Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAHAN LIMBAH INDUSTRI

PENETAPAN KADAR TSS (Total Suspended Solid ) DAN TDS


(Total Disolved Solids) PADA SAMPEL AIR MINUM, AIR
BAKU, DAN AIR LIMBAH PENGOLAHAN KAYU KARET

Disusun Oleh :

Marlina Anriani Hutauruk (17734009)


Orizana Dwiva Anetha (17734009)
Syahdilla Anggiva Akhni R (17734012)
Mas Galih Oryza A (17734016)

POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG


BANDAR LAMPUNG
2019
PENGESAHAN

PENETAPAN KADAR TSS (Total Suspended Solid ) DAN TDS


(Total Disolved Solids) PADA SAMPEL AIR MINUM, AIR
BAKU, DAN AIR LIMBAH PENGOLAHAN KAYU KARET

Disusun oleh :

Penulis, Penulis,

Orizana Dwiva Anetha Marlina Anriani Hutauruk


NPM 17734009 NPM 17734008

Penulis, Penulis,

Mas Galih Oryza A Syahdilla Anggiva Akhni R


NPM 17734016 NPM 17734012
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Meningkatnya kegiatan manusia akan menimbulkan berbagai masalah,
salah satunya adalah tercemarnya air pada sumber-sumber air karena menerima
beban pencemaran yang melampaui daya dukungnya. Pencemaran yang
mengakibatkan penurunan kualitas air dapat berasal dari limbah terpusat (point
sources) dan limbah tersebar (non point sources). Limbah terpusat seperti limbah
industri, limbah usaha peternakan, limbah perhotelan, dan limbah rumah sakit.
Sedangkan limbah tersebar seperti limbah pertanian, limbah perkebunan dan
limbah domestic. air limbah domestik mengandung lebih dari 90% cairan. Zat yang
terdapat dalam air buangan diantaranya adalah unsur-unsur organik tersuspensi
maupun terlarut seperti protein, karbohidrat lemak dan juga unsur-unsur organik
seperti butiran, garam, dan metal serta mikroorganisme. Sebelum dibuang ke badan
air harus diolah terlebih dahulu sehingga dapat memenuhi standar baku mutu yang
berlaku dan tidak menimbulkan pencemaran.
Air limbah yang mengandung bahan organik dapat membusuk atau
terdegradasi oleh mikroorganisme sehingga bila dibuang ke badan air akan
meningkatkan populasi mikroorganisme dan padatan, sehingga akan menaikkan
kadar BOD, TSS sedangkan sabun yang mengakibatkan naiknya pH air. Total
Suspended Solid (TSS) menyebabkan kekeruhan air, tidak telarut, dan tidak dapat
mengendap langsung. Padatan tersuspensi terdiri dari partikel - partikel yang
ukuran maupun beratnya lebih kecil dari sedimen, misalnya tanah liat, bahan –
bahan organik tertentu, selsel mikroorganisme dan sebagainya. Padatan tersuspensi
akan mengurangi penetrasi sinar/cahaya ke dalam air sehingga mempengaruhi
regenerasi oksigen secara fotosintesis.
1.2 Tujuan
Adapun tujuan praktikum ini yaitu :
1.2.1 Untuk mengetahui kadar TSS dan TDS pada air minum, air baku dan air
limbah pengolahan kayu karet.
1.2.2 Membandingkan hasil TSS dan TDS setiap sampel dengan baku mutu.
BAB II
LANDASAN TEORI

Limbah adalah buangan yang dihasilkan dari suatu proses produksi baik
industri maupun domestik (rumah tangga). Di mana masyarakat bermukim, di
sanalah berbagai jenis limbah akan dihasilkan. Ada sampah, ada air kakus (black
water), dan ada air buangan dari berbagai aktivitas domestik lainnya (grey water).
Kehadiran limbah dapat berdampak negatif terhadap lingkungan terutama
bagi kesehatan manusia, sehingga perlu dilakukan penanganan terhadap limbah.
Tingkat bahaya keracunan yang ditimbulkan oleh limbah tergantung pada jenis dan
karakteristik limbah.
TDS merupakan singkatan dari (Total Disolved Solids). Sedangkan TSS
merupakan singkatan dari (Total Suspended Solids). TDS merupakan padatan yang
terlarut dalam larutan baik berupa zat organik maupun anorganik. Sedangkan TSS
merupakan padatan yang terdapat pada larutan namun tidak terlarut, dapat
menyebabkan larutan menjadi keruh, dan tidak dapat langsung mengendap pada
dasar larutan.
TSS terdiri dari partikel - partikel yang berat dan ukurannya lebih kecil
dibandingkan dengan sedimen. Zat pada tersuspensi adalah endapan dari padatan
total yang tertahan pada saringan dengan ukuran pertikel maksimal 2 mikrometer.
Menurut alat ukur indonesia yang termasuk dalam zat padat tersuspensi adalah
tanah liat, logam oksida, sulfida, ganggang, lumpur, jamur, dan bakteri.
Zat padat tersuspensi adalah tempat berlangsungnya reaksi - reaksi kimia
yang bersifat heterogen dan dapat menghalangi kemampuan produksi zat organik
disuatu perairan, serta berfungsi sebagai bahan pembentuk endapan yang paling
awal. Menurut bentuknya, tss dapat dibedakan menjadi partikel tersuspensi biasa
dan partikel koloid.
Partikel koloid merupakan partikel yang dapat menimbulkan kekeruhan
pada suatu larutan yang disebabkan oleh penyimpangan sinar yang menembus
suspensi tersebut. Larutan yang terdiri dari molekul - molekul dan ion - ion tanpa
mengandung partikel koloid, maka larutan tersebut tidak akan keruh.
Penyebab terbentuknya TDS adalah adanya bahan - bahan anorganik
berupa ion - ion yang banyak dijumpai diperairan. Contohnya pembuangan yang
berasal dari rumah tangga biasanya banyak mengandung sabun, detergen yang larut
dalam air.
BAB III
METODELOGI

3.1 Alat dan Bahan


3.1.1 Alat
1. Oven
2. Cawan porcelain
3. Timbangan
4. Gelas Kimia
5. Penjepit stainless Steel
6. Cawan Petri
7. Erlemeyer
8. Gelas Ukur
9. Desikator

3.1.2 Bahan
1. Kertas Saring
2. Aquades
3. Sample air baku, sample air minum, sample air limbah

3.2 Prosedur Kerja


1. Persiapan kertas saring cawan
Kertas saring dan cawan porcelain di oven pada suhu 103⁰ C selama 1 jam,
kemudian didiamkan dalam desikator selama 15 menit. Cawan porcelain dan
kertas saring timbang dengan timbangan

2. Penetapan TSS
Sampel air diukur sebanyak 50 mL kemudian disaring dengan kertas saring.
Tampung filtrate, kemudian kertas saring dioven pada suhu 103⁰ C selama 1 jam,
kemudian didiamkan dalam desikator selama 15 menit. Kertas saring timbang
dengan timbangan, mengulangi prosedur dengan air minum, air baku dan air
limbah pengolahan kayu karet.
3.Penetapan TDS
Hasil filtrate dari penyaringan TSS diukur sebanyak 15 mL, kemudian
dituang ke dalam cawan porcelain. Cawan dioven pada suhu 103⁰ C selama 1
jam atau hingga cairan mengering, kemudian didiamkan dalam desikator selama
15 menit. Cawan porcelain timbang dengan timbangan, mengulangi prosedur
dengan air minum, air baku dan air limbah pengolahan kayu karet.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil
KELOMPOK SAMPEL TSS (mg/L) TDS (mg/L)
Air minum 26 140
1 Air bersih/baku 112 220
Air limbah 2218 5293
Air minum 25 53,33
2 Air bersih/baku 115 140
Air limbah 107,5 6280
Air minum 300 48
3 Air bersih/baku 186,67 166
Air limbah 8533,3 386
Air minum 35 556
4 Air bersih/baku 120 613
Air limbah 2857 7974

4.2 Pembahasan
TSS (Total Suspended Solid) adalah bahan-bahan tersuspensi (diameter
1μm) yang tertahan pada saringan milli-pore dengan daiameter pori 0.45μm
(Effendi, 2003). Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989-26
Tahun 2005, untuk menganalisis zat padat tersuspensi menggunakan metode yaitu
Kertas saring. Sebelum melakukan penyaringan kertas saring terlebih dahulu di
oven untuk menghilangkan air ataupun pengotor yang mungkin terdapat pada
kertas saring. Dan setelah selesai pengovenan kertas saring di dinginkan dengan
system vakum.
TDS (Total Dissolved Solid) adalah terlarutnya zat padat, baik berupa ion,
berupa senyawa, koloid di dalam air. Pada praktikum ini uji TDS di lakukan
dengan pengovenan menggunakan cawan porselin. Sebelum melakukan
pengovenan, cawa terlabih dahulu di oven untuk menghilangkan uap yang
mungkin ada. Bahan yang digunakan untuk uji ini adalah filtrate hasil penyaringan
untuk uji TSS sebelumnya.
Berdasakan hasil diatas, diperoleh data hasil TSS dan TDS untuk air minum
untuk setiap kelompok secara berturut- turut yaitu; (26; 25; 300;35) mg/l dan (
140; 53,33; 48; 556) mg/l. Menurut PERMENKES NO.416 THN 1990 standar
TSS dan TDS untuk air minum adalah (100 dan 1000) mg/l. Berdasarkan hal
tersebut diketahui bahwa TSS air minum yang di uji pada praktikum ini memenuhi
kecuali TSS pada kelompok 3 (300) karena lebih besar dari 100 mg/l. Dan untuk
TDS pada tiap kelompok memenuhi.
Data hasil yang diperoleh untuk TSS dn TDS pada sampel air baku pada
setiap kelompok secara urut yaitu: (112; 115; 186,67; 120) mg/l dan (220, 140,
166, 613) mg/l. Dilihat dari data tersebut, untuk TSS pada air baku berbeda-beda.
Namun nilai TSS dari semua data masih dibawah ambang batas menurut Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari 2010
yaitu 150 mg/L kecuali TSS air baku pada kelompok 3. Artinya untuk air baku
tersebut memiliki padatan terlarut yang lebih tinggi. Untuk TDS air baku pada
setiap kelompok masih memenuhi sesuai Permenkes no 416 thn 1990 yaitu 1500
mg/l.
Untuk air limbah diperoleh data TSS dan TDS pada setiap kelompok adalah
sebagai berikut; ( 2218; 107,5; 8533,3; 2857) mg/l dan ( 5293; 6280; 386; 7974)
mg/l. Berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014
standar TSS untuk air limbah adalah 400 mg/l dan TDS adalah 4000 mg/l. Untuk
TSS, yang masih di bawah ambang batas hanya sampel air limbah pada kelompok
3. Artinya limbah yang lainnya belum memenuhi Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 tahun 2014. Namun data ini masih untuk limbah secara umum karena
sampel untuk limbah setiap kelompok berbeda-beda. Data TDS limbah yang di
peroleh dari hasil praktikum hanya limbah pada kelompok 3 (386 mg/l) yang
masih di bawah ambang batas Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun
2014 yaitu 4000 mg/l.
TSS dipengaruhi oleh banyaknya padatan yang terdapat pada larutan namun
tidak terlarut, yang terdiri dari partikel - partikel yang berat dan ukurannya lebih
kecil dibandingkan dengan sedimen. Sedangkan TDS di pengaruhi oleh banyaknya
padatan yang terlarut dalam larutan baik berupa zat organik maupun anorganik dan
berupa ion-ion.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Pada praktikum Penetapan Kadar TSS (Total Suspended Solid ) Dan TDS
(Total Disolved Solids) Pada Sampel Air Minum, Air Baku, Dan Air Limbah
Pengolahan Kayu Karet dapat disimpulkan bahwa berdasarkan PERMENKES
NO.416 THN 1990 standar TSS pada salah satu sampel air minum yang melebihi
ambang batas, dan untuk air limbah berdasarkan Peraturan Menteri Lingkungan
Hidup No. 5 tahun 2014 (TDS dan TSS) masih banyak sampel yang melebihi
ambang batas. Besarnya kadar TSS dipengaruhi oleh banyaknya padatan yang
terdapat pada larutan namun tidak terlarut, yang terdiri dari partikel - partikel yang
berat dan ukurannya lebih kecil dibandingkan dengan sedimen. Sedangkan TDS di
pengaruhi oleh banyaknya padatan yang terlarut dalam larutan baik berupa zat
organik maupun anorganik dan berupa ion-ion.
DAFTAR PUSTAKA

Nugroho, Rudi dkk. 2011. Perbaikan Kualitas Air Baku Perusahaan Air Minum
(PAM) dengan Biofiltrasi.

Standar Nasional Indonesia (SNI) No. 06-6989-26 Tahun 2005

PERMENKES NO.416 Tahun 1990

Peraturan Gubernur DKI Jakarta No 528 Tahun 1995

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup Nomor : 03 Tahun 2010 Tanggal : 18 Januari

Peraturan Menteri Lingkungan Hidup No. 5 tahun 2014

Tjahajawati, Sri dkk. 2015. Pemeriksaan Rutin Kualitas Sumber Air Bersih dan Air
Limbah di Kampung Fakultas Kedokteran Gigi Unpad Jatinagor dan
Lingkungan Setempat. Bandung : Universitas Padjajaran.
LAMPIRAN

PERHITUNGAN

Tabel 1. Hasil Penimbangan TSS


Kertas Saring Berat Awal (g) Berat Akhir (g)
Air Minum 0,9970 0,9983
Air Baku 1,0456 1,0512
Air Limbah 1,0635 1,1744

Tabel 2. Hasil Penimbangan TDS


Cawan Berat Awal (g) Berat Akhir (g)
Air Minum 30,1672 30,1693
Air Baku 29,6554 29,6587
Air Limbah 29,2143 29,2937

TSS

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑨𝒘𝒂𝒍


= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑳

1. Air Minum
𝟎, 𝟗𝟗𝟖𝟑 − 𝟎, 𝟗𝟗𝟕𝟎
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟓

= 𝟐𝟔 𝒎𝒈/𝑳
2. Air Baku
𝟏, 𝟎𝟓𝟏𝟐 − 𝟏, 𝟎𝟒𝟓𝟔
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟓

= 𝟏𝟏𝟐 𝒎𝒈/𝑳

3. Air Limbah
𝟏, 𝟏𝟕𝟒𝟒 − 𝟏, 𝟎𝟔𝟑𝟓
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟓

= 𝟐𝟐𝟏𝟖 𝒎𝒈/𝑳

TDS

𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑨𝒌𝒉𝒊𝒓 − 𝑩𝒆𝒓𝒂𝒕 𝑨𝒘𝒂𝒍


= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝑳

1. Air Minum
𝟑𝟎, 𝟏𝟔𝟗𝟑 − 𝟑𝟎, 𝟏𝟔𝟕𝟐
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟏𝟓

= 𝟏𝟒𝟎 𝒎𝒈/𝑳
2. Air Baku
𝟐𝟗, 𝟔𝟓𝟖𝟕 − 𝟐𝟗, 𝟔𝟓𝟓𝟒
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟏𝟓

= 𝟐𝟐𝟎 𝒎𝒈/𝑳

3. Air Limbah
𝟐𝟗, 𝟐𝟗𝟑𝟕 − 𝟐𝟗, 𝟐𝟏𝟒𝟑
= 𝒙 𝟏𝟎𝟎𝟎
𝟎, 𝟎𝟏𝟓

= 𝟓𝟐𝟗𝟑, 𝟑𝟑 𝒎𝒈/𝑳
Dokumentasi

Bahan air yang digunakan

Air minum air kran lab air

limbah

Alat yang digunakan


Air yang digunakan setelah di saring

KETERANGAN

A. Air minum yang telah disaring


B. Air kran lab yang telah disaring
C. Air limbah yang masih dalam tahap penyaringan

Anda mungkin juga menyukai