Anda di halaman 1dari 3

Nama: Muhammad Fajar

Nim: 1709025065

Mata Kuliah: Metodologi Penelitian

1. Positivistik
Adalah ilmu yang mengajarkan bahwa kebenaran adalah hal yang logis, ada bukti
empirisnya, yang teruku. Positivistik sudah dapat disetujui untuk memulai upaya membuat
aturan untuk mengatur manusia dan mengatur alam. Positivistiik adalah satu-satunya
pengetahuan yang valid, dan fakta-fakta sajalah yang dapat menjadi obyek pengetahuan.
Kebenaran yang dianut logika positivistik dalam mencari kebenaran adalah teori
korespondensi. Teori korespondensi menyebutkan bahwa suatu pernyataan adalah benar jika
terdapat fakta-fakta empiris yang mendukung pernyataan tersebut. Atau dengan kata lain,
suatu pernyataan dianggap benar apabila materi yang terkandung dalam pernyataan tersebut
bersesuaian (korespodensi) dengan obyek faktual yang ditunjuk oleh pernyataan tersebut.
Positivistik menawarkan kepada pencari pengetahuan untuk berusaha mencari kebenaran
yang berbeda sehingga muncul pemikiran-pemikiran baru.

2. Naturalistik
Adalah sebuah metode penelitian yang digunakan untuk meneliti pada tempat yang alamiah
dan penelitian tidak membuat perlakuan karena peneliti dalam mengumpulkan data
berdasarkan pandangan dari sumber data bukan pandangan peneliti. Penelitian kualitatif
pada hakikatnya ialah mengamati orang dalam lingkungan hidupnya, berinteraksi dengan
mereka, berusaha memahami bahasa dan tafsiran mereka tentang dunia sekitarnya. Untuk itu
peneliti harus turun ke lapangan dan berada dalam waktu yang cukup lama. Apa yang
dilakukan oleh peneliti kualitatif banyak persamaannya dengan detektif, penjelajah atau
jurnalis yang memburu informasi. Penelitian kualitatif bukanlah mencari “kebenaran”
mutlak. Peneliti kualitatif mengakui adanya dunia luar dari dirinya. Akan tetapi dunia itu
tidak dapat dikenalnya secara mutlak. Mau tak mau ia melihat dunia harus dari segi
pandangannya, atau biasanya dari segi pandangan respondennya dan pandangan itu mungkin
sekali ada perbedaannya dengan pandangan orang lain. Pandangan itu tidak semata-mata
subjektif dan relativistik.

3. Empirisme
Istilah empirisme berasal dari kata Yunani yaitu emperia yang artinya pengalaman. Berbeda
dengan rasionalisme yang memberikan kedudukan bagi rasio sebagai sumber pengetahuan,
maka empirisme memilih pengalaman sebagai sumber utama pengenalan, baik pengalaman
lahiriyah maupun pengalaman batiniyah. Thomas Hobbes menganggap bahwa pengalaman
inderawi sebagai permulaan segala pengenalan. Pengenalan intelektual tidak lain dari
semacam perhitungan (kalkulus), yaitu penggabungan data-data inderawi yang sama, dengan
cara berlainan. Dunia dan materi adalah objek pengenalan yang merupakan system materi
dan merupakan suatu proses yang berlangsung tanpa hentinya atas dasar hukum dan
mekanisme. Prinsip dan metode empirisme diterapkan pertama kali oleh Jhon Locke,
langkah utamanya adalah teori empirisme seperti yang telah diajarkan Bacon dan Hobbes
dengan ajaran rasionalisme Descartes. Menurut dia, segala pengetahuan dating dari
pengalaman dan tidak lebih dari itu.Sementara menurut David Hume bahwa seluruh isi
pemikiran berasal dari pengalaman, yang ia sebut dengan istilah “persepsi”. Menurut Hume
persepsi terdiri dari dua macam, yaitu: kesan-kesan dan gagasan. Kesan adalah persepsi
yang masuk melalui akal budi, secara langsung, sifatnya kuat dan hidup. Sedangkan gagasan
adalah persepsi yang berisi gambaran kabur tentang kesan-kesan. Gagasan ini diartikan
dengan cerminan dari kesan.
DAFTAR PUSTAKA
https://afidburhanuddin.wordpress.com/2013/11/07/penerapan-aliran-empirisme-dalam-
pendidikan/

https://hitamkopiku.blogspot.com/2014/11/pengertian-rasionalisme-empirisme.html

https://arifekaprasetya.wordpress.com/2016/06/25/filsafat-ilmu-aliran-berpikir-positivistik-dan-
post-positivistik/

Anda mungkin juga menyukai