Anda di halaman 1dari 8

APORAN PENDAHULUAN "SPRAIN"

1. Definisi

SPRAIN adalah teregangnya atau robeknya ligamen (yaitu jaringan ikat yang
menghubungkan dua atau lebih tulang dalam sebuah sendi). Sprain dapat disebabkan oleh jatuh,
terpelintir, atau tekanan pada tubuh yang menyebabkan tulang pada sendi bergeser sehingga
menyebabkan ligamen teregang atau bahkan robek. Biasanya, sprain terjadi pada keadaan seperti
saat orang terjatuh dengan bertumpu pada tangan. (kapita selekta kedokteran 2000.)

2. Etiologi
Beberapa faktor sebagai penyebab sprain :
a. Umur
Faktor umur sangat menentukan karena mempengaruhi kekuatan serta kekenyalan jaringan.
Misalnya pada umur tiga puluh sampai empat puluh tahun kekuatan otot akan relative menurun.
Elastisitas tendon dan ligamen menurun pada usia tiga puluh tahun.
b. Terjatuh atau kecelakan
Sprain dapat terjadi apabila terjadi kecelakan atau terjatuh sehingga jaringan ligamen mengalami
sprain.
c. Pukulan
Sprain dapat terjadi apabila mendapat pukulan pada bagian sendi dan menyebabkan sprain.
d. Tidak melakukan pemanasan
Pada atlet olahraga sering terjadi sprain karena kurangnya pemanasan. Dengan melakukan
pemanasan otot-otot akan menjadi lebih lentur

3. Anatomi fisiologi
Ligamen adalah pembalut/selubung yang sangat kuat, yang merupakan jaringan elastis penghubung yang
terdiri atas kolagen. Ligamen membungkus tulang dengan tulang yang diikat oleh sendi.
Beberapa tipe ligamen :

a. Ligamen TipisLigamen pembungkus tulang dan kartilago. Merupakan ligament kolateral yang
ada di siku dan lutut. Ligamen ini memungkinkan terjadinya pergerakan.
b. Ligamen jaringan elastik kuning.Merupakan ligamen yang dipererat oleh jaringan yang
membungkus danmemperkuat sendi, seperti pada tulang bahu dengan tulang lengan atas.

4. Klasifikasi sprain

a. Sprain Tingkat I

Pada cedera ini terdapat sedikit hematoma dalam ligamentum dan hanya beberapa serabut yang
putus. Cedera menimbulkan rasa nyeri tekan, pembengkatan dan rasa sakit pada daerah tersebut.

b. Sprain Tingkat II

Pada cedera ini lebih banyak serabut dari ligamentum yang putus, tetapi lebih separuh serabut
ligamentum yang utuh. Cedera menimbulkan rasa sakit, nyeri tekan, pembengkakan, efusi,
(cairan yang keluar) dan biasanya tidak dapat menggerakkan persendian tersebut.

c. Sprain Tingkat III

Pada cedera ini seluruh ligamentum putus, sehinnga kedua ujungya terpisah. Persendian yang
bersangkutan merasa sangat sakit, terdapat darah dalam persendian, pembekakan, tidak dapat
bergerak seperti biasa, dan terdapat gerakan–gerakan yang abnormal.

d. sprain Tingkat IV

Robekan yang parah pada ligamen. Biasanyua ligamennya putus sehingga tulang-tulang yang
dihubungkan olah ligamen akan terpisah.
5. WOC

Aktivitas sehari-hari

Yang berlebihan

SPRAIN

Inflamasi sel thd cedera

Peradangan
Metabolisme Vasodilatasi pembuluh darah kelemasan
otot

Panas (kalor) Cairan di intrasisial functiolaesa


otot

MK; peningkatan suhu tubuh Bengkak (tumor) MK; gg.mobilitas


fisik

Tertekannya ujung

Saraf perifer

Nyeri(dolor)

MK;nyeri

6. Manifestasi klinis
Gejala yang dapat dirasakan jika seseorang mengalami sprain adalah nyeri,
inflamasi/peradangan, dan pada beberapa kasus, ketidakmampuan menggerakkan tungkai,
bengkak, memar, tidak stabil, dan hilangnya kemampuan untuk menggerakkan sendi, bengkak di
sekitar persendian tulang yang terkena cedera, termasuk perubahan warna kulit. Terjadi
haemarthrosis atau perdarahan sendi. Nyeri pada persendian tulang, nyeri bila anggota badan
digerakkan atau diberi beban, fungsi persendian terganggu, terjadi kekakuan sendi,
ketidakstabilan persendian tergantung jenis cederanya. Meskipun begitu, gejala dan tanda ini
dapat sangat bervariasi dalam hal beratnya, tergantung seberapa parahnya sprain yang terjadi.
Terkadang orang yang mengalami sprain merasa ada yang robek saat cedera terjadi.

7. Penanganan Sprain

Prinsip utama penatalaksanaan sprain adalah mengurangi pembengkakan dan nyeri yang
terjadi. Langkah yang paling tepat sebagai penatalaksanaan tahap awal (24-48 jam) adalah
prinsip RICE (rest, ice, compression, elevation), yaitu :

a. Rest (istirahat)

Kurangi aktifitas sehari-hari sebisa mungkin. Jangan menaruh beban pada tempat yang cedera
selama 48 jam. Dapat digunakan alat bantu seperti crutch (penopang/penyangga tubuh yang
terbuat dari kayu atau besi) untuk mengurangi beban pada tempat yang cedera.

b. Ice (es)

Letakkan es yang sudah dihancurkan kedalam kantung plastik atau semacamnya. Kemudian
letakkan pada tempat yang cedera selama maksimal 2 menit guna menghindari cedera karena
dingin.

c. Compression (penekanan)

Untuk mengurangi terjadinya pembengkakan lebih lanjut, dapat dilakukan penekanan pada
daerah yang cedera. Penekanan dapat dilakukan dengan perban elastik. Balutan dilakukan
dengan arah dari daerah yang paling jauh dari jantung ke arah jantung.

d. Elevation (peninggian)

Balut tekan dan tetap tinggikan. Jika memungkinkan, pertahankan agar daerah yang cedera
berada lebih tinggi daripada jantung. Sebagai contoh jika daerah pergelangan keki yang terkena,
dapat diletakkan bantal atau guling dibawahnya supaya pergelangan kaki lebih tinggi daripada
jantung. Tujuan daripada tindakan ini adalah agar pembengkakan yang terjadi dapat dikurangi.
Bila ragu rawat sebagai patah tulang. Jika nyeri dan bengkak berkurang 48 jam setelah cedera,
gerakkan persendian tulang ke seluruh arah. Hindari tekanan pada daerah cedera sampai nyeri
hilang (biasanya 7 sampai 10 hari untuk cedera ringan dan 3 sampai 5 minggu untuk cedera
berat). Jika dibutuhkan, gunakan tongkat penopang ketika berjalan. Bantu dengan tongkat atau
kruk
- Mulai aktivitas dengan hati-hati secara bertahap. Tetapi jika diperlukan rujuk ke fasilitas
kesehatan. Keadaan-keadaan berikut di bawah ini merupakan indikasi kita untuk membawa diri
kita ke dokter :
Anda menderita rasa sakit yang sangat dan bahkan sendi yang terkena tidak dapat digunakan
untuk menahan beban sedikitpun.
a. Pada sendi yang terkena terlihat adanya memar selain adanya bengkak
b. Sendi yang terkena tidak dapat digerakkan
c. Anda tidak dapat berjalan lebih dari 4 langkah tanpa rasa sakit
d. Sendi anda terasa bergeser saat akan digerakkan
e. Sendi yang terkena terasaa baal
f. Anda ragu apakah cedera yang rasa alami itu serius atau tidak
Dan hindari HARM, yaitu:

H: heat, peberian panas justru akan meningkatkan perdarahan


A: alcohol,akan meningkatkan pembengkakan
R: running, atau exercis/latihane terlalu dini akan memburuk cidera
M: massage, tidak boleh diberikan pada masa akut karena akan merusak jaringan.
8. Pencegahan Sprain

Sebagai upaya pencegahan, saat melakukan aktivitas olahraga memakai peralatan yang sesuai
seperti sepatu yang sesuai, misalnya sepatu yang bisa melindungi pergelangan kaki selama
aktivitas. Selalu melakukan pemanasan atau stretching sebelum melakukan aktivitas atletik, serta
latihan yang tidak berlebihan. Cedera dapat terjadi pada setiap orang yang melakukan olahraga
dengan jenis yang paling sering adalah strain dan sprain dengan derajat dari yang ringan sampai
berat. Cedera olahraga terutama dapat dicegah dengan pemanasan dan pemakaian perlengkapan
olahraga yang sesuai.

9. pemeriksaan diagnostik

a. Riwayat :
Tekanan
Tarikan tanpa peredaan
Daya yang tidak semestinya
b. Pemeriksaan Fisik :
Tanda-tanda pada kulit, sistem sirkulasi dan muskuloskeletal .

DAFTAR PUSTAKA
Doenges,Marlyn.E.1999.rencana asuhan keperawatan.Ed
www.arifsugiri.blogspot.com
http://dara2001.wordpress.com/2010/01/14/askep-pada-klien-dengan-sprain/

Anda mungkin juga menyukai