Disusun Oleh :
Judul Praktikum : Analisa Kadar Zat Organik (Permanganat) Pada Air Limbah
Pencucian Kayu Karet Dengan Metode Permanganometri.
Pelaksana : Kelompok
Waktu : 13.00 s/d Selesai
Tempat : Laboratorium Analisis Politeknik Negeri Lampung
PRAKTIKAN :
PENDAHULUAN
Air merupakan salah satu kebutuhan yang paling penting. Tanpa air, berbagai
proses kehidupan tidak dapat berlangsung. Meskipun air termasuk sumberdaya
alam yang dapat diperbaharui oleh alam, kenyataan menunjukkan bahwa
ketersediaan air tawar tidak bertambah. Sebagian besar air tawar yang digunakan di
Indonesia dan laju pertumbuhan penduduk yang tinggi memerlukan air
dalam jumlah besar yang sering kali tidak tersedia, karenanya salah satu strategi p
enting dalam pembangunan wilayah adalah penyediaan air bersih.
Adapun permasalahan penyediaan air bersih yaitu adanya pencemaran yang
terjadi pada badan perairan yang mengakibatkan menurunnya kualitas perairan oleh
masuknya bahan pencemar yang berasal dari berbagai kegiatan. Bahan pencemar
yang berasal dari permukiman pada umumnya dalam bentuk limbah organik dan
anorganik. Limbah organik yang masuk ke dalam perairan dalam bentuk padatan
akan langsung menuju dasar perairan, sedang bentuk lainnya berada di badan
air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob. Limbah organik yang ada di badan
air aerobik akan dimanfaatkan dan diurai (dekomposisi) oleh mikroba aerobik.
Bahan pencemar yang berasal dari permukiman pada umumnya
dalam bentuk limbah organik dan anorganik. Limbah organik yang masuk kedala
m perairan dalam bentuk padatan akan langsung menuju dasar perairan, sedangka
n bentuk lainnya berada di badan air, baik di bagian yang aerob maupun anaerob.
Limbah organik yang ada di badan air aerobik akan dimanfaatkan dan diurai oleh
mikroba aerobik. Banyaknya limbah organik di perairan menyebabkan
tingginya beban pencemar di perairan. Zat organik adalah suatu senyawa yang
tersusun dari senyawa atau kombinasi Carbon (C), Hidrogen (H), dan Oksigen (O2)
bersama dengan Nitrogen (N).Kehadiran zat organik dalam air dapat ditentukan
dengan mengukur bilanganPermanganat (KMnO4= Kalium Permanganat).
Bilangan permanganate menunjukkan banyaknya zat organik yang mampu
teroksidasi oleh
kalium permanganat dalam suasana asam dan pemanasan. Adanya zat organik dal
am air menunjukkan bahwa air tersebut telah tercemar oleh kotoran manusia hewan
atau oleh sumber lain. Zat organik merupakan bahan makanan bakteri atau
mikroorganisme lainnya. Makin tinggi kandungan zat organik didalam air, maka
semakin jelas bahwa air tersebut telah tercemar. Sifat senyawa-senyawa
organik pada umumnya tidak stabil dan mudah dioksidasi secara biologis
atau kimia, antaralain menjadi CO2 dan H2O.
1.2 Tujuan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
METODOLOGI PENELITIAN
Alat Gelas:
Gelas Ukur
Buret
Batang Pengaduk
Pipet tetes
Bahan:
H2SO4 8 N
Asam Oksalat
KMnO4
Air Limbah pencucian kayu karet
Air baku (air kran lab)
Air minum
.
BAB IV
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Keterangan :
a = titran KMnO4
b = N KMnO4
c = N Asam Oksalat
d = mL sampel
Titrasi Air Minum
𝑚𝑔 ((10 + 0,25) 0,0098 − (10 × 0,0098)) × 31,6 × 1000
𝑠𝑎𝑚𝑝𝑒𝑙 =
𝐿 100
𝑚𝑔
= 0,7742
𝐿
4.3 Pembahasan
Pada praktikum dilakukan titrasi permanganometri. Pada percobaan ini
dilakukan 2 langkah kerja, dimana yang pertama adalah pembakuan/ standarisasi
kalium permanganat dan yang kedua penentuan kadar zat organic pada sampel air
minum, air kran dan air pencucian kayu karet.
Titrasi permanganometri harus dilakukan ditempat yang gelap (tidak boleh
terkena cahaya). Karena jika terkena cahaya maka akan terjadi pengendapan
sehingga terbentuk MnO2 yang solid, jika sudah terbentuk ini maka harus disaring
karena kalau masih terdapat endapan ini maka permanganat tidak dapat
mengoksidasi zat organik. Pada percobaan titrasi ini larutan permanganat sebagai
titran pengoksidasi. Larutan yang dititrasi adalah zat organik dalam asam sulfat,
penitrasian ini dilakukan dalam suasana asam. Untuk proses standarisasi larutan
yang dititrasi adalah asam oksalat dalam asam sulfat dan larutan ini dipanaskan
sampai 70℃, hal ini dilakukan karena untuk titrasi permanganat jika dilakukan
dalam suhu ruangan reaksinya berjalan sangat lambat maka dari itu membutuhkan
titrasi dalam keadaan yang sangat asam dan harus dalam suhu yang tinggi atau
menggunakan katalis baru dapat berjalan reaksinya dengan lebih cepat. KMnO4
akan bereaaksi dengan asam oksalat, sehingga sisa zat organic yang ada pada
sampel akan dititrasi kembali dengan KMnO4 yang terhitung sebagai kadar zat
organic. Hasil titik akhir titrasi pada saat proses standarisasi kalium permanganat
yaitu ditunjukkan dengan adanya perubahan warna larutan menjadi pink seulas
yang stabil.
Kalium permanganat merupakan zat pengoksidasi yang sangat kuat.
Pereaksi ini dapat dipakai tanpa penambahan indikator, karena mampu bertindak
sebagai indikator. Oleh karena itu pada larutan ini tidak ditambahkan indikator
apapun dan langsung dititrasi dengan larutan Asam oksalat merupakan standar yang
baik untuk standarisasi permanganat dalam suasana asam.
Sumber-sumber kesalahan pada titrasi permanganometri, antara lain terletak
pada:
a. Larutan pentiter KMnO4 pada buret.
Apabila percobaan dilakukan dalam waktu yang lama, larutan KMnO4 pada
buret yang terkena sinar akan terurai menjadi MnO2 sehingga pada titik
akhir titrasi akan diperoleh pembentukan presipitat coklat yang seharusnya
adalah larutan berwarna merah muda.
b. Penambahan KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu cepat pada larutan asam oksalat (H2C2O4)
yang telah ditambahkan asam sulfat (H2SO4) dan telah dipanaskan
cenderung menyebabkan
reaksi antara MnO4- dengan Mn2+.
c. Penambahan KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan seperti H2C2O4
Pemberian KMnO4 yang terlalu lambat pada larutan H2C2O4 yang telah
ditambahkan H2SO4 dan telah dipanaskan mungkin akan terjadi kehilangan
oksalat karena membentuk hidrogen peroksida yang kemudian terurai
menjadi air.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel air minum dan air kran
mengandung zat organik yang rendah yaitu 0,7742 mg/L dan 0,6194 mg/L,
bedasarkan kriteria air minum yang telah ditetapkan oleh KEMENKES RI
No.492/MENKES/SK/VI/2010, kadar zat organik yang terkandung tidak boleh
lebih dari 10 mg/L. Kadar zat organic tersebut menunjukkan bahwa kualitas air
yang baik.
Hasil yang didapatkan menunjukkan bahwa sampel air hasil cucian kayu
karet mengandung zat organik yang tinggi yaitu 201,292mg/L, bedasarkan kriteria
yang telah ditetapkan oleh PERGUB DKI No.582 Tahun1995, kadar zat organik
yang terkandung tidak boleh lebih dari 85 mg/L. Kadar zat organic tersebut
menunjukkan bahwa kualitas air kurang baik. Hal ini dikarenakan banyaknya zat
organik akan mengakibatkan meningkatkan populasi mikroorganisme dan dapat
menyebabkan berkembangnya bakteri pathogen yang berbahaya tubuh manusia,
terutama bagi sistem kekebalan tubuh.
BAB V
PENUTUP
5.1 Kesimpulan
Dari hasil praktikum diperoleh bahwa sampel air minum dan air kran
mengandung zat organik yaitu 0,7742 mg/L dan 0,6194 mg/L, bedasarkan kriteria
air minum yang telah ditetapkan oleh KEMENKES RI
No.492/MENKES/SK/VI/2010 maksimum 10 mg/L. Kadar zat organic tersebut
menunjukkan bahwa kualitas air yang baik. Sedangkan air hasil cucian kayu karet
mengandung zat organik yang tinggi yaitu 201,292mg/L, bedasarkan kriteria
PERGUB DKI No.582 Tahun1995, kadar zat organik yang terkandung tidak boleh
lebih dari 85 mg/L. Kadar zat organic tersebut menunjukkan bahwa kualitas air
kurang baik.
DAFTAR PUSTAKA
Haitami, dkk. 2016. Ketepatan Hasil Dan Variasi Waktu Pendidihan Pemeriksaan
Zat Organik. Banjarmasin : Poltekkes Kemenkes Banjarmasin
Apriyanti, dkk. 2018. Analisis Kadar Zat Organik pada Air Sumur Warga Sekitar
TPA dengan Metode Titrasi Permanganometri. Palembang: UIN Raden
Fatah Palembang.
Yasmin. 2017. Analisa Kadar Amonia Dan Zat Organik Pada Air Minum Di
Laboratorium Kesehatan Daerah Provinsi Sumatera Utara. Sumatera Utara.
Universitas Sumtera Utara.
LAMPIRAN
sample air limbah di ukur 100 ml mengukur suhu sample dengan termometer
Proses pemanasan sample Alat titrasi sebelum digunakan