Anda di halaman 1dari 24

LAPORAN PRAKTIKUM MEKANIKA BAHAN

PENGUJIAN KUAT LENTUR KAYU

Laporan ini disusun untuk memenuhi tugas Mata Kuliah Mekanika Bahan
di Laboratorium Bahan Bangunan
Mata Kuliah :

Mekanika Bahan

Dosen Pengampu :

Maris Setyo Nugroho, M.Eng

Disusun Oleh:

Barem Talang Rasa (18510134022)


Syafrial Riki Permana (18510134026)
Bagas Hadid Setiyarto (18510134036)
Nurul Nur Ainiza (18510134041)
Fani Mestika (18510134031)

JURUSAN PENDIDIKAN TEKNIK SIPIL DAN PERENCANAAN


FAKULTAS TEKNIK
UNIVERSITAS NEGERI YOGYAKARTA
2019
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan Nikmat, Taufik serta Hidayah-Nya sehingga kami dapat
menyelesaikan laporan Praktikum Pengujian Kuat Lentur Kayu tepat waktu. Kami
mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membantu dan terlibat
dalam proses pembuatan Laporan Praktikum Pengujian Kuat Lentur Kayu,
terkhusus kepada:

1. Kepada Bapak Maris Setyo Nugroho, M.Eng., selaku dosen pengampu mata
kuliah Mekanika Bahan.
2. Kepada segenap asisten laboratorium yang bersedia untuk membantu
kelompok penulis dalam berlangsungnya praktikum.
3. Kepada para orangtua yang tak pernah putus mendoakan agar kuliah kami
berjalan dengan baik.
4. Dan seluruh teman-teman yang berkenan membantu hingga Laporan
Praktikum Pengujian Tarik Baja Tulangan ini dapat selesai.

Semoga Laporan Praktikum Pengujian Kuat Lentur Kayu yang telah


disusun ini dapat bermanfaat dan membantu dalam ilmu Teknik Sipil serta bisa
menambah pengetahuan dan pengalaman para pembaca.Selayaknya kalimat yang
menyatakan bahwa tidak ada sesuatu yang sempurna. Kami juga menyadari bahwa
Laporan Praktikum Pengujian Kuat Lentur Kayu ini juga masih memiliki banyak
kekurangan. Maka dari itu kami mengharapkan saran serta masukan dari para
pembaca sekalian demi penyusunan Laporan Praktikum dengan tema serupa yang
lebih baik lagi.

Yogyakarta, 17 April 2019

Penulis
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................... I

DAFTAR ISI ....................................................................................... ii

DAFTAR GAMBAR ......................................................................... iii

DAFTAR TABEL ...............................................................................iv

A. LATAR BELAKANG ............................................................. 1


B. TUJUAN .................................................................................. 1
C. KAJIAN TEORI ...................................................................... 1
1. Pengertian kayu .................................................................. 1
2. Sifat utama kayu ................................................................. 2
3. Sifat fisis dan mekanis kayu ............................................... 3
4. Tegangan bahan kayu ......................................................... 7
D. METODE PENGUJIAN ........................................................ 10
1. Tempat............................................................................... 10
2. Rencana percobaan ........................................................... 11
3. Alat dan bahan .................................................................. 11
4. Bahan uji ........................................................................... 15
5. Persiapan dan spesifikasi benda uji .................................. 15
6. Langkah kerja ................................................................... 15
E. HASIL PENGUJIAN .............................................................. 17
1. Pelaporan hasil pengujian ................................................ 17
2. Analisa data ....................................................................... 17
F. PEMBAHASAN ..................................................................... 18
G. KESIMPULAN ...................................................................... 18
H. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM .................. 19
I. SARAN .................................................................................. 19
DAFTAR GAMBAR

1. Gambar 1. Grafik hubungan antara beban dan deformasi ........ 8


2. Gambar 2. Mesin Uji Tarik (Universal Testing Machine) ..... 11
3. Gambar 3. Alat pemotong kayu .............................................. 13
4. Gambar 4. Gambar meter ukur ................................................ 13
5. Gambar 5. Gambar Timbangan ............................................... 13
6. Gambar 6. Bentuk dan Ukuran Tumpuan Plat dan Rol........... 14
7. Gambar 7. Bentuk dan Ukuran Bantalan Penekan .................. 14
8. Gambar 8. Gambar Benda Uji ................................................. 15
DAFTAR TABEL

1. Tabel 1. Data hasil percobaan .......................................................... 17


2. Tabel 2. Data bahan uji kayu ............................................................ 17
3. Tabel 3. Perhitungan Modulus Elastisitas (MoE) dan modulus patah (MoR) .......17
A. LATAR BELAKANG
Suatu balok kayu pada sebuah struktur pada umumnya menahan
beban/gaya lentur. Untuk mengetahui kekuatan terhadap momen lentur
maka perlu dilakukan pengujian. Sehingga bisa diketahui berapa tegangan
lentur maksimum dari kayu yang akan digunakan untuk struktur.
Dalam uji lentur kayu kali ini kami akan menguji dua sampel kayu
untuk mengetahui kekuatan terhadap momen lentur. Hal ini adalah suatu hal
yang sangat penting dalam sebuah ilmu ketekniksipilan karena dalam ilmu
teknik sipil sangat membutuhkan kayu sebagai bahan bangunan yang mudah
dicari dan harganya ekonomis, maka dari itu untuk mengetahui kualitas
kayu yang ada kami lakukan pengujian berikut.

B. TUJUAN
Tujuan yang diharapkan setelah mahasiswa melakukan pengujian ini
antara lain adalah ;

1. Mahasiswa dapat mengetahui prosedur pengujian kuat lentur kayu


2. Mengetahui besar Modulus Elastisitas (MOE) pada kayu yang diuji
3. Mengetahui kekuatan lentur patah atau modulus of repture (MOR) pada
kayu yang diuji
4. Mengetahui regangan yang terjadi saat pengujian kayu dilakukan

C. KAJIAN TEORI
1. Pengertian kayu
Kayu merupakan suatu bahan konstruksi yang didapatkan dari
tumbuhan dalam alam. Kayu adalah bagian keras tanaman yang
digolongkan kepada pohon. Penggunaan kayu sebagai konstruksi
bangunan sudah di kenal dan banyak di pakai sebelum orang mengenal
beton dan baja. Kayu mempunyai kuat tarik dan kuat tekan relatif tinggi,
berat yang relatif rendah, mempunyai daya tahan tinggi terhadap
pengaruh kimia dan listrik, dapat dengan mudah untuk dikerjakan,
relatif murah, dapat mudah diganti dan bisa didapat dalam waktu singkat
(Felix, 1965).

Uji Kuat Lentur Kayu 1


Pemakaian kayu sebagai konstruksi dukung banyak menjadi
alternative pengganti besi dan beton bertulang. Rata – rata konstruksi
kayu dengan daya dukung yang sama, harganya ± 25 % sampai 40 %
lebih murah dari pada konstruksi kayu dan beton bertulang. Dengan
demikian akan lebih ekonomis jika menggunakan kayu pada stuktur
bangunan dan juga dapat memperindah desain bangunan tersebut. Akan
tetapi, untuk menggunakan kayu sebagai bahan konstruksi perlu
diketahui sifat – sifat kayu terlebih dahulu guna mengetahui jenis dan
mutu ataupun kualitas kayu yang akan dipakai. Adapun sifat – sifat kayu
akan dijelaskan berikut ini.

2. Sifat Utama Kayu


Kayu sampai saat ini masih banyak dicari dan dibutuhkan orang.
Dari segi manfaatnya bagi kehidupan manusia, kayu dinilai mempunyai
sifat – sifat utama, yaitu sifat – sifat yang menyebabkan kayu tetap selalu
dibutuhkan manusia (Heinz, 1982). Sifat – sifat utama tersebut antara
lain:
a. Kayu merupakan sumber kekayaan alam yang tidak akan habis
– habisnya, apabila di kelola dengan cara yang baik. Kayu
dikatakan juga sebagai renewable resources (sumber kekayaan
alam yang dapat diperbaharui lagi).
b. Kayu merupakan bahan mentah yang mudah diproses untuk
dijadikan barang- barang seperti kertas, bahan sintetik dan
tekstil.
c. Kayu mempunyai sifat – sifat spesifik yang tidak bisa ditiru oleh
bahan – bahan lain yang dibuat oleh manusia seperti baja dan
beton. Misalnya kayu mempunyai sifat elastis dan mempunyai
ketahanan terhadap pembebanan yang tegak lurus dengan
seratnya atau sejajar seratnya.

Selain itu, kayu juga memiliki sifat – sifat bahan tersendiri


tergantung pada jenis pohonnya. Beberapa sifat yang umum terdapat
pada semua jenis kayu adalah sebagai berikut :

Uji Kuat Lentur Kayu 2


a. Kayu tersusun dari sel – sel yang memiliki tipe bermacam –
macam dan susunan dinding selnya terdiri dari senyawa kimia
berupaselulosa dan hemi selulosa (karbohidrat) serta lignin
(nonkarbohidrat).
b. Semua kayu bersifat anisotropik, yaitu memperlihatkan sifat –
sifat yang berlainan jika diuji menurut tiga arah utamanya
(longitudinal, radial dan tangensial).
c. Kayu merupakan bahan yang bersifat higroskopis, yaitu dapat
menyerap atau melepaskan kadar air (kelembaban) sebagai akibat
perubahan kelembaban dan suhu udara disekelilingnya.
d. Durabilitas kayu adalah daya tahan suatu jenis kayu terhadap
faktor – faktor perusak yang datang dari luar kayu itu sendiri.
Secara alami kayu mempunyai durabilitas tersendiri, dan berbeda
untuk tiap jenis kayu. Durabilitas kayu biasanya ditentukan oleh
adanya zat ekstraktif yang terkandung di dalam kayu tersebut.

3. Sifat Fisis dan Mekanis Kayu


Sifat dan kekuatan tiap jenis kayu berbeda – beda secara alami antar
jenis, antar pohon dalam satu jenis bahkan antar bagian dalam satu
pohon, maka harus disesuaikan penggunaan kelas kayu dengan
konstruksi yang akan dibuat. Oleh karena itu, penting sekali untuk
mengetahui sifat fisis dan sifat mekanis kayu yang juga mempengaruhi
kekuatan kayu.
a. Sifat Fisis Kayu
Sifat fisis kayu adalah sifat yang dapat diketahui secara jelas
melalui panca indera tanpa menggunakan alat bantu.
1) Berat Jenis Kayu
Berat jenis didefinisikan sebagai angka berat dari
satuan volume suatu material.Berat jenis diperoleh dengan
membagikan berat kepada volume benda tersebut. Berat
diperoleh dengan cara menimbang suatu benda pada
timbangan dengan tingkat keakuratan yang diperlukan atau

Uji Kuat Lentur Kayu 3


biasanya digunakan timbangan dengan ketelitian 20%, yaitu
sebesar 20 gr/kg. Sedangkan untuk menentukan volume
biasanya dilakukan dengan mengukur panjang, lebar dan tebal
suatu benda dan mengalikannya.
Kayu terbentuk dari sel – sel yang memiliki bermacam
– macam tipe yang memungkinkan terjadinya suatu
penyimpangan tertentu. Oleh karena itu, perhitungan berat
jenis kayu seharusnya berpangkal pada keadaan kering udara
yang berarti sekering – keringnya tanpa pengeringan buatan.
Berat jenis kayu biasanya berbanding lurus dengan kekuatan
daripada kayu atau sifat – sifat mekanisnya. Maka makin
tinggi berat jenis suatu kayu semakin tinggi pula kekuatannya.
2) Kadar Air
Kadar air didefinisikan sebagai banyaknya air yang
terdapat dalam kayu yang dinyatakan dalam persen terhadap
berat kering tanurnya. Kayu sebagai bahan konstruksi dapat
mengikat air dan juga dapat melepaskan air yang
dikandungnya disebabkan oleh sifat higroskopis yang
dimiliki kayu. Keadaan ini tergantung pada kelembaban suhu
udara disekeliling kayu itu berada. Kayu sangat peka
terhadap kelembaban karena pengaruh kadar air yan
menyebabkan mengembang dan menyusutnya kayu serta
mempengaruhi pula sifat-sifat fisis dan mekanis kayu. Kadar
air sangat besar pengaruhnya terhadap kekuatan kayu,
terutama daya pikulnya terhadap tegangan desak sejajar arah
serat dan juga tegak lurus arah serat kayu.Sel-sel kayu
mengandung air yang sebagian bebas mengisi dinding sel.
Kayu mengering pada saat air bebas keluar dan apabila air
bebas itu habis keadaannya disebut titik jenuh serat
(FibreSaturation Point).Kadar air pada saat itu kira-kira 25%
- 30%. Apabila kayu mengering dibawah titik jenuh serat,

Uji Kuat Lentur Kayu 4


dinding sel menjadi semakin padat sehingga mengakibatkan
serat- seratnya menjadi kokoh dan kuat.
Pada umumnya kayu-kayu di Indonesia yang kering
udara mempunyai kadar air antara 12% - 18%, atau rata-
ratanya adalah 15%. Tetapi apabila berat dari benda uji
tersebut menunjukkan angka yang terus-menerus menurun,
maka kayu belum dapat dianggap kering udara.
Selain berat jenis dan kadar lain, sifat fisis kayu
lainnya adalah warna, tekstur, arah serat, kesan raba, bau dan
rasa, serta nilai dekoratif.
b. Sifat Mekanis Kayu
Sifat mekanis kayu merupakan keteguhan kayu, yaitu
perlawanan yang diberikan oleh suatu jenis kayu terhadap
perubahan – perubahan bentuk yang disebabkan oleh gaya – gaya
luar. Perlawanan kayu terhadap gaya – gaya luar dibedakan
menjadi:
1) Keteguhan Tarik (Tension Strength)
Keteguhan tarik adalah kekuatan atau daya tahan
kayu terhadap dua buah gaya yang bekerja dengan arah yang
berlawanan dan gaya ini bersifat tarik. Gaya tarik ini
berusaha melepas ikatan antara serat – serat kayu tersebut.
Sebagai akibat dari gaya tarik (P), maka timbullah didalam
kayu tegangan – tegangan tarik yang harus berjumlah sama
dengan gaya – gaya luar P. Bila gaya tarik ini membesar
sedemikian rupa, serat – serat kayu terlepas dan terjadilah
patahan. Dalam suatu konstruksi bangunan, hal ini tidak
boleh terjadi untuk menjaga keamanan.
Tegangan tarik masih diizinkan bila tidak timbul
suatu perubahan atau bahaya pada kayu, disebut dengan
tegangan tarik yang diizinkan dengan notasi Ft (MPa).
Misalnya, untuk kayu dengan kode mutu E26 tegangan tarik
yang diizinkan dalam arah sejajar serat adalah 60 MPa.

Uji Kuat Lentur Kayu 5


2) Keteguhan Tekan (Compression Strength)
Keteguhan tekan adalah kekuatan atau daya tahan
kayu terhadap gaya – gaya tekan yang bekerja sejajar atau
tegak lurus serat kayu. Gaya tekan yang bekerja sejajar serat
kayu akan menimbulkan bahaya tekuk pada kayu tersebut.
Sedangkan gaya tekan yang bekerja tegak lurus arah serat
akan menimbulkan retak pada kayu. Batang – batang yang
panjang dan tipis seperti papan, mengalami bahaya
kerusakan lebih besar ketika menerima gaya tekan sejajar
serat jika dibandingkan dengan gaya tekan tegak lurus serat
kayu. Sebagai akibat adanya gaya tekan ini akan terjadi
tegangan tekan pada kayu. Tegangan tekan terbesar yang
tidak menimbulkan adanya bahaya disebut tegangan tekan
yang diizinkan, dengan notasi Fc (MPa).
3) Keteguhan Geser
Keteguhan geser adalah kekuatan atau daya tahan
kayu terhadap dua gaya – gaya tekan yang bekerja padanya,
kemampuan kayu untuk menahan gaya – gaya yang
menyebabkan bagian kayu tersebut bergeser atau tergelincir
dari bagian lain di dekatnya. Akibat gaya geser ini maka akan
timbul tegangan geser pada kayu . Dalam hal ini, keteguhan
geser dibagi menjadi 3 (tiga) macam, yaitu keteguhan geser
sejajar serat, keteguhan geser tegak lurus serat dan keteguhan
geser miring. Tegangan geser terbesar yang tidak akan
menimbulkan bahaya pada pergeseran serat kayu disebut
tegangan geser yang diizinkan, dengan notasi Fv (MPa).
4) Keteguhan Lentur Statis (Static Bending Strength)
Keteguhan lentur adalah kekuatan kayu untuk
menahan gaya – gaya yang berusaha melengkungkan kayu.
Pada balok sederhana yang dikenai beban maka bagian

Uji Kuat Lentur Kayu 6


bawah akan mengalami bagian tarik dan bagian atas
mengalami tegangan tekan maksimal. Dari pengujian
keteguhan lentur diperoleh nilai keteguhan kayu pada batas
proporsi dan keteguhan kayu maksimum. Dibawah batas
proporsi terdapat hubungan garis lurus antara besarnya
tegangan dan regangan, dimana nilai perbandingan antara
tegangan dan regangan ini disebut modulus elastisitas
(MOE). Akibat tegangan tarik yang melampaui batas
kemampuan kayu maka akan terjadi regangan yang cukup
berbahaya.
5) Keteguhan belah
Keteguhan Belah Keteguhan belah adalah
kemampuan kekuatan kayu dalam menahan gaya – gaya
yang berusaha membelah kayu. Kayu lebih mudah
membelah menurut arah sejajar serat kayu. Keadaan kayu
juga mempengaruhi sifat pembelahan, misalnya kayu yang
basah lebih mudah dibelah daripada kayu yang telah kering.

4. Tegangan bahan kayu


Istilah kekuatan atau tegangan pada bahan seperti kayu adalah
kemampuan bahan untuk mendukung beban luar atau beban yang
berusaha merubah bentuk dan ukuran bahan tersebut. Akibat beban luar
yang bekerja ini menyebabkan timbulnya gaya – gaya dalam pada bahan
yang berusaha menahan perubahan ukuran dan bentuk bahan. Gaya
dalam ini disebut dengan tegangan yang dinyatakan dalam Pound/ft2.
Dibeberapa negara satuan tegangan ini mengacu ke sistem Internasional
(SI) yaitu N/mm2. Perubahan ukuran atau bentuk ini dikenal sebagai
deformasi atau regangan.
Jika tegangan yang bekerja kecil maka regangan atau deformasi
yang terjadi juga kecil dan jika tegangan yang bekerja besar maka
deformasi yang terjadi juga besar. Jika kemudian tegangan dihilangkan
maka bahan akan kembali kebentuk semula. Kemampuan bahan untuk

Uji Kuat Lentur Kayu 7


kembali kebentuk semula tergantung pada besar sifat elastisitasnya. Jika
tegangan yang diberikan melebihi daya dukung serat maka serat-serat
akan putus dan terjadi kegagalan atau keruntuhan.
Deformasi sebanding dengan besarnya beban yang bekerja sampai
pada satu titik. Titik ini adalah Limit Proporsional. Setelah melewati
titik ini besarnya deformasi akan bertambah lebih cepat dari besarnya
beban yang diberikan. Hubungan antara beban dan deformasi
ditunjukkan pada grafik 2.

Beban

Tarikan – Limit proporsional

Tekanan – Limit Proporsional

Deformasi

Gambar 1. Grafik hubungan antara beban dan deformasi


Sumber : http://repository.usu.ac.id

untuk jenis tegangan yang lain nilainya kecil. Sebagai contoh tegangan
tekan cenderung memperpendek kayu sedangkan tegangan tarik akan
memperpanjang kayu. Biasanya kayu akan menderita kombinasi dari
beberapa tegangan yang terjadi secara bersamaan meski salah satu jenis
tegangan lebih mendominasi. Kemampuan untuk melentur bebas dan
kembali ke bentuk semula tergantung kepada elastisitas, dan kemampuan
untuk menahan terjadinya perubahan bentuk disebut dengan kekakuan.
Modulus elastisitas adalah ukuran hubungan antara tegangan dan
regangan dalam limit proporsional yang memberikan angka umum untuk
menyatakan kekakuan atau elastis suatu bahan. Semakin besar modulus
elastisitas kayu, maka kayu tersebut semakin kaku.

Dalam mencari karakteristik kekuatan kayu ada dua cara yang dapat
dilakukan. Pertama, dengan pengujian langsung di lapangan. Kedua,
dengan penelitian. Karena pelaksanaan pengujian di lapangan

Uji Kuat Lentur Kayu 8


memerlukan biaya yang besar maka pengujian dengan penelitian
merupakan alternatif pemilihan. Pada penelitian ada dua jenis pengujian
yang dapat dilakukan. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil dan
pengujian kayu sebagai struktural.

Pengujian dengan menggunakan sampel penting untuk tujuan


komparatif, yang memberikan indikasi bahwa sifat – sifat kekuatan setiap
jenis – jenis kayu berbeda. Karena pengujian dirancang untuk
menghindari pengaruh kerusakan lain, sehingga hasilnya tidak
menunjukkan beban aktual yang mampu diterima dan faktor yang harus
digunakan untuk mendapatkan tegangan kerja yang aman. Pengujian
kayu dengan bentuk struktural lebih mendekati kondisi penggunaan yang
sebenarnya. Secara khusus dianggap penting karena dapat mengamati
kerusakan seperti pecah- pecah.

Kelemahan pada pengujian ini adalah memerlukan biaya yang besar


dan pekerjaannya sulit karena membutuhkan kayu dalam jumlah yang
besar dan butuh waktu yang lebih lama. Selain itu, faktor pemilihan
bahan dalam ukuran yang besar dengan kualitas yang seragam menjadi
sangat penting dibandingkan dengan pemilihan sampel dalam ukuran
kecil. Pengujian dengan menggunakan sampel kecil telah memiliki
standar pengujian. Karena sifat kekuatan kayu sangat dipengaruhi oleh
kandungan air, pengujian dapat dilakukan dalam kondisi terpisah.
Pengujian ini dilakukan dengan menggunakan material kayu yang
memiliki kandungan standar.

Pengujian dilakukan pada bahan kering udara dengan kadar air yang
diketahui dan angka – angka kekuatan tersebut dikoreksi terhadap
kandungan air standar. Ketelitian dibutuhkan untuk mengeliminasi faktor
– faktor yang dapat membuat variasi sifat kekuatan. Pengujian dengan
sampel kecil dari jenis – jenis kayu yang berbeda – beda kini telah
dilakukan, dan banyak batasan data yang diperoleh. Angka- angka yang
diterbitkan untuk kayu yang berbeda – beda dapat dibandingkan dengan
metode pengujian yang telah distandarkan. Angka – angka ini sendiri

Uji Kuat Lentur Kayu 9


dapat dipakai dalam memperhitungkan tegangan kerja karena faktor
koreksi telah diperhitungkan.

Nilai tegangan diperoleh dari besarnya beban per luas penampang


yang dibebani, dinyatakan dalam N/mm², atau:

𝑏𝑒𝑏𝑎𝑛
𝑇𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = ......................Pers 1
𝑙𝑢𝑎𝑠 𝑝𝑒𝑛𝑎𝑚𝑝𝑎𝑛𝑔

Dan regangan didefinisikan sebagai deformasi per ukuran semula


yaitu:

𝑆𝑒𝑙𝑖𝑠𝑖ℎ 𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔
𝑅𝑒𝑔𝑎𝑛𝑔𝑎𝑛 = ............................Pers 2
𝑝𝑎𝑛𝑗𝑎𝑛𝑔 𝑚𝑢𝑙𝑎−𝑚𝑢𝑙𝑎

Secara teoritis, semakin ringan kayu maka semakin kurang


kekuatannya, demikian juga sebaliknya. Pada umumnya dapat dikatakan
bahwa kayu – kayu yang berat sekali juga kuat sekali. Kekuatan,
kekerasan dan sifat teknik lainnya adalah berbanding lurus dengan berat
jenisnya. Tentunya hal ini tidak terlalu sesuai, karena susunan dari kayu
tidak selalu sama

D. METODE PENGUJIAN
Sesuai dengan tujuannya maka metode ini dilakukan dengan metode
eksperimental, data-data yang diperoleh untuk analisis, berupa data primer
yang diperoleh dari hasil pengukuran dalam eksperimen yang sudah
dilakukan. Desain eksperimen pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Tempat
Penelitian ini dilakukan pada beberapa tempat sebagai berikut:
a. Pembuatan benda uji dilakukan di Bengkel Kayu Jurusan
Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta.
b. Pengujian fisik kayu dilakukan di Laboratorium Bahan Bangunan
Jurusan Pendidikan Teknik Sipil dan Perencanaan Fakultas Teknik
Universitas Negeri Yogyakarta.

Uji Kuat Lentur Kayu 10


c. Pengujian kuat lentur dilakukan di Laboratorium Bahan Konstruksi
Teknik Program Studi Teknik Sipil dan Perencanaan Universitas
Negeri Yogyakarta..
2. Rancangan percobaan
Penelitian ini dimaksudkan untuk mengetahui karakteristik kayu
melalui pengujian lentur kayu. Penelitian ini dilakukan dalam 2 tahapan
penelitian, diantaranya adalah sebagai berikut:
a. Pengujian lentur kayu.
b. Analisis data dan pembahasan
3. Alat dan bahan
a. Peralatan Pengujian
1) Mesin Uji Tarik (Universal Testing Machine)

Gambar 2. Mesin Uji Tarik (Universal Testing Machine)


Sumber : Dokumen Pribadi

Universal Testing Machine adalah sebuah mesin pengujian


untuk menguji tegangan tarik dan kekuatan tekan bahan atau
material. Testing Machine biasanya juga dikenal sebagai
Universal Tester, Materials Testing Machine atau Materials Test
Frame. Mesin pengujian ini telah terbukti bahwa ia dapat
melakukan tarik banyak standar dan tes kompresi pada bahan,

Uji Kuat Lentur Kayu 11


komponen, dan struktur. Cara penggunaan Universal Testing
Machine adalah dengan memberikan gaya tekan atau gaya tarik
kepada terhadap bahan yang diujikan. Untuk melaksanakan
pengujian tekan atau tarik terhadap material, kita memerlukan
benda uji yang lainnya. Benda uji itu dipasang pada mesin
penguji dengan gaya tekan dan gaya tarik yang akan semakin
bertambah besar akhirnya menekan dan menarik pada batang
tersebut, maka batang ini akan menjadi pendek atau panjang.

Universal Testing Machine akan memberikan informasi


mengenai seberapa besar pengukuran yang akan diuji terhadap
bahan sehingga standarisasi yang diinginkan dapat tercapai
dengan sempurna.

2) Alat pemotong kayu


Kayu yang akan diuji dalam pengujian kuat lentur kayu ini,
setelah dilakukan pengukuran sesuai dengan standar yang ada,
kemudian ditandai bagian yang akan dipotong. Kayu dipotong
dengan menggunakan alat pemotong kayu. Langkah pertama
yang dapat dilakukan dengan meletakkan kayu yang akan
dipotong pada bidang potong (meja). Kemudian nyalakan mesin
dan potong kayu secara perlahan. Saat menggunakan alat
pemotong kayu ini, harus digunakan secara hati-hati dan sesuai
pengawasan dikarenakan alat ini berbahaya jika sembarangan
digunakan karena pisau pemotongnya sangat tajam dan dapat
menyebabkan luka yang serius jika mengenai bagian tubuh.

Uji Kuat Lentur Kayu 12


Gambar 3. Alat pemotong kayu
Sumber: Dokumentasi
3) Meter Ukur
Digunakan untuk mengukur dimensi benda uji.

Gambar 4. Gambar meter ukur


sumber : Dokumen Pribadi
4) Timbangan
Digunakan untuk menimbang berat benda uji

Gambar 5. Gambar Timbangan


Sumber : Dokumen Pribadi

Uji Kuat Lentur Kayu 13


5) Kedua tumpuan pelat dan rol yang terbuat dari baja
Digunakan untuk menumpu benda uji ketika dilakukan
pengujian.

Gambar 6. Bentuk dan Ukuran Tumpuan Plat dan Rol

Sumber : Dokumen Pribadi


6) Bantalan Penekan
Digunakan untuk pemberian beban saat pengujian, bantalan
ini terbuat dari baja.

Gambar 7. Bentuk dan Ukuran Bantalan Penekan


Sumber: Dokumen Pribadi

Uji Kuat Lentur Kayu 14


4. Bahan uji
Proses pengambilan sample dilakukan dengan memotong benda uji
yaitu kayu dengan ukuran 70x5x5 cm.

Gambar 8. Gambar Benda Uji


Sumber: Dokumen Pribadi

5. Persiapan dan Spesifikasi Benda Uji


Benda uji kayu yang telah dipotong kemudian dilakukan pengujian
menggunakan mesin uji Tarik untuk memperoleh data pengujian kuat
lentur kayu untuk dilakukan analisis data.

6. Langkah kerja
a. Kondisi Pengujian, dan setting alat uji
Pengujian Kuat Lentur Kayu dilaksanakan pada :
1) Hari : Kamis
2) Tgl, Bln, Thn : 4 April 2019
3) Pukul : 13.00 WIB
4) Tempat : Lab Bahan Bangunan FT UNY JPTS
b. Flowchart prosedur pengujian

MULAI

Mempersiapkan benda uji

Uji Kuat Lentur Kayu 15


A

Memberikan nomor di setiap benda uji agar mudah


dibedaan satu sama lain
E.

Memberikan jarak tumpuan sebesar 710 mm

Memasang benda uji pada alat uji dan meletakkan


bantalan penekan diatas bagian tengah benda uji

Menyalakan mesin dengan kecepatan menurut


SNI 03-3959-1995 dan besarnya beban
maksimum sampai benda uji mengalami patah

Menghitung kuat lentur dari benda uji

Membereskan tempat pengujian

Melaporankan hasil pengamatan

SELESAI

Uji Kuat Lentur Kayu 16


E. HASIL PENGUJIAN
1. Pelaporan hasil pengujian

Tabel 1. Data hasil percobaan


Area L0 Fm Rm FeL Rel A
No. ID
(mm2) (mm) (kN) (MPa) (MPa) (MPa) %
1 2.1 / / 8,70 / 0,00 / /
2 2.2 / / 9,32 / 0,00 / /

Tabel 2. Data bahan uji kayu


Dimensi (mm)
No. Kode Uji L (mm) ∆ (mm)
b h l
1 2.1 56 48 700 650 6,5
2 2.2 57 49 700 650 6

2. Analisis data
Pengujian tarik baja dilakukan pada hari Kamis, 4 April 2019
bertempat di Laboratorium Bahan Bangungan di Gedung Batu Lantai 1
PTSP UNY

Tabel 3. Perhitungan Modulus Elastisitas (MoE) dan modulus patah (MoR)


𝑴𝒐𝑬 =
𝑴𝒐𝑹 =

Dimensi
Kode
P Δ
NO Benda I (mm4)
(N) (mm)
𝟒∆𝒃𝒉𝟑
𝟐𝐛𝐡𝟐

Uji
𝟑𝐏𝐋

𝑷𝑳𝟑

l b h

1 1,1 700 56 48 516096,0 3480 6,5 28,3203125 7412,90231

2 1,2 700 57 49 558832,8 3728 6,0 28,6021175 7945,03265

Uji Kuat Lentur Kayu 17


F. PEMBAHASAN
Pada benda uji yang pertama dengan dimensi kayu ( l x b x h ) 700
x 56 x 48, dihitung momen inersia pada bidang tersebut dan hasilnya sebesar
516096,0 mm4, tekanannya sebesar 3480 N, dan perhitungan selisihnya
sebesar 6,5 mm. Setelah perhitungan Modulus elastisitas (MoE)
𝑃𝐿3
menggunakan rumus 𝑀𝑜𝐸 = didapatkan hasil sebesar 7412,90231
4∆𝑏ℎ 3

Mpa, sedangkan untuk perhitungan modulus patah (MoR) menggunakan


3PL
rumus 𝑀𝑜𝑅 = didapatkan hasil sebesar 28,3203125 Mpa
2bh2

Pada benda uji yang kedua dengan dimensi kayu ( l x b x h ) 700 x


57 x 49, dihitung momen inersia pada bidang tersebut dan hasilnya sebesar
558832,8 mm4, tekanannya sebesar 3728 N, dan perhitungan selisihnya
sebesar 6,0 mm. Setelah perhitungan Modulus elastisitas (MoE)
𝑃𝐿3
menggunakan rumus 𝑀𝑜𝐸 = didapatkan hasil sebesar 7945,03265
4∆𝑏ℎ 3

Mpa, sedangkan untuk perhitungan modulus patah (MoR) menggunakan


3PL
rumus 𝑀𝑜𝑅 = didapatkan hasil sebesar 28,6021175 Mpa
2bh2

G. KESIMPULAN
Dari praktikum yang telah kami lakukan kami mengetahui prosedur-
prosedur pengujian lentur kayu, mulai dari proses pembuatan benda uji
hingga pelaporan data tertera dibagian-bagian sebelumnya
Setelah data pengamatan kami analisa, dapat disimpulkan bahwa nilai
modulus elastisitas pada kedua benda uji berbeda nilainya, benda uji
pertama sebesar 7412,90231 Mpa sedangkan benda uji kedua sebesar
7945,03265 Mpa.
Setelah analisa lebih lanjut kami juga mendapati bahwa nilai modulus
patah pada kedua benda uji juga berbeda nilainya, dimana benda uji pertama
sebesar 28,3203125 Mpa sedangkan benda uji kedua sebesar 28,6021175
Mpa

Uji Kuat Lentur Kayu 18


F. KESULITAN PELAKSANAAN PRAKTIKUM
1. Kesulitan mencari waktu, untuk melaksanakan kegiatan praktikum
2. Kurang memahami rumus yang sudah tersedia,
3. Kesulitan membaca grafis hasil uji praktikum,
4. Kesulitan dalam memahami prosedur pengujian yang tepat

G. SARAN-SARAN
1. Untuk praktikum kedepannya diharapkan kami diarahkan secara
menyeluruh mengenai praktikum yang dilakukan atau ada buku
panduan yang jelas mengenai praktikum yang dilakukan.
2. Pengampu praktikum diharapkan lebih dapat menjelaskan langkah dan
prosedur praktikum dengan baik.
3. Sebaiknya teknisi tidak semena-mena dalam masa persiapan praktikum,
seperti halnya dalam persiapan praktikum uji lentur, teknisi menetapkan
waktu pemotongan kayu dan kemudian membatalkannya secara
mendadak tanpa ada alasan yang jelas. Hal ini jelas membuat kami
sebagai mahasiswa tidak nyaman.
4. Sebaiknya teknisi lab bahan bangunan bisa lebih santun dalam bertutur
kata. Karena dalam beberapa kesempatan teknisi lab bahan bangunan
berbicara dengan nada yang tinggi tanpa ada alasan yang jelas. Hal ini
jelas membuat kami sebagai mahasiswa direndahkan.

Uji Kuat Lentur Kayu 19

Anda mungkin juga menyukai