Anda di halaman 1dari 26

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Infeksi jamur kulit cukup banyak di temukan di Indonesia, yang merupakan
negara tropis beriklim panas dan lembab, apalagi bila higiene juga kurang sempurna.
Penyakit jamur kulit atau dermatomikosis adalah penyakit pada kulit, kuku, rambut,
dan mukosa yang disebabkan infeksi jamur. Pada umumnya golongan penyakit ini
dibagi atas infeksi superfisial, infeksi kutan, dan infeksi subkutan. Infeksi superfisial
yang paling sering ditemukan adalah pityriasis versikolor. Yang termasuk dengan
infeksi kutan adalah dermatofitosis dan kandidosis kutis. Infeksi subkutan yang
kadang-kadang ditemukan adalahsporotrikosis, fikomikosis subkutan, aktinomikosis,
dan kromomikosis. Diantara penyakit jamur superfisial yang sering dijumpai di
Indonesia salah satunyaadalah pityriasis versikolor. Pada penyakit kulit karena infeksi
jamur superfisial, seseorang terkena penyakit tersebut oleh karena kontak langsung
dengan benda-benda yang sudah terkontaminasioleh jamur atau kontak langsung
dengan penderita. Infeksi jamur yang non dermatofitosis salahsatunya pityriasis
versikolor yang disebabkan oleh jamur malassezia. Penyakit ini sangat menarik oleh
karena keluhannya bergantung pada tingkat ekonomi daripada kehidupan penderita.
Bila penderita adalah orang dengan golongan ekonomi lemah (misalnya: tukang
becak, pembanturumah tangga) penyakit ini tidak dihiraukan. Tetapi pada penderita
dengan ekonomi menengahkeatas yang mengutamakan penampilan maka penyakit ini
adalah penyakit yang sangat bermasalah (Nasution, 2005).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Melakukan pendekatan kedokteran keluarga terhadap pasien pityriasis
versikolor dan keluarganya di Kecamatan Abeli Kota Kendari 11-12 Desember
2014.
2. Tujuan Khusus
 Mengetahui karakteristik (fungsi keluarga, bentuk keluarga, dan siklus
keluarga) keluarga pasien pityriasis versikolor.

1
 Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi timbulnya masalah
kesehatan pada pasien pityriasis versikolor dan keluarganya.
 Mendapatkan pemecahan masalah kesehatan pasien pityriasis versikolor
dan keluarganya

C. Manfaat
1. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan penulis tentang kedokteran keluarga, serta
penatalaksanaan pityriasis versikolor dengan pendekatan kedokteran keluarga.
2. Bagi Tenaga Kesehatan
Sebagai bahan masukan kepada tenaga kesehatan agar setiap memberikan
penatalaksanaan kepada pasien pityriasis versikolor dilakukan secara holistik dan
komprehensif serta mempertimbangkan aspek keluarga dalam proses
penyembuhan
3. Bagi Pasien dan Keluarga
Memberikan informasi kepada pasien dan keluargamya bahwa keluarga juga
memiliki peranan yang cukup penting dalam kesembuhan pasien

2
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Definisi
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur. Penyakit jamur kulit ini adalah penyakit kronis yang ditandai oleh
bercak putih sampai coklat yang bersisik. Kelainan ini umumnya menyerang badan
dan kadang- kadang terlihat di ketiak, sela paha,tungkai atas, leher, muka dan kulit
kepala. Nama lainnya adalah tinea versikolor atau panu (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Infeksi ini bersifat menahun, ringan,
dan biasanya tanpa peradangan. Pityriasis versikolor ini mengenai muka, leher, badan,
lengan atas, ketiak, paha, dan lipatan paha (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor adalah infeksi jamur supervisial yang ditandai dengan
adanya makula dikulit, skuama halus disertai rasa gatal (Siregar, 2004)

B. Etiologi
Penyakit ini disebabkan oleh jamur Malasezia furfur. Malassezia furfur
(dahulu dikenal sebagai Pityrosporum orbiculare, Pityrosporum ovale) merupakan
jamur lipofilik yang normalnya hidup di keratin kulit dan folikel rambut manusia saat
masa pubertas dan di luar masa itu. Sebagai organisme yang lipofilik, Malassezia
furfur memerlukan lemak (lipid) untuk pertumbuhan in vitro dan in vivo. Secara in
vitro, asam amino asparagin menstimulasi pertumbuhan organisme, sedangkan asam
amino lainnya, glisin, menginduksi (menyebabkan) pembentukan hifa. Pada dua riset
yang terpisah, tampak bahwa secara in vivo, kadar asam amino meningkat pada kulit
pasien yang tidak terkena panu. Jamur ini juga ditemukan di kulit yang sehat, namun
baru akan memberikan gejala bila tumbuh berlebihan. Beberapa faktor dapat
meningkatkan angka terjadinya pityriasis versikolor, diantaranya adalah turunnya
kekebalan tubuh, faktor temperatur, kelembaban udara, hormonal dan keringat
(Budimulja, 2006).

3
C. Faktor Predisposisi
Suhu yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan
dengan glukokortikoid, dan defisiensi imun. Pemakaian minyak seperti minyak kelapa
merupakan predisposisi terjadinya Pityriasis versikolor pada anak-anak (Wolf, 2007).
Faktor predisposisi lain adalah (Brannon, 2004):
1. Pengangkatan glandula adrenal
2. Penyakit Cushing
3. Kehamilan
4. Malnutrisi
5. Luka bakar
6. Terapi steroid
7. Supresi sistem imun
8. Kontrasepsi oral
9. Suhu Panas
10. Kelembapan

D. Epidemiologi
Pityriasis versikolor lebih sering terjadi di daerah tropis dan mempunyai
kelembaban tinggi. Walaupun kelainan kulit lebih terlihat pada orang berkulit gelap,
namun angka kejadian pityriasis versikolor sama di semua ras. Beberapa penelitian
mengemukakan angka kejadian pada pria dan wanita dalam jumlah yang seimbang.
Di Amerika Serikat, penyakit ini banyak ditemukan pada usia 15-24 tahun, dimana
kelenjar sebasea (kelenjar minyak) lebih aktif bekerja. Angka kejadian sebelum
pubertas atau setelah usia 65 tahun jarang ditemukan (Budimulja, 2006).
Pityriasis versikolor terdistribusi ke seluruh dunia, tetapi pada daerah tropis
dan daerah subtropis. Didaerah tropis insiden dilaporkan sebanyak 40%, sedangkan
pada daerah yang lebih dingin angka insiden lebih rendah, sekitar 3% pasien
mengunjungi dermatologis. Di Inggris, insiden dilaporkan sekitar 0,5% sampai 1%
diantara penyakit kulit. Pityriasis versikolor kebanyakan menyerang orang muda.
Grup umur yang terkena 25-30 tahun pada pria dan 20-25 pada wanita (Budimulja,
2006).

4
E. Manifestasi Klinis
Biasanya tidak ada keluhan (asimtomatis), tetapi dapat dijumpai gatal pada
keluhan pasien. Pasien yang menderita Pityriasisversikolor biasanya mengeluhkan
bercak pigmentasi dengan alasan kosmetik. Predileksi pityriasis vesikolor yaitu pada
tubuh bagian atas, lengan atas, leher, abdomen, aksila, inguinal, paha,
genitalia (Burkhart and Lorie, 2010).Bentuk lesi tidak teratur, berbatas tegas sampai
difus dengan ukuran lesi dapat milier, lentikuler, numuler sampai plakat. Ada dua
bentuk yang sering dijumpai (Jhonson and Suurmond, 2007):
1. Bentuk makuler: berupa bercak yang agak lebar, dengan squama halus diatasnya,
dan tepi tidak meninggi.
2. Bentuk folikuler: seperti tetesan air, sering timbul disekitar rambut.

Gambar 1. Pityriasis versicolor menunjukkan lesi hiperpigmentasi dalam lesi


Kaukasia (kiri atas) dan hipopigmentasi dalam Aborijin Australia (kanan
atas dan bawah).

F. Patogenesis
Pada kulit terdapat flora normal yang berhubungan dengan timbulnya ptyriasis
versicolor ialah Pityrosporum orbiculare yang berbentuk bulat atau Pityrosporum
ovale yang berbentuk oval. Malassezia furfur merupakan fase spora dan miselium.
Malassezia berubah dari bentuk blastospore ke bentuk mycelial. Hal ini dipengaruhi
oleh faktor predisposisi. Malassezia memiliki enzim oksidasi yang dapat merubah

5
asam lemak pada lipid yang terdapat pada permukaan kulit menjadi asam
dikarboksilat. Asam dikarboksilik ini menghambat tyrosinase pada melanosit
epidermis dan dapat mengakibatkan hipomelanosit (Jhonson and Suurmond, 2007).
Tirosinase adalah enzim yang memiliki peranan penting dalam pembentukan melanin.
Malassezia Furfur dapat menginfeksi pada individu yang sehat sebagaimana ia dapat
menginfeksi individu dengan immunocompromised, misalnya pada pasien kanker atau
AIDS (Hawranek, 2002).

G. Penegakan Diagnosis
1. Anamnesis
Penderita biasanya mengeluhkan gatal ringan, yang merupakan alasan
berobat. Penderita pada umumnya hanya mengeluhkan adanya bercak/macula
berwarna putih (hipopigmentasi) atau kecoklatan (hiperpigmentasi) dengan rasa
gatal yang akan muncul saat berkeringat (Radiono, 2001)
2. Pemeriksaan fisik
Kelainan kulit di temukan di badan terlihat sebagai bercak-bercak berwarna-
warni, bentuk tidak teratur sampai teratur, batas jelas sampai difus. Sering
didapatkan lesi bentuk folikular atau lebih besar, atau bentuk nummular yang
meluas membentuk plakat. Kadang-kadang dijumpai bentuk campuran, yaitu
folikular dengan nummular, folikular dengan plakat ataupun folikular atau
nummular dengan plakat (Madani A, 2000)
3. Pemeriksaan langsung dengan KOH 20%
Pemeriksaan ini memperlihatkan kelompok sel ragi bulat berdinding tebal
dengan miselium kasar, sering terputus-putus (pendek-pendek), yang akan lebih
mudah dilihat dengan penambahan zat warna tinta parker blue-black atau biru
laktofenol. Gambaran ragi dan miselium tersebut sering dilukiskan sebagai “meat
ball and spageti” .
Bahan-bahan kerokan kulit diambil dengan cara mengerok bagian kulit yang
mengalami lesi. Sebelumnya kulit dibersihkan dengan kapas alcohol 70%, lalu
dikerok dengan skapel steril dan jatuhnya ditampung dalam lempeng-lempeng
steril. Sebagian dari bahan tersebut diperiksa langsung dengan KOH 20% yang di
beri tinta parker biru hitam, dipanaskan sebentar, ditutup dengan gelas penutup

6
dan diperiksa di bawah mikroskop. Bila penyebabnya memang jamur, maka akan
terlihat garis yang memiliki indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak
tertentu dipisahkan oleh sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung
seperti kalung. Pada ptyriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang,
terpotong-potong, lurus atau bengkok dengan spora yang berkelompok.
4. Pemeriksaan dengan sinar wood
Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna seluruh
daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang terkena infeksi
akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan sampai orange.

H. Pengobatan
Pengobatan pityriasis versicolor dapat diterapi secara topical maupun sistemik.
Tingginya angka kekambuhan merupakan masalah, dimana mencapai 60% pada tahun
pertama dan 80% setelah tahun kedua. Oleh sebab itu diperlukan terapi profilaksis
untuk mencegah rekurensi :
1. Pengobatan topical
2. Pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang
dapat digunakan ialah :
a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu. Obat
digosokan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit sebelum mandi.
b. Salisil spiritus 10 %
c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan ekonazol
dalam bentuk topical
d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%
e. Larutan natrium tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama
2 minggu (Djuanda, 2013)
3. Pengobatan sistemik
Pengobatan sistemik diberikan pada kasus pityriasis versicolor yang luas atau jika
pemakaian obat topical tidak berhasil. Obat yang dapat diberikan adalah :
a. Ketokonazol
Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari
b. Flukonazol

7
Dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu
c. Itraconazol
Dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu (Madani A, 2000)
4. Terapi hipopigmentasi
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
c. Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00

I. Prognosis
Prognosisnya baik dalam hal kesembuhan (Radiono, 2001) bila pengobatan
dilakukan menyeluruh, tekun dan konsisten. Pengobatan harus di teruskan 2 minggu
setelah fluoresensi negatif dengan pemeriksaan lampu wood dan sediaan langsung
negatif(Djuanda, 2013).

8
BAB III

KUNJUNGAN RUMAH

A. Tinjauan Kasus
Tanggal kunjungan: 11 Desember 2014
Alamat : Kelurahan Puday, Kecamatan Abeli, Kota Kendari
B. Data Identitas Keluarga Pasien
1. Biodata
Nama Penderita : Tn. Abd. Rasyid
Umur : 56 Tahun
Pendidikan : SMP
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku : Bugis
Agama : Islam
Nama Istri : Tn. St. Habesia
Umur : 60 Tahun
Pendidikan : SMA
Pekerjaan : IRT (Ibu Rumah Tangga)
Suku : Bugis
Agama : Islam
2. Karakteristik Demografi Keluarga
Tabel 1. Daftar Anggota Keluarga yang tinggal dalam 1 rumah

Nama Umur Hubungan Pendidikan/ Keadaan


No. Imunisasi
anggota L/P keluarga pekerjaan fisik

Tn. Abd. SMP/


1. L/56tahun KK - Sakit
Rasyid Wiraswasta

Ny.
2. P/60Tahun Istri SMA/ IRT - Sehat
Habesia

9
Tn. Abu S1/ Tenaga
3. L/23 tahun Anak Lengkap Sehat
Daud Honorere

Nn. Ari
D3/ Tenaga
4. Anita P/23Tahun Keponakan Lengkap Sehat
Honorer
Sari

C. Genogram keluarga

Keterangan :

: Laki-Laki : Penderita

: Perempuan : Tinggal serumah

: Menikah

: Meninggal

D. Anamnesis
1. Keluhan Utama

Bercak-bercak keputihan pada punggung sebelah kanan terasa gatal, yang terasa
gatal sejak 6 bulan lalu.

10
2. Riwayat Penyakit Sekarang.

Pada awalnya, bercak-bercak keputihan ini cuma sedikit pada punggung kanan
pasien dan sebesar biji jagung saja. Namun, makin lama bercak keputihan ini makin
bertambah banyak dan menyebar hampir ke seluruh punggung kanan pasien. Bercak
keputihan ini juga bervariasi ukurannya di mana ada yang sebesar biji jagung sampai
lebih besar dari uang logam . Pasien mengeluh sering berasa gatal pada punggungnya
terutama pada saat waktu siang ketika di tengah hari dan berkeringat. Karena sering
gatal, pasien sering menggaruk sekitar punggung kananya, dan lama kelamaan
bercak putih semakin bertambah banyak. Tidak ada keluhan nyeri pada punggung
dan rasa tebal atau mati rasa. Pasien tidak berobat ke mana-mana, karena dikiranya
cuma gatal biasadan pasien memberikan daun-daun sebagai obat. Namun setelah
lama, bercak putih makin banyak dan juga gatal, pasien akhirnya berobat ke
puskesmas. Pasien bekerja sehari sebagai buruh bangunan dan sering berkeringat.
Pasien merokok dan tidak minum alkohol. Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-
obatan dalam jangka waktu yang lama.

3. Riwayat Penyakit Dahulu.

Pasien tidak pernah menderita penyakit ini sebelumnya. Pasien juga menyangkal
mempunyai penyakit darah tinggi dan penyakit gula serta adanya allergi.

4. Riwayat Penyakit Keluarga.


Di keluarga tidak ada yang menderita hal seperti pasien. Namun, istri memiliki
riwayat darah tinggi,dan penyakit gula. Riwayat penyakit anggota keluarga lain tidak
ada.
5. Riwayat Gizi
Penderita sehari-hari makan sebanyak 3 kali sehari, dengan nasi, sayur dan lauk
pauk. Seperti ikan, telur,tahu dan tempe.

6. Riwayat Kebersihan Diri


Pasien mandi 2 kali sehari yaitu, pagi dan sore hari. Selain itu, pasien jarang
sekali melakukan cuci tangan baik sebelum kerja setelah dan saat dirumah, kecuali
pada saat ingin makan.

11
7. Riwayat Psiko Sosio Ekonomi
Penderita adalah seorang wiraswasta (buruh bangunan), tinggal serumah dengan
seorang istri dan satu orang anak dan keponakanya, Penghasilan keluarga tidak
menentu antara 1.000.000-1.500.000. Hubungan Pasien dengan istri pasien baik dan
Hubungan pasien dengan tetangga berlangsung baik.
8. Riwayat penyakit di lingkungan
Saat pasien bekerja sebagai buruh bangunan, memakai pakaian kerja yang mana
pakaian tersebut dicuci 1 x dalam seminggu dan kadang pakaian tersebut di pakai
teman kerjanya.
E. Pemeriksaan Fisik
a. Keadaan umum : Baik
b. Kesadaran : Kompos Mentis
c. Tanda Vital :
- Tekanan darah : 120/80 mmHg
- Nadi : 82 kali/menit
- Respirasi : 20 kali/menit
- Suhu : Afebris
d. Status Generalisata
- Kepala : Normosefalus
- Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-)
- Hidung : Tidak tampak sekret
- Telinga : Kedua telinga tidak tampak sekret
- Leher : Tidak tampak pembesaran KGB regional, kelenjar
tiroid tidak tampak membesar.
- Thorax
- Paru :
Inspeksi : dada simetris kira=kanan, retraksi intercosta (-)

Palpasi : Vocal premitus normal kiri = kanan

Perkusi : sonor kiri=kanan

Auskultasi : BP : Bronkovesikuler BT : Rh-/- Wh : -/-

12
- Jantung : Bunyi jantung I -II reguler dan tidak terdengar gallop
maupun murmur
- Abdomen : Tampak datar ikut gerak napas, bising usus terdengar
normal
- Hepar-lien : Tidak teraba membesar
- Ekstremitas : Pada kedua ekstremitas tidak tampak edema dan akral
hangat
- Pemeriksaan Kelenjar limfe
Leher; Kanan : Normal Kiri : Normal
Axilla Kanan : Normal Kiri : Normal
Inguinal Kanan : Normal Kiri : Normal
Groin Kanan : Normal Kiri : Normal
- Kulit :
o Distribusi : regional
o Ad regio : Infrascapularis dan Lumbalis
o Lesi : Bentuk lesi tidak teratur dengan batas tegas, tepi tidak
timbul dan tidak aktif, ukuran variatif di mana yang terbesar
ukuran plakat dan terkecil ukuran lentikular.
o Efloresensi: makula hipopigmentasi.
- Tinggi badan : 165cm
- Berat badan : 60 Kg
- Status gizi : IMT 22,05 kg/m2
F. Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kerokan kulit dengan KOH 20 %
- Lampu wood
G. Alasan Diperlukan Pemeriksaan Penunjang
- Pemeriksaan kerokan kulit fengan KOH 20 %
Bila penyebabnya memang jamur, maka akan terlihat garis yang memiliki
indeks bias lain dari sekitarnya dan jarak-jarak tertentu dipisahkan oleh
sekat-sekat atau seperti butir-butir yang bersambung seperti kalung. Pada
ptyriasis versicolor hifa tampak pendek-pendek, bercabang, terpotong-
potong, lurus atau bengkok dengan spora yang berkelompok.
13
- Pemeriksaan dengan sinar wood, dapat memberikan perubahan warna
seluruh daerah lesi sehingga batas lesi lebih mudah dilihat. Daerah yang
terkena infeksi akan memperlihatkan flouresensi warna kuning keemasan
sampai orange.
H. Hasil Laboratorium
- Tidak dilakukan pemeriksaan laboratorium
I. Diagnosa Kerja :
- Pitiriasis Versikolor
- Kode : ICPC II: S76Skin infection other
- Kode : ICD X: B36.0Pityriasis versicolor
J. Diagnosis Banding :
 Pitiriasis alba
 Vitiligo
 Morbus Hansen
K. Penyelesaian masalah yang dihadapi pasien
Mengingat pasien ini memiliki kebiasaan mandi hanya 2 kali sehari, sehingga
menyarankan untuk mandi 3 kali sehari dan menggunakan sabun serta handuk tidak
bergantian tetapi pribadi. Selain itu, pasien juga memiliki kebiasaan memakai pakaian
kerja secara bergantian dengan teman kerjanya sehingga menyarankan agar pakaian
tersebut milik sendiri/tidak saling tukar menukar pakaian kerja dan kebiasaan
keluarga mencuci pakaian kerja sekali seminggu, sebaiknya menyarankan setiap 2
kali seminggu.
L. Pasien ini perlu dirujuk
Sebagian besar kasus tidak memerlukan rujukan
M. Penjelasan yang diberi pada pasien dan keluarganya tentang penyakit
yang di derita
Adapun penjelasan yang diberikan kepada pasein dan keluarganya tentang
penyakit yang diderita yaitu menjelaskan tentang pitiriasis versikolor, menyangkut
penyebab dan factor penyebaran, komplikasi dan penatalaksanaanya serta edukasi.
Misalnya menjelaskan bahwa pitiriasis versikolor adalah penyakit infeksi pada
superfisial kulit dan berlangsung kronis yang disebabkan oleh jamur Malassezia
furfur. Penyakit ini biasanya tidak memberikan keluhan subyektif, namun tampak

14
adanya bercak halus berwarna putih sampai coklat hitam pada kulit yang terinfeksi.
Penyakit ini tinggi pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab, selain itu juga
dapat berpindah melalui pakaian atau diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak
berbagi dengan orang lain untuk penggunaan barang pribadi. Edukasi pasien dan
keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara menyeluruh, tekun dan konsisten,
karena angka kekambuhan tinggi (± 50% pasien). Infeksi jamur dapat dibunuh dengan
cepat tetapi membutuhkan waktu berbulan-bulan untuk mengembalikan pigmentasi ke
normal.
N. Penjelasan yang disampaikan tentang peranan pasien dan keluarganya
dalam proses penyembuhan penyakit yang diderita
- Edukasi pasien dan keluarga bahwa pengobatan harus dilakukan secara
menyeluruh, tekun dan konsisten, karena angka kekambuhan tinggi (± 50%
pasien)
- Selain itu, peran keluarga sangat penting untuk mengingatkan agar pasien
menjaga pola hidup bersih dan sehat (PHBS), dikarenakan penyakit ini tinggi
pada daerah tropis yang bersuhu hangat dan lembab, selain itu juga dapat
berpindah melalui pakaian atau diusahakan agar pakaian tidak lembab dan tidak
berbagi dengan orang lain untuk penggunaan barang pribadi.
O. Penyuluhan yang dilakukan pada pasien dan keluarganya
Penyuluhan yang diberikan kepada pasien dan keluarganya yaitu berupa
penjelasan tentang pitiriasis versikolor, penyebab, kapan harus memeriksakan
diri ke dokter dan kiat-kiat yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya
pitiriasis versikolor serta pengobatannya.
P. Upaya pencegahan yang disampaikan pada pasien dan keluarganya(
pencegahan primer, pencegahan sekunder dan pencegahan tertier)
1. Pencegahan primer
 Health promotion : Penyuluhan tentang pitiriasis versikolor
 Specific protection:
o Edukasi pasien tentang penyakit pitiriasis versikolor meliputi penderita
harus rutin membersihkan diri berupa mandi 3x sehari atau sehabis
kerja dan menggunakan sabun dan handuk sendiri tanpa bergantian
oleh keluarga yang lain. Selain itu, menghindari pemberian dedaunan

15
dan bahan lain yang dapat menimbulkan infeksi. Menganjurkan
menggunakan obat secara rutin dan 1 minggu berikutnya
memeriksakan kemajuan terapi kepuskesmas.
o Edukasi kepada keluarga untuk menjaga kebersihan diri dan
lingkungannya, pola mandi 3 kali sehari dan mencuci tangan baik
sebelum atau sesudah makan, baik sebelum dan sehabis kerja serta
sebelum tidur. Membiasakan menggunkana sabun secara sendiri atau
menganti sabun batangan dengan sabun cair. Selain itu, menganjurkan
untuk mencuci pakai 2-3 kali dalam seminggu dan tidak berganti-ganti
pakaian baik keluarga maupun teman kerja pasien. Serta makan
makanan sehat dan seimbang.
2. Pencegahan sekunder
- Early diagnosis dan prompt treatment: Pengobatan harus dilakukan secara
menyeluruh, tekun dan konsisten. Obat yang dapat digunakan (tersedia di
puskesmas) ialah :
o Pengobatan sistemik diberikan pada lesi yang lebih luas obat yang dapat
diberikan adalah :
a. Ketokonazol
Dosis : 200 mg perhari selama 10 hari; atau
b. Flukonazol
Dosis : dosis tunggal 150-300 mg setiap minggu; atau
c. Itraconazol
Dosis : 100 mg perhari selama 2 minggu
o Pengobatan topical untuk lesi yang tidak luas berupa :
a. Selenium sulfide 1,8% dalam bentuk shampoo 2-3 kali seminggu.
Obat digosokan pada lesi dan didiamkan selama 15-30 menit
sebelum mandi.
b. Salisil spiritus 10 %
c. Turunan azol, misalnya : mikonazol, klotrimazol, isokanazol dan
ekonazol dalam bentuk topical

16
d. Sulfur presipitatum dalam bedak kocok 4-20%., Larutan natrium
tiosulfas 25%, dioleskan 2 kali sehari sehabis mandi selama 2
minggu
o Terapi hipopigmentasi
a. Liquor carbonas detergent 5%, salep pagi/malam
b. Krim kortikosteroid menengah pagi dan malam
Jemur matahari kurang lebih 10 menit antara jam 10.00 – 15.00
3. Pencegahan tersier
- Disability limitation : Menjalankan pola hidup bersih dan sehat, Memotivasi
untuk rutin menggunakan obat secara teratur, dan Waspadai penularan
penyakit pada seluruh anggota keluarga segera menjaga kebersihan diri atau
menerapkan PHBS (pola hidup bersih dan sehat)
- Rehabilitation : Gunakan obat secara teratur, manggunakan sabun mandi
sendiri atau sabun cair serta handuk sendiri, serta pakaian kerja di cuci 3 kali
dalam seminggu dan tidak berganti pakaian dengan keluarga atau teman kerja
- Mandi 3 kali sehari atau setelah kerja dan membisakan cuci tangan
Q. Prognosis
- Quo ad vitam : ad bonam
- Quo ad functionam : ad bonam
- Quo ad sanationam : dubia ad bonam
- Quo ad cosmeticum : ad bonam

R. Kegiatan Yang Dilakukan Saat Kunjungan Rumah

Melakukan kunjungan rumah, memantau kondisi pasien, melakukan diagnosis


holistik, melakukan pengobatan dan tindakan holistik :

1 Perjalanan penyakit saat ini :


Pasien dengan keluhan beriupa bercak-bercak keputihan pada punggung
sebelah kanan terasa gatal, yang terasa gatal sejak 6 bulan lalu. Pada
awalnya, bercak-bercak keputihan ini cuma sedikit pada punggung kanan
pasien dan sebesar biji jagung saja. Namun, makin lama bercak keputihan

17
ini makin bertambah banyak dan menyebar hampir ke seluruh punggung
kanan pasien. Bercak keputihan ini juga bervariasi ukurannya di mana ada
yang sebesar biji jagung sampai lebih besar dari uang logam . Pasien
mengeluh sering berasa gatal pada punggungnya terutama pada saat waktu
siang ketika di tengah hari dan berkeringat. Karena sering gatal, pasien
sering menggaruk sekitar punggung kananya, dan lama kelamaan bercak
putih semakin bertambah banyak. Tidak ada keluhan nyeri pada punggung
dan rasa tebal atau mati rasa. Pasien tidak berobat ke mana-mana, karena
dikiranya cuma gatal biasadan pasien memberikan daun-daun sebagai obat.
Namun setelah lama, bercak putih makin banyak dan juga gatal, pasien
akhirnya berobat ke puskesmas. Pasien bekerja sehari sebagai buruh
bangunan dan sering berkeringat. Pasien merokok dan tidak minum alkohol.
Pasien tidak sedang mengkonsumsi obat-obatan dalam jangka waktu yang
lama.
Sekarang pasien masih menjalani pengobatan dan pasien rutin menggunakan
Obat dengan pengawas oleh istri dan anak pasien sendiri. Pasien mengatakan
setelah menjalani pengobatan selama hampir 3 hari.

2 Riwayat penyakit keluarga :


Tidak Ada
3 Riwayat penyakit dahulu.
Tidak Ada

S. Bentuk Keluarga : Keluarga Besar tipe matrilineal


T. Fungsi Keluarga
 Fungsi Biologis : Merupakan extended family, yang memiliki fungsi
memenuhi kebutuhan gizi keluarga dan memelihara dan merawat anggota
keluarga.
 Fungsi Psikologis : Hubungan keluarga terjalin akrab dan harmonis dengan
kemampuan menyelesaikan masalah secara musyawarah
 Fungsi Sosial : Mengikuti kegiatan masyarakat dan komunikasi cukup baik,
menyalahkan lingkungan sebagai penyebab sakit yang diderita

18
 Fungsi Ekonomi dan pemenuhan kebutuhan : penghasilan keluarga sekitar
Rp.1.000.000,00 - 1.500.000/ bulan. Penderita sehari-harinya makan sebanyak
3x, dengan nasi, sayur dan lauk pauk seperti telur, tahu, tempe.
U. Diagnosis holistik

4 Aspek personal
Pasien datang berobat dengan harapan kelainan kulit yang diderita dapat
berkurang dengan bantuan dokter di puskesmas.
5 Aspek risiko internal
Faktor internal yang mempengaruhi masalah kesehatan pasien yaitu:
Kebersihan diri (Higienetas)
6 Aspek psikososial keluarga
Hubungan antar anggota keluarga baik. Semua masalah yang ada selalu
dibicarakan dengan baik-baik dan keputusan diambil berdasarkan hasil
musyawarah atau kesepakatan bersama Faktor eksternal yang mempengaruhi
masalah kesehatan pasien yaitu faktor lingkungan
V. Diagnosis sosial, ekonomi,pencarian pelayanan kesehatan dan perilaku

6. SOSIAL - Hubungan keluarga dengan tetangga atau orang sekitar


baik, saling membantu jika ada kesulitan
- Tidak ada masalah baik di rumah, tempat kerja maupun di
masyarakat.
- Pendidikan tertinggi pada keluarga tersebut yaitu Sarjana
- Istri Penderita sebagai IRT. Hubungan dengan keluarga
baik.
- Penderita tinggal di kawasan perumahan yang padat
penduduk, jarak antar rumah sedang
7. Ekonomi Sumber penghasilan dalam keluarga dari penderita dan suami
yang bekerja sebagai wiraswasta (buruh bangunan) dengan
penghasilan perbulan kurang lebih Rp. 1.000.000 – 1.500.000
perbulan. Kebutuhan keluarga cukup terpenuhi.
8. Penggunaan Jika salah satu keluarga pasien sakit maka pasien lebih sering

19
pelayanan ke puskesmas dari pada rumah sakit atau tempat praktek
kesehatan dokter.
9. Perilaku Tidak mencuci tangan sebelum dan sesudah makan atau
yang tidak bekerja serta pakaian kerja hanya di cuci 1 kali dalam
menunjang seminggu dan sering berganti-ganti pakaian
kesehatan.

W. Data sarana pelayanan kesehatan dan lingkungankehidupan keluarga

Tabel : Faktor pelayanan kesehatan

Kesimpulan tentang
Faktor Keterangan faktor pelayanan
kesehatan
Sarana pelayanan kesehatan Puskesmas Memuaskan
yang digunakan oleh
keluarga
Cara mencapai sarana Naik motor Memuaskan
pelayanan kesehatan tsb
Tarif pelayanan kesehatan (sangat mahal,mahal, terjangkau, Terjangkau
yang dirasakan murah, gratis)
Kualitas pelayanan (sangat baik, baik, biasa, kurang Baik
kesehatan yang dirasakan baik, buruk)

X. Lingkungan tempat tinggal.

Kepemilikan rumah : Pribadi

Daerah perumahan : Padat, cukup bersih, halaman luas,


rumah rapih dan bersih.
Karakteristik rumah dan lingkungan
Luas rumah : panjang ... X lebar ..... 12 x 8 meter

20
Bertingkat / tidak Tidak bertingkat
Jumlah penghuni rumah : .... orang 4 orang
Luas halaman rumah : 6 x meter
Kondisi halaman : kumuh, sedang, bersih. Sedang
Lantai rumah dari ; tanah/semen/keramik/lain-lain Keramik
Dinding rumah dari : tembok/papan/kombinasi Tembok
Kondisi dalam rumah : kotor, sedang, bersih. Bersih

Y. INTERVENSI PADA KELUARGA

Hari / Tanggal INTERVENSI YANG DILAKUKAN DAN RENCANA TINDAK


LANJUT.

Kunjungan a. Edukasi kepada pasien dan keluarga tentang cara penularan,


pertama, pemberantasan, penyakit kulit yaitu pitiriasis versikolor
b. pentingnya keteraturan dalam berobat sehingga os menjadi cepat
sembuh
Kamis / 11 c. menganjurkan mandi 3 kali sehari dan mencuci pakaian 3-4 kali
Desember 2014 seminggu, serta tidak berganti-gantian menggunakan handuk,
pakaian dan sabun, serta makan-makanan yang bergizi, olahraga dan
istirahat yang teratur
d. Menganjurkan untuk membuka jendela sehingga rumah pasien
mendapat pancaran sinar matahari yang cukup serta menjemur
tempat tidur 2 kali seminggu
e. Memberikan semangat dan dukungan emosional kepada pasien.
Tindak lanjut, Follow up pasien tentang edukasi dan intervensi yang telah diberikan

Jumat/ 12 Hasilnya : pasien dan keluarganya megerti tentang edukasi yang


Desmber 2014 diberikan berupa penegrtian, penyebab, langkah pencegahan dan
pengobatan pitiriasis versikolor. Selain itu, adanya keinginan untuk
menjaga pola hidup bersih dan sehat(PHBS) serta tekun dan telaten
dalam pengobatan

21
BAB IV

PENUTUP

A. Kesimpulan
Pityriasis versikolor adalah infeksi ringan yang sering terjadi disebabkan oleh
Malasezia furfur dan pityrosporum orbiculare. Penyakit jamur kulit ini adalah
penyakit kronis yang ditandai oleh bercak putih sampai coklat yang bersisik, makula
dikulit, skuama halus disertai rasa gatal. Faktor predisposisi penyakit ini adalah suhu
yang tinggi, kulit berminyak, hiperhidrosis, faktor herediter, pengobatan dengan
glukokortikoid, defisiensi imun, pengangkatan glandula adrenal, penyakit Cushing,
kehamilan, malnutrisi, luka bakar, terapi steroid, dan penggunaan kontrasepsi oral.
Selain pengobatan medikamentosa, pasien juga harus melakukan pola hidup bersih
dan sehat berupa mandi teratur tiga kali sehari atau sehabis kerja, menggunakan
handuk dan pakaian sendiri serta mencuci pakaian minimal tiga kali dalam seminggu,
makan makanan sehat dan bergizi serta dukungan keluarga dan lingkungan yang baik
untuk mendukung kesembuhan pasien.
B. Saran
1. Saran kepada pasien dan keluarga:
b. Menjaga kebersihan diri serta lingkungan
c. Menerapkan pola hidup bersih dan sehat
d. Selalu memberikan dukungan kepada pasien
e. Cegah penularan penyakit dalam keluarga
2. Saran kepada petugas kesehatan
a. Perlu di adakan pendataan lanjutan pada pasien dengan kelainan kulit
lainnya.
b. Perlu melakukan penyuluhan tentang PHBS kepada keluarga pasien
penderita kusta dan juga masyarakat banyak
c. Rutin melakukan pemeriksaan dan pengawasan bila ada pasien dengan
kelainan kulit.

22
DAFTAR PUSTAKA

Brannon, H. 2004. Tinea Versicolor. Diambil dari www.about.com/Dermatology.


diakses tanggal 24 September 2013Budimulja, Unandar. 2006. Ilmu Penyakit
Kulit dan Kelamin. Jakarta : Balai Penerbit FKUI

Burkhart, Craig G. and Lorie G. 2010. Tinea Versicolor.


http://emedicine.medscape.com/article/1091575. Diakses tanggal 24 September
2013.

Djuanda A, Hamzah M, Aisah S. ilmu penyakit kulit dan kelamin. 3rd ed. Jakarta :
balai penerbit FKUI: 2013

Hawranek, Thomas. 2002. Cutaneous Mycology. In Fungal Allergy and


Pathogenicity. Basel: S. Karger AG.

Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and Synopsis of
Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill Companies.

Madani A. infeksi jamur kulit. In : Harahap M, editor. Ilmu penyakit kulit. Jakarta :
hipokrates; 2000

Nasution, M.A. 2005.Mikologi dan Mikologi kedokteran, Beberapa


PandanganDermatologis, Pidato jabatan pengukuhan guru besar tetap USU.
Medan.

Radiono S. pityriasis versicolor. In :Budimulja U, Kuswadji, Bramono K, Menaldi


SL, Dwihastuti P, Widaty S, editors. Dermatomikosis superfisialis : pedoman
untuk dokter dan mahasiswa kedokteran. Jakarta : balai penerbit FK UI; 2001

Siregar. 2004. Saripati Penyakit Kulit, Ed.2 .Jakarta : EGC

23
Wolff. K, Johnson. R.A, Suurmond. D . 2007. Fitzpatrick’s, The Color Atlas and
Synopsis of Clinical Dermatology, fifth edition. E-book : The McGraw-Hill
Companies.

24
Lampiran 1 . Foto Lesi pada kulit pasien

Gambar 1. Lesi pada punggung pasien

Gambar 2. Rumah Pasien

25
Gambar 3. Ruang tengah rumah pasien

Gambar 4. Dapur rumah pasien

26

Anda mungkin juga menyukai