Oleh
Kelompok 1
AKUNTANSI PROGRAM S1
JURUSAN EKONOMI DAN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN GANESHSA
SINGARAJA
2019
i
DAFTAR ISI
ii
A. Ruang lingkup PSAK 50, PSAK 55 dan PSAK 60
PSAK No. 50 (revisi 2010) memiliki tujuan sebagai berikut:
Menetapkan prinsip penyajian instrumen keuangan sebagui liabilitas atau ekuitas dan
saling hapus aset keuangan dan liabilitas keuangan.
Melengkapi prinsip pengakuan dan pengukuran aset keuangan dan liabilitas
keuangan dalam PSAK 55 (revisi 2006): Instrumen Keuangan: Pengakuan dan Pengukuran.
dan pengungkapan informasi mengenai prinsip-prinsip tersebut dalam PSAK 60: Instrumen
Keuangan: Pengungkapan.
Memiliki dua definisi, yaitu definisi aset keuangan dan definisi liabilitas keduanya termasuk
suatu kontrak derivatif yang diselesaikan dengan instrumen ekuitas entitas (tidak lermasuk
kontrak untuk menyerahkan instrumen ckuitas di masa depan, puttable instruments, dan
kontrak untuk menyerahkan bagian pro rata aset neto saat likuidasi), tetapi dalam definisi
liabilitas instrumen ckuitas entitasnya termasuk rights, opsi dan waran pro-rata untuk semua
pemilik.
1
depan, puttable instruments, dan kontrak untuk menyerahkan bagian pro rata aset neto saat
likuidasi)
Permasalahan-permasalahan yang bisa timbul sebagai akibat berlakunya PSAK No. 50 (revisi
2006) sebagai pengganti PSAK No. 50 (1998) dalam industri perbankan Indonesia adalah
sebagai berikut:
2. Dengan memakai standar baru ini dapat mengurangi sumber pendapatan bunga bank dalam
hal sebagai berikut Pendapatan provisi dan komisi kredit kini menjadi pengurang dari nilai
kreditt yang diberikan guna menghitung pendapatan bunga efcktif Bunga surat berharga
misalnya Sertifikat Bank Indonesia (SBI) tidak bolch masuk sebagai pendapatan operasional
bunga. Reklasifikasi bunga SBI in berdampak pada bank yang banyak menempatkan dananya
di luar kredit dengan ciri rasio pinjaman terhadap dana (LDR) nya yang relatif kecil Kredit
sebagai asset bank digolongkan pada "Loan and Receivables yang mana valuasinya adalah
dengan cara amortized cost, hal ini membawa konsckuensi bahwa nilai kredit (dalam hal ini
asset bank) akan dipengaruhi oleh proyeksi cashflow dari asset tersebut, sehingga kredit yang
dikenakan bunga dibawah bunga pasar akan terdiskon menjadi lebih kecil dari harga
perolehannya (kredit yang dikucurkan) Penerapan PSAK 50 dan PSAK 55 membutuhkan
sistem dan persiapan yang cukup lama dan cukup mahal karena harus menggabungkan semua
laporan keuangan dalam satu paket.
2
instrument keuangan seperti utang pajak, dimana liabilitas ini tidak timbul secara kontraktual
melainkan secara konstruktif berdasarkan undang-undang. Komponen instrument keuangan
terdiri dari :
a. Aset Keuangan
Menurut PSAK 50, asset keuangan adalah setiap asset yang berbentuk :
1). Kas, seperti mata uang local dan asing serta deposito di bank;
2). Instrument ekuitas yang diterbitkan oleh entitas lain seperti investasi saham
pada entitas yang terdaftar di bursa;
3). Hak kontraktual;
Untuk menerima kas atau asset keuangan lainnya seperti piutang usaha dan
wesel tagih; atau
Untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi menguntungkan entitas
tersebut, seperti obligasi konversi yang memberikan hak kepada pemegang
obligasi untuk mengkonversi obligasi tersebut dengan kepemilikan saham
pada entitas penerbit obligasi dan sebaliknya menimbulkan kewajiban
kontraktual bagi penerbit obligasi untuk menyerahkan saham kepada
pemegang obligasi; atau
3
Kas adalah bagian dari aset keuangan, sebab kas merupakan alat tukar dan dasar bagi
pengakuan dan pengukuran seluruh transaksi dalam laporan keuangan. Setoran tunai pada
bank atau institusi serupa juga merupakan aset keuangan, sebab setoran tunai memberikan
hak kontraktual bagi deposan untuk memperoleh kas dari institusi tersebut atau melakukan
penarikan melalui cek atau instrumen serupa untuk melunasi liabilitas keuangannya kepada
kreditur Aset keuangan yang menceminkan hak kontraktual untuk menerima atau mem-
pertukarkan sejumlah kas atau aset keuangan lainnya di masa depan, antara lain adalah
piutang usaha, wesel tagih, pinjaman yang diberikan, investasi dalam obligasi, aset derivatif,
dan investasi saham.
b. Liabilitas Keuangan
Menurut PSAK 50, liabilitas keuangan adalah setiap liabilitas yang berupa:
1). Liabilitas kontraktual:
a. untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain, seperti
utang dagang dan pinjaman yang diterima; atau
b. untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak mengunnungkan entitas
tersebut, seperti opsi tertulis;
2). Kontrak yang akan atau mungkin diselesaikan dengan menggunakan
instrumen ekuitas yang diterbitkan entitas dan merupakan suatu:
a. nonderivatif di mana entitas harus atau mungkin diwajibkan untuk
menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari instrumen ekuitas yang
diterbitkan entitas. Contoh : sebuah kontrak untuk membeli 1000 ton emas
yang diselesaikan dengan menyerahkan suatu jumlah yang bervariasi dari
4
instrument ekuitas yang diterbitkan entitas yang setara dengan 1000 ton emas;
atau
b. derivative yang akan diselesaikan selain dengan mempertukarkan sejumlah
tertentu kas atau asset keuangan lain dengan sejumlah tertentu instrument
ekuitas yang diterbitkan entitas. Contoh : Kewajiban entitas di bawah kontrak
forward untuk membeli kembali sejumlah sahamnya sendiri yang setara
dengan Rp. l miliar.
c. Instrumen Ekuitas
Menurut PSAK 50, instrumen ekuitas adalah setiap kontrak yang memberikan
hak residual atas aset suatu entitas setelah dikurangi dengan seluruh liabilitasnya.
Instrumen keuangan dapat diklasifikasikan sebagai instrumen ekuitas apabila 2
(dua) kondisi berikut .terpenuhi:
1). Instrumen tersebut tidak memiliki kewajiban kontraktual:
untuk menyerahkan kas atau aset keuangan lain kepada entitas lain;
atau
untuk mempertukarkan aset keuangan atau liabilitas keuangan dengan
entitas lain dengan kondisi yang berpotensi tidak menguntungkan
penerbit.
2). Jika instrumen tersebut alkan atau mungkin diselesaikan dengan instrumen
ekuitas yang diterbitkan entitas, instrumen tersebut merupakan:
5
saham biasa yang tidak dapar dijual kembali, beberapa instrumen
yang memiliki fitur opsi jual (lihat PSAK 50 paragraf 16 A dan 16
B),
beberapa instrumen yang mensyaratkan suatu kewajiban kepada
entitas unduk menyerahkan kepada pihak lain bagian aset bersih
entitas secara prorata hanya pada saat likuidasi (lihat PSAK 50
paragraf 16 C dan 16 D),
beberapa jenis saham preferen (lihat PSAK 50 paragraf PP 25 dan
PP 26), dan
waran atau penerbitan opsi beli yang memungkinkan pemegangnya
untuk yang tidak dapat dijual kembali dengan menukarkan
sejumlah tertentu saham biasa yang tidak dapat dijual kembali
dengan menukarkan sejumlah tertentu kas atau asset keuangan lain.
Ada dua alasan mengapa perusahaan membeli investasi jangka pendek, antara lain:
1) Manajemen kas, perusahaan memiliki kas yang berlebih yang tidak digunakan untuk
membiayai kegiatan operasional dalam waktu dekat, sehingga kas yang menganggur
dapat dimanfaatkan untuk memperoleh keuntungn yang maksimal
2) Untuk memperoleh keuntungan dari investasi yang dibeli. Dalam hal ini investasi
disimpan dalam waktu dekat dan kemudian menjualnya pada harga yng melebihi
6
biayanya atau dengan kata lain demi memperoleh laba jangka pendek. Sekuritas ini
memungkinkan perusahaan untuk menginvestasikan kas selama peruiode waktu yang
singkat dan menghasilkan pengembalian hingga kas diperlukan. Itulah mengapa
investasi jangka pendek merupakan asset yang paling likuid setelah kas sebelum
piutang.
Perusahaan dalam melakukan investasi jangka pendek ini harus melakukan investasi
surat-surat berarga dengan beberapa kali pembelian dimana masing-masing pembelian
dengan harga perolehannya yang berbeda-beda. Untuk melakukan investasi jangka pendek ini
juga harus sesuai dengan kebutuhan perusahaan sehingga dapat dengan mudah menelusuri
bagian-bagian mana yang mendapatkan laba bersih perusaahaan, hal tersebut
membandingkan pendapatan bersih perusahaan selama jangka waktu tertentu dengan dan atau
modal yang dipakai perusahaan dalam memperoleh pendapatan pada perusahaan tersebut.
Keuntungan Investasi Jangka Pendek salah satunya adalah pengembalian imbal return
lebih cepat sehingga banyak investor yang lebih memilih investasi ini, sebab mempercepat
perputaran uang dan return pokok investasi dan bunga lebih cepat diperoleh. Setelahnya,
dapat menginvestasikan kembali ke investasi lain atau melalui trading di pasar uang, dan
lainnya.
Namun, investasi memiliki kekurangan juga, seperti rentan terhadap inflasi akibat
valuasi yang tidak dapat bersaing dengan tingkat inflasi tahunan dan efek compounding
dalam Investasi Jangka Pendek tidak signifikan.
Masalah yang ditimbulkan dari investasi jangka pendek ini seperti penentuan
besarnya laba perusahaan yang menjalankan investasi tersebut yang ditentukan pada
penjualan surat berharga. Selain itu penyediaan dana juga dapat didistribusikan kepada
7
perusahaan yang berhak menerima laba bersih dan dapat dialokasikan menggunkan dana
secara efisien.
Karakteristik Investasi Jangka Pendek:
Bisa dapat dengan cepat diperjualbelikan atau dicairkan
Investasi ini ditujukan dalam rangka manajemen kas, artinya investasi ini bisa dijual
apabila timbul kebutuhan kas.
Berisiko rendah (pembelian surat-surat berharga yang berisiko tinggi untuk
pemerintah karena dipengaruhi oleh fluktuasi harga pasar surat berharga tidak
termasuk dalam investasi jangka pendek).
Sarana Investasi Jangka Pendek
Dalam investasi jangka pendek adalah sekuritas yang dimiliki perusahaan jika (1) siap
untuk dijual dan (2) dimaksudkan untuk diubah menjadi kas pada periode yang akan datang.
Investasi yang tidak memenuhi dari kedua kriteria tersebut makan akan diklasifikasikan
sebagai investasi jangka panjang.
8
Siap untuk dijual dimaksudkan, sebagai investasi yang mudah dijual manakala
perusahaan membutuhkan kas. Surat-surat berharga jangka pendek seperti
saham,, obligasi, dan surat berharga yang memenuhi kriteria ini. Saham atau
obligasi semacam itu bisa dibeli atau dijual setiap hari. Namun sekuritas yang
diterbitkan perusahaan tidak terdaftar di bursa efek tidak termasuk dalam
kriteria ini, hal tersebut dikarenakan tidak mudah untuk diperdagangkan.
Dimaksudkan untuk diubah menjadi kas, mengubah investasi pada periode
yang akan datang/ siklus operasi yang akan datang ( dilihat mana yang lebih
pendek ). Biasanya pada kriteria ini dipenuhi apabila invetasi dipandang
sebagai sumber yang dapat digunakan ketika investor membutuhkan kas.
Karena memiliki tingkat likuiditas yang tinggi, investasi jangka pendek
dicantumkan pada kelompok aset lancar dineraca sebesar nilai wajarnya tepat
dibawah kas.
Pencatatan investasi dalam obligasi, meliputi (1) Pembelian obligasi (the acquisition),
(2) Pendapatan bunga (the interest revenue), (3) Penjualan obligasi (the sale).
9
Tanggal 31 Desember saat PT ABC tutup buku, maka ayat jurnal yang dibuat untuk
menyesuaikan pendapatan bunga adalah:
Tanggal 1 Januari PT ABC kembali memperoleh bunga yang kedua, dengan ayat
jurnal:
Asumsikan bahwa Nestle menerima deviden tunai sebesar Rp400.000, maka ayat
jurnalnya adalah:
10
Keuntungan Dan Kerugian Yang Belum Direalisasikan
Tahun fiskal Nestle berakhir pada tanggal 31 Desember, dan Nestle membuat
laporan keuangan. Nilai saham Sony telah naik, dan pada tanggal 31 Desember
investasi Nestle memiliki nilai pasar saat ini sebesar Rp102.000.000. nilai pasar
adalah jumlah dimana pemilik dapat menjual sekuritas tersebut, Nestle memiliki
keuntungan yang belum direalisasikan (unrealized gain) atas investasi:
a. Keuntungan karena nilai pasar sekuritas lebih besar dari biayanya (harga
perolehan), Rp102.000.000 > Rp100.000.000 (selisih lebih Rp2.000.000).
keuntungan ini memiliki dampak yang sama seperti pendapatan yaitu
meningkatkan ekuita.
b. Keuntungan yang belum direalisasikan karena Nestle belum menjual sekuritas
tersebut.
Sekuritas yang diperdagangkan dilaporkan dalam neraca pada nilai pasar terkininya,
karena nilai pasar adalah jumlah yang dapat diterima oleh investor dengan menjual
sekuritas tersebut. Sebelum membuat laporan keuangan pada tanggal 31 Desember,
Nestle menyesuaikan investasi dalam sekuritas Sony pada nilai pasarnya saat ini
dengan ayat jurnal:
Setelah penyesuaian, akun investasi jangka pendek dari Nestle siap dilaporkan
pada neraca pada nilai pasar saat ini sebesar Rp102.000.000
Disisi lain jika investasi Nestle pada saham Sony Corp turun, misalkan
menjadi Rp95.000.000, maka Nestle akan melaporkan kerugian yang belum
direalisasi (unrealized loss). Kerugian akan dianggap beban yang mengurangi ekuitas,
sehingga untuk kerugian yang belum direalisasi sebesar Rp5.000.000 (Rp100.000.000
– Rp95.000.000) akan dijurnal sebagai berikut:
Sehingga setelah penyesuaian, akun investasi jangka pendek dari Nestle siap
dilaporkan di neraca pada nilai pasar saat ini sebesar Rp95.000.000
11
3. Sekuritas hutang siap jual ( available for sale ) diklasifikasikan sebagai aktiva
lancar atau non lancar tergantung tanggal jatuh tempo dan kapan akan dijual.
4. Sekuritas ekuitas dikatkan sekuritas siap jual harus diklasifikasikan lancar jika
sekuritas dan ekuitas siap untuk digunakan dalam periode operasi saat ini.
Dalam neraca suatu entitas mengelompokan investasi menjadi investasi jangka
panjang dan investasi jangka pendek.
Investasi jangka pendek merupakan aset lancar yang disajikan dalam neraca setelah
kas. Hal ini disebabkan karena investasi jangka pendek sama likuidnya dengan kas dan
dilaporkan pada nilai pasar saat ini. Sementara itu investasi dalam sekuritas utang (obligasi)
dan ekuitas (saham) akan menghasilkan pendapatan bunga (untuk utang) dan pendapatan
deviden (untuk saham). Investasi juga menghasilkan keuntungan dan kerugian pada saat
dijual kembali, untuk investasi yang diperdagangkan maka pos-pos tersebut dilaporkan dalam
laporan laba rugi sebagai pendapatan, keuntungan, dan kerugian lain.
Keuntungan atau kerugian yang direalisasi hanya terjadi ketika investor menjual suatu
investasi. Keuntungan atau kerugian ini berbeda dengan keuntungan yang belum direalisasi
12
seperti neraca entitas diatas. Sebagai contoh : Nestle menjual saham Sony Corp (asumsi
setelah dilakukan penyesuian harga pasar Rp 102.000.000) dengan harga jual Rp 98.000.000,
maka ayat jurnal yang dibuat adalah :
13
DAFTAR PUSTAKA
Kartikahadi, Hans. Dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Berdasarkan SAK Berbasis IFRS.
Jakarta: Ikatan Akuntan Indonesia
Wahyuni, E.T, Juan, Ng Eng. 2012. Panduan Praktis Standar Akuntansi Keuangan Berbasis
IFRS. Jakarta Selatan: Salemba Empat.
14