urin
12.00
10.30
47
48
IMPLEMENTASI
Klien 1
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih
12 April 2019 13 April 2019 14 April 2019
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
15.30 - Mengajarkan teknik nafas dalam 12.00 - Memonitor makanan dan minuman 10.00 - Melepas infus pasien
kembali yang sudah di konsumsi
16.00 - Memberikan obat injeksi Asam 12.15 - Menganjurkan pasien untuk
Tranexamat 1 x 500 mg 14.00 istirahat
16.30 - Meminta pasien untuk makan - Mengobservasi urin yang di
18.00 sore 15.00 keluarkan melalui traksi DC
19.00 - Monitor produksi urin 16.00 - Mengganti cairan infus RL
20.10 - Monitor karakteristik urin - Memberikan obat injeksi asam
20.30 - Memberikan pasien posisi 17.00 tranexamat 1 x 500 mg
nyaman - Menganjurkan latihan otot – otot
21.30 - Mengkaji ulang nyeri yang 18.00 pelvis / k egel exercise
22.00 dirasakan pasien - Monitor makanan dan minuman
23.30 - Anjurkan pasien untuk istirahat 19.30 yang di konsumsi pasien
- Monitor distensi kandung kemih 21.00 - Memonitor karakteristik urin
- Memberikan terapi injeksi 21.30 - Menganjurkan pasien istirahat
Ceftriaxone ,Injeksi Ketorolac, 00.00 - Memberikan pasien posisi nyaman
Injeksi Ranitidine, Injeksi - Memberikan terapi injeksi
Furosemid, Injeksi Asam Ceftriaxone ,Injeksi Ketorolac,
tranexamat Injeksi Ranitidine, Injeksi
Furosemid,Asam Tranexamat
49
IMPLEMENTASI
Klien 2
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih
12 April 2019 13 April 2019 14 April 2019
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
12.00 - Mengkaji keadaan umum 06.00 - Mengganti cairan infus RL 06.00 - Mengobservasi keadaan pasien
- Menanyakan keluhan pasien 06.30 - Mengobservasi KU pasien 06.30 - Menganjurkan pasien untuk
12.15 - Mengukur tanda - tanda vital 07.00 - Menganjurkan pasien untuk sarapan pagi
pasien sarapan 07.00 - Mengajarkan latihan otot – otot
12.30 - Menganjurkan pasien untuk minum 08.00 - Memberikan terapi obat injeksi pelvis / k egel exercise
air putih yang banyak Ceftriaxone, Injeksi Ketorolac, 07.30 - Melatih pasien dan keluarga
13.00 - Meminta pasien untuk makan siang Injeksi Ranitidine Injeksi bladder training
- Memberikan posisi nyaman Furosemid Injeksi Asam 08.00 - Melakukan personal hygnr DC
13.30 - Mengajarkan teknik nafas dalam Tranexamat 08.30 - Mengukur tanda – tanda vital
14.00 - Meminta pasien untuk istirahat 08.30 - Memonitor tanda - tanda vital 09.00 pasien
14.45 - Mengganti cairan irigasi 09.00 - Menganjurkan pasien melakukan 10.00 - Menyakan keluhan pasien
15.00 - Mengobservasi eliminasi urin senam k egel exercise 11.30 - Monitor karakteristik urin
15.30 - Mengajarkan pasien untuk - Melakukan personal hygine di - Memonitor makanan yang sudah di
15.45 melakukan senam k egel exercise 09.15 daerah kelamin selang DC pasien 12.00 konsumsi
- Memberikan terapi obat Injeksi - Mengganti cairan irigasi - Menganjurkan pasien minum air
16.00 Asam Tranexamat 1 x 500 mg 12.00 putih yang banyak 3 liter / hari
- Melakukan personal hygine di 09.30 12.15 - Menganjurkan pasien untuk
16.15 daerah kelamin selang DC pasien istirahat
13.00 - Mengobservasi urin yang di
keluarkan melalui DC
- Mengganti cairan infus RL
50
IMPLEMENTASI
Klien 2
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih
12 April 2019 13 April 2019 14 April 2019
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
16.30 - Mengajarkan teknik relaksasi 10.00 - Menganjurkan pasien melakukan 14.00 - Menganjurkan latihan otot – otot
(nafas dalam ) untuk mengurangi senam k egel exercise pelvis / k egel exercise
nyeri 10.30 - Monitor karakteristik urin 16.00 - Memberikan obat injeksi asam
17.00 - Meminta pasien untuk makan sore 12.15 - Memonitor makanan yang sudah tranexamat 1 x 500 mg
- Monitor cairan IV yang masuk di konsumsi 16.30 - Monitor makanan yang di konsumsi
17.30 melalui selang infus 13.00 - Menganjurkan pasien minum air pasien
- Monitor produksi urin putih yang banyak 3 liter / hari 17.00 - Menganjurkan pasien minum air
18.30 - Monitor karakteristik urin 14.00 - Menganjurkan pasien untuk putih yang banyak
19.00 - Manganjurkan pasien untuk istirahat 17.30 - Menganjurkan pasien untuk
20.00 melaukan senam k egel execis 16.00 - Mengobservasi urin yang di melakukan senam kegel exercise
- Monitor distensi kandung kemih keluarkan melalui DC 19.30 - Memonitor karakteristik urin
20.30 - Mengkaji ulang nyeri yang 16.30 - Mengganti cairan infus RL 20.00 - Menganjurkan pasien istirahat
22.00 dirasakan pasien 17.00 - Menganjurkan latihan otot – otot 21.00 - Memberikan posisi nyaman
- Memberikan posisi nyaman pelvis / k egel exercise 23.30 - Memberikan terapi obat injeksi
23.00 - Menganjurkan pasien istirahat 17.30 - Memberikan obat injeksi asam Ceftriaxone Injeksi Ketorolac,
tranexamat 1 x 500 mg Injeksi Ranitidine, Injeksi
19.30 - Monitor makanan yang di Furosemid, Injeksi Asam
konsumsi pasien Tranexamat
51
IMPLEMENTASI
Klien 2
Diagnosa Keperawatan
Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas kandung kemih
12 April 2019 13 April 2019 14 April 2019
Jam Tindakan Jam Tindakan Jam Tindakan
20.00 - Menganjurkan pasien minum air
putih yang banyak
21.00 - Menganjurkan pasien untuk
melakukan senam kegel exercise
- Memonitor karakteristik urin
21.30 - Menganjurkan pasien istirahat
- Memberikan Terapi obat
00.00
52
7. Evaluasi
Diagnosa : Inkontinensia urine dorongan berhubungan dengan Hiperaktivitas detrusor dengan gangguan kontraktilitas
kandung kemih
EVALUASI
Klien 1
12 April 2019 13 April 2019 14 April
S : Pasien mengatakan BAK masih sakit S : Pasien mengatakan saat BAK masih terasa sakitnya S : Pasien mengatakan saat BAK sudah
O :Terpasang DC three way ukuran 20 dan sudah berkurang tidak sakit
irigasi NaCl 0,9%, urin berwarna kuning O : Terpasang DC three way ukuran 20 dan irigasi O : Terpasang DC three way ukuran 20
keruh , aliran urin lancar NaCl 0,9%, urin berwarna kuning , aliran urin dan irigasi NaCl 0,9%, urin berwarna
A :Masalah Inkontinensia urine dorongan lancar kuning , aliran urin lancar
belum teratasi A : Masalah Inkontinensia urine dorongan belum A : Masalah Inkontinensia urine
P : Lanjutkn intervensi teratasi dorongan belum teratasi
- Kaji karakteristik drainase urine. P : Lanjutkn intervensi P : Lanjutkn intervensi
- Ajarkan Bladder training - Kaji karakteristik drainase urine. - Ajarkan Bladder training
- Ajarkan latihan otot-otot pelvis/ Kegel - Ajarkan Bladder training - Ajarkan latihan otot-otot pelvis
exercise - Ajarkan latihan otot-otot pelvis - Bersihkan kateter urine eksternal
- Bersihkan kateter urine eksternal pada - Bersihkan kateter urine eksternal pada meatus pada meatus
meatus dan daerah kulit secara berkala dan daerah kulit secara berkala.
dan daerah kulit secara berkala.
53
EVALUASI
Klien 1
Kunjungan Pertama Kunjungan kedua
18 April 2019 30 April 2019
S : Klien mengatakan melakukan bladder training, latihan otot pelvis/ S : Pasien mengatakan belum bisa mengontrol berkemih dan masih
k egel exercise dan melakukan perawatan kateter . Namun klien ngompol
mengeluh sulit BAK , masih terpasang kateter , aliran urin lancar , O : Urin berwarna kuning dan bau khas urin , Kateter di lepas pada tanggal
urin berwarna kuning 24 April 2019
O : Klien terpasang terpasang kateter , urin berwarn kuning dan bau khas A : Masalah belum teratasi
urin P : Lanjutkan Intervensi
A : Masalah belum teratasi - Ajarkan latihan otot – otot pelvis / Kegel exercise
P : Lanjutkn intervensi - Jaga eliminasi yang di jadwalkan sehingga dapat membantu
- Ajarkan Bladder training dalam mempertahankan kebiasaan berkemih
- Ajarkan latihan otot-otot pelvis
- Bersihkan kateter urine eksternal pada meatus dan daerah kulit
secara berkala.
54
EVALUASI
Klien 2
20 April 2019 21 April 2019 22 APRIL 2019
S : Pasien mengatakan BAK masih sakit S : Pasien mengatakan BAK masih sulit S : Pasien mengatakan BAK masih sulit
O :Terpasang DC three way ukuran 20 dan O : Terpasang DC three way ukuran 20 dan irigasi O : Terpasang DC three way ukuran 20 dan
irigasi NaCl 0,9%, urin berwarna NaCl 0,9%, urin bercampur darah warna merah irigasi NaCl 0,9%, urin berwarna kuning ,
merah pekat , aliran urin agak terang , aliran urin lancar aliran urin lancar
tersumbat A : Masalah Inkontinensia urine dorongan belum A : Masalah Inkontinensia urine dorongan
A : Masalah Inkontinensia urine dorongan teratasi belum teratasi
belum teratasi P : Lanjutkn intervensi P:Memberikan discharge planning kepada
P : Lanjutkn intervensi - Kaji karakteristik drainase urine. pasien dan keluarga
- Kaji karakteristik drainase urine. - Ajarkan Bladder training - agar tetap monitor urin
- Ajarkan Bladder training - Ajarkan latihan otot-otot pelvis - menjaga pola makan dan minum
- Ajarkan latihan otot-otot pelvis - Bersihkan kateter urine eksternal pada meatus - Melakukan k egel exercise dan bladder
- Bersihkan kateter urine eksternal dan daerah kulit secara berkala. training
pada meatus dan daerah kulit - Dan menganjurkan kontrol pada
secara berkala tanggal 30 April 2019
55
EVALUASI
Klien 2
Kunjungan Pertama Kunjungan kedua
26 April 2019 2 Mei 2019
S : Klien mengatakan melakukan bladder training, latihan otot pelvis/ S : Pasien mengatakan mengenali keinginan berkemih, sudah menjaga pola
k egel exercise dan melakukan perawatan kateter . Namun klien berkemih yang teratur namum respon berkemih belum tepat waktu, saat
mengeluh sulit BAK , masih terpasang kateter , aliran urin ingin BAK tidak sampai toilet.
lancar , urin berwarna kuning O : Urin berwarna kuning dan bau khas urin , Kateter di lepas pada tanggal 30
O : Klien terpasang terpasang kateter , urin berwarna kuning dan bau April 2019
khas urin A : Masalah belum teratasi
A : Masalah belum teratasi P : Lanjutkan Intervensi
P : Lanjutkn intervensi - Ajarkan latihan otot – otot pelvis / Kegel exercise
- Ajarkan Bladder training - Jaga eliminasi yang di jadwalkan sehingga dapat membantu dalam
- Ajarkan latihan otot-otot pelvis mempertahankan kebiasaan berkemih
- Bersihkan kateter urine eksternal pada meatus dan daerah
kulit secara berkala.
B. Pembahasan
terjadi anatar teori dengan kondisi riil pada kasus Inkontinensia urine dorongan
pada Tn. SD dan Tn.SW dengan post operasi BPH di Ruang Kenanga dan
dilakukan selama 3 hari klien 1 pada tanggal 12-14 April 2019 dan klien 2
pada tanggal 20-22 April 2019 di Rumah sakit . Pada pembahasan ini akan
belum BAB dan BAK di bantu selang DC , masih terasa sakit dan klien 2 (Tn.SW)
Hari pertama setelah operasi Pasien mengatakan belum BAB dan BAK di
bantu selang DC , masih terasa sakit . Ditemukan data bahwa kedua klien
karena klien post operasi hari ke-0 dan hari ke-1 . Hasil urin Tn.SD berwarna
kuning keruh bercampur dengan darah sedangkan pada Tn.SW hasil urin
berwarna merah muda / hematuri . Ini sesuai dengan yang di katakan Escudero
(2006 dalam Prayitno, 2014) bahwa klien BPH setelah dilakukan pembedahan
Pada Klien 1 (Tn.SD ) terpasang kateter three way + selang irigasi NaCl
0,9% sedangkan pada klien 2 (Tn.SW) terpasang kateter three way + traksi +
selang irigasi 0,9%. Hal tersebut sesuai dengan menurut Purnomo (2011)
56
57
bahwa setelah operasi TURP pasien akan terpasang kateter three way, yang
lepas. Klien telah dilakukan operasi BPH dengan indikasi TURP dan terpasang
kateter sejak 5 hari yang lalu (Klien 1) dan 6 hari yang lalu (Klien 2) selama di
rawat di rumah sakit . Hal ini katakan Escudero (2006 dalam Prayitno, 2014)
operasi prostat, yang paling sering (64%) adalah inkontinensia urine, dan
diakibatkan adanya perlukan pasca operasi prostat. Hal ini juga dikatakan
Smeltzer and Bare (2013), bahwa Otot detrusor yang tidak berkontraksi
berisiko terjadi inkontinensia urine dan salah satu terapi untuk mengatasi
keadaan ini adalah dengan melakukan bladder training dan kegel exercise .
kegel exercise dan bladder training . Seperti yang dikatakan Shabrini dkk
(2015) bahwa bladder training sejak dini lebih efektif untuk mencegah
tanpa adanya urgensi atau inkontinensia atau kebocoran. Bladder training tidak
58
harus dilakukan sehari sebelum kateter dilepas, namun dapat dilakukan lebih
dini dan dilakukan secara rutin setiap hari agar terhindar dari inkontinensia
urine (Shabrini dkk, 2015). Darmojo (2014) juga menambahkan bahwa latihan
dorongan.
Kegel exescises adalah aktivitas fisik yang tersusun dalam suatu program
dan juga dapat meningkatkan mobilitas kandung kemih serta bermanfaat dalam
memperkuat otot dasar panggul untuk memperkuat penutupan uretra dan secara
dan Frahm (2009) Kegel exercise dapat dilakukan dengan posisi tubuh
mencoba untuk melakukan kontraksi pada otot dasar pelvic seperti saat
mencoba untuk menahan buang angin. Lakukan latihan ini pagi, siang dan sore
dengan lama waktu menahan 10 detik. Klien harus melakukan latihan dengan
tepat dan sesuai prosedur untuk mencapai hasil yang optimal. Kegel exercise
kedua pasien dan keluarga fungsi kegel exercise, penulis melibatkan pasien dan
keluarga dalam mengajarkan senam kegel exercise yang benar . Selama latihan
selalu di pantau oleh penulis, keluarga dan perawat ruangan . Pada Tn. SD
melakukan bladder training hari keempat post operasi klien dapat merasakan
adanya urgensi urin dan menahan urin selama 3 jam, sedangkan Tn. SW
melakukan bladder training di mulai pada hari kedua post operasi klien dapat
menahan urin selama 1 jam . Penulis menyarankan kepada klien dan keluarga
terbiasa merasakan dorongan urine yang akan keluar seperti saat tidak
memakai kateter serta dapat membantu klien menemukan pola eliminasi yang
tepat.
Pada saat kunjungan kedua Tn. SD (klien 1) pada tanggal 30 April 2019,
didapatkan data bahwa klien mengatakan belum bisa mengontrol berkemih dan
masih ngompol, kateter di lepas pada tanggal 24 April 2019. Sedangkan Tn.
yang teratur namum respon berkemih belum tepat waktu, saat ingin BAK tidak
senam kegel exercise 18 hari mulai dari hari kedua post operasi TURP sampai
setelah kateter dilepas. Kegel exercise dapat meningkatkan resistensi uretra dan
disertai dengan penggunaan otot secara sadar oleh pasien sehingga mencegah
dribbling pasca operasi TURP (Hall & Brody, 2005 dalam Majid, 2009). Hal
ini juga di jelaskan Nursalam, (2008) bahwa, kegel exercise harus dilakukan
60
pada Tn.SD tercapai pada hari ke-20 sedangkan Tn.SW tercapai pada hari ke-
dapat berupa tidak rutin dalam melakukan latihan dan durasi atau sesi latihan
melakukan latihan, rutin dalam melakukan kegel exercise, dan durasi latihan
sesuai dengan prosedur yang ditetapkan. Pada laporan kasus ini keberhasilan
kegel exercise adalah karena pasien mau menjadi responden dan mau
antara waktu dorongan dan pengeluaran urin, berwarna jernih dengan bau yang
khas. Hal ini di dukung teori (Bulechek, dkk., 2016), bahwa keberhasilan dapat
ditandai tidak sakit saat miksi , mampu mengtrol berkemih, mampu mencapai
waktu toilet antara waktu dorongan dan pengeluaran urin, berwarna jernih
dengan bau yang khas . Keberhasilan pada Tn. SW yang tidak sakit saat BAK,
61
merasa puas saat berkemih, mampu mencapai toilet saat berkemih, pengeluaran
urin lancar, urin berwarna kuning jernih, urin berbau khas. Hal ini di dukung
teori Smeltzer & Bare (2013) bahwa keberhasilan kegel exercises dapat dinilai
pada beberapa minggu setelah latihan. Lama waktu pelaksanaan latihan otot
dirasakan.
62
63
BAB V
A. Kesimpulan
yaitu tanggal 12 - 14 April 2019 pada klien 1 dan 20-22 April 2019 pada klien
1. Pengkajian yang dilakukan pada kedua pasien ditemukan persamaan pada pola
eliminasi pada kedua klien BAK masih bantu dengan selang DC dan masih
terasa sakit . Adapun perbedaannya yakni pada Pasien 1 Air kencing berwana
kuning keruh sedangkan pasien 2 Air kencing bercampur darah berwana merah
terang , dan riwayat kesehatan keluarga dengan riwayat BPH dan hipertensi.
BPH.
64
4. Tindakan keperawatan yang penulis lakukan kepada kedua klien yaitu kegel
exercises yang dilakukan secara rutin dan sesuai prosedur untuk mencegah
panggul.
B. Saran
saran dari hasil asuhan keperawatan yang telah dilakukan, antara lain:
1. Pengkajian
a. Perawat
sebenarnya..
2. Diagnosa
3. Perencanaan
4. Pelaksaan
a. Perawat
urine dorongan.
5. Evaluasi
a. Perawat