Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PRAKTIKUM

PENGOLAH LIMBAH INDUSTRI

ANALISA KADAR ZAT ORGANIK (PERMANGANAT) PADA


AIR LIMBAH PENCUCIAN KAYU KARET DENGAN
METODE PERMANGANOMETRI

Disusun Oleh :

Marlina Anriani Hutauruk 17734008


Orizana Dwiva Anetha 17734009
Syahdilla Anggiva Akhni 17734012
Mas Galih Oryza A 17734015

PROGRAM STUDI TEKNOLOGI REKAYASA KIMIA INDUSTRI


JURUSAN TEKNOLOGI PERTANIAN
POLITEKNIK NEGERI LAMPUNG
2019
LEMBAR PENGESAHAN

Judul Praktikum : Analisa Kadar Zat Organik (Permanganat) Pada Air Limbah
Pencucian Kayu Karet Dengan Metode Permanganometri.
Pelaksana : Kelompok
Waktu : 13.00 s/d Selesai
Tempat : Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung

Bandar Lampung,20 Oktober 2019

PRAKTIKAN :

Orizana Dwiva Anetha Marlina Anriani H


17734009 17734008

Mas Galih Oryza A Syahdilla Anggiva Akhni R


17734015 17734012
BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air termasuk sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui oleh alam, kenyataan menunjukkan bahwa
ketersediaan air tawar tidak bertambah. Sebagian besar air tawar yang digunakan di
Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan air
dalam jumlah besar yang sering kali tidak tersedia, karenanya salah satu strategi p
enting dalam pembangunan wilayah adalah penyediaan air bersih.
Adapun permasalahan penyediaan air bersih yaitu adanya pencemaran yang
terjadi pada badan perairan yang mengakibatkan menurunnya kualitas perairan oleh
masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan. Bahan pencemar
yang berasal dari permukiman pada umumnya dalam bentuk limbah organik dan
anorganik. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
akan langsung menuju dasar perairan, sedang bentuk lainnya berada di badan
air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Limbah organik yang ada di badan
air aerobik akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik.
Bahan pencemar yang berasal dari permukiman pada umumnya
dalam bentuk limbah organik dan anorganik. Limbah organik yang masuk kedala
m perairan dalam bentuk padatan akan langsung menuju dasar perairan, sedangka
n bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob.
Limbah organik yang ada di badan air aerobik akan dimanfaatkan dan diurai oleh
mikroba aerobik. Banyaknya limbah organik di perairan menyebabkan
tingginya beban pencemar di perairan. Zat organik adalah suatu senyawa yang
tersusun dari senyawa atau kombinasi Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2)
bersama dengan Nitrogen (N).Kehadiran zat organik dalam air dapat ditentukan
dengan mengukur bilanganPermanganat (KMnO4= Kalium Permanganat).
Bilangan permanganate menunjukkan banyaknya zat organik yang mampu
teroksidasi oleh
kalium permanganat dalam suasana asam dan pemanasan. Adanya zat organik dal
am air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia hewan
atau oleh sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau
mikroorganisme lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka
semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar. Sifat senyawa-senyawa
organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis
atau kimia, antaralain menjadi CO2 dan H2O.

1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

Permanganometri merupakan titrasi yang dilakukan berdasarkan reaksi oleh


kalium permanganat (KMnO4). Reaksi ini difokuskan pada reaksi oksidasi dan
reduksi yang terjadi antara KMnO4 dengan bahan baku tertentu. Titrasi dengan
KMnO4 sudah dikenal lebih dari seratus tahun. Kebanyakan titrasi dilakukan
dengancara langsung atas alat yang dapat dioksidasi seperti Fe2+, asam atau garam
oksalat yang dapat larut dan sebagainya.
Beberapa ion logam yang tidak dioksidasi dapat dititrasi secara tidak langsung
dengan permanganometri seperti:
1. Ion-ion Ca, Ba, Sr, Pb, Zn, dan Hg (I) yang dapat diendapkan sebagai
oksalat.Setelah endapan disaring dan dicuci, dilarutkan dalam
HSO4 berlebih sehingga terbentuk asam oksalat secara kuantitatif. Asam
oksalat inilah yang akhirnya dititrasi dan hasil titrasi dapat dihitung
banyaknya ion logam yang bersangkutan.
2. Ion-ion Ba dan Pb dapat pula diendapkan sebagai garam kromat. Setelah
disaring, dicuci, dan dilarutkan dengan asam, ditambahkan pula larutan
baku FeSO4 berlebih. Sebagian Fe2+ dioksidasi oleh kromat tersebut dan
sisanya dapatditentukan banyaknya dengan menitrasinya dengan KMnO4
3. Pada prinsipnya penentuan bilangan permanganat sama dengan
penentuan bilangan COD, hanya penyajian data dalam bilangan permanga
nat dinyatakan sebagai mg KMnO4/L sedangkan COD dinyatakan dalam
mg O2/L. Gangguan analisis ini sama seperti yang ditujukan untuk
memeriksa air bersih dengan kadar organik rendah dan zat pengganggu
rendah. Analisis terhadap air dengan kandungan zat organik yang tinggi dan
ada gangguan ion halogen dilakukan dengan menambah AgSO4. Kelebihan
permanganat yang terpakai untuk oksidasi dalam sampel air yang diperiksa,
direduksi oleh asam oksalat yang diketahui titernya. Kelebihan oksalat akan
dititrasi kembali dengan larutan kalium permanganat (KMnO4). Kelebihan
oksalat akan ditirasi kembali dengan KMnO4.
Kelebihan titrasi permanganometri adalah Titrasi permanganometri ini lebih
mudah digunakan dan efektif, karena reaksi ini tidak memerlukan indicator, hal ini
dikarenakan larutan KMnO4 sudah berfungsi sebagai indicator, yaitu ion
MnO4- berwarna ungu, setelah diredukdsi menjadi ion Mn- tidak berwarna, dan
disebut juga sebagai autoindikator.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada: Larutan pentiter KMnO4- pada buret Apabila percobaan dilakukan dalam
waktu yang lama, larutan KMnO4 pada buret yang terkena sinar akan terurai
menjadi MnO2 sehingga pada titik akhir titrasi akan diperoleh pembentukan
presipitat coklat yang seharusnya adalah larutan berwarna merah rosa. Penambahan
KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4 yang telah ditambahkan
H2SO4 dan telah dipanaskan cenderung menyebabkan reaksi antara MnO4- dengan
Mn2+.
MnO4- + 3Mn2+ + 2H2O ↔ 5MnO2 + 4H+.
Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4 yang
telah ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk peroksida yang kemudian terurai menjadi air.
H2C2O4 + O2 ↔ H2O2 + 2CO2↑
H2O2 ↔ H2O + O2↑
Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan
untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri
yang dilaksanakan.
Dalam bidang industri, metode titrasi permanganometri dapat dimanfaatkan
dalam pengolahan air, dimana secara permanganometri dapat diketahui kadar suatu
zat sesuai dengan sifat oksidasi reduksi yang dimilikinya, sehingga dapat
dipisahkan apabila tidak diperlukan atau berbahaya.
BAB III

METODOLOGI PENELITIAN

3.1 Waktu dan Tempat

Hari/Tanggal :Selasa, 15 Oktober 2019

Tempat : Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung

3.2 Alat dan Bahan

Alat Gelas:

 Gelas Ukur
 Buret
 Batang Pengaduk
 Pipet tetes

Alat non gelas:

 Klem dan statif


 Hot plate

Bahan:

 H2SO4 8 N
 Asam Oksalat
 KMnO4
 Air Limbah pencucian kayu karet
 Air baku (air kran lab)
 Air minum

3.3 Prosedur Kerja

3.3.1 Standarisasi KMnO4 dengan Asam Oksalat 0,01 N

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Memanaskan 100 ml aquadest sampai suhu 70ºC
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 8 N dan 10 ml Asam Oksalat
4. Mentitrasi hingga pink seulas

3.3.2 Uji Angka KMnO4 Air Baku/Air Minum

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Memanaskan 100 ml sampel sampai suhu 70ºC
3. Menambahkan 5 ml H2SO4 8 N dan 10 ml Asam Oksalat
4. Mentitrsi hingga pink seulas
5. Memanaskan hingga mendidih ±10 menit
6. Mentitrasi kembali dengan KMnO4 hingga pink seulas

3.3.3 Uji Angka KMnO4 Air Limbah Pencucian Kayu Karet

1. Menyiapkan alat dan bahan yang akan digunakan


2. Melakukan pengencaran 100 kali samel
3. Memanaskan 100 ml sampel sampai suhu 70ºC
4. Menambahkan 5 ml H2SO4 8 N dan 10 ml Asam Oksalat
5. Mentitrsi hingga pink seulas
6. Memanaskan hingga mendidih ±10 menit
7. Mentitrasi kembali dengan KMnO4 hingga pink seulas

.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Tabel 1. Data Titrasi


Titrasi V Sampel V Asam V Asam V KMnO4 FP Perubahan Warna
(d) Oksalat Sulfat 8N (a)

Air Minum 100 mL 10 mL 5mL 0,25 mL 1x Tidak berwarna –


(Rumahan) (0.0098 N) (0.0098 N) pink seulas

Air Kran 100 mL 10 mL 5 mL 0,2 mL 1x Tidak berwarna –


(Laboratorium) (0.0098 N) (0.0098 N) pink seulas

Air Pencucian 100 mL 10 mL 5 mL 0,65 mL 100 x Tidak berwarna –


Kayu Karet (0.1 N) (0.1 N) pink seulas

Tabel 2. Tabel Hasil Titrasi


No Titrasi Hasil Acuan Keterangan
Mg/L

1 Air Minum (Rumahan) 0,7742 PERMENKES Memenuhi


416/MENKES/PERIX/1990
yaitu 10 mg/L
2 Air Kran 0,6194 PERMENKES Memenuhi
(Laboratorium) 416/MENKES/PERIX/1990
yaitu 10 mg/L
3 Air Pencucian Kayu 201,292
Karet
4.2 Perhitungan
𝑚𝑔 ((10 + 𝑎)𝑏 − (10 × 𝑐)) × 31,6 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝐿 𝑑

Keterangan :
a = titran KMnO4
b = N KMnO4
c = N Asam Oksalat
d = mL sampel
Titrasi Air Minum
𝑚𝑔 ((10 + 0,25) 0,0098 − (10 × 0,0098)) × 31,6 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝐿 100
𝑚𝑔
= 0,7742
𝐿

Titrasi Air Kran


𝑚𝑔 ((10 + 0,20) 0,0098 − (10 × 0,0098)) × 31,6 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝐿 100
𝑚𝑔
= 0,6194
𝐿

Titrasi Air Pencucian Karet


𝑚𝑔 ((10 + 0,65) 0,0098 − (10 × 0,0098)) × 31,6 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 = × 100
𝐿 100
𝑚𝑔
= 201,292
𝐿

4.3 Pembahasan
Pada praktikum dilakukan titrasi permanganometri. Pada percobaan ini
dilakukan 2 langkah kerja, dimana yang pertama adalah pembakuan/ standarisasi
kalium permanganat dan yang kedua penentuan kadar zat organic pada sampel air
minum, air kran dan air pencucian kayu karet.
Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap (tidak boleh
terkena cahaya). Karena jika terkena cahaya maka akan terjadi pengendapan
sehingga terbentuk MnO2 yang solid, jika sudah terbentuk ini maka harus disaring
karena kalau masih terdapat endapan ini maka permanganat tidak dapat
mengoksidasi zat organik. Pada percobaan titrasi ini larutan permanganat sebagai
titran pengoksidasi. Larutan yang dititrasi adalah zat organik dalam asam sulfat,
penitrasian ini dilakukan dalam suasana asam. Untuk proses standarisasi larutan
yang dititrasi adalah asam oksalat dalam asam sulfat dan larutan ini dipanaskan
sampai 70℃, hal ini dilakukan karena untuk titrasi permanganat jika dilakukan
dalam suhu ruangan reaksinya berjalan sangat lambat maka dari itu membutuhkan
titrasi dalam keadaan yang sangat asam dan harus dalam suhu yang tinggi atau
menggunakan katalis baru dapat berjalan reaksinya dengan lebih cepat. KMnO4
akan bereaaksi dengan asam oksalat, sehingga sisa zat organic yang ada pada
sampel akan dititrasi kembali dengan KMnO4 yang terhitung sebagai kadar zat
organic. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat
yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi pink seulas
yang stabil.
Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.
Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak
sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator
apapun dan langsung dititrasi dengan larutan Asam oksalat merupakan standar yang
baik untuk standarisasi permanganat dalam suasana asam.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada:
a. Larutan pentiter KMnO4 pada buret.
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah muda.
b. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan asam oksalat (H2C2O4)
yang telah ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
c. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk hidrogen peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.

Hal ini dapat menyebabkan pengurangan jumlah KMnO4 yang diperlukan


untuk titrasi yang pada akhirnya akan timbul kesalahan titrasi permanganometri
yang dilaksanakan.

Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel air minum dan air kran
mengandung zat organik yang rendah yaitu 0,7742 mg/L dan 0,6194 mg/L,
bedasarkan kriteria air minum yang telah ditetapkan oleh KEMENKES RI
No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat organik yang terkandung tidak boleh
lebih dari 10 mg/L. Kadar zat organic tersebut menunjukkan bahwa kualitas air
yang baik.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel air hasil cucian kayu
karet mengandung zat organik yang tinggi yaitu 201,292mg/L, bedasarkan kriteria
yang telah ditetapkan oleh PERGUB DKI No.582 Tahun1995, kadar zat organik
yang terkandung tidak boleh lebih dari 85 mg/L. Kadar zat organic tersebut
menunjukkan bahwa kualitas air kurang baik. Hal ini dikarenakan banyaknya zat
organik akan mengakibatkan meningkatkan populasi mikroorganisme dan dapat
menyebabkan berkembangnya bakteri pathogen yang berbahaya tubuh manusia,
terutama bagi sistem kekebalan tubuh.
BAB V
PENUTUP

5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa sampel air minum dan air kran
mengandung zat organik yaitu 0,7742 mg/L dan 0,6194 mg/L, bedasarkan kriteria
air minum yang telah ditetapkan oleh KEMENKES RI
No.492/MENKES/SK/VI/2010 maksimum 10 mg/L. Kadar zat organic tersebut
menunjukkan bahwa kualitas air yang baik. Sedangkan air hasil cucian kayu karet
mengandung zat organik yang tinggi yaitu 201,292mg/L, bedasarkan kriteria
PERGUB DKI No.582 Tahun1995, kadar zat organik yang terkandung tidak boleh
lebih dari 85 mg/L. Kadar zat organic tersebut menunjukkan bahwa kualitas air
kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA

Niswatul Auliyah, dkk. 2013. Titrasi Permanganometri. Bukit Jimbaran :


Universitas Udayana.

Haitami, dkk. 2016. Ketepatan Hasil Dan Variasi Waktu Pendidihan Pemeriksaan
Zat Organik. Banjarmasin : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin

Apriyanti, dkk. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air Sumur Warga Sekitar
TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. Palembang: UIN Raden
Fatah Palembang.

Yasmin. 2017. Analisa Kadar Amonia Dan Zat Organik Pada Air Minum Di
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Universitas Sumtera Utara.
LAMPIRAN

sample air limbah air minum air baku

sample air limbah di ukur 100 ml mengukur suhu sample dengan termometer
Proses pemanasan sample Alat titrasi sebelum digunakan

Proses titrasi sample

Hasil sample setelah di titrasi

Anda mungkin juga menyukai