Anda di halaman 1dari 9

B.

Pancasila sebagi ideologi bangsa dan Negara Indonesia

1. Hakikat Ideologi
Istilah ideology berasal dari kata “idea” dan “logos”. Idea berarti gagasan,
konsep, pengertia dasar, ide-ide dasar, cita-cita. Kata idea berasal dari nahasa yunani,
eidos yang berarti bentuk atau idein yang berarti melihat. Idea daar diartikan sebagai cita-
cita, yaitu cita-cita yang bersifat teta dan akan dicaai dalam kehiduan nyata. Dengan
demikian, cita-cita ini pada hakikatnya merupakan dasar, pandangan, atau paham dan
diyakini kebenarannya. Sedangkan logos berarti ilmu. Secara harfiah, ideology berarti
ilmu pengetahuan tentang ide-ide (the science of ideas), atau ajaran tentang pengertian-
pengertian dasar (Kaelan,2010).
Istilah “ideology” pertama kali dilontarkan oleh seorang filsuf Prancis, Antoine
estutt de Tracy pada tahun 1796 sewaktu Revolusi Prancis tengah menggelora
(Christenson, et.al.,1975). Tracy menggunakan istilah ideology guna menyebut suatu
studi tentang asal mula, hakikat, dan perkembangan ide-ide manusia, atau yang sudah
dikenal sebagai “science og Ideas”. Gagasan ini diharapkan dapat membawa perubahan
institusional dalam masyarakat Prancis. Namun, Naoleon mencemoohnya sebagai suatu
khayalan yang tidak memiliki nilai praktis. Pemikiran Tracy ini sebenarnya mirip dengan
impian Leibnitz yang disebut one great system truth (Pranaka, 1987). 1
Berdasarkan penjelasan di atas, ideology mula-mula berarti: (1) “ilmu tentang
(terjadinya) cita-cita, gagasan atau buah pikiran”; (2) kemudian diubah oleh marxisme
yang berarti pandangan hidup yang dikembangkan berdasarkan kepentingan golongan
atau kelas social tertentu dalam bidang politik atau social; (3) dalam sosiologi tentang
ilmu-ilmu, ideology biasanya diartikan sebagai pra-penilaian dari kesadaran yang timbul
karena pengaruh lingkungan hidup, ideology mencerminkan latar belakang social
seseorang karena itu ikut mewarnai pandangan bahkan obejktivitas ilmu pengetahuan
seseorang yang bersangkutan; (4) orang menganut iideologi tertentu sebagai
pandangan yang lebih sesuai dengan keinginan dari pada dengan kenyataan; dan (5)
ideologi adalah system dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-
sarana pokok untuk mencapainya (Heuken, dkk., 1983)

1
Ali Amran, pendidikan pancasila, (Jakarta: PT Rajagrafindo persada, 2016), hlm.205.
Menurut Sudono, dkk. (2008) ideology berarti: (1) sekumpulan konsep bersistem;
(2) cara berpikir seseorang atau suatu golongan manusia; dan (3) aham, teori, dan tujuan
yang berpandu merupakan satu program social politik. Sedangkan menurut Moeliono,
dkk. (1998: 319-400) yang hamir sama dengan pengertian di atas, yang menjelaskan
bahwa ideology berarti: (kumpulan konsep bersistem yang dijadikan asas pendapat
(kejadian) yang memberikan arah dan tujuan untuk kelangsungan hidup; (2) cara berpikir
seseorang atau suatu golongan ; (3) paham, teori, tujuan yang berpadu merupakan satu
program social politik.2
Menurut beberapa ahli politik serta pengertian menurut bebrapa kamus, ideology
mempunyai beberapa pengertian sebagai berikut:
1. Menurut Soerjanto Poespowardojo, idelogi adalah prinsip untuk mendasari tingkah
laku seseorang atau suatu bangsa dalam kehidupan kemasyarakatan dan kenegaraan.
2. Menurut Sumarno, Ideologi adalah kesatuan gagasan fundamental dan sistematis
yang menyeluruh tentang kehidupan manusia.
3. Menurut Krech, Crutchfield, dan Ballachey Ideologi adalah doktrin-doktrin pemikiran
atau cara berpikir seseorang atau lainnya.
4. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia Ideologi adalah himunan nialai, ide, norma,
kepercayaan, dan keyakinan yang dimiliki seserang atau sekelompok orang yang
menjadi dasar dalam menentukan sikap terhadap kejadian dan problem politik yang
dihadapinya dan yang menentukan tingkah laku politik.
5. Menurut The Advanced Learner’s ictionary Ideologi adalah suatu system pemikirang
yang telah dirumuskan untuk teori politi dan ekonomi.
6. Menurut Webster New Collegiate Dictionary Ideologi adalah cara hidup atau tingkah
laku atau hasil pemikiran yang menunjukkan sifat-sifat tertentu pada seorang
individu atau suatu kelas atau pola pemikiran mengenai pengembangan pergerakan
atau kebudayaan.3

2
Ibid.hlm.206.
3
Ibid.hlm.207
2. Pancasila Sebagai Ideologi Negara (Nasional)
Ideology berasal dari kata Idein atau Idea dan Logia dalam bahasa Yunani. Idein
berarti melihat, sedangkan Idea yang berarti raut muka, perawakan, gagasan, buah
pikiran, pengertian dasar dan cita-cita. Logia berarti ajaran, sehingga secara harfiah
Ideologi dapat diartika sebagai ajaran atau ilmu tentang gagasan dasar atau buah pikiran
(Science des ideas).
Subandi Al Marsudi dalam bukunya bejudul Pancasila dan UU 1945 Dalam
Paradigma Reformasi mengurai pendapat beberapa pakar terkait pengertian ideologi
sebagai berikut (Subandi Al Marsudi, 2012) :
1. Padmo Wahjono mengartika ideology sebagai kesatuan yang bulat dan utuh dari ide-
ide dasar;
2. Mubyarto mengartikan ideology sebagai sejumlah doktrin, kepercayaan dan symbol-
simbol sekelompok masayarakat atau satu bangsa yang menjadi pegangan dan
pedoman karya (atau perjuangan) untuk mencapai tujuan masyarat atau bangsa;
3. M. Sastrapratedja mengartikan ideology sebagai seperangkat gagasan atau pemikiran
yang berorientasi pada tindakan yang diorganisir suatu system teratur;
4. Soerjanto Poespowardojo mengartikan ideology sebagai kompleks pengetahuan dan
nilai, secara keseluruhan menjadi landasan bagi seseorang atau masyarakat untuk
memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk
mengolahnya;
5. Franz Magnis Suseno mengartikan ideology dalam arti sempit sebagai gagasan atau
teori menyeluruh tentang makna hidup dan nilai-nilai yang mau menetukan dengan
mutlak bagaimana manusia harus hidup dan bertindak. Sedangkan dalam arti luas
instilah ideology digunakan untuk segala kelompok cita-cita, nilai-nilai dasar dan
keyakinan-keyakinan yang mau dijunjung tinggi sebagai pedoman normative.4

Pengertia ideology yang diutarakan para pakar ini menunjukkan luasnya cakupan
ideologi pada konteks bernegara. Sebagai gagasan dasar atau cita-cita, ideology
kemudian mengartikulasikan keseluruhan kompleksitas kehidupan bernegara yang
memuat didalamnya memuat cita-cita, ide-ide dasar, nilai-nilai, symbol, doktrin, dan

4
Ibid.hlm.208
kepercayaan bernegara serta memberikan kerangka normative dan pedoman bagaimana
dinamika bernegara akan diselenggarakan baik pada relasi individual dalam Negara
maupun pada dinamika kebernegaraan itu sendiri untuk mencapai tujuan yang dicita-
citakan.5

3. Perbandingan Ideologi Pancasila dengan Paham Ideologi Besar Lainnya di unia


Suatu ideologi pada suatu bangsa pada hakikatnya memiliki ciri khas serta
karakteristik masing-masing sesuai dengan sifat dan ciri khas bangsa itu sendiri. Namun
demikian itu dapat terjadi bahwa ideologi pada suatu bangsa dating dari luar dan
dipaksakan keberlakuannya pada bangsa tersebut sehingga tidak mencerminkan
kepribadian dan karakteristik tersebut.6
Ideologi Pancasila berbeda dengan ideology liberalism, komunisme, sekularisme,
dan ideology-ideologi keagamaan. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam beberapa hal
berikut ini;
1. Dalam sejarah kelahirannya Pancasila digali dan nilai-nilai social budaya bangsa
Indonesia, sehingga Pancasila merupakan kristalisasi dan nilai-nilai social budaya
bangsa Indonesia. Pancasila dirancang dan dirumuskan dalam suatu proses oleh para
pendiri Negara Indonesia merdeka.
2. Ideology Pancasila mengarah kepada keseimbangan natara kepentingan kehidupan
duniawi dengan kehidupan akhirat, antar kepentingan individu dengan kepentingan
masyarakat.
3. Dalam bidang ekonomi, ideologi Pancasila menghendaki kesejahteraan bersama
dengan mengakui hak-hak individu dan berasaskan kekeluargaan.
4. Ideologi Pancasila bersifat terbuka, sedangkan ideology lain tertutup.
5. Ideologi Pancasila melindungi semua penganut agama dan memberikan jamianan
terhadap agama yang bersangkutan untuk eksis dalam negara.
6. Ideologi Pancasila berusaha mewujudkan masyarakat Pancasila yaitu masyarakat
yang menjiwai dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila, liberalisme melahirkan
individualisme, dan komunisme ingin mewujudkan masyarakat komunis.7

5
Ibid.hlm.209.
6
Ibid.hlm.2017.
7
Ibid.hlm.218.
4. Pentingnya Ideologi Pancasila di Tengah Ideologiideologi lainnya
Dalam menjawab tantangan yang timbul sebagai akibat terjadinya hubungan
manusia dengan sesamanya, manusia dengan masyarakt, dan manusia dengan alam
sekitar, tumbuh aturan-aturan atau nila-nilai yang diyakini akan kebenarannya, dan
lambat laun nilai-nilai tersebut berkembang menjadi nilai0nila yang dihayati dan
diamalkan. Dalam perkembangan selanjutnya, nilai-nilai tersebut digunakan sebagai tolak
ukur atau norma dalam kehidupan. Dengan demikian, nilai-nilai ini berkembang menjadi
cita-cita hukum guna mengatur kehidupan masyarakat di segala aspek, seperti aspek
ekonomi, sosial, politik, budaya, keamanan, dan sebagainya. Apabila seperangkat nilai
yang terkandung dalam Pancasila sebagai dasar kehidupan seluruh komponen masyarakat
atau bangsa, maka akan terciptalah ideology masyarakat atau ideologi bangsa Negara
Indonesia yang kuat dari rongrongan, ancaman, dan serangan musuh ideologi negara lain.
UUD Negara Republik Indonesia Tahun 1945 mengamanatkan bahwa setiap warga
Negara berhak dan wajib ikut serta dalam usaha pembelaan Negara; termasuk dalam hal
ini adalah mempertahankan ideologi Pancasila. Upaya –upaya itu dapat dilakukan antara
lain, sebagai berikut:8
1. Menumbuhkan kesadaran untuk melaksanakan nilai-nilai luhur Pancasila
2. Melaksanakan ideologi Pancasila secara konsisten
3. Menempatkan Pancasila sebagai sumber hukum dalam pembuatan peraturan
perundangan nasional
4. Menempatkan Pancasila sebagai moral dan kepribadian bangsa Indonesia

Penerapan nilai-nilai Pancasila diarahkan berjalan secara manusiawi dan alamiah,


serta tidak melalui proses indoktrinasi penerapan nilai-nilai Pancasila didasarkan pada
pentingnya nilai-nilai Pancasila dalam menghadapi era globalisasi dan permasalahan
bangsa, sehingga muncul kesadaran untuk merealisasikan nilai-nilai Pancasila dalam
kehidupan sehari-hari. Nilai-nilai Pancasila dapat dipertahankan melalui pendidikan
politik dengan menciptakan suasana yang menunjang, struktur pendidikan politik dan
melalui berbagai jalur pendidikan politik (Halking, 2014). Uraian tentang pendidikan

8
Ibid.hlm.220.
pendidikan politik yang sebaiknya dilakukan untuk mengahadapi dampak negatif dari
ideologi lainnya di dunia adalah sebagai berikut.9

5. Pancasila Sebagai Ideologi yang Reformatif, inamis dan Terbuka


Sebagai ideologi, Pancasila berisi gagasan dasar yang menjadi pedoman dan
kerangka normative bagaimana Negara Indonesia akan diselenggarakan. Pada satu sisi,
secara limitatif Pancasila memberikan batasan umum yang tidak boleh dilanggar karena
pelanggaran atau penyimpangan terhadap pancasila berdampak pada dasar ideal bentuk
dan tujuan Negara. Pada sisi lain, Pancasila memberikan ruang yang besar untuk
reinterpretasi implementasi turunan dari konsep dasar sesuai kondisi yang ada. Pada
konteks inilah, meskipun kelima sila pada Pancasila disakralisasi secara absolut sehingga
tidak bisa berubah, tetapi pada implementasinya Pancasila bersifat, reformatif, dinamis
dan terbuka.
Kombinasi antara idealism Pancasila sebagai kerangka utama Negara dengan
reformatif, dinamis dan terbuka menunjukkan bahwa Pancasila bukan ideologi utopis
yang tidak dapat diimplementasikan pada kehidupan yang nyata. Dengan demikian,
Pancasila sebagai ideologi bukan sekedar doktrin dengan dogmatisasi yang kaku dan
tertutup melainkan bersifat nyata dan dapat bergerak berdasarkan perkembangan yang
ada sekaligus juga bukan nilai-nilai pragmatisme pada praktiknya karena pada aspek
idealism yang mendasarinya.
Pancasila dikatakan bersifat reformatif karena implementasi Pancasila bersifak
actual dan mampu menyesuaikan dengan perkembangan zaman, ilmu pengetahuan dan
teknologi, serta dinamika yang berkembang pada aspek-aspek sosial kemasyarakatan.
Dengan demikian implementasi Pancasila tidak didasarkan kepada kepantingan
mempertahankan status quo tetapi dapat berubah mengikuti kebutuhan perubahan yang
diperlukan meskipun perubahan itu bukan berarti mengubah nila-nilai dasar yang
terkandung dalam Pancasila. Sebagai contoh, perubahan rezim pemerintah Indonesia
sejak zaman Orde Lama, Orde Baru dan reformasi diikuti dengan perubahan-perubahan
signifikan pada sistem kenegaraan dalam koridor idealisme Pancasila seperti perubahan
kewenangan dan hubungan natarlembaga Negara seta praktik politik kekuasaan Negara.

9
Ibid.hlm.221.
Perubahan-perubahan ini terjadi berdasarkan kebutuhan yang berkembang pada dinamika
kenegaraan Indonesia dalam hal mana praktik yang ada dianggap tidak sesuai lagi
sehingga memunculkan kebutuhan akan sistem yang baru tanpa mengubah nilai-nilai
yang terkandung dalam Pancasila.10
Sifat reformatif yang dimiliki oleh Pancasila sekaligus juga menunjukkan behwa
Pancasila bersifat dinamis,. Dikatakan bersifat dinamis, karena Pancasila tidak disusun
dalam nilai-nilai yang kaku dan senantiasa mampu melakukan perubahan sesuai dinamika
kemasyarakatan . sifat dinamis ini memungkin Negara Indonesia untuk selalu melakukan
penyesuaian-penyesuaian berdasarkan kondisi yang ada untuk menemukan praktik
implementasi ideologi Pancasila yang terbaik. Oleh karenanya, meskipun nilai-nilai dasar
pancasila bersifat universal dan tetap, tetapi realisasinya secara dinamis dapat disesuaikan
dengan kondisi yang ada.
Pacasila juga merupakan ideology yang terbuka. Pancasila juga merupakan cita-
cita sekelompok orang yang kemudian dipaksa berlaku untuk mengubah masyarakat
dengan tuntutan konkret serta operasional yang keras dan mutlak. Pancasila dikatak
terbuka karena berisi ide dasar dan tidak dijabarkan dalam konsep operasional yang kaku.
Operasionalisasi Pancasila dijabarkan dalam UUNRI dan instrument hukum organic
lainnya, oleh karena itu perubahan dapat dilakukan oleh setiap generasi dengan menggali
lagi nilai-nilai Pancasila dan melakukan penyesuaian dengan kondisi yang ada. Pada
konteks inilah keterbukaan Pancasila dapat dilihat sebagai tersedianya ruang bagi setiap
warga Negara untuk “berdialog” dengan ideologinya sesuai perkembangan aspirasi yang
ada.11
6. Dinamika dan Tantangan Pancasila sebagai Ideologi Negara (Nasional)
Pancasila tidak terlepas dari berbagai perkembangan yang terus-menerus menguji
ketahanannya sebagai ideology. Perkembangan yang terjadi seiring perjalanan waktu itu
menjadi dinamika dan tantangan yang dihadapi Pancasila sebagai ideology dengan nilai-
nilai fundamental dan ruang terbuka untuk perubahan dan pembaharuan pada
implementasinya. 12

10
Ibid.hlm.230.
11
Ibid.hlm.231.
12
Ibid.hlm.235.
Secara umum tantangan yang dihadapi oleh Pancasila sebagai ideologi bangsa
dapat dibedakan menjadi tantangan yang berasal dari dalam (tantangan internal) dan
tantangan berasal dari luar bangsa Indonesia (tantangan eksternal).
a. Tantangan Internal
Yang dimaksud dengan tantangan internal adalah tantangan yang bersal dari
dalam bangsa Indonesia sendiri, atra lain sebagai berikut:
1) Demoralisasi bangsa
Demontralisasi terjadi pada konstruksi berpikir menjadi pragmatis,
rendahnya semangat nasionalisme, oportunistik serta budaya konsumtif yang
berlebihan. Demontralisasi ini berdampak pada minimnya ditemukan praktik
terbaik Pancasila sebagi ideology sehingga dapat berakibat munculnya sikat
pesimistis terhadap konsep ideal Pancasila.13
2) Ancaman disintegrasi bangsa
Bentuk ancaman disintegrasi bangsa dapat dilihat dari masih adanya
gerakan saparatis yang berusaha untuk memisahkan diri dari Indonesia seperti
Organisasi Papua Merdeka (OPM) di Papua, Gerakan Aceh Merdeka (GAM),
dan lain lain.
3) Kecendrungan munculnya pemaksaan kehendak
Kecendrungan pemaksaan kehendak ini dapat dilihat dari munculnya
organisasi-organisasi masyarakat yang berusaha untuk memaksakan
kehendak menurut paham yang mereka naut.
4) Munculnya gerakan untuk mengubah Pancasila
Gerakan yang berusaha untuk mengubah ideology Pancasila dengan
ideology ditandai dengan adanya upaya-upaya dari sekelompok orang untuk
mengubah Pancasila menjadi ideology yang dinutnya.14
5) Rendahnya pengetahuan terhadap hasil Pancasila
Rendahnya pengetahuan terhadap Pancasila bisa dilihat dari tidak
populernya Pancasila vada pergaulan kemasyarakatan.
6) Lemahnya penegakan hukum

13
Ibid.hlm.236.
14
Ibid.hlm.237.
Lemahnya penegakan hukum dapat dilihat dari masih banyaknya terjadi
kasus-kasus yang penenganannya tidak memenuhi rasa keadilan masyarakat.
7) Belum meratanya kesejahteraan
Belum meratanya kesejahteraan dapat dilihat dari masih tingginya jumlah
dan presentase penduduk kemiskinan dan belum meratanya pembangunan
imfrastruktur penunjang diberbagai daerah di Indonesia.15
b. Tantangan Eksternal
Yang dimaksud dengan tantang eksternal dalah tantangan yang berasal dari luar
Negara Republik Indonesia, antara lain sebagai berikut:
1) Glonalisasi
Globalisasi menjadi tantangan utama bagi ideologi Pancasila, hal ini
ditandai dengan semakin mudah tersedianya teknologi yang mempermudah
komunikasi dan transportasi pada pergaulan warga Negara dengan warga Negara
lainnya.
2) Desakan ideology lain
Desakan ideology lain juga menjadi tantangan eksternal yang harus
dihadapi oleh ideology Pancasila. Semakin memudarnya batas-batas kenegaraan
pada era globalisasi membuat masyarakat Indonesia akan sangat mudah untuk
mengenal trans ideology seperti : liberalism, komunisme, individualisme,
pragmatism, hedonisme dan juga ideology lain yang berasal dari luar negeri.16
3) Kepentingan internal terhadap sumber daya alam Indonesia
Ideologi Pancasila juga mendapat tantangan dari derasnya arus modal
asing yang masuk ke Indonesia terutama yang terkait dengan pengolahan sumber
daya alam Indonsia. Arus modal asing ini cenderung mengacu kepada prinsip
kapitalistik ekonomi yang tidak sesuai dengan prinsip ekonomi kerakyatan yang
dinut oleh Pancasila. 17

15
Ibid.hlm.238.
16
Ibid.hlm.239.
17
Ibid.hlm.240.

Anda mungkin juga menyukai