Disusun oleh :
Kelompok 3
3A/Semester VI
Devi Rachmawati P27901117003
Ilah Kholilah P27901117010
M. Ali Muharom P27901117019
Siswati Rahayu P27901117034
Tera Yus Amanah S P27901117040
Tiya Mutiara P27901117041
Vira Melfiani P27901117042
PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG
Indikator negara yang berhasil adalah dilihat dari tingkat kesehatan yang dimiliki
oleh masyarakatnya, semakin tinggi angka kesehatan yang dimiliki masyarakat, yang
berarti semakin tinggi pula kesejahteraan yang dimiliki suatu masyarakat tersebut. Suatu
masyarakat terdiri dari beberapa keluarga atau kelompok yang terbentuk dari beberapa
individu. Untuk membentuk kesehatan yang optimal maka diperlukan pula suatu
wadah/tempat yang mendukung bagi individu/keluarga/kelompok untuk memiliki hidup
yang sehat, hidup yang sejahtera.
Suatu negara yang sehat berawal dari diri sendiri dan keluarga yang sehat juga.
Untuk mendapatkan hal tersebut diiperlukan peralatan penunjang kesehatan yang lengkap
dan memadai. Langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan sekaligus
mencegah penyakit adalah melakukan aktivitas kehidupan dengan pola hidup bersih dan
sehat atau yang disingkat PHBS. PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang,
keluarga, atau masyarakat, mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan aktif dalam mewujudkan kesehatan. Mencegah lebih baik dari pada
mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadikan dasar pelaksanaan PHBS.
PHBS dapat dilaksanakan di rumah tangga, di tempat umum, di sekolah. Hal yang
mendasari suatu kesuksesan individu adalah keluarga atau rumah tangga itu sendiri.
Keluarga menjadi wadah pertama suatu individu berinteraksi dan bersosialisai, maka dari
itu diperlukan rumah tangga yang bersih dan sehat untuk menghasilkan masyarakat yang
berkualitas, yang mempu bersaing dengan bangsa lain. Perumahan atau rumah tangga itu
sendiri adaalah kebutuhan yang primer bagi manusia sejak zaman purba yang tinggal dari
gua ke gua hingga kemudian berkembang menjadi mendirikan rumah.
Rumah yang tidak memenuhi sayarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih dari 80% dari penyakit yang di derita oleh bayi dan balita.
Keadaan tersebut mengidentifikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan dan lingkungan (Munif Ariffin, 2010)
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersediannya sarana
sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitiberatkkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakkannya untuk tempat tinggal dan berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja
atau daya produktif seseorang. Utamanya di Indonesia, masih banyak rumah-rumah yang
tidak layak huni mulai dari minimnya ventilasi, lokasi rumah yang endemik penyakit dan
rawan, kebersihan hingga sanitasi berupa jamban yang minimum. Padahal jika dibiarkan,
rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan. Jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah
(lingkungan permukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan
permukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan ekonomi yang rendah,
karena mudah di bangun berdasarkan kemampaun keuangan penghuninya.
Maka dari itu penting sekali sebagai tenaga kesehatan untuk mengedukasikan
PHBS kepada masyararakat keluarga terutama tentang rumah dan jamban sehat. Karena
merupakan indikator utama dalam keberhasilan suatu bangsa. Maka, akan kelompok
membahas tentang “Konsep Dasar Perumahan dan Jamban Sehat”
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, bagaimana pentingnya masyarakat/keluarga memiliki
tingkat kesehatan yang optimal maka kelompok akan membahas “Bagaimana Konsep
Dasar Perumahan dan Jamban Sehat”
C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Mengetahui bagaimana konsep dasar perumahan dan jamban sehat
2. Tujuan Umum
a) Mengetahui definisi PHBS: perumahan dan jamban sehat
b) Menidentifikasi dasar hukum perumahan dan jamban sehat: Permenkes No.03
Tahun 2014 dan PMK No. 39 Tentang PIS PK
c) Mengetahui karakteristik atau persyaratan dari perumahan dan jamban sehat
d) Mengidentifikasi akibat dari perumahan dan jamban tidak sehat
e) Mengidentifikasi manfaat dan tujuan dari perumahan dan jamban sehat
f) Mengetahui strategi dalam pelaksanaan perumahan dan jamban sehat
D. Manfaat
3
Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan konsep dasar perumahan dan
jamban sehat bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Banten ataupun pembaca, dan
menambahkan wawasan serta pengetahuan bagi pembaca sehingga dapat melakukan
tindakan PHBS pada tatanan rumah tangga dipermukiman
BAB II
TINJAUAN TEORI
A. Rumah Sehat
1. Pengertian
Dalam Undangundang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukansebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Sedangkan pengertian
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan
cukupluasbagiseluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap
penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan
rumahjugasebaiknyaterhindardarifaktor-
faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).
Rumah sehat dapatdiartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tem
pat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan
(2010) yang dikutip dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung
dan tempat untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik
fisik,rohani maupun sosial.
2. Fungsi Rumah
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang
dikutip dari Azwar adalah :
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang
dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.
5
3. Persyaratan Rumah Sehat
Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum
dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :
a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.
Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :
1) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya
temperatur udara
dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari
temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar
22°C - 30°C sudah cukup segar.
2) Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahayamatahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nya
la api lainnya(penerangan buatan). Semua penerangan ini harus d
iatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak
menimbulkan rasa silau.
3) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran
udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5%
dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat
dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai.
4) Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu
deras dan tidak terlalu sedikit.
5) Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari
gangguanbisingyangberlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif
lama. Gangguan yang dapat
munculantaralain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran d
an gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
6) Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di
rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.
7
3) Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga
yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab
bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin
akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja
di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
4) W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu
rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang
atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai
W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang
air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.
5) Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara
rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.
B. Jamban Sehat
1. Pengertian
Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan
dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas
pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Proverawati, 2012).
Selain itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
kakus. Menurut Kusnoputranto (2005), jamban adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran
tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Jamban sangat berguna bagi
manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat
mencegah berkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh
kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan
tinja tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air,
tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi
kesehatan, karena penyakit yang tergolong water borne disease seperti diare,
kolera, dan kulit akan mudah berjangkit (Chandra, 2007).
9
terjadinya penyakit tersebut dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini
hidup dalam saluran pencernaan manusia (Notoatmodjo, 2010).
2. Jenis-Jenis Jamban
Jamban yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik
adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air
yang tercukupi. Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan
berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:
b. Lapisan cair
c. Lapisan endap
1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan kotorannya
yaitu:
11
2. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu:
a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di
b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada langsung di
atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah dan dihubungkan oleh suatu
saluran yang miring ke dalam lubang galian penampungan kotoran.
1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air minum
2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus
3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di
sekitarnya
5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna
6. Cukup penerangan
Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat yaitu:
a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester
c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada permukaan sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur
a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah
b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk
c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya
a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan
b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air
c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran
d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik
5. Aman digunakan oleh pemakainya Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat
lain
a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran
b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran
c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh
b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari hujanan
dan panas (Abdullah, 2010).
13
5. Tujuan Penggunaan Jamban
Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, menyebutkan bahwa tujuan penggunaan jamban sehat
merupakan suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit.
Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik
b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman
d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan (Azwar, 2000).
TENTANG
Menimbang :
15
Mengingat :
3
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775);
MEMUTUSKAN:
Pasal 1
(3) Area prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan standar, pedoman, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.
Pasal 3
Pasal 4
Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga diatur dalam pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.
Pasal 5
Pasal 6
Pasal 7
Pasal 8
7
b. pendidikan dan pelatihan; dan
A. PENDAHULUAN
Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan
sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan
dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.
Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan.
Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan yaitu:
Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan
(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.
Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya.
- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).
9
c) Bangunan Bawah
- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran
manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan
keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.
Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari
longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu
kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.
CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih
yang mengalir.
- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas
tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.
- sebelum makan
- sebelum menyusui
- Sabun
11
1) Pengolahan air baku
Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum.
Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan
penyakit melalui :
Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman
untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:
- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.
- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan
selalu tertutup.
-
13
-
- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak
minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.
- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.
- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air
yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.
- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap
serta untuk mengolah makan siap santap.
- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air
minum.
Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu
dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan
di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga
harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.
13
keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.
Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan
merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.
Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam
kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan,
waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam
penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh
bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan
beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya
lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.
3) Pengolahan makanan
- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam
suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta
peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah
dibersihkan.
5) Pengangkutan makanan
6) Penyajian makanan
Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji
biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:
- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila
dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakan aman.
15
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat
penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu
tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan
matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat)
jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung
protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat.
Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada
makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.
c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru.
Contoh:
- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan
kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas
kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen
atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.
- sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari
17
- Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.
Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk
menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan
penyakit berbasis lingkungan.
Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur
resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah
tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi
dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang
dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke
saluran pembuangan air limbah.
a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari
jamban
d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan
kecelakaan
a. Sasaran Pemicuan
- Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat
dan martabat diri dan lingkungan.
- Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang
aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.
- Ingin sehat dan terbebas dari pencemaran kuman lakukan Cuci Tangan
Pakai Sabun sebelum makan dan setelah melakukan pekerjaan.
- Banyak penyakit yang dapat dihindari cukup dengan Cuci Tangan Pakai
Sabun.
- Memastikan air dan makanan yang akan dikonsumsi adalah air dan
makanan yang memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.
19
- Melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi
misalnya dengan merebus sampai mendidih, klorinasi, penjernihan dan cara-cara
lain yang sesuai. Begitu juga dengan pengolahan makanan yang sehat.
- Sampah akan menjadi sumber petaka apabila tidak dikelola dengan baik
1. Memfasilitasi proses,
3. Menggurui
F. Pelaku Pemicuan
4. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta
dalam kegiatan pemicuan di desa,
5. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa
untuk keberlanjutan STBM.
G. Langkah-langkah Pemicuan
21
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu
Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu banyak
dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai
sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak
dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang pelopor
ini disebut dengan natural leader.
1. Pengantar pertemuan
- Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan
minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan jujur.
2. Pencairan suasana
- Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran
manusia dengan bahasa setempat yang kasar, misal “berak” untuk BAB dan “tai”
untuk kotoran manusia. Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.
4. Pemetaan sanitasi
23
5. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)
- Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga
dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat
pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.
6. Diskusi
a. Alur kontaminasi
- Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?
- Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota
masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka
yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.
-
25
-
- Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan
rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi
diminum oleh peserta.
- Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah
diberi dicelup rambut bertinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya.
Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?
- Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat
mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja
lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?
- Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka
untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi.
- Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul
menjadi natural leader.
- Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1),
masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan
pengumuman.
25
- Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene
dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total.
H. Opsi Teknologi
Pilihan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun tergantung pada kreatifitas masing-
masing, misalnya:
- Ceret/kendi (khusus untuk cuci tangan) dilengkapi dengan sabun dan lap
(handuk)
- Ember dengan gayung dilengkapi dengan sabun dan lap bersih (handuk)
Teknologi sarana pengelolaan air minum rumah tangga mencakup dua bagian
yaitu pengolahan air minum dan penyimpanan air minum:
• Koagulasi/flokulasi
+Desinfeksi
• Khlorinasi
-
27
-
• Desinfeksi dengan Sinar Matahari (SODIS)
• Dan lain-lain
Prinsipnya:
sebelum dikonsumsi
Prinsipnya :
Prinsip teknologi Saluran Pembuangan Air Limbah adalah tidak terjadi genangan
secara terbuka. Beberapa pilihan teknologi yang dapat dipilih antara lain:
27
- Saluran terbuka dengan pasangan kedap air disambungkan ke tempat
penampungan tertutu
29
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan untuk mengukur
perubahan dalam pencapaian program serta mengidentifikasi pembelajaran yang
ada dalam pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di
desa/kelurahan.
a) Minimal telah ada intervensi melalui Pemicuan di salah satu dusun dalam
desa/kelurahan tersebut.
a) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
-
31
-
b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.
c) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.
e) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total.
3. Desa/Kelurahan STBM
31
kondisi masyarakat yang tidak BABS serta upaya percepatan menuju
desa/kelurahan STBM.
Teknik pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi STBM dapat dilakukan dengan
cara :
c) Data dari dua cara perekaman sistem pemantauan akan disimpan dalam
database server melalui situs dan melalui SMS akan dilakukan sinkronisasi dalam
dua database utama yaitu data dasar dan data kemajuan.
1. Pelaku Verifikasi
Dusun
a. Kunjungan rumah
Desa
Kecamatan
33
• Merekomendasikan Merekomendasikan pencabutan status desa
SBS/STBM pencabutan status desa SBS/STBM pada wilayah kecamatan.
Kabupaten
kabupaten/kota lain
2. Waktu Verifikasi
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai
35
sehat masalah kesehatan akibat pembuangan kotoran manusia tidak timbul
B. SARAN
Diharapkan dengan ini pembaca dapat mengetahui perumahan dan
tidak terjadi masalah kesehatan yang timbul akibat kondisi perumahan dan
jamban yang buruk dan dapat meningkatan rasa ingin tahu terhadap
37