Anda di halaman 1dari 32

KATA PENGANTAR

ِ ‫ن للاِِ بِس‬
ِ‫ْــــــــــــــــــم‬ ِِ ‫الرحْ َم‬
َّ ‫الر ِحي ِِْم‬
َّ
Alhamdulillahirabbil’alamin, segala puji bagi Allah SWT yang telah

memberikan rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan

makalah ini dengan tepat waktu. Shalawat dan salam tak lupa senantiasa kita

sanjungkan kepada Nabi Muhammad SAW yang kita harapkan syafa’atnya di


yaumulqiyamah nanti, amin.

Penyusunan makalah ini dibuat guna memenuhi tugas mata kuliah Pancasila.

Tak lupa penulis mengucapkan terimakasih kepada berbagai pihak yang telah

membantu dalam penyelesaian makalah ini, kepada Bapak Dr ENJONI yang telah

membimbing dan mendukung dalam penyelesaian makalah ini.

Penulis menyadari penyusunan makalah ini jauh dari sempuna.Oleh sebab itu,

penulis memohon kepada pembaca atas kritik dan saran guna melengkapi makalah

ini.Semoga makalah ini dapat bermanfaat dalam menambah wawasan bagi pembaca

dan penulis sendiri.

Wassalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh.

Padang 25 November 2018

Penulis
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR .....................................................................................
DAFTAR ISI ....................................................................................................
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang .................................................................................................
B. Rumusan Masalah ...........................................................................................
C. Tujuan Penulisan .............................................................................................
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Demokrasi ......................................................................................
B. Unsur Penegak Demokrasi ..............................................................................
C. Prinsip dan Parameter Demokrasi ...................................................................
D. Sejarah Perkembangan Demokrasi ..................................................................
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan .....................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Demokrasi sebagai bentuk atau mekanisme sistem pemerintahan suatu negara

sebagai upaya mewujudkan kedaulatan rakyat (kekuasaan warganegara) atas negara

untuk dijalankan oleh pemerintah negara tersebut.Salah satu pilar demokrasi adalah

prinsip trias politica yang membagi ketiga kekuasaan politik negara (eksekutif,

yudikatif dan legislatif) untuk diwujudkan dalam tiga jenis lembaga negara yang

saling lepas (independen) dan berada dalam peringkat yang sejajar satu sama lain.

Kesejajaran dan independensi ketiga jenis lembaga negara ini diperlukan agar ketiga

lembaga negara ini bisa saling mengawasi dan saling mengontro.

Indonesia adalah salah satu negara yang menjunjung tinggi demokrasi, untuk di

Asia Tenggara Indonesia adalah negara yang paling terbaik menjalankan

demokrasinya, mungkin kita bisa merasa bangga dengan keadaan itu.

Didalam praktek kehidupan kenegaraan sejak masa awal kemerdekaan hingga

saat ini, ternyata paham demokrasi perwakilan yang dijalankan di Indonesia terdiri

dari beberapa model demokrasi perwakilan yang saling berbeda satu dengan lainnya.

Dan dalam makalah ini, penulis akan menjelaskan dari pengertian demokrasi,

unsur penegak demokrasi, prinsip dan parameter demokrasi, serta sejarah

perkembangan demokrasi.
B. Rumusan Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan demokrasi?

2. Bagaimana perkembangan sejarah demokrasi di Barat dan di Indonesia?

3. Apa saja macam macam Demokrasi di dunia ?


4. Bagaimana implementasi demokrasi di Indonesia ?

C. Tujuan Penulisan

1. Untuk mendeskripsikan dari pengertian demokrasi.

2. Untuk mengetahui perkembangan demokrasi

3. Untuk mengetahui macam macam demokrasi

4. Untuk mengetahui implementasi demokrasi di indonesia


BAB II

PEMBAHASAN MASALAH

A. Pengertian Demokrasi

Demokrasi merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi.Karena


demokrasi merupakan suatu sistem yang telah dijadikan alternatif dalam tatanan

aktivitas bermasyarakat dan bernegara.Dan demokrasi merupakan asas yang

fundamental dalam pemerintahan. Namun sebenarnya, apa hakikat dari demokrasi itu

sendiri?.

Secara etimologis, demokrasi merupakan gabungan antara dua kata dari

bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan cratein atau cratos yang berarti

kekuasaan. Jadi,secara terminologis demokrasi berarti kedaulatan yang berada di

tangan rakyat. Dengan kata lain, kedulatan rakyat mengandung pengetian bahwa

sistem kekuasaan tertinggi dalam sebuah Negara dibawah kendali rakyat.1[2]

Pengertian demokrasi secara istilah menurut para ahli, adalah sebagai

berikut2[3]:
Joseph A. Shumpter

“Demokrasi merupakan suatu perencanaan institusional untuk mencapai keputusan

politik dimana individu-individu memperoleh kekuasaan untuk memutuskan cara

perjuangan kompetitif atas suara rakyat”.


Sidney Hook:

“Demokrasi adalah bentuk pemerintahan dimana keputusan-keputusan pemerintahan

yang penting secara langsung atau tidak langsung didasarkan pada kesepakatan

mayoritas yang diberikan secara bebas dari rakyat dewasa”.

Henry B. Mayo:

“Demokrasi sebagai sistem politik merupakan suatu sistem yang menunjukan bahwa

kebijakan umum ditentukan atas dasar mayoritas oleh wakil-wakil secara efektif oleh

rakyat dalam pemilihan-pemilihan berkala yang didasarkan atas prinsip kesamaan

politik dan diselenggarakan dalam suasana terjaminnya kebebasan politik”.

Makna demokrasi dalam sebuah ideologi adalah bahwa ketika sebuah


Negara sebagai sebuah organisasi tertinggi dalam wilayah tertentu menganut

demokrasi, Negara tersebut harus mau menyerahkan kekuasaan kepada rakyat,

sehingga:

 Rakyat yang membuat aturan dasar,

 Rakyat yang membentuk pemerintahan

 Rakyat yang membuat kebijakan untuk dilaksanakan oleh pemerintah tersebut, dan
 Rakyat yang mengawasi dan menilai pelaksanaan kebijakan tersebut atau kinerja

pemerintah3[4].

Jadi, dalam pelaksanaannya merupakan sistem pemerintahan dimana


kekuasaan tertinggi berada di tangan rakyat, dalam pengorganisasian suatu Negara.

Dari beberapa pendapat diatas dapat disimpulan bahwa, hakikat demokrasi

dalam sisitem pemerintahan memberikan penekanan pada keberadaan kekuasaan di


tanagan rakyat, baikdalam pemeritahan maupun dalam penyelenggaraan Negara,

yang mencangkup tiga hal: pertama, pemerintah dari rakyat (government of the

people); kedua, pemerintah oleh rakyat (government by people); ketiga, pemerintahan


untuk rakyat (government by people)4[5].

Tak lepas dari hakikatnya, demokrasi mempunyai norma-norma sebagai


pandangan hidup, menurut Nurcholis Madjid, yaitu :

1) Pentingnya kesadaran akan pluralisme

2) Terdapatnya musyawarah mufakat

3) Mempunyai tujuan

4) Pemufakatan yang jujur dan sehat

5) Terpenuhinya keperluan pokok

6) Kerjasama antarwarga masyarakat dan sikap saling mempercayai itikad yang baik
7) Pentingnya pendidikan demokrasi5[6]

B. Sejarah Perkembangan Demokrasi


a. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Barat

Konsep pemikiran demokrasi lahir dari pemikiran mengenai hubungan Negara

dan hukum di Yunani kuno dan dipraktekan dalam hidup bernegara antara abad ke-6

SM sampai abad ke-4 SM. Dengan bentuk demokrasi yang bersifat langsung, yaitu

hak rakyat untuk membuat keputusan politik dijalankan secara langsung oleh seluruh

warga Negara berdasarkan prosedur mayoritas. Demokrasi berjalan efektif karena

semua kalangan dapat menikmatinya.

Gagasan demokrasi Yunani Kuno berakhir pada abad pertengahan.Dengan

ciri masyarakat yang foedal, yaitu kehidupan spiritual dikuasai oleh seorang Paus dan

pejabat agama dan kekuasaan oleh para bangsawan.Dan kehidupan sosial dikuasai
oleh bangasawan, sehingga demokrasi ini tidak muncul pada abad pertengahan (abad

kegelapan).

Namun, menjelang akhir abad pertengahan tumbuh keinginan menghidupkan

demokrasi.Lahirnya Magna Charta sebagai suatu piagam yang memuat perjanjian

antara kaum bangsawan dan Raja John merupakan tonggak kemunculan demokrasi
empirik.Di dalam piagam tersebut memuat dua prinsip yang sangat mendasar, yaitu

adanya pembatasan kekuasaan raja dan hak asasi manusia lebih penting daripada

kedaulatan raja.

Dan momentum lain yang menandakan berdiinya sebuah demokrasi, yaitu

adanya gerakan Renaissance yang menghidupkan kembali minat pada sastra dan

budaya Yunani Kuno, karena adanya kontak dengan dunai Islam yang ketika itu

sedang pada masa kejayaan peradaban ilmu pengetahuan. Pada masa ini orang
mematahkan ikatan yang ada dan menggantikannya dengan bertindak seluas-luasnya

sepanjang sesuai dengan yang dipikirkan.

Peristiwa lain yang mendukung berdirinya demokrasi pada abad pertengahan

yaitu adanya gerakan reformasi yaitu suatu garakan revolusi agama yang terjadi di

Eropa pada abad ke-16 yang bertujuan memperbaiki keaadaan Gereja Katolik6[16].

Konsep hukum Negara formal, mulai digugat menjelang petengahan abad

ke-20 tepatnya setelah perang dunia. Beberapa faktor lain yang mendorong berdirinya

Negara hukum formal yaitu pluralis liberal, seperti yang dikemukakan Miriam

Budjiarjo, antara lain akses dalam industrialiasasi dan sistem kapitalis, tersebar aham

sosialisme yang menginkan pembagian kekuasaan secara merata.


Sejarah perkembangan demokrasi di Barat diawali dengan bentuk demokrasi

langsung yang berakhir pada abad pertengahan. Menjelang akhir abad pertengahan

lahir Piagam Magna Charta dan dilajutkan munculnya gerakan Renaissance dan

menekankan pada adanya hak atas hidup, hak kebebebasan,dan hak memiliki.
Selanjutnya pada abad ke-19 muncul gerakan demokrasi konstitusional yang

melahirkan demokrasi welfare state.

b. Sejarah Perkembangan Demokrasi di Indonesia

Perkembangan demokrasi di Indonesia mengalami fluktuasi dan masa

kejaannya dari masa kemerdekaan sampai saat ini.Dalam perjalanan demokrasi

Negara Indonesia, terdapat berbagai masalah yang muncul yang harus dihadapi, yaitu

bagaimana suatu demokrasi sebagai tonggak berkembangnya suatu Negara dapat


menjadi peran dalam mewujudkan berdirinya sisi kehidupan berbangsa dan

bernegara. Perkembangan demokrasi Indonesia, dalam kurunnya waktu terbagi

menjadi menjadi empat periode,yaitu:

1. Demokrsi Parlementer (1945-1959)

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

3. Demokrasi Pancasila (1965-1998)

4. Demokrasi dalam Orde Reformasi (1998-sampai sekarang)

C Macam macam Demokrasi di dunia

1. Demokrasi Parlementer (1945-1959)

Demokrasi pada masa ini dikenal dengan demokrasi parlementer.Dimana

parlementer mulai diberlakukan sesudah sebulan kemerdekaan di proklamirkan dan

kemudian diperkuat dalam UUD 1945 dan 1950.Namun dalam pelaksanaannya

kurang sesuai untuk Indonesia. Karena persatuan yang dapat digalang selama

menghadapi musuh bersama dan tidak dapat dibina menjadi kekuatan-kekuatan


konstuktif sesudah kemerdekaan dicapai. Karena lemahnya benih-benih demokrasi

demokrasi sistem peluang untuk mendominasi partai-partai politik dan DPR.

Dimana menurut UUD 1950 menetapkan berlakunya sistem parlementer,

dengan Badan Eksekutif yang terdiri dari presiden sebagai kepala Negara beserta

menteri-menterinya yang mempunyai tanggung jawab politik.

Karena fragmentasi partai politik, usia kabinet pada masa ini jarang dapat

bertahan cukup lama, juga ternyata ada beberapa kekuatan sosial dan politik yang
tidak memperoleh saluran dan tempat yang realistis, padahal merupakan kekuatan

yang paling penting, akhirnya koalisi yang dibangun dengan sangat gampang pecah,

hal ini mengkibatkan, destabilisasi politik nasional.

Faktor-faktor semacam ini ditambah dengan tidak mampunya anggota-

anggota partai yang tergabung dalam konstituante untuk mencapai konsesus

mengenai dasar Negara untuk UUD baru, akhirnya mendorong Ir. Soekarno untuk

mengeluarkan Dekrit Presiden 5 Juli 1959, dengan memperlakukannya kembaliUUD

1945 sebagai Undang-Undang Dasar. Dengan peristiwa ini berakhirlah masa

demokrasi parlementer7[17].

2. Demokrasi Terpimpin (1959-1965)

Pada masa periode ini, ialah adanya dalam pendominasian presiden dalam

kegiatan pemerintahan, berkembangnya komunis, dan meluasnya peran ABRI dalam

unsur sosial politik.UUD 1945 membuka kesempatan bagi seorang presiden untuk
bertahan sekurang-kurangnya 5 tahun.Akan tetapi ketetapan MPRS No.III/1963 yang

mengangkat Ir.Soekarno sebagai presiden seumur hidup, telah membatalkan

pembatasan dalam kurun waktu 5 tahun itu.Selain itu, banyak terjadi tindakan

penyimpangan lainnya yang terjadi terhadap ketentuan UUD 1945 yang eksplisit

ditentukan dan presiden tidak mempunyai wewenang untuk berbuat demikian.

Dewan Perwakilan Rakyat Gotong Royong juga mengganti Dewan

Perwakilan Rakyat sebagai hasil pemilu, ditonjolkan peranannya sebagaipembantu


pemerintah sedangkan fungsi kontrol ditiadakan.Dan di dalam bidang perundang-

undangan dimana segala aktifitas pemerintahan dilaksanakan melalui Penetapan

Presiden yang memakai sumber Dekrit 5 Juli.

Dan bagaimanakah rumusan demokrasi terpimpin dan apakah butir-butir

pokok demokrasi terpimpin?Seperti yang dikemukakan Soekarno, dalam kutipan

A.Syafi’I Ma’arif adalah demokrasi yang dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan dalam

permusyawaratan/perwakilan. Dan prinsip-prinsip demokrasi terpimpin yang

dikemukakan oleh Soekarno adalah sebagai berikut: pertama; tiap-tiap orang

diwajibkan untuk berbakti kepada kepentingan umum, masyarakat, bangasa, dan

Negara; kedua; tiap-tiap orangberhak mendapat penghidupan yang layak dalam


masyarakat, bangsa, dan Negara8[18].

3. Demokrasi Pancasila (1965-1998)


Dengan landasan formil, yaitu pancasila, UUD 1945, dan Ketetapan

MPRS.Dalam usah untuk meluruskan kembali penyelewengan terhadap UUD

1945.Dan begitupula meniadakan pasal yan memberi wewenang kepada presiden

untuk memutuskan permasalahan yang tidak dicapai mufakat antara badan legeslatif.

Selain itu beberapa hak asasi diusahakan supaya diselenggarakan secara lebih penuh

dengan memberi kebebasan kepada pers untuk menyatakan pendapat, dan kepala

partai-partai politik untuk bergerak dan menyusun kekuatannya, terutama menjelang


pemilu 1971. Dengan demikian diharapkan terbinanya partisipasi golongan-golongan

dalam masyarakat disamping pembangunan secara teratur.

Namun dalam pelaksanaanya, demokrasi pancasila pada masa Soeharto belum

mencapai pada tataran praksis. Karena dalam demokrasi ini, ditandai dengan adanya;

dominan para ABRI, birokratisasi dan sentralisasi pengambilan keputusan politik;

pengebirian peran dan fungsi partai politik; adanya campur tangan pemerintah dalam

berbagai urusan partai politik; masa mengambang; monolitisasi ideologi Negara; dan

inkorporasi lembaga non pemerintah. Sehingga pelaksanaan demokrasi pada masa ini

belum secara penuh ditegakan berdasar nilai-nilai demokrasi pancasila9[19].

4. Demokrasi Reformasi (1998-sampai sekarang)

Runtuhnya rezim orde baru telah membawa harapan baru bagi tumbuhnya

demokrasi di Indonesia. Bergulirnya reformasi menjadi masa tansisi di Indonesia,

dimana pada masa ini terjadi pembalikan arah perjalan bangsa dan Negara yang akan
membawa Indonesia kembali memasuki masa otoriter sebagaimana yang terjadi pada

orde lama dan orde baru.

Sukses atau gagalnya suatu demokrasi tergantung pada empat faktor, yaitu:

1. Komposisi elite politik

2. Desain institusi politik

3. Kultur politik atau perubahan sikap terhadap politik dikalangan elite dan non elite

4. Peran masyarakat madani.

Pentingnya komposisi elite politik, dikarenakan dalam demokrasi modern

dengan bentuknya demokrasi perwakilan rakyat mendelegasikan kedaulatan dan

kekuasaannya pada elite politik.Dimana para elite politik mendesain institusi politik,

yang dimana saling bertanggungjawab dalam melakukan tawar menawar,

memobilisasi dukungan, dan opini publik.

Indikasi kearah terwujudnya kehidupan demokratis dalam era transisi menuju

demokrasi di Indonesia antara adanya reposisi dan redefinisi TNI dalam kaitan

dengan keberadaannya pada sebuah Negara demokrasi, diamandemennya pasal-pasal

dalam konstitusi Negara RI, adanya kebebasan pers, dijalankannya kebijakan otonomi
daerah, dan sebagainya. Akan tetapi sampai saat inipun masih dijumpai indikasi-

indikasi kembalinya keuasaan yang masih memutar balikan arah demokrasi di

Indonesia kembali ke periode sebelum reformasi.Oleh sebab itu, kondisi transisi

demokrasi Indonesia untuk saat ini belum jelas kemana arahnya. Perubahan sistem

politik, melalui paket amandemen konstitusi (amandemen-IV) dan pembuatan paket

perundang-undangan politik (UU Partai Politik, UU Pemilu, UU Pemilihan Presiden


dan Wakil Presiden, UU Susunan dan Kedudukan DPR, DPRD, DPD), dimana dapat

mengawasi transisi menuju demokrasi10[20].


5. Demokrasi Tidak Langsung

Bula dilihat berdasarkan bagaimana cara penyampaian aspirasi nya, maka ada dua

jenis demokrasi di sini, yaitu Demokrasi Tidak Langsung dan Demorkasi Langsung.

Lalu apakah yang membedakan keduanya? Pada demokrasi tidak langsung ini
aspirasi masyarakat tertuang terlebih dahulu ke wakil-wakil rakyat terpilih untuk

kemudian disampaikan ke dalam dewan. Jenis demokrasi seperti ini diaplikasikan

kepada negara yang memiliki banyak sekali rakyat, sehingga bila bertatap langsung

antara pemerintah dengan rakyat yang sebegitu banyaknya, akan sangat tidak efektif.

Jadi untuk bisa menampung pendapat masyarakat, ditunjuk suatu perwakilan yang
dipilih dari rakyat atau pemerintah untuk membantu menyampaikan aspirasi rakyat.

Namun seperti di Indonesia, wakil-wakil rakyat justru dinilai belum menjalankan

tugas dengan baik dan justru merugikan negara dalam hal keuangan karena adanya

korupsi. Meski sempat ada ketegangan mengenai dibubarkannya dewan perwakilan

tersebut, ternyata sampai sekarang masih belum direalisasikan karena masih


membutuhkan beberapa pertimbangan.

6. Demokrasi Langsung
Beda dengan demokrasi tidak langsung, pada demokrasi langsung ini pemerintah

berhadapan langsung dengan masyarakat untuk membicarakan suatu masalah. Contoh

dari demokrasi tidak langsung ini adalah pemerintahan lama di Amerika Serikat, yang

mana pemimpnnya masih mau untuk datang langsung ke balai desa setempat untuk

membicarakan segala problema dengan masyarakat, serta mendapatkan masukan

secara langsung dari masyarakatnya. Tidak hanya pada negara saja, demokrasi

langsung juga bisa diterapkan pada kota atau kabupaten, karena jumlah
masyarakatnya juga tidak terlalu banyak, dan masih dalam ruang lingkup yang tidak

begitu luas. Mereka bisa membicarakan mengenai kekurangan-kekurangan yang ada

di dalam kota, seperti permintaan perbaikan jalan, membicarakan tarif angkutan


umum, dan lain sebagainya.

7. Demokrasi Perwakilan Referendum

Demokrasi ini sebenarnya serupa dengan demokrasi tidak langsung, dimana pendapat

masyarakat ditampung terlebih dahulu pada organisasi perwakilan yang telah

ditunjuk untuk menyampaikan usulan yang telah disetujui kepada pemerintah. Namun

bedanya adalah, dalam demokrasi ini ada sistem referendum yaitu bedasarkan
perjanjian yang telah dibuat antara rakyat dengan perwakilannya.
8. Demokrasi dengan Sistem Pemisahan Kekuasaan

Demokrasi dengan sistem pemisahan kekuasaan juga bisa disebut sebagai negara

presidensial. Yang membedakan demokrasi ini dengan demokrasi yang ada di atas,

adalah negara yang dikepalai oleh seorang presiden, dan presiden yang memiliki

kekuasaan untuk mengangkat dan menurunkan menteri. Selain itu, tugas menteri

tidak lagi untuk DPR, melainkan untuk presiden. Dan juga, posisi antara DPR dan
Presiden juga mempunyai kedudukan sebagai lembaga negara yang sama.

9. Demokrasi Perwakilan Rakyat

Jenis demokrasi ini merupakan gabungan dari dua jenis lainnya lainya, yaitu

demokrasi tidak langsung dan demokrasi perwakilan, yang mana sebuah negara

masih bisa memiliki badan eksekutif dan legislatif, namun dalam pelaksanaan

kebijakan harus tetap memikirkan tentang rakyat karena sudah ada referendum atau
perjanjian sebelumnya.

10. Demokrasi Liberal

Demokrasi yang menganut ideologi liberal ini dianut oleh negara adidaya Amerika

serikat, yang berhasil memiliki militer terkuat di Amerika Selatan dan militer terkuat

di Amerika Latin, serta merupakan aktor dari terjadinya invasi Amerika Serikat ke
Afghanistan. Dalam demokrasi ini, kebebasan individu sangat dijamin oleh negara.

11. Demokrasi Rakyat atau Sosial Komunisme


Berbeda dengan liberal, pada paham komunisme ini tidak mengutamakan

kepentingan indivudlagi, namun lebih berfokus kepada kepentingan kelompok dan

rakyat, terutama rakyat kecil, karena memang ideologi ini bertujuan untuk

mensejahterakan rakyat dengan asumsi bahwa seluruh rakyat harus medapatkan

perlakuan yang sama dalam pandangan politi dan hukum. Dengan ini, maka penyebab
konflik antar golongan bisa diperkecil

12. Demokrasi Formal

Sedangkan pada prioritasnya ada 3 jenis demokrasi yakni Formal, Material, dan

Camouran. Dalam demokrasi yang formal, hampir sama dengan demokrasi pancasila

yakni memandang semua orang memiliki kedudukan yang sama, tanpa mengurangi
hak-hak individu.

13. Demokrasi Material

Bila demokrasi di atas membahas mengenai kebebasan dalam berpolitik, dalam


demokrasi ini yang dibahas adalah kebebasan dalam bidang sosial dan juga ekonomi.
Ini diterapkan pada negara komunis seperti China dan Rusia.

14. Demokrasi Campuran

Bentuk dari demokrasi campuran ini ialah gabungan dari kedua demokrasi di atas,

yang mana menyatakan bahwa semua orang memiliki hak dan kewajiban yang sama
di mata hukum dan menjunjung tinggi kesejahteraan rakyat.
Berbagai jenis demokrasi tadi merupakan sistem pemerintahan yang sangat baik dan

efisien. Mengapa? Karena sudah seharusnya demokrasi tadi bisa memajukan

kehidupan rakatnya, melakui demokrasi yan dikembangkan berdasarkan idologi dan


budaya yang dianut oleh negara tersebut.

Jadi, dengan beberapa variasi demokrasi ini, diharapkan kehidupan rakyatnya anti

bisa semakin terjamin karena adanya match antara rakyat dengan sistem pemerintah
yang ada. Dan apabila masih ditemukan kekurangan-kekurangan yang ada, dapat
dilakukan pembaharuan sistem pemerintahan kembalidi masa yang akan datang.

Masyarakat Indonesia memiliki kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama.

Dalam menggunakan hak-haknya ia menyadari perlunya selalu memperhatikan dan


mengutamakan kepentingan negara dan kepentingan masyarakat.

Karena mempunyai kedudukan, hak, dan kewajiban yang sama, maka pada

dasarnya tidak boleh ada suatu kehendak yang dipaksakan kepada pihak lain.
Sebelum diambil keputusan yang menyangkut kepentingan bersama terlebih dahulu

diadakan musyawarah. Keputusan dilakukan secara mufakat. Musyawarah untuk

mencapai mufakat ini, diliputi oleh semangat kekeluargaan, yang merupakan ciri khas
Bangsa Indonesia.

Setiap manusia Indonesia harus menghayati dan menjungjung tinggi setiap

hasil keputusan musyawarah, karena itu semua pihak yang bersangkutan harus

menerimannya dan melaksanakannya dengan itikad baik dan penuh rasa tanggung
jawab. Disini kepentingan bersamalah yang diutamakan di atas kepentingan pribadi

atau golongan. Pembicaraan dalam musyawarah dilakukan dengan akal sehat dan

sesuai dengan hati nurani yang luhur. Keputusan-keputusan yang diambil harus dapat

dipertanggung jawabkan secara moral kepada Tuhan Yang Maha Esa, menjunjung

tinggi harkat dan martabat manusia serta nilai-nilai kebenaran dan keadilan. Dalam

melaksanakan permusyawaratan, kepercayaan diberikan kepada wakil- wakil yang


dipercayanya.

Nilai kerakyatan mengandung makna suatu pemerintahan dari rakyat, oleh

rakyat, dan untuk rakyat dengan cara musyawarah mufakat melalui lembaga-lembaga

perwakilan. Nilai ini menganut paham demokrasi. Akan tetapi, saat ini Indonesia

sudah menggunakan paham liberalis, yaitu dimana setiap individu mempunyai hak

penuh untuk menentukan pilihan. Dan cara pemilihan ini biasanya dengan
cara votting.

D.Implementasi nilai Demokrasi

Nilai yang terkandung dalam sila Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmat

kebijaksanaan dalam permusyawaratan / perwakilan di dasari oleh sila Ketuhanan

yang Maha Esa, Kemanusiaan yang Adil dan Beradab serta Persatuan Indonesia, dan
mendasari serta menjiwai sila Keadilan Sosial bagi seluruh Rakyat Indonesia.

Nilai Filosofis yang terkandung di dalamnya adalah bahwa hakikat Negara

adalah sebagai penjelmaan sifat kodrat manusia sebagai makhluk individu dan
makhluk sosial. Hakikatnya rakyat adalah merupakan sekelompok manusia sebagai

makhluk Tuhan yang Maha Esa yang bersatu bertujuan mewujudkan harkat dan

martabat manusia dalam suatu wilayah Negara. Rakyat merupakan subjek pendukung

pokok Negara.Negara adalah dari, oleh dan untuk rakyat, oleh karena itu rakyat

merupakan asal mula kekuasaan Negara. Sehingga dalam sila Kerakyatan terkandung

nilai demokrasi yang secara mutlak harus dilaksanakan dalam hidup Negara. Maka
nilai-nilai demokrasi yang terkandung dalam sila keempat adalah :

1. Adanya kebebasan yang harus disertai dengan tanggung jawab baik terhadap

masyarakat bangsa maupun secara moral terhadap Tuhan yang Maha Esa

2. Menjunjung tinggi harkat dan martabat kemanusiaan

3. Menjamin dan memperkokoh persaatuan dan kesatuan dalam hidup bersama

4. Mengakui atas perbedaan individu, kelompok, ras, suku, agama, kerana perbedaan

adalah meruapakan suatu bawaan kodrat manusia

5. Mengakui adanya persamaan hak yang melekat pada setiap individu, kelompok, ras,

suku maupun agama

6. Mengarahkan perbedaan dalam suatu kerja sama kemanusiaan yang beradab

7. Menjunjung tinggi asas musyawarah sebagai moral kemanusiaan yang beradab

8. Mewujudkan dan mendasarkan suatu keadilan dalam kehidupan sosial agar

tercapainya tujuan bersama


Pelaksanaan dan pengamalan sila ini dicerminkan dalam kehidupan

pemerintahan, bernegara dan bermasyarakat yang demokratis. Meskipun praktik

demokratisasi juga diterapkan di Negara-negara lain, demokrasi di Indonesia

memiliki cirri yang khusus, yaitu ada keseimbangan antara hak dan kewajiban warga

Negara dalam membentuk dan menjunjung tinggi pemerintahannya. Berbeda dengan

demokrasi Negara-negara lain, ada demokrasi yang mengutamakan hak dan

mengesampingkan kewajiban. Seperti yang dianut oleh Negara yang berpaham liberal
ataupun demokrasi yang mengutamakan kewajiban dan mengabaikan hak-hak warga

negaranya seperti di terapkan di Negara-negara sosialis. Di Indonesia penerapan

demokrasi ada keseimbangan antara hak dan kewajiban warga Negara, yaitu

demokrasi Pancasila. Dalam demokrasi Pancasila partisipasi masyarakat atau warga

Negara dapat ditampung dan diakomodasi dalam menentukan kebijakan publik

sehingga kebijakan dan ketentuan yang dibuat Pemerintah mendapat dukungan serta

pengawasan jalan musyawarah mufakat yang dilakukan tanpa adanya tekanan,

paksaan, ataupun intervensi yang membelenggu hak-hak partisipasi masyarakat.


Karakteristik sila ke-empat meliputi:

1. Penyelengggaraan Negara secara demokratis


2. Demokrasi di Indonesia adalah demokrasi Pancasila, dan

3. Bercirikan musyawarah untuk mufakat

Dibawah ini adalah pokok Sila ke 4 yang dibahas sebagai berikut :


 Hakikat sila ini adalah demokrasi. Demokrasi dalam arti umum yaitu pemerintahan

dari rakyat, oleh rakyat, dan untuk rakyat. Secara sederhana, demokrasi yang

dimaksud adalah melibatkan segenap bangsa dalam pemerintahan baik yang

tergabung dalam pemerintahan dan kemudian adalah peran rakyat yang diutamakan.

 Pemusyawaratan. Artinya mengusahakan putusan secara bulat, dan sesudah itu

diadakan tindakan bersama. Disini terjadi simpul yang penting yaitu mengusahakan

keputusan secara bulat. Bulat yang dimaksud adalah hasil yang mufakat, artinya
keputusan itu diambil dengan kesepakatan bersama. Dengan demikian berarti bahwa

penentu demokrasi yang berdasarkan pancasila adalah kebulatan mufakat sebagai

hasil kebikjasanaan. Oleh karena itu kita ingin memperoleh hasil yang sebaik-baiknya

didalam kehidupan bermasyarakat, maka hasil kebikjasanaan itu harus merupakan

suatu nilai yang ditempatkan lebih dahulu.

 Dalam melaksanakan keputusan diperlukan kejujuran bersama. Dalam hal ini perlu

diingat bahwa keputusan bersama dilakukan secara bulat sehingga membawa

konsekuensi adanya kejujuran bersama. Perbedaan secara umum demokrasi di barat

dan di Indonesia yaitu terletak pada permusyawaratan. Permusyawaratan diusahakan

agar dapat menghasilkan keputusan-keputusan yang diambil secara bulat.

Hal ini tidak menjadi kebiasaan bangsa Indonesia, bagi kita apabila

pengambilan keputusan secara bulat itu tidak bisa tercapai dengan mudah, baru

diadakan pemungutan suara. Kebijaksanaan ini merupakan suatu prinsip bahwa yang

diputuskan itu memang bermanfaat bagi kepentingan rakyat banyak. Jika demokrasi

diartikan sebagai kekuatan, maka dari pengamatan sejarah bahwa kekuatan itu
memang di Indonesia berada pada tangan rakyat atau masyarakat. Pada zaman
pemerintahan Hindia Belanda saja, di desa-desa kekuasaan ditentukan oleh kebulatan

kepentingan rakyat, misalnya pemilihan kepala desa. Musyawarah yang ada di desa-

desa merupakan satu lembaga untuk menjalankan kehendak bersama. Bentuk

musyawarah itu bermacam-macam, misalnya pepatah Minangkabau yang


mengatakan : “Bulat air karena pembunuh, bulat kata karena mufakat”.

Secara sederhana, pembahasan sila ke 4 adalah demokrasi. Demokrasi yang


mana dipimpin oleh hikmat kebijaksanaan. Pemimpin yang hikmat adalah pemimpin

yang berakal sehat, rasional, cerdas, terampil, dan seterusnya pada hal-hal yang

bersifat fisis/jasmaniah; sementara kebijaksanaan adalah pemimpin yang

berhatinurani, arif, bijaksana, jujur, adil, dan seterusnya pada hal-hal yang bersifat

psikis/rohaniah. Jadi, pemimpin yang hikmat-kebijaksanaan itu lebih mengarah pada

pemimpin yang profesional (hikmat) dan juga dewasa (bijaksana). Itu semua negara

demokratis yang dipimpin oleh orang yang dewasaprofesional dilakukan melalui

tatanan dan tuntunan permusyawaratan/perwakilan. Tegasnya, sila keempat menunjuk

pada NKRI sebagai Negara demokrasi-perwakilan yang dipimpin oleh orang


profesional-dewasa melalui sistem musyawarah (government by discussion).

2.4 Musyawarah

Permusyawaratan adalah suatu tata cara khas kepribadian Indonesia untuk

merumuskan atau memutuskan suatu hal berdasarkan kehendak rakyat, hingga

keputusan yang berdasarkan kebulatan pendapat atau mufakat. Cita permusyawaratan


mengajarkan kehendak untuk menghadirkan Negara persatuan yang dapat mengatasi
faham perseorangan dan golongan, dari pluralitas kebangsaan Indonesia dengan
mengakui adanya “ kesederajatan/bersamaan dalam perbedaan “.

Musyawarah merupakan ciri khas bangsa Indonesia, artinya identitas yang

dapat membedakan bangsa kita dengan negara lainnya. Mengapa musyawarah

merupakan ciri khas bangsa Indonesia ? Sebab dalam menghadapi setiap persoalan

yang menyangkut kepentingan umum, bangsa kita akan merundingkannya dengan


sesamanya untuk mencapai penyelesaiannya.

Pentingnya diadakan Musyawarah untuk mencapai kesepakatan bersama dan

terhindar dari sebuah konflik. Adapun beberapa nilai dasar yang harus di perhatikan
dalam melakukan musyawarah. beberapa nilai dasar tersebut antara lain :

1. Kebersamaan,

2. Persamaan hak,

3. Kebebasan mengemukan pendapat,

4. Penghargaan terhadap pendapat orang lain, dan

5. Pelaksanaan hasil keputusan secara bertanggung jawab.

Musyawarah dengan tujuan untuk memecahkan masalah. Masalah akan

dipecahkan jika masing-masing peserta ingin mengeluarkan pendapat, saran, dan

masukan.Tanpa saran atau usulan yang dikeluarkan oleh peserta, diskusi mungkin
tidak akan dicapai dalam arti bahwa tidak ada masalah mungkin akan dipecahkan.

Musyawarah adalah upaya bersama dengan kerendahan hati untuk

memecahkan persoalan (mencari tahu) untuk membuat keputusan bersama dalam


penyelesaian atau solusi dari masalah yang berkaitan dengan urusan duniawi.Dalam
musyawarah diajarkan tentang nilai nilai ekuitas dan umum. Dimana musyawarah

harus mampu menghasilkan keputusan yang paling adil untuk kepentingan bersama.

Dalam musyawarah, kita didorong untuk mematuhi setiap peraturan yang berlaku

untuk kursus kelancaran pembahasan. Sikap untuk melakukan hormat pendapat orang

lain bahkan jika bertentangan dengan pendapat kami, tidak boleh dipotong pendapat
orang lain dan harus tertib musyawarah.

Ciri Musyawarah yang baik :

1. Sesuai dengan kepentingan bersama.

2. Pembicaraan harus bisa diterima dengan akal sehat sesuai dengan hati nurani.

3. Usul atau pendapat yang disampaikan mudah dipahami dan tidak memberatkan.

4. Dalam proses musyawarah, pertimbangan moral lebih diutamakan dan bersumber


dari hati nurani yang luhur.

Hal-hal yang harus diperhatikan dalam melakukan musyawarah


1. Dalam menyampaikan pendapat, maka harus dilakukan dengan baik dan santun dari

segi sikap, bahasa atau gerak tubuh. Sikap santun dapat mengurangi ketersinggungan
orang lain apabila ada perbedaan pendapat.

2. Menghargai dan tidak menganggap remeh pendapat orang lain dengan mendengarkan
secara keseluruhan sehingga mengetahui substansi pendapat orang lain.

3. Jika hasil mufakat ternyata tidak sesuai dengan harapan kita, maka kita harus tetap

menerimanya dengan sabar dan ikhlas. Selain itu kita harus mau melaksanakan

putusan hasil mufakat tersebut dengan tanpa keraguan meskipun bukan pendapat kita
yang diterima.

Manfaat Musyawarah, yaitu :

a. Melatih untuk menyuarakan pendapat (ide)

b. Masalah dapat segera terpecahkan

c. Keputusan yang diambil memiliki nilai keadilan

d. Hasil keputusan yang diambil dapat menguntungkan semua pihak

e. Dapat menyatukan pendapat yang berbeda

f. Adanya kebersamaan

g. Dapat mengambil kesimpulan yang benar

h. Mencari kebenaran dan menjaga diri dari kekeliruan


i. Menghindari celaan

j. Menciptakan stabilitas emosi

Ada beberapa nilai luhur yang perlu dilestarikan dalam musyawarah, nilai-nilai
tersebut diantaranya :

 Setiap orang diberikan kesempatan untuk mengikuti musyawarah dengan


mengemukakan pendapat.

 Setiap orang berkesempatan untuk mendengarkan pendapat orang lain yang menjadi
peserta musyawarah.

 Musyawarah dapat memperkuat kehidupan berbangsa dan bernegara.

 Musyawarah dapat menimbulkan kewajiban yang mengikat, yakni kewajiban untuk


melaksanakan semua keputusan musyawarah.

 Musyawarah dapat menimbulkan semangat kekeluargaan dan kegotongroyongan.

 Musyawarah dapat menghilangkan permusuhan, dan lain-lain.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Demokrasi merupakan sebuah kata yang sudah tidak asing lagi.Karena

demokrasi merupakan suatu sistem yang telah dijadikan alternatif dalam tatanan

aktivitas bermasyarakat dan bernegara.Dan demokrasi merupakan asas yang

fundamental dalam pemerintahan. Secara etimologis, demokrasi merupakan

gabungan antara dua kata dari bahasa Yunani, yaitu demos yang berarti rakyat dan
cratein atau cratos yang berarti kekuasaan. Jadi, demokrasi berarti kedaulatan yang

berada di tangan rakyat. Dengan kata lain, kedulatan rakyat mengandung pengetian

bahwa sistem kekuasaan tertinggi dalam sebuah Negara dibawah kendali rakyat.

Adapun unsur penegak yang mendukung berdirinya sebuah demokrasi, yaitu

Negara hukum, masyarakat madani, infrastruktur politik, dan pers yang bebas dan

bertanggung jawab.

Aspek-aspek pengukur sebagai parameter, yaitu: Pertama, masalah

pembentukan Negara. Kedua, dasar kekuasaan Negara.Masalah ini menyangkut

konsep legimitasi kekuasaan serta pertanggungjawabannya langsung kepada rakyat.

Dimana dalam perkembangannya, di Indonesia telah mengalami berbagai

macam pergantian sistem demokrasi, yang pada akhirnya Indonesia Negara Indonesia

saat inimenggunakan sistem demokrasi pancasila.

B. Saran

Penulis menyadari bahwa masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan

lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber –

sumber yang lebih banyak yang tentunya dapat dipertanggung jawabkan.

Untuk saran bisa berisi kritik atau saran terhadap penulisan juga bisa untuk

menanggapi terhadap kesimpulan dari bahasan makalah yang telah di jelaskan. Untuk

bagian terakhir dari makalah adalah daftar pustaka. Pada kesempatan lain akan saya

jelaskan tentang daftar pustaka makalah.


DAFTAR PUSTAKA
Huda, Ni’matu Negara Hukum, Demokrasi, dan Judicial Review, Yogyakarta: UII Press,
2005

Masduki, Kebebasan Pers dan Kode Etik Jurnalistik, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2005
Prof Dr. Azyumardi Azra, MA, Demokrasi, HAM, dan Masyarakat Madani, Jakarta:ICCE
UIN Syarif Hidayatullah, 2003

Sareb Putra, R.Masri (ed), Etika dan Tertib Warga Negara, Jakarta: Salemba Humanika,
2010
Tim Pokja UIN Sunan Kalijaga, Pancasila dan Kewarganegaraan,Yogyakarta: Pokja
Akademik UIN Sunan Kalijaga, 2005

Anda mungkin juga menyukai