Anda di halaman 1dari 51

MAKALAH

Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Kesehatan Masyarakat


Dosen Pengampu : Dewi Indah Sari, SKM, MKM

Disusun oleh :
Kelompok 3
3A/Semester VI
Devi Rachmawati P27901117003
Ilah Kholilah P27901117010
M. Ali Muharom P27901117019
Siswati Rahayu P27901117034
Tera Yus Amanah S P27901117040
Tiya Mutiara P27901117041
Vira Melfiani P27901117042

POLTEKKES KEMENKES BANTEN


PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
2020
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Indikator negara yang berhasil adalah dilihat dari tingkat kesehatan yang dimiliki
oleh masyarakatnya, semakin tinggi angka kesehatan yang dimiliki masyarakat, yang
berarti semakin tinggi pula kesejahteraan yang dimiliki suatu masyarakat tersebut. Suatu
masyarakat terdiri dari beberapa keluarga atau kelompok yang terbentuk dari beberapa
individu. Untuk membentuk kesehatan yang optimal maka diperlukan pula suatu
wadah/tempat yang mendukung bagi individu/keluarga/kelompok untuk memiliki hidup
yang sehat, hidup yang sejahtera.
Suatu negara yang sehat berawal dari diri sendiri dan keluarga yang sehat juga.
Untuk mendapatkan hal tersebut diiperlukan peralatan penunjang kesehatan yang lengkap
dan memadai. Langkah yang paling sederhana untuk menjaga kesehatan sekaligus
mencegah penyakit adalah melakukan aktivitas kehidupan dengan pola hidup bersih dan
sehat atau yang disingkat PHBS. PHBS merupakan sekumpulan perilaku yang
dipraktikan atas dasar kesadaran sebagai hasil pembelajaran yang menjadikan seseorang,
keluarga, atau masyarakat, mampu menolong dirinya sendiri (mandiri) dibidang
kesehatan dan aktif dalam mewujudkan kesehatan. Mencegah lebih baik dari pada
mengobati, prinsip kesehatan inilah yang menjadikan dasar pelaksanaan PHBS.
PHBS dapat dilaksanakan di rumah tangga, di tempat umum, di sekolah. Hal yang
mendasari suatu kesuksesan individu adalah keluarga atau rumah tangga itu sendiri.
Keluarga menjadi wadah pertama suatu individu berinteraksi dan bersosialisai, maka dari
itu diperlukan rumah tangga yang bersih dan sehat untuk menghasilkan masyarakat yang
berkualitas, yang mempu bersaing dengan bangsa lain. Perumahan atau rumah tangga itu
sendiri adaalah kebutuhan yang primer bagi manusia sejak zaman purba yang tinggal dari
gua ke gua hingga kemudian berkembang menjadi mendirikan rumah.
Rumah yang tidak memenuhi sayarat kesehatan akan terkait erat dengan penyakit
berbasis lingkungan, dimana kecenderungannya semakin meningkat akhir-akhir ini.
Penyakit-penyakit berbasis lingkungan masih merupakan penyebab utama kematian di
Indonesia. Bahkan pada kelompok bayi dan balita, penyakit-penyakit berbasis lingkungan
menyumbangkan lebih dari 80% dari penyakit yang di derita oleh bayi dan balita.
Keadaan tersebut mengidentifikasikan masih rendahnya cakupan dan kualitas intervensi
kesehatan dan lingkungan (Munif Ariffin, 2010)
Rumah yang sehat merupakan salah satu sarana untuk mencapai derajat kesehatan
yang optimum. Untuk memperoleh rumah yang sehat ditentukan oleh tersediannya sarana
sanitasi perumahan. Sanitasi rumah adalah usaha kesehatan masyarakat yang
menitiberatkkan pada pengawasan terhadap struktur fisik dimana orang
menggunakkannya untuk tempat tinggal dan berlindung yang mempengaruhi derajat
kesehatan manusia.
Rumah yang tidak sehat merupakan penyebab dari rendahnya taraf kesehatan
jasmani dan rohani yang memudahkan terjangkitnya penyakit dan mengurangi daya kerja
atau daya produktif seseorang. Utamanya di Indonesia, masih banyak rumah-rumah yang
tidak layak huni mulai dari minimnya ventilasi, lokasi rumah yang endemik penyakit dan
rawan, kebersihan hingga sanitasi berupa jamban yang minimum. Padahal jika dibiarkan,
rumah tidak sehat ini dapat menjadi reservoir penyakit bagi seluruh lingkungan. Jika
kondisi tidak sehat bukan hanya pada satu rumah tetapi pada kumpulan rumah
(lingkungan permukiman). Timbulnya permasalahan kesehatan di lingkungan
permukiman pada dasarnya disebabkan karena tingkat kemampuan ekonomi masyarakat
yang rendah, karena rumah dibangun berdasarkan kemampuan ekonomi yang rendah,
karena mudah di bangun berdasarkan kemampaun keuangan penghuninya.
Maka dari itu penting sekali sebagai tenaga kesehatan untuk mengedukasikan
PHBS kepada masyararakat keluarga terutama tentang rumah dan jamban sehat. Karena
merupakan indikator utama dalam keberhasilan suatu bangsa. Maka, akan kelompok
membahas tentang “Konsep Dasar Perumahan dan Jamban Sehat”

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang, bagaimana pentingnya masyarakat/keluarga memiliki
tingkat kesehatan yang optimal maka kelompok akan membahas “Bagaimana Konsep
Dasar Perumahan dan Jamban Sehat”

C. Tujuan
1. Tujuan Khusus
Mengetahui bagaimana konsep dasar perumahan dan jamban sehat
2. Tujuan Umum
a) Mengetahui definisi PHBS: perumahan dan jamban sehat
b) Menidentifikasi dasar hukum perumahan dan jamban sehat: Permenkes No.03
Tahun 2014 dan PMK No. 39 Tentang PIS PK
c) Mengetahui karakteristik atau persyaratan dari perumahan dan jamban sehat
d) Mengidentifikasi akibat dari perumahan dan jamban tidak sehat
e) Mengidentifikasi manfaat dan tujuan dari perumahan dan jamban sehat
f) Mengetahui strategi dalam pelaksanaan perumahan dan jamban sehat

D. Manfaat

3
Sebagai sumber informasi yang berkaitan dengan konsep dasar perumahan dan
jamban sehat bagi mahasiswa Politeknik Kesehatan Banten ataupun pembaca, dan
menambahkan wawasan serta pengetahuan bagi pembaca sehingga dapat melakukan
tindakan PHBS pada tatanan rumah tangga dipermukiman
BAB II
TINJAUAN TEORI

A. Rumah Sehat
1. Pengertian
Dalam Undangundang Nomor 4 Tahun 1992 tentang Perumahan dan
Permukiman, perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan
tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana
lingkungan. Rumah adalah sebuah tempat tujuan akhir dari manusia.
Rumah menjadi tempat berlindung dari cuaca dan kondisi lingkungan
sekitar, menyatukansebuah keluarga, meningkatkan tumbuh kembang kehidupan
setiap manusia, dan menjadi bagian dari gaya hidup manusia. Sedangkan pengertian
Sehat menurut WHO adalah suatu keadaan yang sempurna baik fisik, mental maupun
sosial budaya, bukan hanya keadaan yang bebas penyakit dan kelemahan (kecacatan).
Rumah harus dapat mewadahi kegiatan penghuninya dan
cukupluasbagiseluruh pemakainya, sehingga kebutuhan ruang dan aktivitas setiap
penghuninya dapat berjalan dengan baik. Lingkungan
rumahjugasebaiknyaterhindardarifaktor-
faktor yang dapat merugikan kesehatan (Hindarto, 2007).
Rumah sehat dapatdiartikan sebagai tempat berlindung, bernaung, dan tem
pat untuk beristirahat, sehingga menumbuhkan kehidupan yang sempurna baik
fisik, rohani, maupun sosial (Sanropie dkk., 1991). Sedangkan menurut Hermawan
(2010) yang dikutip dari Azwar, rumah sehat adalah tempat berlindung atau bernaung
dan tempat untuk beristrahat sehingga menimbulkan kehidupan yang sempurna baik
fisik,rohani maupun sosial.

2. Fungsi Rumah
Fungsi rumah rumah bagi manusia yang diposkan oleh suhadi (2007) yang
dikutip dari Azwar adalah :
a. Sebagai tempat untuk melepaskan lelah, beristirahat setelah penat melaksanakan
kewajiban sehari-hari.
b. Sebagai tempat untuk bergaul dengan keluarga atau membina rasa kekeluargaan
bagi segenap anggota keluarga yang ada.
c. Sebagai tempat untuk melindungi diri dari bahaya yang datang mengancam.
d. Sebagai lambang status sosial yang dimiliki yang masih dirasakan hingga saat ini.
e. Sebagai tempat untuk meletakan atau menyimpan barang-barang berharga yang
dimiliki, yang terutama masih ditemui pada masyarakat pedesaan.

5
3. Persyaratan Rumah Sehat
Menurut Budiman Chandra (2007), persyaratan rumah sehat yang tercantum
dalam Residential Environment dari WHO (1974) antara lain :

a. Harus dapat berlindung dari hujan, panas, dingin, dan berfungsi sebagai tempat
istrahat.
b. Mempunyai tempat-tempat untuk tidur, memasak, mandi, mencuci, kakus dan
kamar mandi.
c. Dapat melindungi bahaya kebisingan dan bebas dari pencemaran.
d. Bebas dari bahan bangunan berbahaya.
e. Terbuat dari bahan bangunan yang kokoh dan dapat melindungi penghuninya dari
gempa, keruntuhan, dan penyakit menular.
f. Memberi rasa aman dan lingkungan tetangga yang serasi.

Persyaratan rumah sehat berdasarkan pedoman teknis penilaian rumah sehat


(Depkes RI, 2007).
a. Memenuhi kebutuhan sikologis antara lain privacy yang cukup,
komunikasi yang sehat antar anggota keluarga dan penghuni rumah, adanya
ruangan khusus untuk istirahat (ruang tidur), bagi masing-maing penghuni.
b. Memenuhi persyaratan pencegahan penularan penyakit antar penghuni rumah
dengan penyediaan air bersih, pengelolaan tinja dan limbah rumah tangga,bebas
vektor penyakit dan tikus, kepadatan hunian yang tidak
berlebihan, cukup sinar matahari pagi, terlindungnya makanan dan minuman
dari pencemaran, disamping pencahayaan dan penghawaan yang cukup.
c. Memenuhi persyaratan pencegahan terjadinya kecelakaan baik yang timbul
karena pengaruh luar dan dalam rumah, antara lain persyaratan garis sempadan
jalan, konstruksi bangunan rumah, bahaya kebakaran dan kecelakaan di dalam
rumah.

Persyaratan rumah sehat menurut Winslow dan APHA yang dikutip (Ircham
Machfoedz, 2008) adalah sebagai berikut :
a. Memenuhi kebutuhan fisiologis, yang meliputi :
1) Rumah tersebut harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat
dipelihara atau dipertahankan temperatur lingkungannya. Sebaiknya
temperatur udara
dalam ruangan harus lebih rendah paling sedikit 4°C dari
temperatur udara luar untuk daerah tropis. Umumnya temperatur kamar
22°C - 30°C sudah cukup segar.
2) Rumah tersebut harus terjamin pencahayaannya yang dibedakan atas
cahayamatahari (penerangan alamiah) serta penerangan dari nya
la api lainnya(penerangan buatan). Semua penerangan ini harus d
iatur sedemikian rupa sehingga tidak terlalu gelap atau tidak
menimbulkan rasa silau.
3) Rumah tersebut harus mempunyai ventilasi yang sempurna sehingga aliran
udara segar dapat terpelihara. Luas lubang ventilasi tetap, minimum 5%
dari luas lantai ruangan, sedangkan luas lubang ventilasi insidentil (dapat
dibuka dan ditutup) minimum 5% luas lantai sehingga jumlah keduanya
menjadi 10% dari luas lantai.
4) Ruangan. Ini diatur sedemikian rupa agar udara yang masuk tidak terlalu
deras dan tidak terlalu sedikit.
5) Rumah tersebut harus dapat melindungi penghuni dari
gangguanbisingyangberlebihan karena dapat menyebabkan gangguan
kesehatan baik langsung maupun dalam jangka waktu yang relatif
lama. Gangguan yang dapat
munculantaralain gangguan fisik seperti kerusakan alat pendengaran d
an gangguan mental seperti mudah marah dan apatis.
6) Rumah tersebut harus memiliki luas yang cukup untuk aktivitas dan untuk
anak- anak dapat bermain. Hal ini penting agar anak mempunyai
kesempatan bergerak, bermain dengan leluasa di rumah agar
pertumbuhan badannya akan lebih baik, juga agar anak tidak bermain di
rumah tetangganya, di jalan atau tempat lain yang membahayakan.

b. Memenuhi kebutuhan psikologis, yang meliputi :


1) Cukup aman dan nyaman bagi masing-masing penghuni. Adanya
ruangan khusus untuk istirahat bagi masing-masing penghuni, seperti
kamar tidur untuk ayah dan ibu. Anak-anak berumur di bawah 2
tahun masih diperbolehkan satu kamar tidur dengan ayah dan ibu.
Anak-anak di atas 10 tahun laki-laki dan perempuan tidak boleh
dalam satu kamar tidur. Anak-anak di atas 17 tahun mempunyai
kamar tidur sendiri.
2) Ruang duduk dapat dipakai sekaligus sebagai ruang makan
keluarga, dimana anak-anak sambil makan dapat berdialog langsung
dengan orang tuannya.

7
3) Dalam memilih letak tempat tinggal, sebaiknya di sekitar tetangga
yang memiliki tingkat ekonomi yang relatif sama, sebab
bila bertetangga dengan orang yang lebih kaya atau lebih miskin
akan menimbulkan tekanan batin. Dalam meletakkan kursi dan meja
di ruangan jangan sampai menghalangi lalu lintas dalam ruangan.
4) W.C. (Water Closet) dan kamar mandi harus ada dalam suatu
rumah dan terpelihara kebersihannya. Biasanya orang tidak senang
atau gelisah bila terasa ingin buang air besar tapi tidak mempunyai
W.C. sendiri karena harus antri di W.C. orang lain atau harus buang
air besar di tempat terbuka seperti sungai atau kebun.
5) Untuk memperindah pemandangan, perlu ditanami tanaman hias,
tanaman bunga yang kesemuanya diatur, ditata, dan dipelihara secara
rapi dan bersih, sehingga menyenangkan bila dipandang.

c. Mencegah penularan penyakit, yang meliputi:

1) Penyediaan Air Bersih yang memenuhi syarat kesehatan


2) Bebas dari kehidupan serangga dan tikus
3) Pembuagan sampah
4) Pembuangan air limbah
5) Pembuangan Tinja
6) Bebas pencemaran makanan dan minuman.

d. Mencegah terjadinya kecelakaan


Rumah harus dibangun sedemikian rupa sehingga dapat melindungi
penghuni dari kemungkinan terjadinya bahaya atau kecelakaan. Termasuk
dalam persyaratan ini antara lain bangunan yang kokoh, tangga yang
tidak terlalu curam dan licin, terhindar dari bahaya kebakaran, alat-alat
listrik yang terlindung, tidak menyebabkan
keracunan gas bagi penghuni, terlindung dari kecelakaan lalu lintas,
dan lain sebagainya (Azwar, 1990; CDC, 2006; Sanropie, 1991).
Menurut Soedjajadi (2006), persyaratan rumah sehat harus dapat mencegah
atau mengurangi resiko kecelakaan seperti jatuh, keracunan dan kebakaran.
Persyaratan tersebut meliputi:
1) Membuat konstruksi rumah yang kokoh dan kuat.
2) Bahan rumah terbuat dari bahan tahan api.
3) Pertukaran udara dalam rumah baik sehingga terhindar dari bahaya
racun dan gas.
4) Lantai terbuat dari bahan yang tidak licin sehingga bahaya jatuh
dan kecelakaan mekanis dapat dihindari.
Memenuhi kebutuhan fisiologis antara lain pencahayaan, penghawaan dan
ruang gerak yang cukup, terhindar dari kebisingan yang mengganggu.

B. Jamban Sehat
1. Pengertian
Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang dibutuhkan
dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya sebagai fasilitas
pembuangan kotoran manusia, yang terdiri atas tempat jongkok atau tempat
duduk dengan leher angsa atau tanpa leher angsa yang dilengkapi dengan unit
penampungan kotoran dan air untuk membersihkannya (Proverawati, 2012).
Selain itu menurut Madjid (2009), jamban adalah suatu bangunan yang
dipergunakan untuk membuang tinja atau kotoran manusia yang lazim disebut
kakus. Menurut Kusnoputranto (2005), jamban adalah suatu bangunan yang
digunakan untuk membuang dan mengumpulkan kotoran sehingga kotoran
tersebut tersimpan dalam suatu tempat tertentu dan tidak menjadi penyebab
suatu penyakit serta tidak mengotori permukaan. Jamban sangat berguna bagi
manusia dan merupakan bagian dari kehidupan manusia, karena jamban dapat
mencegah berkembangbiaknya berbagai penyakit yang disebabkan oleh
kotoran manusia yang tidak dikelola dengan baik. Sebaliknya jika pembuangan
tinja tidak baik dan sembarangan dapat mengakibatkan kontaminasi pada air,
tanah, atau menjadi sumber infeksi, dan akan mendatangkan bahaya bagi
kesehatan, karena penyakit yang tergolong water borne disease seperti diare,
kolera, dan kulit akan mudah berjangkit (Chandra, 2007).

1. Pengaruh Tinja Bagi Kesehatan Masyarakat


Dilihat dari segi kesehatan masyarakat, masalah pembuangan kotoran
manusia merupakan masalah yang pokok untuk diatasi sedini mungkin,
karena kotoran manusia adalah sumber penyebaran penyakit yang
multikompleks. Proses pemindahan kuman penyakit dari tinja yang
dikeluarkan manusia sebagai pusat infeksi sampai inang baru dapat melalui
berbagai perantara, antara lain air, tangan,seranggaa, tanah, makanan, serta
minuman yang mengandung bakteri E.coli yang tercemar oleh kotoran
manusia. Beberapa penyakit yang disebabkan tidak tersedianya sanitasi
dasar seperti penyediaan jamban antara lain : tifus, disentri, kolera,
bermacam-macam cacing (gelang, kremi, tambang, pita), dan
schistosomiasis. Bakteri E.Coli dijadikan sebagai indikator penyebab

9
terjadinya penyakit tersebut dan seperti kita ketahui bahwa bakteri ini
hidup dalam saluran pencernaan manusia (Notoatmodjo, 2010).

2. Jenis-Jenis Jamban
Jamban yang didirikan mempunyai beberapa pilihan. Pilihan yang terbaik
adalah jamban yang tidak menimbulkan bau, dan memiliki kebutuhan air
yang tercukupi. Menurut Chayatin (2009), jenis-jenis jamban dibedakan
berdasarkan konstruksi dan cara menggunakannya yaitu:

1. Jamban Cemplung Bentuk jamban ini adalah yang paling sederhana.


Jamban cemplung ini hanya terdiri atas sebuah galian yang di atasnya
diberi lantai dan tempat jongkok. Lantai jamban ini dapat dibuat dari
bambu atau kayu, tetapi dapat juga terbuat dari batu bata atau beton.
Jamban semacam ini masih menimbulkan gangguan karena baunya.

2. Jamban Plengsengan Jamban semacam ini memiliki lubang tempat


jongkok yang dihubungkan oleh suatu saluran miring ke tempat
pembuangan kotoran. Jadi tempat jongkok dari jamban ini tidak dibuat
persis di atas penampungan, tetapi agak jauh. Jamban semacam ini
sedikit lebih baik dan menguntungkan daripada jamban cemplung,
karena baunya agak berkurang dan keamanan bagi pemakai lebih
terjamin

3. Jamban Bor Dinamakan demikian karena tempat penampungan


kotorannya dibuat dengan menggunakan bor. Bor yang digunakan
adalah bor tangan yang disebut bor auger dengan diameter antara 30-40
cm. Jamban bor ini mempunyai keuntungan, yaitu bau yang
ditimbulkan sangat berkurang. Akan tetapi kerugian jamban bor ini
adalah perembesan kotoran akan lebih jauh dan mengotori air tanah

4. Angsatrine (Water Seal Latrine) Di bawah tempat jongkok jamban ini


ditempatkan atau dipasang suatu alat yang berbentuk seperti leher angsa
yang disebut bowl. Bowl ini berfungsi mencegah timbulnya bau.
Kotoran yang berada di tempat penampungan tidak tercium baunya,
karena terhalang oleh air yang selalu terdapat dalam bagian yang
melengkung. Dengan demikian dapat mencegah hubungan lalat dengan
kotoran

5. Jamban di Atas Balong (Empang) Membuat jamban di atas balong


(yang kotorannya dialirkan ke balong) adalah cara pembuangan kotoran
yang tidak dianjurkan, tetapi sulit untuk menghilangkannya, terutama di
daerah yang terdapat banyak balong. Sebelum kita berhasil menerapkan
kebiasaan tersebut kepada kebiasaan yang diharapkan maka cara
tersebut dapat diteruskan dengan persyaratan sebagai berikut:

a. Air dari balong tersebut jangan digunakan untuk mandi Balong


tersebut tidak boleh kering
b. Balong hendaknya cukup luas
c. Letak jamban harus sedemikian rupa, sehingga kotoran selalu jatuh
di air
d. Ikan dari balong tersebut jangan dimakan
e. Tidak terdapat sumber air minum yang terletak sejajar dengan jarak
15 meter
f. Tidak terdapat tanam-tanaman yang tumbuh di atas permukaan air
g. Jamban Septic Tank
Septic tank berasal dari kata septic, yang berarti pembusukan secara
anaerobic. Nama septic tank digunakan karena dalam pembuangan
kotoran terjadi proses pembusukan oleh kuman-kuman pembusuk
yang sifatnya anaerob. Septic tank dapat terdiri dari dua bak atau
lebih serta dapat pula terdiri atas satu bak saja dengan mengatur
sedemikian rupa (misalnya dengan memasang beberapa sekat atau
tembok penghalang), sehingga dapat memperlambat pengaliran air
kotor di dalam bak tersebut. Dalam bak bagian pertama akan terdapat
proses penghancuran, pembusukan dan pengendapan.

Dalam bak terdapat tiga macam lapisan yaitu:

a. Lapisan yang terapung, yang terdiri atas kotoran-kotoran padat

b. Lapisan cair

c. Lapisan endap

Banyak macam jamban yang digunakan tetapi jamban pedesan di Indonesia

pada dasarnya digolongkan menjadi 2 macam yaitu :

1. Jamban tanpa leher angsa. Jamban yang mempunyai bermacam cara pembuangan kotorannya
yaitu:

a. Jamban cubluk, bila kotorannya dibuang ke tanah

b. Jamban empang, bila kotorannya dialirkan ke empang

11
2. Jamban leher angsa. Jamban ini mempunyai 2 cara pembuangan kotorannya yaitu:

a. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl langsung di

atas galian penampungan kotoran

b. Tempat jongkok dan leher angsa atau pemasangan slab dan bowl tidak berada langsung di
atas galian penampungan kotoran tetapi dibangun terpisah dan dihubungkan oleh suatu
saluran yang miring ke dalam lubang galian penampungan kotoran.

3. Syarat-Syarat Jamban Sehat


Menurut Depkes RI (2004), jamban keluarga sehat adalah jamban yang memenuhi syarat-
syarat sebagai berikut :

1. Tidak mencemari sumber air minum, letak lubang penampung berjarak 10-15 meter dari
sumber air minum

2. Tidak berbau dan tinja tidak dapat dijamah oleh serangga maupun tikus

3. Cukup luas dan landai/miring ke arah lubang jongkok sehingga tidak mencemari tanah di
sekitarnya

4. Mudah dibersihkan dan aman penggunaannya

5. Dilengkapi dinding dan atap pelindung, dinding kedap air dan berwarna

6. Cukup penerangan

7. Lantai kedap air

8. Ventilasi cukup baik

9. Tersedia air dan alat pembersih

Menurut Arifin dalam Abdullah (2010) ada tujuh syarat-syarat jamban sehat yaitu:

1. Tidak mencemari air

a. Saat menggali tanah untuk lubang kotoran, usahakan agar dasar lubang kotoran tidak
mencapai permukaan air tanah maksimum. Dinding dan dasar lubang kotoran harus
dipadatkan dengan tanah liat atau diplester

b. Jarak lubang kotoran ke sumur sekurang-kurangnya 10 meter

c. Letak lubang kotoran lebih rendah daripada permukaan sumur agar air kotor dari lubang
kotoran tidak merembes dan mencemari sumur

2. Tidak mencemari tanah permukaan


Jamban yang sudah penuh, segera disedot untuk dikuras kotorannya, kemudian kotoran
ditimbun di lubang galian

3. Bebas dari serangga

a. Jika menggunakan bak air atau penampungan air, sebaiknya dikuras setiap minggu. Hal ini
penting untuk mencegah bersarangnya nyamuk demam berdarah

b. Ruangan jamban harus terang karena bangunan yang gelap dapat menjadi sarang nyamuk

c. Lantai jamban diplester rapat agar tidak terdapat celah-celah yang bias menjadi sarang
kecoa atau serangga lainnya

d. Lantai jamban harus selalu bersih dan kering

e. Lubang jamban harus tertutup khususnya jamban cemplung

4. Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan

a. Jika menggunakan jamban cemplung, lubang jamban harus ditutup setiap selesai digunakan

b. Jika menggunakan jamban leher angsa, permukaan leher angsa harus tertutup rapat oleh air

c. Lubang buangan kotoran sebaiknya dilengkapi dengan pipa ventilasi untuk membuang bau
dari dalam lubang kotoran

d. Lantai jamban harus kedap air dan permukaan bowl licin. Pembersihan harus dilakukan
secara periodik

5. Aman digunakan oleh pemakainya Untuk tanah yang mudah longsor, perlu ada penguat pada
dinding lubang kotoran seperti: batu bata, selongsong anyaman bambu atau bahan penguat
lain

6. Mudah dibersihkan dan tidak menimbulkan gangguan bagi pemakainya

a. Lantai jamban seharusnya rata dan miring ke arah saluran lubang kotoran

b. Jangan membuang plastik, puntung rokok atau benda lain ke saluran kotoran karena dapat
menyumbat saluran

c. Jangan mengalirkan air cucian ke saluran atau lubang kotoran karena jamban akan cepat
penuh

7. Tidak menimbulkan pandangan yang kurang sopan

a. Jamban harus berdinding dan berpintu

b. Dianjurkan agar bangunan jamban beratap sehingga pemakainya terhindar dari hujanan
dan panas (Abdullah, 2010).

13
5. Tujuan Penggunaan Jamban

Menurut Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun 2008 tentang Strategi Nasional
Sanitasi Total Berbasis Masyarakat, menyebutkan bahwa tujuan penggunaan jamban sehat
merupakan suatu fasilitas pembuangan tinja yang efektif untuk memutuskan mata rantai
penularan penyakit.

Jamban berfungsi sebagai pengisolasi tinja dari lingkungan. Jamban yang baik

dan memenuhi syarat kesehatan memiliki manfaat sebagai berikut:

a. Melindungi masyarakat dari penyakit

b. Melindungi dari gangguan estetika, bau dan penggunaan sarana yang aman

c. Bukan sebagai tempat berkembangnya serangga sebagai vektor penyakit

d. Melindungi pencemaran pada penyediaan air bersih dan lingkungan (Azwar, 2000).

PERATURAN MENTERI KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA NOMOR 39 TAHUN


2016

TENTANG

PEDOMAN PENYELENGGARAAN PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN


PENDEKATAN KELUARGA

DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA MENTERI KESEHATAN REPUBLIK


INDONESIA,

Menimbang :

a. bahwa Program Indonesia Sehat dilaksanakan untuk meningkatkan


derajat kesehatan masyarakat melalui upaya kesehatan dan
pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan pelindungan
finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan;

b. bahwa untuk melaksanakan Program Indonesia Sehat diperlukan


pendekatan keluarga, yang mengintegrasikan upaya kesehatan
perorangan (UKP) dan upaya kesehatan masyarakat (UKM) secara
berkesinambungan, dengan target keluarga, berdasarkan data dan
informasi dari Profil Kesehatan Keluarga;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam


huruf a dan huruf b, perlu menetapkan Peraturan Menteri Kesehatan
tentang Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan
Pendekatan Keluarga;

15
Mengingat :

1. Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2004 tentang Sistem Perencanaan


Pembangunan Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun
2004 Nomor 104, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia
Nomor 4421 );

2. Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2004 Nomor
150, Tambahan Lembaran Negera Republik Indonesia Nomor 4456);

3. Undang-Undang Nomor 17 Tahun 2007 tentang Rencana Pembangunan


Jangka Panjang Nasional Tahun 2005- 2025 (Lembaran Negara
Republik Indonesia Tahun 2007 Nomor 33, Tambahan Lembaran
Negara Republik Indonesia Nomor 4700);

4. Undang-Undang Nomor 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan (Lembaran


Negara Republik Indonesia Tahun 2009 Nomor 144, Tambahan
Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5063);

5. Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah


(Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor 244,
Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor 5587)
sebagaimana telah diubah beberapa kali terakhir dengan Undang-
Undang Nomor 9 Tahun 2015 (Lembaran Negara Republik Indonesia
Tahun 2015 Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik
Indonesia Nomor 5679);

6. Peraturan Pemerintah Nomor 33 Tahun 2012 Tentang Pemberian Air


Susu Ibu Eksklusif (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012
Nomor 58, Tambahan Lembaran Negara Republik Indonesia Nomor
5291);

7. Peraturan Presiden Nomor 72 Tahun 2012 tentang Sistem Kesehatan


Nasional (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2012 Nomor
193);

8. Peraturan Presiden Nomor 42 Tahun 2013 tentang Gerakan Nasional


Perbaikan Gizi (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 2013
Nomor 100);
-3-
9. Peraturan Presiden Nomor 2 Tahun 2015 tentang Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Nasional Tahun 2015-1019 (Lembaran
Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 3);

10. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor


2269/Menkes/Per/XI/2011 tentang Pedoman Pembinaan Perilaku Hidup
Bersih dan Sehat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2011
Nomor 755);

11. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 65 Tahun 2013 tentang Pedoman


Pelaksanaan dan Pembinaan Pemberdayaan Masyarakat Bidang
Kesehatan (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2013 Nomor
1318);

12. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 23 Tahun 2014 tentang Upaya


Perbaikan Gizi (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
967);

13. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 25 Tahun 2014 tentang Upaya


Kesehatan Anak (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014 Nomor
825);

14. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 75 Tahun 2014 tentang Pusat


Kesehatan Masyarakat (Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2014
Nomor 1676);

15. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 82 Tahun 2014 tentang


Penanggulangan Penyakit Menular (Berita Negara Republik Indonesia
Tahun 2014 Nomor 1755);

16. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 97 Tahun 2014 tentang Pelayanan


Kesehatan Masa Sebelum Hamil, Masa Hamil, Persalinan, dan Masa
Sesudah Melahirkan, Penyelenggaraan Pelayanan Kontrasepsi, serta
Pelayanan Kesehatan Seksual (Berita Negara Republik Indonesia Tahun
2014 Nomor 135);

17. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 13 Tahun 2015 tentang


Penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Lingkungan di Puskesmas
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 403);

3
18. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 71 Tahun 2015 tentang
Penanggulangan Penyakit Tidak Menular (Berita Negara Republik
Indonesia Tahun 2015 Nomor 1775);

19. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 74 Tahun 2015 tentang Upaya


Peningkatan Kesehatan dan Pencegahan Penyakit (Berita Negara
Republik Indonesia Tahun 2015 Nomor 1755);

20. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 21 Tahun


2016 Tentang Penggunaan Dana Kapitasi Jaminan Kesehatan Nasional
Untuk Jasa Pelayanan Kesehatan Dan Dukungan Biaya Operasional
Pada Fasilitas Kesehatan Tingkat Pertama Milik Pemerintah Daerah
(Berita Negara Republik Indonesia Tahun 2016 Nomor 761);

MEMUTUSKAN:

Menetapkan : PERATURAN MENTERI KESEHATAN TENTANG PENYELENGGARAAN


PROGRAM INDONESIA SEHAT DENGAN PENDEKATAN KELUARGA.

Pasal 1

Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga bertujuan untuk:

a. meningkatkan akses keluarga berserta anggotanya terhadap pelayanan


kesehatan yang komprehensif, meliputi pelayanan promotif dan
preventif serta pelayanan kuratif dan rehabilitatif dasar;

b. mendukung pencapaian standar pelayanan minimal kabupaten/kota;


melalui peningkatan akses dan skrining kesehatan;

c. mendukung pelaksanaan jaminan kesehatan nasional dengan


meningkatkan kesadaran masyarakat untuk menjadi peserta Jaminan
Kesehatan Nasional; dan

d. mendukung tercapainya tujuan Program Indonesia Sehat dalam rencana


strategis Kementerian Kesehatan Tahun 2015-2019.
-5-
Pasal 2

(1) Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga terdiri atas 4


(empat) area prioritas yang meliputi:

a. penurunan angka kematian ibu dan bayi;

b. penurunan prevalensi balita pendek (stunting);

c. penanggulangan penyakit menular; dan

d. penanggulangan penyakit tidak menular.

(2) Area prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan


dengan pendekatan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan
upaya kuratif dan rehabilitatif oleh tenaga kesehatan sesuai kompetensi
dan kewenangannya.

(3) Area prioritas sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan sesuai
dengan standar, pedoman, dan ketentuan peraturan perundang-
undangan.

Pasal 3

(1) Dalam rangka penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan


Pendekatan Keluarga, ditetapkan 12 (dua belas) indikator utama sebagai
penanda status kesehatan sebuah keluarga sebagai berikut:

a. keluarga mengikuti program Keluarga Berencana (KB);

b. Ibu melakukan persalinan di fasilitas kesehatan;

c. bayi mendapat imunisasi dasar lengkap;

d. bayi mendapat Air Susu Ibu (ASI) eksklusif;

e. balita mendapatkan pemantauan pertumbuhan;

f. penderita tuberkulosis paru mendapatkan pengobatan sesuai


standar;

g. penderita hipertensi melakukan pengobatan secara teratur;

h. penderita gangguan jiwa mendapatkan pengobatan dan tidak


ditelantarkan;

i. anggota keluarga tidak ada yang merokok;

j. keluarga sudah menjadi anggota Jaminan Kesehatan Nasional


(JKN);
5
k. keluarga mempunyai akses sarana air bersih; dan

l. keluarga mempunyai akses atau menggunakan jamban sehat.

(2) Pemerintah Daerah dapat menetapkan indikator tambahan selain


indikator utama sebagaimana dimaksud pada ayat (1) sesuai dengan
kondisi dan kebutuhan daerah.

Pasal 4

Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan Program Indonesia Sehat Dengan Pendekatan
Keluarga diatur dalam pedoman sebagaimana tercantum dalam Lampiran I yang merupakan bagian
tidak terpisahkan dari Peraturan Menteri ini.

Pasal 5

(1) Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga


dilaksanakan oleh Puskesmas.

(2) Penyelenggaraan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga


sebagaimana dimaksud pada ayat

(1) dilaksanakan untuk memperkuat fungsi Puskesmas dalam


penyelenggaraan Upaya Kesehatan Masyarakat (UKM) dan Upaya
Kesehatan Perorangan (UKP) di tingkat pertama di wilayah kerjanya.

Pasal 6

(1) Pelaksanaan Program Indonesia Sehat dengan Pendekatan Keluarga di


tingkat Puskesmas dilakukan melalui kegiatan:

a. melakukan pendataan kesehatan seluruh anggota keluarga;

b. membuat dan mengelola pangkalan data Puskesmas;

c. menganalisis, merumuskan intervensi masalah kesehatan, dan


menyusun rencana Puskesmas;

d. melaksanakan kunjungan rumah dalam upaya promotif, preventif,


kuratif, dan rehabilitatif;
-7-
e. melaksanakan pelayanan kesehatan (dalam dan luar gedung)
melalui pendekatan siklus hidup; dan

f. melaksanakan Sistem Informasi dan Pelaporan Puskesmas.

(2) Kegiatan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diintegrasikan ke dalam


langkah-langkah penguatan manajemen Puskesmas.

(3) Ketentuan lebih lanjut mengenai Petunjuk Teknis Penguatan


Manajemen Puskesmas dengan Pendekatan Keluarga tercantum dalam
Lampiran II yang merupakan bagian tidak terpisahkan dari Peraturan
Menteri ini.

Pasal 7

(1) Pembiayaan penyelenggaraan program Indonesia sehat dengan


pendekatan keluarga dibebankan pada Anggaran Belanja dan
Pendapatan Daerah (APBD), Anggaran Belanja dan Pendapatan Negara
(APBN), dan dana lain yang sah sesuai dengan ketentuan peraturan
perundang- undangan.

(2) Pelaksanaan pembiayaan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.

Pasal 8

(1) Menteri, Gubernur, Bupati/Walikota melakukan pembinaan dan


pengawasan terhadap penyelenggaraan program Indonesia Sehat dengan
pendekatan keluarga sesuai dengan kewenangan masing-masing.

(2) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


ditujukan untuk meningkatkan akses keluarga terhadap pelayanan
kesehatan yang komprehensif dan mencapai tujuan program Indonesia
sehat.

(3) Pembinaan dan pengawasan sebagaimana dimaksud pada ayat (1)


dilaksanakan melalui:

a. advokasi dan sosialisasi;

7
b. pendidikan dan pelatihan; dan

c. pemantauan dan evaluasi.

PERILAKU HIGIENIS DAN SANITER DALAM SANITASI


TOTAL BERBASIS MASYARAKAT

A. PENDAHULUAN

Tantangan yang dihadapi Indonesia terkait pembangunan kesehatan, khususnya


bidang, higiene dan sanitasi masih sangat besar. Untuk itu perlu dilakukan
intervensi terpadu melalui pendekatan sanitasi total. Pemerintah merubah
pendekatan pembangunan sanitasi nasional dari pendekatan sektoral dengan
penyediaan subsidi perangkat keras yang selama ini tidak memberi daya ungkit
terjadinya perubahan perilaku higienis dan peningkatan akses sanitasi, menjadi
pendekatan sanitasi total berbasis masyarakat yang menekankan pada 5 (lima)
perubahan perilaku higienis.

Pelaksanaan Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) dengan lima pilar akan
mempermudah upaya meningkatkan akses sanitasi masyarakat yang lebih baik
serta mengubah dan mempertahankan keberlanjutan budaya hidup bersih dan
sehat. Pelaksanaan STBM dalam jangka panjang dapat menurunkan angka
kesakitan dan kematian yang diakibatkan oleh sanitasi yang kurang baik, dan
dapat mendorong tewujudnya masyarakat sehat yang mandiri dan berkeadilan.

Perubahan perilaku dalam STBM dilakukan melalui metode Pemicuan yang


mendorong perubahan perilaku masyarakat sasaran secara kolektif dan mampu
membangun sarana sanitasi secara mandiri sesuai kemampuan.

B. LIMA PILAR STBM

Lima Pilar STBM terdiri dari:


-9-

1. Stop Buang air besar Sembarangan (SBS)

Suatu kondisi ketika setiap individu dalam komunitas tidak buang air besar
sembarangan.

Perilaku SBS diikuti dengan pemanfaatan sarana sanitasi yang saniter berupa
jamban sehat. Saniter merupakan kondisi fasilitas sanitasi yang memenuhi standar
dan persyaratan kesehatan yaitu:

a. tidak mengakibatkan terjadinya penyebaran langsung bahan-bahan yang


berbahaya bagi manusia akibat pembuangan kotoran manusia; dan

b. dapat mencegah vektor pembawa untuk menyebar penyakit pada pemakai


dan lingkungan sekitarnya.

Contoh perubahan perilaku SBS :

Jamban sehat efektif untuk memutus mata rantai penularan penyakit. Jamban
sehat harus dibangun, dimiliki, dan digunakan oleh keluarga dengan penempatan
(di dalam rumah atau di luar rumah) yang mudah dijangkau oleh penghuni rumah.

Standar dan persyaratan kesehatan bangunan jamban terdiri dari :

a) Bangunan atas jamban (dinding dan/atau atap)

Bangunan atas jamban harus berfungsi untuk melindungi pemakai dari gangguan
cuaca dan gangguan lainnya.

b) Bangunan tengah jamban

Terdapat 2 (dua) bagian bangunan tengah jamban, yaitu:

- Lubang tempat pembuangan kotoran (tinja dan urine) yang saniter


dilengkapi oleh konstruksi leher angsa. Pada konstruksi sederhana (semi saniter),
lubang dapat dibuat tanpa konstruksi leher angsa, tetapi harus diberi tutup.

- Lantai Jamban terbuat dari bahan kedap air, tidak licin, dan mempunyai
saluran untuk pembuangan air bekas ke Sistem Pembuangan Air Limbah (SPAL).

9
c) Bangunan Bawah

Merupakan bangunan penampungan, pengolah, dan pengurai kotoran/tinja yang


berfungsi mencegah terjadinya pencemaran atau kontaminasi dari tinja melalui
vektor pembawa penyakit, baik secara langsung maupun tidak langsung.

Terdapat 2 (dua) macam bentuk bangunan bawah jamban, yaitu:

- Tangki Septik, adalah suatu bak kedap air yang berfungsi sebagai
penampungan limbah kotoran manusia (tinja dan urine). Bagian padat dari kotoran
manusia akan tertinggal dalam tangki septik, sedangkan bagian cairnya akan
keluar dari tangki septik dan diresapkan melalui bidang/sumur resapan. Jika tidak
memungkinkan dibuat resapan maka dibuat suatu filter untuk mengelola cairan
tersebut.

- Cubluk, merupakan lubang galian yang akan menampung limbah padat


dan cair dari jamban yang masuk setiap harinya dan akan meresapkan cairan
limbah tersebut ke dalam tanah dengan tidak mencemari air tanah, sedangkan
bagian padat dari limbah tersebut akan diuraikan secara biologis.

Bentuk cubluk dapat dibuat bundar atau segi empat, dindingnya harus aman dari
longsoran, jika diperlukan dinding cubluk diperkuat dengan pasangan bata, batu
kali, buis beton, anyaman bambu, penguat kayu, dan sebagainya.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun (CTPS)

CTPS merupakan perilaku cuci tangan dengan menggunakan sabun dan air bersih
yang mengalir.

a. Langkah-langkah CTPS yang benar :

- Basahi kedua tangan dengan air bersih yang mengalir.


-
11
-
- Gosokkan sabun pada kedua telapak tangan sampai berbusa lalu gosok
kedua punggung tangan, jari jemari, kedua jempol, sampai semua permukaan kena
busa sabun.

- Bersihkan ujung-ujung jari dan sela-sela di bawah kuku.

- Bilas dengan air bersih sambil menggosok-gosok kedua tangan sampai


sisa sabun hilang.

- Keringkan kedua tangan dengan memakai kain, handuk bersih, atau kertas
tisu, atau mengibas-ibaskan kedua tangan sampai kering.

b. Waktu penting perlunya CTPS, antara lain:

- sebelum makan

- sebelum mengolah dan menghidangkan makanan

- sebelum menyusui

- sebelum memberi makan bayi/balita

- sesudah buang air besar/kecil

- sesudah memegang hewan/unggas

c. Kriteria Utama Sarana CTPS

- Air bersih yang dapat dialirkan

- Sabun

- Penampungan atau saluran air limbah yang aman

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga (PAMM- RT)

PAMM-RT merupakan suatu proses pengolahan, penyimpanan, dan pemanfaatan


air minum dan pengelolaan makanan yang aman di rumah tangga.

Tahapan kegiatan dalam PAMM-RT, yaitu:

a. Pengelolaan Air Minum Rumah Tangga

11
1) Pengolahan air baku

Apabila air baku keruh perlu dilakukan pengolahan awal:

- Pengendapan dengan gravitasi alami

- Penyaringan dengan kain

- Pengendapan dengan bahan kimia/tawas

2) Pengolahan air untuk minum

Pengolahan air minum di rumah tangga dilakukan untuk mendapatkan air dengan
kualitas air minum.

Cara pengolahan yang disarankan, yaitu:

Air untuk minum harus diolah terlebih dahulu untuk menghilangkan kuman dan
penyakit melalui :

a) Filtrasi (penyaringan), contoh : biosand filter, keramik filter, dan


sebagainya.

b) Klorinasi, contoh : klorin cair, klorin tablet, dan sebagainya.

c) Koagulasi dan flokulasi (penggumpalan), contoh : bubuk koagulan

d) Desinfeksi, contoh : merebus, sodis (Solar Water Disinfection)

3) Wadah Penyimpanan Air Minum

Setelah pengolahan air, tahapan selanjutnya menyimpan air minum dengan aman
untuk keperluan sehari-hari, dengan cara:

- Wadah bertutup, berleher sempit, dan lebih baik dilengkapi dengan kran.

- Air minum sebaiknya disimpan di wadah pengolahannya.

- Air yang sudah diolah sebaiknya disimpan dalam tempat yang bersih dan
selalu tertutup.
-
13
-
- Minum air dengan menggunakan gelas yang bersih dan kering atau tidak
minum air langsung mengenai mulut/wadah kran.

- Letakkan wadah penyimpanan air minum di tempat yang bersih dan sulit
terjangkau oleh binatang.

- Wadah air minum dicuci setelah tiga hari atau saat air habis, gunakan air
yang sudah diolah sebagai air bilasan terakhir.

4) Hal penting dalam PAMM-RT

- Cucilah tangan sebelum menangani air minum dan mengolah makanan


siap santap.

- Mengolah air minum secukupnya sesuai dengan kebutuhan rumah tangga.

- Gunakan air yang sudah diolah untuk mencuci sayur dan buah siap santap
serta untuk mengolah makan siap santap.

- Tidak mencelupkan tangan ke dalam air yang sudah diolah menjadi air
minum.

- Secara periodik meminta petugas kesehatan untuk melakukan pemeriksaan


air guna pengujian laboratorium.

b. Pengelolaan Makanan Rumah Tangga

Makanan harus dikelola dengan baik dan benar agar tidak menyebabkan gangguan
kesehatan dan bermanfaat bagi tubuh. Cara pengelolaan makanan yang baik yaitu
dengan menerapkan prinsip higiene dan sanitasi makanan. Pengelolaan makanan
di rumah tangga, walaupun dalam jumlah kecil atau skala rumah tangga juga
harus menerapkan prinsip higiene sanitasi makanan.

Prinsip higiene sanitasi makanan :

1) Pemilihan bahan makanan

Pemilihan bahan makanan harus memperhatikan mutu dan kualitas serta


memenuhi persyaratan yaitu untuk bahan makanan tidak dikemas harus dalam

13
keadaan segar, tidak busuk, tidak rusak/berjamur, tidak mengandung bahan kimia
berbahaya dan beracun serta berasal dari sumber yang resmi atau jelas.

Untuk bahan makanan dalam kemasan atau hasil pabrikan, mempunyai label dan
merek, komposisi jelas, terdaftar dan tidak kadaluwarsa.

2) Penyimpanan bahan makanan

Menyimpan bahan makanan baik bahan makanan tidak dikemas maupun dalam
kemasan harus memperhatikan tempat penyimpanan, cara penyimpanan,
waktu/lama penyimpanan dan suhu penyimpanan. Selama berada dalam
penyimpanan harus terhindar dari kemungkinan terjadinya kontaminasi oleh
bakteri, serangga, tikus dan hewan lainnya serta bahan kimia berbahaya dan
beracun. Bahan makanan yang disimpan lebih dulu atau masa kadaluwarsanya
lebih awal dimanfaatkan terlebih dahulu.

3) Pengolahan makanan

Empat aspek higiene sanitasi makanan sangat mempengaruhi proses pengolahan


makanan, oleh karena itu harus memenuhi persyaratan, yaitu :

- Tempat pengolahan makanan atau dapur harus memenuhi persyaratan


teknis higiene sanitasi untuk mencegah risiko pencemaran terhadap makanan serta
dapat mencegah masuknya serangga, binatang pengerat, vektor dan hewan
lainnya.

- Peralatan yang digunakan harus tara pangan (food grade) yaitu aman dan
tidak berbahaya bagi kesehatan (lapisan permukaan peralatan tidak larut dalam
suasana asam/basa dan tidak mengeluarkan bahan berbahaya dan beracun) serta
peralatan harus utuh, tidak cacat, tidak retak, tidak gompel dan mudah
dibersihkan.

- Bahan makanan memenuhi persyaratan dan diolah sesuai urutan prioritas


Perlakukan makanan hasil olahan sesuai persyaratan higiene dan sanitasi
makanan, bebas cemaran fisik, kimia dan bakteriologis.
-
15
-
- Penjamah makanan/pengolah makanan berbadan sehat, tidak menderita
penyakit menular dan berperilaku hidup bersih dan sehat.

4) Penyimpanan makanan matang

Penyimpanan makanan yang telah matang harus memperhatikan suhu,


pewadahan, tempat penyimpanan dan lama penyimpanan. Penyimpanan pada
suhu yang tepat baik suhu dingin, sangat dingin, beku maupun suhu hangat serta
lama penyimpanan sangat mempengaruhi kondisi dan cita rasa makanan matang.

5) Pengangkutan makanan

Dalam pengangkutan baik bahan makanan maupun makanan matang harus


memperhatikan beberapa hal yaitu alat angkut yang digunakan, teknik/cara
pengangkutan, lama pengangkutan, dan petugas pengangkut. Hal ini untuk
menghindari risiko terjadinya pencemaran baik fisik, kimia maupun bakteriologis.

6) Penyajian makanan

Makanan dinyatakan laik santap apabila telah dilakukan uji organoleptik atau uji
biologis atau uji laboratorium, hal ini dilakukan bila ada kecurigaan terhadap
makanan tersebut. Adapun yang dimaksud dengan:

- Uji organoleptik yaitu memeriksa makanan dengan cara meneliti dan


menggunakan 5 (lima) indera manusia yaitu dengan melihat (penampilan), meraba
(tekstur, keempukan), mencium (aroma), mendengar (bunyi misal telur) menjilat
(rasa). Apabila secara organoleptik baik maka makanan dinyatakan laik santap.

- Uji biologis yaitu dengan memakan makanan secara sempurna dan apabila
dalam waktu 2 (dua) jam tidak terjadi tanda-tanda kesakitan, makanan tersebut
dinyatakan aman.

- Uji laboratorium dilakukan untuk mengetahui tingkat cemaran makanan


baik kimia maupun mikroba. Untuk pemeriksaan ini diperlukan sampel makanan
yang diambil mengikuti standar/prosedur yang benar dan hasilnya dibandingkan
dengan standar yang telah baku.

15
Beberapa hal yang harus diperhatikan pada penyajian makanan yaitu tempat
penyajian, waktu penyajian, cara penyajian dan prinsip penyajian. Lamanya waktu
tunggu makanan mulai dari selesai proses pengolahan dan menjadi makanan
matang sampai dengan disajikan dan dikonsumsi tidak boleh lebih dari 4 (empat)
jam dan harus segera dihangatkan kembali terutama makanan yang mengandung
protein tinggi, kecuali makanan yang disajikan tetap dalam keadaan suhu hangat.
Hal ini untuk menghindari tumbuh dan berkembang biaknya bakteri pada
makanan yang dapat menyebabkan gangguan pada kesehatan.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Tujuan Pengamanan Sampah Rumah Tangga adalah untuk menghindari


penyimpanan sampah dalam rumah dengan segera menangani sampah.

Pengamanan sampah yang aman adalah pengumpulan, pengangkutan,


pemrosesan, pendaur-ulangan atau pembuangan dari material sampah dengan cara
yang tidak membahayakan kesehatan masyarakat dan lingkungan.

Prinsip-prinsip dalam Pengamanan sampah:

a. Reduce yaitu mengurangi sampah dengan mengurangi pemakaian barang


atau benda yang tidak terlalu dibutuhkan. Contoh:

- Mengurangi pemakaian kantong plastik.

- Mengatur dan merencanakan pembelian kebutuhan rumah tangga secara


rutin misalnya sekali sebulan atau sekali seminggu.

- Mengutamakan membeli produk berwadah sehingga bisa diisi ulang.

- Memperbaiki barang-barang yang rusak (jika masih bisa diperbaiki).

- Membeli produk atau barang yang tahan lama.

b. Reuse yaitu memanfaatkan barang yang sudah tidak terpakai tanpa


mengubah bentuk. Contoh:
-
17
-
- Sampah rumah tangga yang bisa dimanfaatkan seperti koran bekas, kardus
bekas, kaleng susu, wadah sabun lulur, dan sebagainya. Barang-barang tersebut
dapat dimanfaatkan sebaik mungkin misalnya diolah menjadi tempat untuk
menyimpan tusuk gigi, perhiasan, dan sebagainya.

- Memanfaatkan lembaran yang kosong pada kertas yang sudah digunakan,


memanfaatkan buku cetakan bekas untuk perpustakaan mini di rumah dan untuk
umum.

- Menggunakan kembali kantong belanja untuk belanja berikutnya.

c. Recycle yaitu mendaur ulang kembali barang lama menjadi barang baru.
Contoh:

- Sampah organik bisa dimanfaatkan sebagai pupuk dengan cara pembuatan


kompos atau dengan pembuatan lubang biopori.

- Sampah anorganik bisa di daur ulang menjadi sesuatu yang bisa digunakan
kembali, contohnya mendaur ulang kertas yang tidak digunakan menjadi kertas
kembali, botol plastik bisa menjadi tempat alat tulis, bungkus plastik detergen
atau susu bisa dijadikan tas, dompet, dan sebagainya.

- Sampah yang sudah dipilah dapat disetorkan ke bank sampah terdekat.

Kegiatan Pengamanan Sampah Rumah Tangga dapat dilakukan dengan :

- sampah tidak boleh ada dalam rumah dan harus dibuang setiap hari

- pemilahan dalam bentuk pengelompokan dan pemisahan sampah sesuai


dengan jenis, jumlah, dan/atau sifat sampah.

- pemilahan sampah dilakukan terhadap 2 (dua) jenis sampah, yaitu organik


dan nonorganik. Untuk itu perlu disediakan tempat sampah yang berbeda untuk
setiap jenis sampah tersebut. Tempat sampah harus tertutup rapat.

- pengumpulan sampah dilakukan melalui pengambilan dan pemindahan


sampah dari rumah tangga ke tempat penampungan sementara atau tempat
pengolahan sampah terpadu.

17
- Sampah yang telah dikumpulkan di tempat penampungan sementara atau
tempat pengolahan sampah terpadu diangkut ke tempat pemrosesan akhir.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Proses pengamanan limbah cair yang aman pada tingkat rumah tangga untuk
menghindari terjadinya genangan air limbah yang berpotensi menimbulkan
penyakit berbasis lingkungan.

Untuk menyalurkan limbah cair rumah tangga diperlukan sarana berupa sumur
resapan dan saluran pembuangan air limbah rumah tangga. Limbah cair rumah
tangga yang berupa tinja dan urine disalurkan ke tangki septik yang dilengkapi
dengan sumur resapan. Limbah cair rumah tangga yang berupa air bekas yang
dihasilkan dari buangan dapur, kamar mandi, dan sarana cuci tangan disalurkan ke
saluran pembuangan air limbah.

Prinsip Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga adalah:

a) Air limbah kamar mandi dan dapur tidak boleh tercampur dengan air dari
jamban

b) Tidak boleh menjadi tempat perindukan vektor

c) Tidak boleh menimbulkan bau

d) Tidak boleh ada genangan yang menyebabkan lantai licin dan rawan
kecelakaan

e) Terhubung dengan saluran limbah umum/got atau sumur resapan

TATA CARA PEMICUAN STBM

a. Sasaran Pemicuan

Sasaran Pemicuan adalah komunitas masyarakat (RW/dusun/desa),


bukan perorangan/keluarga, yaitu :
-
19
-
1. Semua keluarga yang belum melaksanakan salah satu atau lima pilar
STBM.

2. Semua keluarga yang telah memiliki fasilitas sanitasi tetapi belum


memenuhi syarat kesehatan.

b. Pesan yang disampaikan kepada masyarakat

1. Stop Buang air besar Sembarangan

- Buang air besar sembarangan akan mencemari lingkungan dan akan


menjadi sumber penyakit.

- Buang air besar dengan cara yang aman dan sehat berarti menjaga harkat
dan martabat diri dan lingkungan.

- Jangan jadikan kotoran yang dibuang sembarangan untuk penderitaan


orang lain dan diri sendiri.

- Cara hidup sehat dengan membiasakan keluarga buang air besar yang
aman dan sehat berarti menjaga generasi untuk tetap sehat.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun

- Ingin sehat dan terbebas dari pencemaran kuman lakukan Cuci Tangan
Pakai Sabun sebelum makan dan setelah melakukan pekerjaan.

- Banyak penyakit yang dapat dihindari cukup dengan Cuci Tangan Pakai
Sabun.

- Cukup 20 detik untuk menghindari penyakit dengan Cuci Tangan Pakai


Sabun.

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

- Memastikan air dan makanan yang akan dikonsumsi adalah air dan
makanan yang memenuhi syarat kesehatan dan aman untuk dikonsumsi.

19
- Melakukan treatment atau penanganan terhadap air sebelum dikonsumsi
misalnya dengan merebus sampai mendidih, klorinasi, penjernihan dan cara-cara
lain yang sesuai. Begitu juga dengan pengolahan makanan yang sehat.

- Menutup air minum dan makanan sebelum dikonsumsi.

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

- Sampah akan menjadi sumber petaka apabila tidak dikelola dengan baik

- Jangan buang sampah di sembarang tempat

- Pilahkan sampah kering dan sampah basah

- Sudahkan rumah anda dilengkapi tembuat pembuangan sampah yang


aman?

- Sampah dapat dikelola dan menghasilkan uang dengan cara pemilahan,


komposting dan pemanfaatan sampah kering menjadi kerajinan

- Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing.

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

- Genangan air limbah menjadi tempat bersarangnya penyakit

- Jagalah kebersihan lingkungan dan hindari pencemaran dengan mengelola


air limbah dengan aman dan sehat

- Banyak penyakit yang dapat dihindari dengan cara membersihkan


lingkungan dari pencemaran air limbah rumah tangga.

- Disesuaikan dengan kreativitas masing-masing

Pesan-pesan tersebut dapat disampaikan melalui berbagai macam media seperti


brosur, leaflet, baliho, papan larangan, video, radio dan lain sebagainya yang bisa
dikembangkan sendiri oleh desa. Setiap desa dapat mengembangkan sesuai
dengan kondisi desanya masing-masing tergantung masing-masing desa untuk
mencari pesan yang paling efektif untuk disampaikan.
-
21
-
c. Prinsip Dasar Pemicuan

1. Memfasilitasi proses,

2. meminta pendapat dan mendengarkan

3. Menggurui

4. Membiarkan individu menyadari sendiri Mengatakan apa yang baik


dan buruk (mengajari)

5. Biarkanlah orang-orang menyampaikan inovasi jamban-jamban/kakus


yang sederhana

6. Mempromosikan rancangan/desain jamban/kakus khusus

F. Pelaku Pemicuan

1. Tim Fasilitator STBM Desa/kelurahan yang terdiri dari sedikitnya


relawan, tokoh masyarakat, tokoh agama, dengan dukungan kepala desa, dapat
dibantu oleh orang lain yang berasal dari dalam ataupun dari luar Desa tersebut

2. Bidan desa, diharapkan akan berperan sebagai pendamping, terutama


ketika ada pertanyaan masyarakat terkait medis, dan pendampingan lanjutan serta
pemantauan dan evaluasi

3. Posyandu diharapkan dapat bertindak sebagai wadah kelembagaan yang


ada di masyarakat yang akan dimanfaatkan sebagai tempat edukasi, pemicuan,
pelaksanaan pembangunan, pengumpulan alternatif pendanaan sampai dengan
pemantauan dan evaluasi

4. Kader Posyandu diharapkan juga dapat sebagai fasilitator yang ikut serta
dalam kegiatan pemicuan di desa,

5. Natural leader dapat dipakai sebagai anggota Tim Fasilitator STBM Desa
untuk keberlanjutan STBM.

G. Langkah-langkah Pemicuan

21
Proses Pemicuan dilakukan satu kali dalam periode tertentu, dengan lama waktu
Pemicuan antara 1-3 jam, hal ini untuk menghindari informasi yang terlalu banyak
dan dapat membuat bingung masyarakat. Pemicuan dilakukan berulang sampai
sejumlah orang terpicu. Orang yang telah terpicu adalah orang yang tergerak
dengan spontan dan menyatakan untuk merubah perilaku. Biasanya sang pelopor
ini disebut dengan natural leader.

1. Pengantar pertemuan

- Memperkenalkan diri beserta semua anggota tim dan membangun


hubungan setara dengan masyarakat yang akan dipicu.

- Menjelaskan tujuan keberadaan kader dan atau fasilitator. Tujuannya


adalah untuk belajar tentang kebiasaan masyarakat yang berhubungan dengan
kesehatan lingkungan.

- Menjelaskan bahwa kader dan atau fasilitator akan banyak bertanya dan
minta kesediaan masyarakat yang hadir untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
dengan jujur.

- Menjelaskan bahwa kedatangan kader dan atau fasilitator bukan untuk


memberikan bantuan dalam bentuk apapun (uang, semen dan lain-lain), melainkan
untuk belajar.

2. Pencairan suasana

- Pencairan suasana dilakukan untuk menciptakan suasana akrab antara


fasilitator dan masyarakat sehingga masyarakat akan terbuka untuk menceritakan
apa yang terjadi di kampung tersebut.

- Pencairan suasana bisa dilakukan dengan permainan yang menghibur,


mudah dilakukan oleh masyarakat, melibatkan banyak orang.

3. Identifikasi istilah-istilah yang terkait dengan sanitasi


-
23
-
- Fasilitator dan/atau kader dapat memulai dengan pertanyaan, misalnya
“Siapa yang melihat atau mencium bau kotoran manusia pada hari ini?” “Siapa
saja yang BAB di tempat terbuka pada hari ini?”

- Setelah itu sepakati bersama tentang penggunaan kata BAB dan kotoran
manusia dengan bahasa setempat yang kasar, misal “berak” untuk BAB dan “tai”
untuk kotoran manusia. Gunakan kata-kata ini selama proses analisis.

4. Pemetaan sanitasi

- Melakukan pemetaan sanitasi yang merupakan pemetaan sederhana yang


dilakukan oleh masyarakat untuk menentukan lokasi rumah, sumber daya yang
tersedia dan permasalahan sanitasi yang terjadi, serta untuk memicu terjadinya
diskusi dan dilakukan di ruangan terbuka yang cukup lapang.

- Menggunakan bahan-bahan yang tersedia di lokasi( daun, batu, batang


kayu, dan lain-lain) untuk membuat peta.

- Memulai pembuatan peta dengan membuat batas kampung, jalan desa,


lokasi Pemicuan, lokasi kebun, sawah, kali, lapangan, rumah penduduk (tandai
mana yang punya dan yang tidak punya jamban, sarana cuci tangan, tempat
pembuangan sampah, saluran limbah cair rumah tangga).

- Memberi tanda pada lokasi-lokasi biasanya digunakan untuk membuang


tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga. Selanjutnya membuat garis dari
lokasi pembuangan ke rumah tangga.

- Melakukan diskusi tentang peta tersebut dengan cara meminta peserta


untuk berdiri berkelompok sesuai denga dusun/RT. Minta mereka mendiskusikan
dusun/RT mana yang paling kotor? Mana yang nomor 2 kotor dan seterusnya.
Catat hasil diskusi di kertas dan bacakan.

- Memindahkan pemetaan lapangan tersebut kedalam kertas flipchat atau


kertas manila karton, karena peta ini akan dipergunakan untuk memantau
perkembangan perubahan perilaku masyarakat

23
5. Transect Walk (Penelusuran Wilayah)

- Mengajak anggota masyarakat untuk menelusuri desa sambil melakukan


pengamatan, bertanya dan mendengar.

- Menandai lokasi pembuangan tinja, sampah dan limbah cair rumah tangga
dan kunjungi rumah yang sudah memiliki fasilitas jamban, cuci tangan, tempat
pembuangan sampah dan saluran pembuangan limbah cair.

- Penting sekali untuk berhenti di lokasi pembuangan tinja, sampah, limbah


cair rumah tangga dan luangkan waktu di tempat itu untuk berdiskusi.

6. Diskusi

a. Alur kontaminasi

- Menanyangkan gambar-gambar yang menunjukkan alur kontaminasi


penyakit.

- Tanyakan: Apa yang terjadi jika lalat-lalat tersebut hinggap di makanan


anda? Di piring anda? Di wajah dan bibir anak kita?

- Kemudian tanyakan: Jadi apa yang kita makan bersama makanan kita?

- Tanyakan: Bagaimana perasaan anda yang telah saling memakan


kotorannya sebagai akibat dari BAB di sembarang tempat?

- Fasililator tidak boleh memberikan komentar apapun, biarkan mereka


berfikir dan ingatkan kembali hal ini ketika membuat rangkuman pada akhir
proses analisis.

b. Simulasi air yang terkontaminasi

- Siapkan 2 gelas air mineral yang utuh dan minta salah seorang anggota
masyarakat untuk minum air tersebut. Lanjutkan ke yang lainnya, sampai mereka
yakin bahwa air tersebut memang layak diminum.
-
25
-
- Minta 1 helai rambut kepada salah seorang peserta, kemudian tempelkan
rambut tersebut ke tinja yang ada di sekitar kita, celupkan rambut ke air yang tadi
diminum oleh peserta.

- Minta peserta yang minum air tadi untuk meminum kembali air yang telah
diberi dicelup rambut bertinja. Minta juga peserta yang lain untuk meminumnya.
Ajukan pertanyaan: Kenapa tidak yang ada berani minum?

- Tanyakan berapa jumlah kaki seekor lalat dan beritahu mereka bahwa lalat
mempunyai 6 kaki yang berbulu. Tanyakan: Apakah lalat bisa mengangkut tinja
lebih banyak dari rambut yang dicelupkan ke air tadi?

7. Menyusun rencana program sanitasi

- Jika sudah ada masyarakat yang terpicu dan ingin berubah, dorong mereka
untuk mengadakan pertemuan untuk membuat rencana aksi.

- Pada saat Pemicuan, amati apakah ada orang-orang yang akan muncul
menjadi natural leader.

- Mendorong orang-orang tersebut untuk menjadi pimpinan kelompok,


memicu orang lain untuk mengubah perilaku.

- Tindak lanjut setelah Pemicuan merupakan hal penting yang harus


dilakukan, untuk menjamin keberlangsungan perubahan perilaku serta
peningkatan kualitas fasilitas sanitasi yang terus menerus

- Mendorong natural leader untuk bertanggung jawab terhadap


terlaksananya rencana aksi dan perubahan perilaku terus berlanjut.

- Setelah tercapai status 100% (seratus persen) STBM (minimal pilar 1),
masyarakat didorong untuk mendeklarasikannya, jika perlu memasang papan
pengumuman.

- Untuk menjamin agar masyarakat tidak kembali ke perilaku semula,


masyarakat perlu membuat aturan lokal, contohnya denda bagi anggota
masyarakat yang masih BAB di tempat terbuka.

25
- Mendorong masyarakat untuk terus melakukan perubahan perilaku higiene
dan sanitasi sampai tercapai Sanitasi Total.

H. Opsi Teknologi

1. Stop Buang Air Besar Sembarangan

Pilihan teknologi jamban disesuaikan dengan karakteristik wilayah setempat,


seperti jamban diatas sungai untuk daerah pasang surut.

2. Cuci Tangan Pakai Sabun

Pilihan sarana Cuci Tangan Pakai Sabun tergantung pada kreatifitas masing-
masing, misalnya:

- Ceret/kendi (khusus untuk cuci tangan) dilengkapi dengan sabun dan lap
(handuk)

- Ember dengan gayung dilengkapi dengan sabun dan lap bersih (handuk)

- Jerigen dimodifikasi dipasang kran dilengkapi sabun dan lap bersih


(handuk)

- Pancuran dilengkapi sabun dan lap bersih (handuk)

- Wastafel dilengkapi sabun dan lap bersih (handuk)

3. Pengelolaan Air Minum dan Makanan Rumah Tangga

Teknologi sarana pengelolaan air minum rumah tangga mencakup dua bagian
yaitu pengolahan air minum dan penyimpanan air minum:

Pengolahan air minum Penyimpanan air minum

• Merebus air sampai mendidih untuk air yang sudah jernih

• Koagulasi/flokulasi

+Desinfeksi

• Khlorinasi
-
27
-
• Desinfeksi dengan Sinar Matahari (SODIS)

• Saringan Air Keramik • Menyimpan pada tempat yang aman (ceret,


kendi, teko, dan sebagainya serta ditutup)

• Menutup air dalam gelas

• Dan lain-lain

Prinsipnya:

Lalat atau jenis serangga/binatang tidak menghinggapi minuman

sebelum dikonsumsi

Pengolahan makanan Penyimpanan makanan

• Mengolah sayuran, dicuci terlebih dahulu, baru dipotong potong

• CTPS sebelum mengolah dan menghidangkan makanan •


Disimpan dalam lemari makanan

• Menutup dengan tudung saji apabila disimpan diatas meja makan

Prinsipnya :

Lalat atau jenis serangga/binatang tidak

menghinggapi makanan sebelum dikonsumsi

4. Pengamanan Sampah Rumah Tangga

Teknologi pengamanan sampah yang sudah berkembang di masyarakat pada saat


ini, seperti komposter

5. Pengamanan Limbah Cair Rumah Tangga

Prinsip teknologi Saluran Pembuangan Air Limbah adalah tidak terjadi genangan
secara terbuka. Beberapa pilihan teknologi yang dapat dipilih antara lain:

- Saluran dengan pipa disambungkan dengan pembungan secara tertutup

27
- Saluran terbuka dengan pasangan kedap air disambungkan ke tempat
penampungan tertutu

STRATEGI DAN TAHAPAN PENYELENGGARAAN STBM

Strategi penyelenggaraan STBM meliputi 3 (tiga) komponen yang saling


mendukung satu dengan yang lain yaitu penciptaan lingkungan yang kondusif,
peningkatan kebutuhan sanitasi, dan peningkatan penyediaan akses sanitasi.
Apabila salah satu dari komponen STBM tersebut tidak ada maka proses
pencapaian 5 (lima) Pilar STBM tidak maksimal.

1. Penciptaan Lingkungan yang Kondusif

Komponen ini mencakup advokasi kepada Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan


pemangku kepentingan dalam mengembangkan komitmen bersama untuk
melembagakan program pembangunan sanitasi perdesaan, yang diharapkan akan
menghasilkan:

a. komitmen Pemerintah Daerah untuk menyediakan sumber daya untuk


melaksanakan program STBM yang dinyatakan dalam surat kepeminatan.

b. kebijakan daerah dan peraturan daerah mengenai program sanitasi seperti


Keputusan Bupati, peraturan daerah, Rencana Pembangunan Jangka Menengah
Daerah (RPJMD), Rencana Strategis (Renstra), dan lain-lain.

c. terbentuknya lembaga koordinasi yang mengarusutamakan sektor sanitasi,


yang menghasilkan peningkatan anggaran sanitasi daerah serta koordinasi sumber
daya dari Pemerintah maupun non Pemerintah.

d. adanya tenaga fasilitator, pelatih STBM, dan program peningkatan


kapasitas.

e. adanya sistem pemantauan hasil kinerja program serta proses pengelolaan


pembelajaran.

2. Peningkatan Kebutuhan Sanitasi


-
29
-
Komponen Peningkatan kebutuhan sanitasi merupakan upaya sistematis untuk
mendapatkan perubahan perilaku yang higienis dan saniter, berupa:

a. pemicuan perubahan perilaku;

b. promosi dan kampanye perubahan perilaku higiene dan sanitasi;

c. penyampaian pesan melalui media massa dan media komunikasi lainnya;

d. mengembangkan komitmen masyarakat dalam perubahan


perilaku;

e. memfasilitasi terbentuknya tim kerja masyarakat; dan

f. mengembangkan mekanisme penghargaan terhadap


masyarakat/institusi.

3. Peningkatan Penyediaan Akses Sanitasi

Peningkatan penyediaan sanitasi secara khusus diprioritaskan untuk meningkatkan


dan mengembangkan percepatan penyediaan akses dan layanan sanitasi yang
layak dalam rangka membuka dan mengembangkan pasar sanitasi perdesaan,
yaitu :

a. mengembangkan opsi teknologi sarana sanitasi yang sesuai kebutuhan dan


terjangkau;

b. menciptakan dan memperkuat jejaring pasar sanitasi perdesaan; dan

c. mengembangkan mekanisme peningkatan kapasitas pelaku


pasar sanitasi.

Setelah 3 (tiga) komponen strategi tersebut di atas dipenuhi, maka


penyelenggaraan STBM dapat dilaksanakan dengan tahapan sebagai berikut:

II. TATA CARA PEMANTAUAN DAN EVALUASI


PENYELENGGARAAN STBM

29
Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM dilakukan untuk mengukur
perubahan dalam pencapaian program serta mengidentifikasi pembelajaran yang
ada dalam pelaksanaannya, mulai pada tingkat komunitas masyarakat di
desa/kelurahan.

Pemantauan dan evaluasi penyelenggaraan STBM di setiap tingkat pemerintahan


secara berjenjang dilakukan melalui Sistem Informasi Pemantauan yang
dilaksanakan dengan tahapan:

1. pengumpulan data dan informasi;

2. pengolahan dan analisis data dan informasi; dan

3. pelaporan dan pemberian umpan-balik.

Capaian Indikator Pemantauan dan Evaluasi:

1. Desa/Kelurahan yang melaksanakan STBM

Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah melaksanakan STBM


adalah:

a) Minimal telah ada intervensi melalui Pemicuan di salah satu dusun dalam
desa/kelurahan tersebut.

b) Ada masyarakat yang bertanggung jawab untuk melanjutkan aksi


intervensi STBM seperti disebutkan pada poin pertama, baik individu (natural
leader) ataupun bentuk kelompok masyarakat.

c) Sebagai respon dari aksi intervensi STBM, kelompok masyarakat


menyusun suatu rencana aksi kegiatan dalam rangka mencapai komitmen
perubahan perilaku pilar STBM, yang telah disepakati bersama.

2. Desa/Kelurahan SBS (Stop Buang air besar Sembarangan)

Indikator suatu Desa/Kelurahan dikatakan telah mencapai status SBS adalah:

a) Semua masyarakat telah BAB hanya di jamban yang sehat dan membuang
tinja/kotoran bayi hanya ke jamban yang sehat (termasuk di sekolah).
-
31
-
b) Tidak terlihat tinja manusia di lingkungan sekitar.

c) Ada penerapan sanksi, peraturan atau upaya lain oleh masyarakat untuk
mencegah kejadian BAB di sembarang tempat.

d) Ada mekanisme pemantauan umum yang dibuat masyarakat


untuk mencapai 100% KK mempunyai jamban sehat.

e) Ada upaya atau strategi yang jelas untuk dapat mencapai sanitasi total.

3. Desa/Kelurahan STBM

Indikator bahwa suatu Desa/Kelurahan dikatakan sebagai Desa/Kelurahan STBM


adalah Desa/Kelurahan tersebut telah mencapai 5 (lima) Pilar STBM.

Adapun rangkaian pelaksanaan pemantauan program STBM seperti pada gambar


berikut.

Rangkaian tata cara pemantauan dan evaluasi STBM :

a) Pemantauan di desa/kelurahan dilakukan oleh fasilitator untuk melihat


perkembangan kegiatan Pemicuan di masyarakat dan mengumpulkan data dasar
STBM. Hasil dari pemantauan berupa data dasar dan kemajuan akses sanitasi
tentang proses Pemicuan yang selanjutnya dicatat dan didokumentasikan dalam
bentuk peta sosial masyarakat, terbentuknya tim kerja masyarakat di
desa/kelurahan, dan rencana kerja masyarakat.

b) Pemantauan dan evaluasi di Kecamatan dilakukan oleh tenaga kesehatan


Puskesmas, untuk melakukan kompilasi Pemicuan, rencana kerja masyarakat, dan
aktifitas tim kerja masyarakat.

Selanjutnya tenaga kesehatan Puskesmas melakukan pendampingan terhadap


masyarakat yang terpicu agar mampu melaksanakan rencana kerjanya dan
melaporkan hasil kemajuan akses sanitasi masyarakat di wilayah kerjanya.

c) Pemantauan dan evaluasi di Kabupaten/kota dilakukan oleh Dinas


Kesehatan Kabupaten/kota untuk memperoleh gambaran tentang kemajuan
Pemicuan, implementasi rencana kerja masyarakat dan aktivitas natural leader,

31
kondisi masyarakat yang tidak BABS serta upaya percepatan menuju
desa/kelurahan STBM.

d) Pemantauan dan evaluasi di Provinsi dilakukan oleh Dinas Kesehatan


Provinsi untuk memperoleh gambaran tentang upaya dalam percepatan
desa/kelurahan STBM pada kabupaten/kota.

e) Pemantauan dan evaluasi di Pusat dilakukan oleh Kementerian Kesehatan


untuk memperoleh gambaran tentang kemampuan kabupaten/kota serta provinsi
dalam menerapkan pendekatan STBM dalam rangka mencegah dan memutus
mata rantai penularan penyakit berbasis masyarakat.

Teknik pelaporan hasil pemantauan dan evaluasi STBM dapat dilakukan dengan
cara :

a) Sanitarian Puskesmas mengirimkan data ke layanan pesan singkat (sms)


server di Kementerian Kesehatan, SMS yang masuk di server akan diverifikasi
oleh sistem berdasarkan riwayat data sebelumnya, apabila sistem menemukan
kesalahan/meragukan, sistem akan mengirim SMS kepada sanitarian untuk
klarifikasi, namun sebaliknya data akan dikirm ke website server.

b) Petugas pemantauan di kabupaten akan masuk ke menu (control panel)


kabupaten melalui situs STBM, dan masuk pada menu isi data. Sistem akan
mengenali data desa/kelurahan yang terhubung dengan database pengirim
berdasarkan wilayah kerjanya sebagai penanggung jawab pemantauan.

c) Data dari dua cara perekaman sistem pemantauan akan disimpan dalam
database server melalui situs dan melalui SMS akan dilakukan sinkronisasi dalam
dua database utama yaitu data dasar dan data kemajuan.

Di samping pemantauan dan evaluasi sebagaimana diuraikan di atas dalam


pelaksanaan STBM dilakukan pula verifikasi terhadap desa/kelurahan STBM
untuk memastikan bahwa telah terjadi perubahan perilaku masyarakat dalam
menyelenggarakan STBM.
-
33
-
Secara lengkap verifikasi desa/kelurahan STBM adalah sebagai berikut :

1. Pelaku Verifikasi

Verifikasi merupakan serangkaian kegiatan untuk mengetahui kebenaran


informasi atas laporan yang disampaikan serta memberikan pernyataan atas
keabsahan dari laporan tersebut.

Dusun

a. Kunjungan rumah

b. Laporan kemajuan 5 Pilar STBM Tim Verifikasi Desa Kader STBM

c. Kunjungan rumah secara acak

Desa

• Laporan kemajuan 5 Pilar STBM

• Merekomendasikan deklarasi desa STBM

• Merekomendasikan peningkatan dan pengembangan desa STBM

• Merekomendasikan pencabutan status desa SBS/STBM Tim Verifikasi


Kecamatan Tim Kerja Masyarakat

Kecamatan

• Kunjungan rumah secara acak

• Laporan kemajuan pelaksanaan 5 Pilar STBM kabupaten / kota

• Merekomendasikan deklarasi pencapaian desa STBM pada wilayah


kecamatan

• Merekomendasikan peningkatan dan pengembangan desa STBM pada


wilayah kecamatan Tim Verifikasi Kabupaten / Kota Tim Pemantau
Kecamatan

33
• Merekomendasikan Merekomendasikan pencabutan status desa
SBS/STBM pencabutan status desa SBS/STBM pada wilayah kecamatan.

Kabupaten

• Melakukan analisis laporan kemajuan pelaksanaan 5 pilar STBM

• Merekomendasikan deklarasi pencapaian desa STBM pada wilayah


kabupaten

• Merekomendasikan pengembangan desa STBM pada wilayah

kabupaten/kota lain

2. Waktu Verifikasi

Kegiatan verifikasi dilakukan setelah diterimanya laporan bahwa suatu wilayah


telah menyatakan 100% (seratus persen) komunitas menjalankan 5 Pilar STBM
secara sekaligus atau komunitas yang telah menjalankan salah satu pilar tertentu
dan mencapai 100% (seratus persen).

3. Cara Melakukan Verifikasi

Kegiatan verifikasi dilakukan dengan cara wawancara, observasi lapangan,


analisis laporan dan diskusi mendalam tentang pencapaian Pilar STBM.
-
35
-
BAB III

PENUTUP
A. KESIMPULAN
Perumahan merupakan kelompok rumah yang berfungsi sebagai

lingkungan tempat tinggal atau lingkungan hunian yang dilengkapi

dengan prasarana dan sarana lingkungan. Dimana perumahan dikatakan

sehat untuk ditinggali diatur dalam Undang-

undang Nomor 4 Tahun 1992 didalamnya disebutkan bahwa

Perumahan yang sehat apabila perumahan tersebut mememuhi kebutuhan

fisiologis, psikologis, dapat Mencegah kecelakaan serta penularan

penyakit. Penularan penyakit yang sering terjadi dalam lingkungan rumah

dan perumahan berasal dari buruknya system Pembuangan Tinja pada

perumahan atau yang lebih sering disebut jamban.

Jamban merupakan salah satu fasilitas sanitasi dasar yang

dibutuhkan dalam setiap rumah untuk mendukung kesehatan penghuninya

sebagai fasilitas pembuangan kotoran manusia. Dimana pemerintah

menetapkan persyaratan jamban sehingga tidak menjadi tempat

penyebaran penyakit dalam Keputusan Menteri Kesehatan No. 852 Tahun

2008 tentang Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat

didalamnya disebutkan bahwa jamban yang dapat dikatakan sehat apabila

Tidak mencemari air , mencemari tanah permukaan, Bebas dari serangga,

Tidak menimbulkan bau dan nyaman digunakan, Aman digunakan oleh

pemakainya, Mudah dibersihkan serta Tidak menimbulkan pandangan

yang kurang sopan. Sehingga diharapkan dengan adanya jamban yang

35
sehat masalah kesehatan akibat pembuangan kotoran manusia tidak timbul

dilingkungan perumahan. Hal ini diharapkan masyarakat baik dalam

linkungan rumah maupun perumahan dapat mendorong terwujudnya

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sehingga

meningkatkan taraf kesehatan masyarakat.

B. SARAN
Diharapkan dengan ini pembaca dapat mengetahui perumahan dan

jamban yang sehat bagi keluarga maupun lingkungan sekitar sehingga

tidak terjadi masalah kesehatan yang timbul akibat kondisi perumahan dan

jamban yang buruk dan dapat meningkatan rasa ingin tahu terhadap

Strategi Nasional Sanitasi Total Berbasis Masyarakat (STBM) sehingga

pembaca lebih memperdalam Pengetahuannya dengan mencoba mencari

sumber dan buku lain.


-
37
-
Daftar pustaka
Kes,fachrudin., makalah jamban diakses 12 februari 2020
(https://www.academia.edu/36549467/MAKALAH_JAMBAN)
Kementrian kesehatan RI(2014)., permenkes no.3 th 2014 diakses 14 februari
2020
(https://peraturan.bkpm.go.id/jdih/userfiles/batang/Permenkes_3_2014.pdf)
Kementrian kesehatan RI(2016)., permenkes no.39 th 2016 diakses 14 februari
2020
(https://dinkes.bantenprov.go.id/upload/article_doc/PMK_No.39_tahun_2016
__ttg_PIS_PK.pdf)

37

Anda mungkin juga menyukai