Anda di halaman 1dari 3

SISI GELAP

Dering telepon membangunkan Pak Luhut dari tidur tidur ayamnya, sebenarnya malam ini Pak Luhut
sedang shift malam, namun ia gagal menahan matanya untuk tetap terjaga. Dering telepon itu sudah
cukup membuat Pak Luhut kaget, namun berita dari sang penelepon rupanya lebih mengejutkan....
“selamat malam, dengan Kapolsek Ciater Raya, ada yang bisa saya bantu?” sapa Pak Luhut seraya
mengaduk kopi di mejanya, Ia masih belum bisa bekonsentrasi penuh untuk mengatasi laporan.
“Selamat malam komandan! Saya Toni, ada laporan dari salah satu sekolah di lingkungan komandan,
katanya terjadi kasus pembunuhan!” kata Bripda Toni dari telepon dengan tergesa gesa. Pak Luhut
sangat terkejut sampai sampai ia menumpahkan kopinya. “yang benar saja!, jam berapa ini?” pak
luhut menengok ke arah benda bulat penunjuk jam yang menempel di dinding itu, jarum pendeknya
menunjuk ke angka 10, dan jarum panjangnya ke angka 12. “oh,ya ampun. Baiklah saya akan segera
ke lokasi, tolong kau kirim alamatnya dan amankan TKP terlebih dahulu, saya akan segera kesana”
kata Pak Luhut dengan nada menggebu gebu. “Baik komandan, alamatnya akan saya kirim via SMS.”
Setelah menerima alamat yang dikirim Bripda Toni, Pak Luhut langsung angkat kaki dari kantornya,
berjalan menuju mobil dengan warna putih bergaris biru, dengan sirene di atasnya. Mobil itu terlihat
sudah cukup usang jika dibandingkan dengan mobil di kiri kanannya, namun itulah mobil yang
menemani Pak Luhut mencapai keadaannya saat ini. Pak luhut membuka pintu mobil itu dan duduk di
jok keras mobil itu sembari menyalakan mesinnya. Tangan Pak Luhut yang sudah mulai mengerut
memegang setir mobil itu, dan membawanya ke arah satu lagi kasus yang harus diselesaikannya.
Berhubung jarak yang tidak terlaliu jauh dan kondisi jalan yang cukup sepi, tidak butuh waktu lama
bagi Pak Luhut utuk mencapai TKP. Disitu Ia menemukan bahwa banyak rekan seperjuangannya
yang sudah menunggu, hal itu menunjukkan bahwa ini adalah kasus yang cukup serius. Ketika ia
keluar dari mobil, tiba tiba salah satu rekannya datang mengampiri. “Lama tak bertemu kawan lama,
maaf sudah menyuruhmu untuk repot repot datang kesini, namun sepertinya kasus ini hanya kau yang
bisa menyelesaikannya” sapa Pak Rudi, wajahnya tersenyum lebar namun dari nada suaranya
terdengar seperti sesuatu yang menyedihkan telah terjadi. Hal itu membuat perasaan Pak Luhut tidak
enak. “ah, tidak apa apa, sudah biasa, bisa aku melihat jenazahnya terlebih dahulu?” tanya Pak Luhut.
Tiba tiba saja senyum di muka Pak Rudi memudar, berubah menjadi ekspresi muram dan cemas. “eh,
tentu saja.” Kata Pak rudi yang dengan susah payah berusaha meyunggikan senyum. Pak Luhut
mencoba mengabaikan hal itu. “total ada 3 anak yang menjadi korban.” Lanjut Pak Rudi.
Pak Rudi memibimbing Pak Luhut ke tempat dijejerkannya 3 kantong jenazah berwarna oranye, Pak
Rudi mempersilahkan Pak luhut untuk maju dan melihat. Pak Luhut sudah biasa melihat mayat, dan
seharusnyalah perasaanya biasa biasa saja saat membuka kantong jenazah pertama, namun perasaanya
itu tiba tiba tidak enak. Pak Luhut seakan akan mengenali jenazah itu, seorang remaja putri dengan
mata biru cerah, dengan rambut lurus tergerai sebahu. Wajah rampingnya sangat mempesona, namun
kulit putihnya ternoda darah dari luka tusuk di sekitar pinggang. Lalu Ia berpindah ke jenazah kedua,
ia mendapati bahwa yang ini sepertinya juga Ia kenali, namun Pak Luhut hanya melihatnya sepintas,
Ia tidak ingin perasaan tidak enaknya terus tumbuh
Ketika berpindah ke jenazah ketiga, Pak Luhut merasa tulangnya telah berpindah ke entah berantah.
Badannya tiba tiba tidak bisa bergerak sedikitpun, jantungnya berdegup kencang, hatinya terasa
seakan akan dicincang menjadi potongan potongan kecil. Badanya langsung jatuh terkapar ke tanah.
Pak Rudi dan rekan rekannya yang lain dengan susah payah menggotongnya pergi, namun dari sudut
matanya, Pak Luhut dapat melihat sekelebatan bayangan yang lewat secara tiba tiba, bayangan itu
berhenti sejenak dan menampakkan wajahya untuk satu kedipan mata, lalu menghilang.
Semua itu menjadi jelas di otak Pak Luhut, kasus pembunuhan berantai yang selama ini Pak Luhut
tangani akhirnya menemukan titik terang, Ia mengetahui mengapa setiap jenazah yang ditemukan
selalu berada di tempat yang berbeda dari asal sekolahnya, Ia juga akhirnya mengetahui kemana
larinya orang yang menjadi buronannya selama ini. Akan tetapi, Ia sama sekali tidak mengerti
mengapa putrinya dan kedua temannya yang menjadi korban aksi keji tersebut.
Tiba tiba Pak Luhut teringat cerita putrinya tentang salah seorang anak disekolahnya yang mempunyai
masalah dengannya, Ia mengingat setiap lika liku dan detail yang diceritakannya, dan seharusnya Ia
langsung memperingatkan putrinya itu untuk menjauh dari anak itu. Dengan segala informasi yang
telah Ia dapat dari almarhum anaknya itu, ia akan meyelesaikan kasus ini sendiri dan membalaskan
kematian anaknya.....
Jamel sama sekali tidak mengerti apa yang telah diperbuatnya, atau tepatnya, bagian dari dirinya.
Jamel mencoba mengingat ngingat apa yang telah diperbuatnya, Ia sudah berusaha untuk melawan
sekuat tenaga, namun kekuatan itu selalu bisa mengalahkannya. Otaknya serasa ingin pecah saat
memikirkannya, Jamel sudah mencoba untuk mengingatkan, Ia sudah berusaha untuk tidak
mengulang kesalahan itu untuk yang kesekian kalinya.
Jamel baru saja mendaftar di sekolah itu kurang dari satu bulan, dengan segala usaha pemalsuan
dokumen, sekolah itu menjadi sekolah pelarian Jamel untuk kesekian kalinya. Jamel sudah berusaha
untuk menjadi sediam mungkin di sekolah, namun Ia juga tidak ingin dianggap sebagai pecundang,
jadi Ia berusaha sebaik mungkin untuk membatasi pergaulannya. Jamel dengan segenap kekuatannya
berusaha untuk melupakan dan tidak menceritakan apapun tentang masa lalunya yang suram.
Terkadang Ia masih terngiang ngiang akan cerita neneknya; kutukan, kepribadian kedua, pembunuh
berdarah dingin, dan cerita mitos keluarga lainnya. Jamel selalu mencoba untuk tidak mengingatnya,
ia ingin memulai kehidupan baru dan menjadi orang normal seperti yang lainnya, namun itu bukanlah
hal yang mudah.
Singkat cerita, tanpa disangka sangka Jamel berhasil bekenalan dengan seorang siswa purtri dari
kelas tetangga, namanya Melanie. Sebenarnya Ia cukup senang bisa memiliki seorang teman
perempuan lagi, namun mengingat apa yang terjadi di tahun tahun sebelumnya, Ia berusaha menjaga
jarak aman dari anak tersebut. Kemudian Ia berusaha untuk melupakan segala pengalamannya dan
dengan yakin mencoba untuk memulai hubungan yang lebih serius dengan anak itu.
Tidak semudah yang dibayangkan. Jamel berhasil mendapatkan waktu untuk menyampaikan
maksudnya kepada Melanie, namun diakhiri dengan permintaan maaf, lagi. Akan tetapi bukan itu
alasan, mengapa bagian dirinya yang lain berusaha memberontak, dan ingin mengambil alih tubuhnya
kembali. Setelah Ia menyampaikan tujuannya kepada Melanie, kedua teman Melanie yaitu Yuli dan
Ratih, terus mencerca dan menghujat Jamel atas tindakannya kepada Melanie. Kedua orang itu
seakan-akan meganggap bahwa harga diri temannya telah direndahkan atas perbuatan Jamel.
Setiap hari Ia diejek, dicerca dan direndahkan di depan hampir semua orang. Jamel merasa sangat
ketakutan, namun bukan takut akan kemugkinan reputasinya menjadi buruk, melainkan takut akan apa
yang terjadi selanjutnya terhadap bagian lain dari dirinya itu. Setiap hari, Ia dapat merasakan
kekuatan itu semakin mendorong keluar, berusaha untuk mengambil alih tubuh Jamel.
Jamel memutuskan untuk mengalah dan mencoba berbicara dengan Melanie dan kedua temannya itu,
Ia memohon untuk tidak menganggunya da atau hal yang buruk akan terjadi, Ia juga meminta maaf
atas segala kesalahan yang mungkin telah Ia perbuat. Berharap mendapat persetujuan, Ia malah
mendapati Melaniie hanya diam membatu sedangkan kedua temannya mengusir Jamel seperti
mengusir kucing yang meminta minta makanan. Jamel sudah berusaha mengingatkan, yang Ia bisa
lakukan hanyalah bisa pasrah menunggu sampai esok hari, bersiap atas penderitaan yang lebih berat
lagi. Benar saja, kejadian itu akhirnya terulang lagi.
Pagi hari, jam pelajaran pertama, sekitar pukul 8; seorang polisi bertubuh gempal, berkumis tipis dan
berdagu belah datang melakukan penyelidikan, mukanya terlihat muram dan sedih. Jamel mengenal
orang itu, polisi itu adalah Pak Luhut, ayah Melanie, kedatangannya membuat Jamel semakin frustasi.
Suasana sekolah menjadi semakin memanas dan menegang, namun setelah cukup lama melakukan
penyelidikan dan tidak mendapatkan petunjuk apa apa, akhirnya Ia datang ke satu persatu kelas
menanyakan kepada masing masing kelas apakah ada yang bernama Kevin. Hanya ada satu Kevin di
sekolah itu, dan dialah musuh terbesar Melanie, dan anak itu adalah teman sekelas Jamel. Ketika
sampai giliran kelas Jamel, Pak Luhut menanyakan kembali apakah ada yang bernama Kevin....
“maaf mengganggu, apakah disini ada yang bernama Kevin?” tanya Pak Luhut. Kevin dengan cemas
mengangkat tangannya dan seketika itu juga tiba tiba saja Pak Luhut mengeluarkan sepucuk pistol
Revolver dan menodongkannya kepada Kevin. “kau! Kau membunuh Melanie! Kau yang melakukan
semua kasus pembunuhan berantai itu, oleh karena itu kamu juga harus mendapatkan akibatnya, ikut
saya” Pak Luhut terlihat saking muramnya sampai sampi mukanya tidak terlihat berbeda jauh dengan
mayat yang sering Jamel lihat di fim Zombie. Sementara itu Kevin sepertinya syok atas tuduhan itu,
keadaan kelas juga sunyi dan tegang, hanya terdengar suara langkah kaki Pak Luhut dan Kevin yang
melangkah keluar kelas.
Jamel sudah tidak tahan lagi, Ia tidak ingin lari dari kenyataan lagi, sekali ini Jamel ingin
menanggung segala kesalahannya. Jamel merasa bersalah atas semua kesalahan yang telah ditanggung
orang lain untuknya, dan kali ini, Jamel ingin memperbaiki kesalahannya, walaupun itu adalah
perbuatan bagian dari dirinya yang lain.
Tepat sebelum Pak Luhut dan Kevin angkat kaki dari ruangan tersebut, Jamel berteriak dengan
lantang “Pak Luhut, sayalah yang bapak cari! Sayalah yang membunuh Melanie dan kedua temannya!
Saya yang melakukan pembunuhan berantai itu! sayalah yang bertanggung jawab, dan saya bukanlah
Jamel, saya adalah Jack The Ripper....”

Anda mungkin juga menyukai