Anda di halaman 1dari 16

Dentist

Selasa, 01 November 2016

Ekstraksi Gigi

MAKALAH

EKSTRAKSI GIGI

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pencabutan gigi merupakan tindakan medik dental terbanyak di Indonesia. Pencabutan atau ekstraksi
gigi didefinisikan sebagai pelepasan gigi dari sakunya pada tulang alveolar. Secara medik dental
pencabutan gigi yang rasional ditujukan untuk mencegah terjadinya problem lebih lanjut di masa depan.
Beberapa alasan yang sering dikemukan penderita yang ingin mencabutkan gigi antara lain karena
kerusakan struktur gigi (karies dan fraktur), posisi gigi yang buruk (impaksi, ektostema, dan berdesakan),
diperlukan untuk menunjang perawatan gigi yang lain (gigi tiruan dan ortodonsi), dan beberapa alasan
pribadi yang lain1. Namun demikian hingga saat ini, masih sering dijumpai penderita yang memaksa
untuk dilakukan pencabutan gigi walaupun belum menjadi indikasi pencabutan dengan alasan sakit yang
menyiksa, perawatan kedokteran gigi dipandang mahal, dan lama. Dengan demikian, pencabutan gigi
seringkali dijadikan jalan pintas atau pilihan tercepat untuk mengatasi problem yang terjadi pada gigi.
Kondisi ini menjadikan pencabutan gigi menjadi tidak rasional. Namun, dari beberapa alasan pencabutan
gigi yang tidak rasional ini, alasan utamanya adalah kurangnya kesadaran dan pengetahuan masyarakat
Indonesia terhadap dampak pencabutan gigi.
Tindakan pencabutan gigi dengan kasus tertentu dibutuhkan peralatan penunjang yang lebih lengkap
sesuai dengan standard operasional bedah minor. Pemeriksaan Radiografi merupakan hal yang penting
untuk merencanakan tindakan dan penjelasan kepada pasien khususnya keadaan lokal yang
menyulitkan tindakan pencabutan gigi. Pasien harus dipastikan dalam keadaan kesehatan umum yang
baik, apabila mempunyai penyakit sistematik harus terkontrol. Apabila dipaksakan dan menggunakan
alat serta teknik yang tidak tepat sering kali menimbulkan komplikasi. Untuk menghidari atau
mengurangi komplikasi yang terjadi pada pencabutan gigi dengan penyulit, maka dokter gigi harus
mengetahui teknik dalam tindakan tersebut. Sebaiknya dokter memiliki kemampuan dan keterampilan
melelaui penelitian. Anamnesa yang cermat mengenai riwayat pencabutan gigi sebelumnya,
pemeriksaan klinis yang teliti serta radiografi dapat memperkirakan tingkat kesulitan pencabutan gigi.
Jika dengan teknik sederhana atau intra alveolar tidak dapat mengeluarkan gigi maka pencabutan gigi
dapat digunakan teknik closed method atau open method extraction2.

1.2 Rumusan Masalah

1. Apa definisi ekstraksi gigi?

2. Mengapa orang-orang lebih memilih untuk mengekstraksi giginya?

3. Apa faktor penyebab sehingga tidak dapat dilakukannya ekstraksi gigi?

4. Apa hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan ekstraksi gigi?

5. Apa alat ekstraksi gigi?

6. Bagaimana teknik ekstraksi gigi?

7. Apa komplikasi setelah dilakukkannya ekstraksi gigi?

1.3 Tujuan

1. Untuk mengetahui definisi ekstraksi gigi.

2. Untuk mengetahui alasan orang-orang lebih memilih mengekstraksi giginya.

3. Untuk mengetahui faktor penyebab tidak dapat dilakukannya ekstraksi gigi.

4. Untuk mengetahui hal-hal yang mempengaruhi tingkat kesulitan ekstraksi gigi.

5. Untuk mengetahui alat-alat ekstraksi gigi.

6. Untuk mengetahui teknik-teknik ekstraksi gigi.

7. Untuk mengetahui komplikasi setelah dilakukannya ekstraksi gigi.


BAB II

ISI

2.1 Definisi Ekstraksi Gigi

Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi sangat parah,
pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan dengan cara yang sederhana
ataupun pencabutan yang rumit3.

Ekstraksi gigi merupakan proses pencabutan atau pengeluaran gigi dari tulang alveolus, dimana pada
gigi tersebut sudah tidak dapat dilakukan perawatan lagi. Pencabutan gigi juga merupakan operasi
bedah yang melibatkan jaringan bergerak dan jaringan lunak dari rongga mulut, akses yang dibatasi oleh
bibir dan pipi, dan selanjutnya dihubungkan disatukan oleh gerakan lidah dan rahang4.

2.2 Alasan Ekstraksi Gigi

Gigi perlu dicabut karena berbagai alasan, diantaranya sebagai berikut:

1. Gigi dengan karies yang dalam, yaitu gigi tidak dapat dipertahankan lagi apabila gigi sudah tidak
dapat direstorasi4.

2. Penyakit periodontal yang parah, yaitu apabila terdapat abses periapikal, poket periodontal yang
meluas ke apek gigi, atau yang menyebabkan gigi goyang4.

3. Gigi yang terletak pada garis fraktur, gigi ini harus dicabut sebelum dilakukan fiksasi rahang yang
mengalami fraktur karena gigi tersebut dapat menghalangi penyembuhan fraktur4.

4. Persistensi gigi sulung dan supernumerary teeth/crowding teeth. Keadaan tersebut dapat
menyebabkan maloklusi pada gigi permanen. Oleh karena itu, pencabutan gigi harus segera dilakukan4.

5. Adanya kelainan pulpa4.

6. Gigi yang mengalami infeksi periapeks4.

7. Posisi gigi yang buruk (impaksi, ektostema, berdesakan)4

Tindakan pencabutan gigi dapat juga dilakukan pada gigi sehat dengan tujuan memperbaiki maloklusi,
alasan estetik, dan juga kepentingan perawatan orthodontik atau prostodontik5.
2.3 Faktor-faktor Tidak Dapat Dilakukannya Ekstraksi Gigi

Pencabutan gigi terkadang tidak bisa dilakukan karena berbagai factor, diantaranya sebagai berikut:

1. kelainan sistemik, seperti diabetes melitus, hipertensi, leukemia yang tidak terkontrol, kehamilan,
dan kelainan perdarahan6.

2. kelainan lokal, seperti perikoronitis akut, oedem berat, abses dentoalveolar akut, dan sebagainya6.

2.4 Hal-hal yang Mempengaruhi Tingkat Kesulitan Ekstraksi Gigi

Riwayat kesulitan pencabutan gigi sebelumnya dari pasien dapat dijadikan bahan penilaian
kemungkinan timbulnya kesulitan kembali pada pencabutan gigi selanjutnya. Pemeriksaan klinis secara
cermat dari gigi yang akan dicabut beserta jaringan pendukung dan struktur penting di dekatnya dapat
memberikan informasi yang berharga dalam menentukan tingkat kesulitan pencabutan gigi7.

Hal-hal yang bisa dijadikan acuan prediksi tingkat kesulitan pencabutan:

a. Gigi mempunyai tambalan atau karies yang besar, miring atau rotasi, masih kokoh atau goyang,
dengan struktur penunjang yang terkena penyakit atau hipertrofi7.

b. Ukuran mahkota sering kali menunjukkan ukuran akarnya. Mahkota yang besar biasanya
menunjukkan akar yang besar pula. Sedangkan gigi dengan mahkota klinis yang pendek dan lebar
seringkali memiliki akar yang panjang7.

c. Gigi dengan mahkota bertanda atrisi biasanya memiliki ruang pulpa yang sudah mengalami
kalsifikasi dan rapuh. Gigi seperti ini sering terletak di dalam tulang yang padat, dan permukaan lempeng
luar tulang berbentuk cembung7.

d. Gigi tanpa pulpa biasanya memiliki akar yang telah teresorbsi dan sering rapuh7.

e. Struktur pendukung gigi dan struktur yang berdekatan dapat menjadi penyulit dalam pencabutan
gigi7.

f. Gigi di dekatnya yang malposisi dan berjejal rentan terhadap fraktur atau luksasi dan sering
mepersulit adapatasi tang7.

g. Gigi yang telah memanjang dan tidak mempunyai antagonis membutuhkan tekanan pencabutan
sedemikian rupa sehingga ada kemungkinan prosesus alvcolaris menjadi fraktur7.
2.5 Alat-alat Ekstraksi

Untuk mengekstraksi gigi dari tulang alveolar, perlekatan periodontal harus dilepaskan dan soket gigi
diperbesar untuk mengeluarkan gigi. Untuk mencapai hal tersebut, banyak instrumen yang telah
berkembang8.

1. Tang Ekstraksi/Dental Forcep

A. Klasifikasi tang :

a) Untuk gigi tetap

b) Untuk gigi sulung

c) Untuk gigi rahang atas

d) Untuk gigi rahang bawah

B. Jenis tang :

a) Untuk sisa akar

b) Untuk gigi bermahkota

C. Bagian dari tang :

a) paruh

b) Engsel

c) Pegangan

2. Tang Ekstraksi Rahang Atas

Paruh dan pegangan hampir satu garis penuh dan dilihat dari samping seperti garis lurus8.

Untuk gigi yang bermahkota

a) Untuk gigi Incisive :


· Paruh dan tangkai 1 garis lurus

· Paruh terbuka

· Untuk ekstraksi gigi 3 2 1 1 2 3

b) Untuk gigi premolar :

· Berbentuk S

· Untuk mencabut gigi 4 5

c) Untuk gigi molar :

· Universal : - Untuk gigi molar kiri-kanan

- Kedua paruh tajam

· Spesifik : - Untuk gigi molar kiri saja atau kanan saja

- Digunakan untuk mencabut gigi 6 7 8

d) Tang khusus molar tiga :

· Bentuk seperti bayonet

· Paruh ada yang tajam dan tumpul

e) Untuk sisa akar gigi :

· Tang paruhnya tertutup

· Runcing kearah paruh

3. Macam-macam Tang Ekstraksi Rahang Atas

Tang Gigi Incisive Tang Gigi Premolar

Tang Gigi Molar

Tang Bayonet Tang sisa akar


4. Tang Ekstraksi Rahang Bawah

a) Paruh bersudut antara 45o – 90o

b) Bentuk tang bawah berbentuk seperti huruf C dan L

· Ciri-ciri :

1. Paruh dan pegangan bersudut antara 45o - 900

2. Untuk gigi incisive dan premolar kedua paruhnya tumpul

3. Untuk gigi molar ada 2 tipe :

1) Yang digunakan dari samping :

Keuntungan : menggunakan tenaga yang besar

Kerugian : tidak untuk M3 bawah

2) Yang digunakan dari depan :

Keuntungan : mudah digunakan untuk M3 bawah untuk Pasien trismus

Kerugian : tidak dapat menggunakan tenaga yang besar

5. Macam-macam Tang Ekstraksi Rahang Bawah

Gambar. Tang gigi anterior rahang bawah(kiri) Tang Premolar rahang bawah(kanan)

Tang molar rahang bawah Tang M3 rahang bawah Tang sisa akar rahang bawah
6. Elevator

Indikasi penggunaan :

a) Untuk ekstraksi gigi yang tak dapat dicabut dengan tang8.

b) Untuk menggoyangkan gigi sebelum penggunaan dengan tang.

c) Untuk mengeluarkan sisa akar.

d) Untuk memecah gigi.

e) Untuk mengangkat tulang inter radikuler (Cryer)

f) Untuk memisahkan gigi dengan gingiva sebelum penggunaan dengan tang (Bein)

7. Alat-alat penunjang ekstraksi gigi lainnya:

a) Finger Protector : alat untuk melindungi jari dari gigitan

b) Blade (pisau)

Blade(pisau)

c) Raspatorium : untuk memisahkan mukoperiosteum

Raspatorium

d) Rounger Forcep/Bone Cutting Forcep/Knabel Tang

Rounger Forcep
Ada 2 tipe : 1) Yang berparuh bulat (Round nose rongeur) 8

a) Untuk membuka dinding socket pada waktu mengambil sisa akar.

b) Untuk membuka kista/anthrum Highmori

c) Untuk membuang/menghaluskan tulang pada alveoektomi atau ekstraksi.

d) Untuk mengambil fragmen gigi

2) Yang berparuh seperti gunting (Side cutting forcep) 8

a) Untuk membuang tulang/meratakan tulang pd alveolektomi

b) Untuk membuang socket

c) Memperbesar lubang kearah suatu kista

d) Bone File : untuk menghaluskan tulang yang tajam

Bone File

e) Needle Holder : untuk memegang jarum

Needle Holder

f) Jarum : Traumatik dan A traumatik

Jarum

g) Gunting

Gunting

h) Arterie Clamp : untuk menjepit pembuluh darah bila terjadi perdarahan


Arterie Clamp

i) Mallet dan Chisel (Palu dan Pahat)

Fungsinya : 1) Untuk membuang tulang

2) Untuk memecahkan gigi

Mallet dan Chisel

j) Curret (kuret)

Alat ini berbentuk sendok kecil yang mempunyai pinggiran tajam

Curret

2.6 Teknik Pencabutan Gigi

1. Teknik Open Methode Extraction

Pencabutan gigi teknik open method extraction adalah teknik mengeluarkan gigi dengan cara
pembedahan dengan melakukan pemotongan gigi atau tulang. Prinsip pada teknik ini adalah pembuatan
flap, membuang sebagian tulang, pemotongan gigi, pengangkatan gigi, penghalusan tulang, kuretase,
dan penjahitan2.

2. Teknik Pencabutan Gigi Akar tunggal

Teknik pencabutan open method extraction dilakukan pada gigi akar tunggal jika pencabutan secara
intra alveolar atau pencabutan tertutup mengalami kegagalan, atau fraktur akar di bawah garis servikal.
Tahap pertama teknik ini adalah membuat flap mukoperiostal dengan desain flap envelope yang
diperluas ke dua gigi anterior dan satu gigi posterior atau dengan perluasan ke bukal/labial. Setelah flap
mukoperiostal terbuka secara bebas selanjutnya dilakukan pengambilan tulang pada daerah
bukal/flabial dari gigi yang akan dicabut, atau bisa juga diperluas kebagian posterior dari gigi yang akan
dicabut. Jika tang akar atau elevator memungkinkan masuk ke ruang ligamen periodontal, maka
pengambilan dapat digunakan tang sisa akar atau bisa juga menggunakan elevator dari bagian mesial
atau bukal gigi yang akan dicabut. Jika akar gigi terletak di bawah tulang alveolar dan tang akar atau
elevator tidak dapat masuk ke ruang ligamen periodontal maka diperlukan pengambilan sebagian tulang
alveolar. Pengambilan tulang diusahakan seminimal mungkin untuk menghindari luka bedah yang besar.
Pengambilan tulang alveolar dapat dilakukan dengan beberapa cara. Pertama, pengambilan tulang
dilakukan dengan ujung tang akar bagian bukal menjepit tulang alveolar. Kedua, pembuangan tulang
bagian bukal dengan bur atau chisel selebar ukuran mesio-distal akar dan panjangnya setengah sampai
dua pertiga panjang akar. Pengambilan akar gigi bisa dilakukan dengan elevator atau tang akar. Jika
dengan cara ini tidak berhasil maka pembuangan tulang bagian bukal diperdalam mendekati ujung akar
dan dibuat takikan dengan bur untuk penempatan elevator. Setelah akar gigi terangkat selanjutnya
menghaluskan tepian tulang, kuretase debris atau soket gigi. mengirigasi dan melakukan penjahitan
tepian flap pada tempatnya2.

Gambar 1 : Pencabutan gigi teknik open method extraction dengan pengambilan sebagian tulang bukal.

3. Teknik Pencabutan Gigi Akar Multipel atau Akar Divergen

Pencabutan gigi akar multipel dan akar divergen perlu pengambilan satu persatu setelah
dilakukan pemisahan pada bifurkasinya. Pertama pembuatan flap mukoperiostal dengan desain flap
envelop yang diperluas. Selanjutnya melakukan pemotongan mahkota arah linguo-bukal dengan bur
sampai akar terpisahkan. Pengangkatan akar gigi beserta potongan mahkotanya satu-persatu dengan
tang2.

Gambar 2 : Tcknik open method extraction dengan pemotongan mahkota gigi arah linguo-bukal

Cara lain adalah dengan pengambilan sebagian tulang alveolar sebelah bukal sampai dibawah servikal
gigi. Bagian mahkota dipotong dengan bur arah horizontal dibawah servikal. Kemudian akar gigi
dipisahkan dengan bur atau elevator, dan satu persatu akar gigi diangkat. Tepian tulang atau septum
interdental yang tajam dihaluskan. Selanjutnya socket atau debris dikuret dan diirigasi serta pcnjahitan
tepian flap pada tempatnya2.

Gamtrar 3 : Pencabutan gigi molar bawah dengan teknik open method extraction, dimana dilakukan
pemotongan mahkota dan akar gigi.

Gambar 4 : Pencabutan gigi molar atas dengan pemotongan mahkota dan pengambilan akar satu
persatu.

2.7 Komplikasi Ekstraksi Gigi

Ekstraksi gigi dapat mengakibatkan kerusakan tulang rahang. Kerusakan lebih lanjut secara
terintegrasi dapat mengakibatkan gangguan system pencernaan makanan. Kerusakan tulang alveolar
dapat menimbulkan beberapa kerusakan komponen penting dalam tulang alveolar yang seterusnya
dapat menimbulkan resorpsi tulang rahang9.

Ekstraksi gigi akan mengakibatkan (1) penurunan jumlah sel induk/sel puncak/stem cells,dan sel
dewasapada ligament periodontal/LP yang menurunkan kapasitas regenerasi tulang dan pembentukan
ekstra seluler matriks10. (2) penurunan jumlah reseptor proprioseptif pada jaringan periodontal, yang
berperan mendeteksi beban sehingga beban yang besar pada rahang dapat dikurangi11. (3) penurunan
faktor

pertumbuhan tulang local12. (4) penurunan fungsi tulang akibat kehilangan gigi yang menyebabkan
disuse atrophy karena kehilangan kontak dengan gigi antagonis13.

Komplikasi akibat ekstraksi gigi dapat terjadi karena berbagai faktor dan bervariasi pula dalam hal
yang ditimbulkannya. Komplikasi dapat digolongkan menjadi intraoperatif, segera sesudah pencabutan
dan jauh setelah pencabutan14. Komplikasi yang sering ditemui pada pencabutan gigi antara lain
perdarahan, pembengkakan, rasa sakit, dry socket, fraktur, dan dislokasi mandibula15.

Ekstrasi gigi merupakan prosedur pencabutan gigi yang sering terjadi pendarahan, sedangkan kulit
dan biji kelengkeng diketahui mengandung fenolik seperti corilagin, antimikroba, antioksidan, dan
antiinflamasi yang akan mencegah terjadinya pendarahan (infeksi sekunder) pada daerah luka yang
berpengaruh pada proses penyembuhan16.

BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Ekstraksi gigi adalah menghilangkan gigi. Jika saraf gigi telah mati atau gigi telah terinfeksi sangat parah,
pencabutan merupakan satu-satunya cara. Pencabutan gigi bisa dilakukan dengan cara yang sederhana
ataupun pencabutan yang rumit. Riwayat kesulitan pencabutan gigi sebelumnya dari pasien dapat
dijadikan bahan penilaian kemungkinan timbulnya kesulitan kembali pada pencabutan gigi selanjutnya.
Pemeriksaan klinis secara cermat dari gigi yang akan dicabut beserta jaringan pendukung dan struktur
penting di dekatnya dapat memberikan informasi yang berharga dalam menentukan tingkat kesulitan
pencabutan gigi.

Jika dengan teknik sederhana atau intra alveolar tidak dapat mengeluarkan gigi maka pencabutan gigi
dapat digunakan teknik closed method atau open method extraction. Pencabutan gigi dengan penyulit
dapat dilakukan dengan teknik open method extraction, teknik ini jika dilakukan dengan benar dapat
merupakan solusi yang baik untuk tindakan pencabutan gigi dengan kasus-kasus penyulit dan dapat
menghindari resiko yang tidak diinginkan baik bagi pasien maupun dokter giginya. Teknik ini
membutuhkan peralatan penunjang bedah yang sesuai disamping kemampuan dari operator yang
terlatih.

3.2 Saran

Seorang dokter gigi dalam melakukan tindakan ekstraksi gigi sederhana bisa saja menghadapi kondisi
komplikasi perdarahan. Oleh karena itu, pengetahuan akan faktor yang menyebabkan dan cara
menanggulanginya menjadi suatu hal yang penting dalam menghadapi kondisi tersebut.

Hindari atau minimalkan komplikasi setelah pencabutan gigi dengan prinsip dasar yaitu tentukan
rencana pencabutan yang jelas, gunakan teknik yang baik dan benar, dan pemberian informed consent
tertulis tentang resiko dan komplikasi yang mungkin terjadi.

REFERENSI

1. Pagni G, dkk 2012: Postextraction Alveolar Ridge Preservation: Biological Basis and Treatments.
International Journal of Dentistry, Vol. 2012 No. 1: 1-13

2. Agung, Sagung 2013: Dental Exrtaction Technique Using Difficulty. Jurnal Kesehatan Gigi.Vol. 1 No.
2: 115-119

3. Pontoh, Beatrix 2014: Hubungan Tingkat Kecemasan Dengan Perubahan Denyut Nadi Pada Pasien
Ekstraksi Gigi Di Puskesmas Tuminting Manado. Jurnal e-GiGi (Eg), Vol. 2 No. 1: 13-17
4. Brany, Nurrany 2016: Gambaran Kecemasan Pasien Ekstraksi Gigi Di Rumah Sakit Gigi dan Mulut
(Rsgm) Unsrat. Jurnal Ilmiah Farmasi. Vol. 5 No. 1: 39-45

5. Aulia, Syafrudin 2016: Pengaruh Mendengarkan Ayat Suci Al Quran Terhadap Tingkat Kecemasan
Pasien Sebelum Tindakan Ekstraksi Gigi. Odonto Dental Journal. Vol 3. No. 1: 55-59

6. Hamzah, Zahreni 2015: Pencabutan Gigi yang Irrasional Mempercepat Penurunan Struktur
Anatomis dan Fungsi Tulang Alveolar. Stomatognatic (J. K. G Unej). Vol. 12 No. 2: 61-66.

7. Lumentut, Reyna 2013: Status Periodontal dan Kebutuhan Perawatan Pada Usia Lanjut. Jurnal e-
GiGi (Eg). Vol. 1 No. 2:

8. Robert Ireland, 2016: Clinical Textbook of Dental Hygiene and Therapy. Blackwell Munksgaard.

9. Hutchinson E.F, 2015: Importance of teeth in maintaining the morphology of the adult

mandible in humans. European Journal of Oral Sciences. Vol. 123 (issue-5): 341-

349.

10. Vishwakarma A, 2015: Stem Cell Biology and Tissue Engineering in Dental Sciences.

Elsevier-Academic Press, UK.

11. Rathee M, 2014: Oral Proprioception for Prevention and Preservation. RRJDS. Vol. 2 (Supplement 1):
42-46.

12. Chen G, 2012: Signaling In Osteoblast Differentiation and Bone Formation. Int J. Biol. Sci. Vol. 8:272-
288.

13. Reich K.M, 2011: Atrophy of the residual alveolar ridge following tooth loss in an historical
population. Oral Diseases. Vol. 17 (issue-1): 33-44.

14. Gordon PW, 2013: Buku Ajar Praktis Bedah Mulut (4th ed). EGC, Jakarta

15. Chandra HM, 2014: Buku Petunjuk Praktis Pencabutan Gigi (1st ed). Sagung Seto, Makassar

16. Susilawati, dkk. 2013: Potensi Kulit dan Biji Kelengkeng (Euphoria longan) sebagai Gel Topikal untuk
Mempercepat Penyembuhan Luka pasca Ekstraksi Gigi. B IMKGI Vol. 1 No. 2

Diposting oleh Nor Kamalia di 00.59 Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke
FacebookBagikan ke Pinterest
Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Follow Us

Popular Posts

Ekstraksi Gigi

MAKALAH EKSTRAKSI GIGI BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Pencabutan gigi merupakan
tindakan medik...

Find Us On Facebook

Arsip Blog

▼ 2016 (1)

▼ November (1)

Ekstraksi Gigi

Mengenai Saya

Nor Kamalia

Lihat profil lengkapku


Tema Sederhana. Diberdayakan oleh Blogger.

Anda mungkin juga menyukai