Anda di halaman 1dari 8

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pembangunan di Indonesia saat ini sudah merata kesemua aspek,
salah satunya adalah kesehatan. Pada anak usia prasekolah merupakan
salah satu program yang diutamakan oleh pemerintah. Hal ini di galakkan
program Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) (Sundoro, 2018).
Imunisasi adalah proses untuk membuat seseorang imun atau kebal
terhadap suatu penyakit. Proses ini dilakukan dengan pemberian vaksin yang
merangsang sistem kekebalan tubuh agar kebal terhadap penyakit tersebut
(Yuniarto,2015) Menurut (Permenkes,2015) Imunisasi bertujuan
untuk membangun kekebalan tubuh seseorang terhadap suatu penyakit,
dengan membentuk antibodi dalam kadar tertentu. Agar antibodi tersebut
terbentuk, seseorang harus diberikan vaksin sesuai jadwal yang telah
ditentukan. Jadwal imunisasi tergantung jenis penyakit yang hendak dicegah.
Sejumlah vaksin cukup diberikan satu kali, tetapi ada juga yang harus
diberikan beberapa kali, dan diulang pada usia tertentu. Vaksin dapat
diberikan dengan cara disuntik atau tetes mulut.
Bulan Imunisasi Anak Sekolah (BIAS) pada anak akan mempunyai
resiko lebih tinggi untuk terkena penyakit yang dapat menyebabkan
kecatatan, bahkan kematian jika tidak diberikan imunisasi. Reaksi imunisasi
pada umumnya setelah dilakukan vaksinasi tubuh anak akan bereaksi untuk
membentuk dan meningkatkan sistem kekebalan tubuh. Jika imunisasi
lengkap maka besar kemungkinan terhindar dari berbagai penyakit infeksi.
Bila anak atau bayi yang tidak mendapat imunisasi lengkap, penyakit akan
mudah menyerang, mudah tertular orang yang sakit, terutama penyakit yang
bisa dicegah dengan imunisasi dasar sehingga hal ini akan menambah
angka kesakitan dan kematian pada anak (Sari, 2016).

1
2

United Nations Children's Fund (UNICEF) dan World Health


Organization (WHO) memaparkan bahwa pada tahun 2016, dalam 35 detik
terdapat 1 anak yang meninggal dunia akibat Infeksi Saluran Napas Bawah
(ISNBA) dalam bentuk pneumonia. Terdapat beberapa penyakit yang
menyebabkan kematian utama pada anak berusia dibawah lima tahun yaitu
pneumonia tercatat 900.000 yang merupakan 16% dari total kematian anak
balita sebagian besar korbannya berusia dibawah 2 tahun, diare (14%),
infeksi lain (9%), malaria (8%), dan noncomunicable disease (4%). (UNICEF,
2018).
Data dan profil kesehatan Kementerian Kesehatan Republik
Indonesia tahun 2016, menemukan penderita pneumonia pada balita di
Indonesia tercatat 503.738 jiwa (57,84 %) dan jumlah kematian 551 jiwa
(0,11%). Di Sulawesi Tenggara penderita pneumonia pada balita mencapai
3.106 jiwa (0,62%). (Kemenkes RI, 2017)
Pneumonia disebabkan oleh agen infeksius seperti virus, bakteri dan
jamur yang terdiri dari bakteri streptococcus pneummoniae, haemophilus
influenza tipe b (Hib) dan pneumocystis jiroveci. Virus dan bakteri ini akan
menginfeksi paru-paru jika terhirup terutama pada anak anak dengan daya
tahan tubuh yang lemah. Balita yang sistem kekebalan tubuhnya terganggu
beresiko lebih tinggi terkena pneumonia. Sistem kekebalan tubuh anak dapat
melemah karena kekurangan gizi terutama pada anak yang tidak
mendapatkan ASI Ekslusif. Faktor lingkungan juga meningkatkan kerentanan
anak terhadap pneumonia seperti polusi udara dalam ruangan, kepadatan
hunian dan anggota keluarga yang merokok (WHO, 2016).
Anak dengan pneumonia akan mengalami gangguan pernapasan
yang disebabkan karena adanya inflamasi dialveoli paru-paru. Infeksi ini akan
menimbulkan masalah pada pemenuhan kebutuhan oksigenasi seperti
peningkatan produksi sputum, pola napas tidak teratur, pernapasan cuping
hidung, terdapat tarikan dinding dada, dypsneu dan suara krekels saat
diauskultasi. Apabila kebutuhan oksigenasi terganggu maka menghambat
pemenuhan suplai oksigen ke otak dan sel-sel diseluruh tubuh, jika dibiarkan
3

dalam waktu yang lama keadaan ini akan menyebabkan hipoksemia lalu
terus berkembang menjadi hipoksia berat, dan penurunan kesadaran hingga
berujung pada kematian (Sari, 2016).
Pemerintah berkomitmen tinggi terhadap program pencegahan dan
pengendalian pneumonia, upaya pemerintah semaksimal mungkin dalam
meningkatkan dan mempertahankan cakupan imunisasi yang tinggi dan
merata, meningkatkan akses, cakupan dan kualitas dari intervensi
pneumonia yang komprehensif serta melakukan perluasan imunisasi secara
bertahap ke wilayah lainnya di Indonesia.(tegas Alexander K. Ginting, di
hadapan 400 an peserta dari 58 negara pada Rabu, 29 Januari 2020.)
Dalam proses perawatan, penyakit pneumoni menimbulkan gangguan
kebutuhan oksigenasi yaitu ketidakefektifan bersihan jalan napas,
ketidakefektifan pola napas, dan gangguan pertukaran gas. Oleh karena itu,
dibutuhkannya penatalaksanaan yang cepat pada penderita pneumonia
(Suriadi & Yuliani, 2010).
Masalah keperawatan pada klien dengan pneumoni dapat dicegah
dengan penatalaksanaan perawat dalam memberi asuhan keperawatan
secara menyeluruh mulai dari pengkajian masalah, menentukan diagnosa,
keperawatan, membuat intervensi, implementasi serta evaluasi asuhan
keperawatan pada pasien pneumonia dengan memperbaiki pola nafas yang
tidak efektif. Penatalaksanaan keperawatan yang diberikan pada pasien
pneumonia dengan gangguan kebutuhan oksigenasi ialah auskultasi suara
napas, pemberian posisi semi fowler, fisioterapi dada, pemberian oksigen,
melakukan suction, dan pemberian inhalasi pada anak (Bulechek et al,
2016).
Menurut Wahyuningsih, E (2015), dalam naskah publikasihnya yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada An. B Dengan Gangguan Sistem
Pernapasan: Pneumonia Di Ruang Anggrek RSUD Surakarta” untuk
mengatasi masalah keperawatan yang berhubungan dengan kebutuhan
oksigenasi peneliti melakukan pemberian posisi semi fowler, terapi inhalasi
(nebulizer) dan pemberian oksigen.
4

Berdasarkan hasil studi pendahuluan di didapatkan data 10 penyakit


terbanyak di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh Banjarmasin
tahun 2017, 2018 dan 2019 yang mana data tersebut dapat dilihat pada tabel
berikut ini:

Tabel 1.1 Distribusi 10 penyakit terbanyak di Ruang Alexandri RSUD Dr. H.


Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2017

No Nama peyakit Jumlah


1 Cerebral infarction, unspecified 834
2 Diare 667
3 Tuberculosis of lugng, without mention of bacteriological or histological 410
4 Pneumonia 383
5 Intracerebral haemorrhage, unspecified 321
6 Diabetes militus non dependen insulin tanpa komplikasi 279
7 Demam berdarah dengue (DHF) 278
8 Asma B/asthma 262
9 Chf/congestive heart failur 260
10 Bacterial sepsis of newborn, unspecified 256
Jumlah 3.950
Sumber : Rekam medik Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2017

Tabel 1.2 Distribusi 10 penyakit terbanyak di Ruang Alexandri RSUD Dr. H.


Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2018

No Nama peyakit Jumlah


1 Cerebral infarction, unspecified 921
2 Demam berdarah dengue (DHF) 718
3 Diare 578
4 Tuberculosis of lugng, without mention of bacteriological or histological 408
5 Intracerebral haemorrhage, unspecified 360
6 Pneumonia 347
7 Diabetes militus non dependen insulin tanpa komplikasi 319
8 Sever pre – eclamsia 281
9 Chf/congestive heart failur 260
10 Typhoid fever / demam thypoid 252
Jumlah 4.444
Sumber : Rekam medik Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2018

Tabel 1.3 Distribusi 10 penyakit terbanyak di Ruang Alexandri RSUD Dr. H.


Moch. Ansari Saleh Banjarmasin tahun 2019
No Nama peyakit Jumlah
1 Cerebral infarction, unspecified 559
2 Diare 505
5

3 Demam berdarah dengue (DHF) 493


4 Tuberculosis of lugng, without mention of bacteriological or histological 400
5 Pneumonia 392
6 Sever pre – eclamsia 344
7 Other low birth weigh 296
8 Chf/congestive heart failur 278
9 Demam dengue (dengue klasik) 275
10 SNH 259
Jumlah 3.801
Sumber : Rekam medik Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin tahun 2019

Berdasarkan data dari tabel 1.1 diketahui bahwa pada tahun 2017
penyakit pneumonia menempati peringkat 4 dengan jumlah 383 kasus.
Sedangkan pada tabel 1.2 pada tahun 2018 penyakit pneumonia menempati
peringkat 6 dengan jumlah 347 kasus dan pada tabel 1.3 di tahun 2019
penyakit pneumonia menempati peringkat 5 dengan jumlah 392 kasus.
Meningkatnya kasus pneumonia menjadi masalah yang harus dapat
ditangani bagi perawat ruang Alexandri RSUD Dr. H.Moch. Ansari Saleh
Banjarmasin yang mana peran perawat disini sangat penting untuk
memberikan asuhan keperawatan pada penyakit Pneumonia. Menurut hasil
wawancara dengan perawat diruangan Alexandri RSUD Dr. H.Moch. Ansari
Saleh Banjarmasin peran perawat terhadap anak dengan penyakit
Pneumonia tidak hanya sebagai memberikan asuhan keperawatan saja
tetapi peran perawat disini sebagai edukator,koordinator,kolaborator dan
konsultan. Dan hasil wawancara yang dilakukan oleh penulis kepada 5 orang
ibu dengan anak yang dirawat dengan pneumonia, mereka mengatakan
anaknya mengalami sesak nafas, batu berdahak dan kesulitan dalam
mengeluarkan dahak yang berada di saluran pernafasan.
Berdasarkan latar belakang tersebut diatas pulis tertarik untuk
melakukan Studi Kasus dengan judul “Gambaran Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Pneumonia dengan Bersihan jalan nafas tidak efektif Di Ruang
Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020”
6

B. Rumusan masalah
Berdasarkan uraian di atas maka dapat di ambil rumusan masalan
sebagai “Bagaimana pelaksanaan Gambaran Asuhan Keperawatan Anak
Dengan Pneumonia dengan Bersihan jalan nafas tidak efektif Di Ruang
Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020”.

C. Tujuan Studi Kasus


1. Tujuan Umum
Melakukan Asuhan Keperawatan Anak Dengan Pneumonia dengan
Bersihan jalan nafas tidak efektif Di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020.
2. Tujuan Khusus
a. Melakukan pengkajian asuhan keperawatan Anak Dengan Pneumonia
di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin
Tahun 2020.
b. Merumuskan diagnosa keperawatan pada asuhan keperawatan Anak
Dengan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2020.
c. Menentukan intervensi keperawatan pada asuhan keperawatan Anak
Dengan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2020.
d. Melaksanakan implementasi keperawatan pada asuhan keperawatan
Anak Dengan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch
Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020.
e. Melakukan evaluasi keperawatan pada asuhan keperawatan Anak
Dengan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr. H. Moch Ansari
Saleh Banjarmasin Tahun 2020.
f. Melakukan pendokumentasian keperawatan pada asuhan
keperawatan Anak Dengan Pneumonia di Ruang Alexandri RSUD Dr.
H. Moch Ansari Saleh Banjarmasin Tahun 2020.

D. Manfaat Penulisan
1. Bagi Klien dan keluarga
Memberikan pengetahuan sekaligus informasi yang tepat kepada
klien agar mengetahui tindakan keperawatan yang akan di berikan baik
7

secara bio-psiko-sosio kultural dan spiritual serta untuk memandirikan


klien.
2. Bagi Perawat
Sebagai bahan masukan berupa pengetahuan dan pengelaman
dari penarapan asuhan keperawatan pada klien anak.
3. Bagi Rumah Sakit
Sebagai bahan pertimbangan untuk meningkatkan mutu
pelayanan keperawatan.
4. Bagi pendidikan
Sebagai bahan masukan sehingga dapat membantu
meningkatkan proses pembelajaran di masa yang akan datang.
6. Bagi Penulis
Menambah pengetahuan dan sebagai pengalaman secara
langsung dalam melaksanakan asuhan keperawatan pada klien anak.

DAFTAR PUSTAKA

Bibliography
Sundoro, J. (2018). BIAS (Bulan Imunisasi Anak Sekolah: Anak terlindung dari penyakit
campak, difteri dan tetanus. Bandung: PT Bio Farma (Persero).
8

Anda mungkin juga menyukai