Anda di halaman 1dari 28

MAKALAH PSIKOLOGI

Disusun Oleh :

1. Mega Utami

2. Sindy Aprilia

3. Tri Oktariana

Dosen Pengampu : Jawiah, S.Pd, S.Kep, M.Kes

POLTEKKES KEMENKES PALEMBANG

DIII KEPERAWATAN

TAHUN 2019

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kita panjatkan kehadirat Allah SWT, karena atas petunjuk dan
hidayah-Nya lah tugas membuat makalah mata kuliah Psikologimdengan
tema “Konsep Belajar” dapat terselesaikan.
Sholawat serta salam tidak lupa kami panjatkan kehadirat Nabi agung
Muhammad SAW, yang telah membawa kita dari zaman jahiliyah menuju zaman
yang terang benderang yakni agama islam.
Dalam penyusunan makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini
sangat jauh dari kesempurnaan. Untuk itu penulis memohon maaf yang sebesar-
besarnya atas ketidak sempurnaan dari makalah ini. Dengan demikian penulis
mengundang para pembaca untuk memberikan kritik dan saran yang bersifat
membangun agar makalah ini dapat tersusun lebih baik lagi. Terimakasih, semoga
makalah ini dapat bermanfaat bagi pembaca. Dan semoga Allah SWT senantiasa
melimpahkan rahmat dan kesehatan bagi kita semua. Amin ya robbal’alamin.

Palembang, 24 Agustus 2019

Penyusun

2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR..........................................................................................1
DAFTAR ISI .........................................................................................................2
BAB I PENDAHULUAN.....................................................................................3
1. Latar Belakang........................................................................................3
2. Rumusan Masalah...................................................................................4
3. Tujuan Masalah.......................................................................................4
BAB II LANDASAN TEORI...............................................................................5
A, Definisi Belajar.......................................................................................5
B. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Belajar............................................6
C. Proses dan Fase Belajar.........................................................................12
D. Teori-Teori Belajar................................................................................13
E. Perwujudan Perilaku Belajar.................................................................15
F. Cara Belajar Efektif...............................................................................17
G. Upaya dan Kiat Mengurangi Lupa........................................................21
BAB III PEMBAHASAN....................................................................................18
BAB IV PENUTUP
A, Kesimpulan...........................................................................................20
B. Saran......................................................................................................20
DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................21

3
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pendidikan adalah salah satu bentuk interaksi manusia, sekaligus tindakan
sosial yang dimungkinkan berlaku melalui suatu jaringan hubungan kemanusiaan
melalui peranan-peranan individu di dalamnya yang diterapkan melalui proses
pembelajaran. Belajar dan pembelajaran adalah suatu kegiatan yang tidak
terpisahkan dari kehidupan manusia. Dengan belajar manusia dapat
mengembangkan potensi-potensi yang dibawanya sejak lahir. Tanpa belajar
manusia tidak mungkin dapat memenuhi kebutuhannya.
merupakan kegiatan yang tidak asing lagi di kalangan kita.
Seperti di era sekarang ini, belajar seolah-olah dianggap sebagai tuntutan yang
wajib bagi setiap orang. Tidak hanya bagi mereka yang masih muda, akan tetapi
mereka yang sudah dewasa atau terbilang sudah tua dituntut untuk belajar agar
mampu untuk menyesuaikan diri dengan keadaan zaman.
Belajar dalam seyogianya dijalankan selama hayat di kandung badan atau bisa
dikatakan seumur hidup. Berkaitan dengan kegiatan belajar di tengah-tengah
masyarakat mengemuka ungkapan “masa muda adalah masa belajar”. Ungkapan
tersebut dimaksudkan bahwa setiap orang muda sudah semestinya mempersiapkan
diri untuk memperoleh segala sesuatu yang berguna bagi hidupnya di kemudian
hari.
Belajar yang efektif dapat membantu siswa untuk meningkatkan kemampuan
yang diharapkan sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai. Untuk meningkatkan cara
belajar yang efektif perlu memperhatikan kondisi internal yaitu kondisi yang ada di
dalam diri siswa itu sendiri misalnya kesehatannya, selain itu juga memperhatikan
kondisi eksternal yang merupakan kondisi yang ada di luar diri pribadi manusia,
misalnya suasana belajar siswa. Keberhasilan proses belajar ini dapat terlihat dari
prestasi akademik siswa. Variabel yang diduga mempengaruhi belajar siswa antara
lain cara atau metode dan teori mengajar yang digunakan oleh guru, pemberian
beasiswa untuk siswa berprestasi, fasilitas sekolah yang lengkap, suasana belajar

4
yang kondusif, motivasi belajar siswa, kondisi kesehatan siswa dan adanya
perhatian orangtua terhadap siswa.
Dalam makalah ini penulis mencoba untuk menguraikan beberapa hal mengenai
konsep belajar yang meliputi, definisi belajar, faktor belajar, proses dan fase belajar,
teori-teori belajar serta macam-macam perwujudan perilaku belajar.

B. Rumusan Masalah
1. Apakah definisi dari belajar ?
2. Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi belajar ?
3. Bagaimanakah proses dan fase belajar ?
4. Apa saja yang termasuk dalam teori-teori belajar ?
5. Bagaimana macam-macam perwujudan perilaku belajar ?

C. Tujuan Masalah
1. Mendiskripsikan definisi belajar.
2. Mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi belajar.
3. Mengetahui proses dan fase belajar.
4. Mengetahui beberapa teori-teori yang termasuk dalam belajar.
5. Mengetahui macam-macam perwujudan perilaku belajar.

5
BAB II
LANDASAN TEORI

A. Definisi Belajar
Arti kata belajar di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia adalah suatu usaha
memperoleh kepandaian atau ilmu. Sedangkan dalam kamus Bahasa Inggris
terdapat empat macam arti belajar, yakni memperoleh pengetahuan atau menguasai
pengetahuan atau menguasai pengetahuan melalui pengalaman, mengingat, dan
mendapat informasi atau menemukan.
Beberapa ahli menguraikan definisi dari belajar sebagai berikut :

a. Arthur J. Gates
Menurut Arthur, yang dinamakan belajar adalah perubahan tingkah laku
melalui pengalaman dan latihan (learnig is the modification of behavior through
experience and training).

b. L.D. Crow and A. Crow


Ahli ini berpendapat bahwa belajar adalah suatu proses aktif yang perlu
dirangsang dan dibimbing ke arah hasil-hasil yang diinginkan (dipertimbangkan).
Belajar adalah penguasaan kebiasaan-kebiasaan, pengetahuan, dan sikap-sikap
(learning is an active process that need to be simulated and guided toward
desirable outcome. Learning is the acquisition of habits, knowledge, and attitudes).

c. Gregory A. Kimble
Belajar menurut Gregory A. Kimble adalah suatu perubahan yang relatif
permanen dalam potensialitas tingkah laku yang terjadi pada seseorang atau
individu sebagai suatu hasil latihan atau praktik yang diperkuat dengan pemberian
hadiah. (learning as a relatively permanent change in behavioral potentiality that
occurs as a result of reinforced practice).

d. Morgan

6
Morgan dalam buku Introduction to Psychology (1978) mengemukakan bahwa
belajar adalah setiap perubahan yang relatif menetap dalam tingkah laku yang
terjadi sebagai suatu hasil dari latihan atau pengalaman.

e. Whiterington
Whiterington, dalam buku Educational Psychologymengemukakan bahwa
belajar adalah suatu perubahan di dalam kepribadian yang menyatakan diri sebagai
suatu pola baru daripada reaksi yang berupa kecakapan, sikap, kebiasaan,
kepandaian, atau suatu pengertian.
Dari berbagai definisi belajar yang telah dikemukakan para ahli tersebut dapat
ditarik kesimpulan bahwa pada hakikatnya belajar adalah proses penugasan tertentu
sesuatu yang dipelajari. Penugasan tersebut dapat berupa memahami (mengerti),
merasakan, dan dapat melakukan sesuatu.
Bertolak dari berbagai pemikiran para ahli tersebut, belajar dapat didefinisikan
sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari untuk meningkatkan kualitas
kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai sejumlah pengetahuan,
ketrampilan, nilai dan sikap. Belajar secara formal adalah usaha menyelesaikan
program pendidikan di sekolah atau perguruan tinggi dengan bimbingan guru atau
dosen. Sedangkan belajar secara otodidak atau disebut juga selfstudy atau belajar
mandiri adalah belajar yang dilakukan di luar program pendidikan di sekolah atau
perguruan tinggi, tetapi melalui usaha sendiri. Sebagai hasil dari belajar tersebut
dapat mencakup beberapa aspek antara lain adalah aspek pengetahuan, ketrampilan,
sikap dan nilai.

B. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Belajar


Telah dikatakan bahwa belajar merupakan suatu proses yang menimbulkan
terjadinya suatu perubahan atau pembaharuan dalam tingkah laku dan atau
kecakapan. Berhasil atau tidaknya perubahan tersebut tergantung pada bermacam-
macam faktor. Adapun faktor-faktor tersebut, dapat dibedakan menjadi dua
golongan yakni :

7
1. Faktor internal (faktor dari dalam diri anak), yakni keadaan atau keadaan
jasmani dam rohani, faktor ini dibagi menjadi dua yaitu :

1. Aspek Fisiologis
Aspek fisiologis meliputi hal-hal yang bersifat jasmaniah. Kondisi jasmani yang
menandai tingkat kebugaran organ-organ tubuh dan sendi-sendinya, dapat
mempengaruhi semangat dan intensitas anak dalam mengikuti pelajaran. Kondisi
organ khusus pada anak, seperti tingkat kesehatan indera pendengar dan indera
penglihat, juga sangat mempengaruhi kemampuan siswa dalam menyerap
informasi dan pengetahuan yang disajikan.

2. Aspek Psikologis
Aspek psikologis meliputi hal-hal yang bersifat rohaniah. Pada umumnya
faktor-faktor rohaniah yang dipandang lebih esensial adalah sebagai berikut :
a. Kecerdasan/Intelegensi
Intelegensi pada umumnya diartikan sebagai kemampuan psiko-fisik untuk
mereaksi rangsangan atau untuk menyesuaikan diri dengan lingkungannya dengan
cara yang tepat. Pada umumnya tidak semua anak memiliki intelegensi yang sama
dalam mempelajari suatu mata pelajaran dan kecakapan-kecakapan yang lainnya,
untuk menolong terjadinya ketidakadilan yang terjadi antara anak yang memiliki
intelegensi yang tinggi dan anak yang berintelegensi dibawah rata-rata perlu adanya
perhatian khusus dari seorang guru yang profesional, sehingga anak itu tetap merasa
adil dan tidak merasa bosan ataupun tertinggal.

http://4.bp.blogspot.com/-mSbosMJBTfc/Td3SgqH7meI/AAAAAAAAAdY/1Z-caFa-r1c/s1600/1.jpg

8
b. Sikap
Sikap (attitude) adalah gejala internal yang berupa kecenderungan untuk
mereaksi atau merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap objek orang,
barang, dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif. Sikap anak dalam
belajar dapat dipengaruhi oleh perasaan senang atau tidak senang pada performan
guru, pelajaran, atau lingkungan sekitarnya.

http://www.erabaru.net/wp-content/uploads/2015/09/Menghadapi-Sikap-Anak-yang-Angkuh-dan-Tidak-
Sopan_parenting.jpg

c. Bakat
Secara umum, bakat (aptitude) adalah kemampuan potensial yang dimiliki
seseorang untuk mencapai keberhasilan pada masa yang akan datang. Dalam
perkembangan selanjutnya, bakat diartikan sebagai kemampuan individu untuk
melakukan tugas tertentu tanpa banyak bergantung pada upaya pendidikan dan
latihan. Bakat akan dapat mempengaruhi tinggi-rendahnya prestasi belajar bidang-
bidang studi tertentu. Oleh karena itu, sebagai orangtua hendaknya menyekolahkan
anak pada jurusan yang sesuai dengan bakat yang dimiliki oleh anak tersebut,
karena apabila orang tua terlalu memaksakan kehendak pada akhirnya akan
berpengaruh buruk terhadap kinerja akademik atau hasil prestasi belajar anak.

Sumber : https://1.bp.blogspot.com/-YBhHSfpvmcw/WKrtq5S-3xI/AAAAAAAAACs/t-C8hb-
ce8MjCjVKZFYreTuBktr21kdfACLcB/s1600/bakat%2Bdan%2Bminat.jpg

d. Minat

9
Secara sederhana minat (interest) diartikan sebagai kecenderungan yang tinggi
atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Minat sama halnya dengan kecerdasan,
sikap dan bakat, karena memberi pengaruh terhadap aktivitas belajar, anak akan
menjadi tidak bersemangat atau bahkan tidak mau belajar. Oleh karena itu, dalam
konteks belajar di kelas, seorang guru atau pendidik lainnya perlu membangkitkan
minat anak agar tertarik terhadap materi pelajaran yang akan dihadapainya atau
dipelajarinya.

Sumber : https://www.google.com/imgres?imgurl=https%3A%2F%2Fwww.go-dok.com%2Fwp-
content%2Fuploads%2F2016%2F12%2FCara-pancing-minat-belajar-si-kecil_web-1.jpg

e. Motivasi
Motivasi merupakan pendorong seseorang untuk melakukan sesuatu hal dalam
bidang tertentu sehingga pada akhirnya orang tersebut dapat menjadi seorang
spesialis dalam bidang yang telah dipilihnya tersebut. Motivasi diberikan kepada
anak oleh guru atau orang tua, dimana motivasi ini ditujukan supaya dalam diri
anak tersebut muncul suatu dorongan atau hasrat untuk belajar, sehingga anak
tersebut dapat menyadari apa guna belajar dan tujuan yang hendak dicapai apabila
diberi perangsang dan motivasi yang baik dan sesuai.

Sumber : https://www.asliindonesia.net/wp-content/uploads/2019/01/Kata-kata-motivasi-belajar-dari-Nelson-
Mandela.jpg

10
2. Faktor eksternal (faktor dari luar diri anak), faktor eksternal terdiri atas dua
macam yakni :

1. Faktor Lingkungan Sosial


Yang termasuk dalam lingkungan sosial antara lain adalah lingkungan
keluarga, lingkungan sekolah dan lingkungan masyarakat.

a. Lingkungan keluarga
Suasana dan keadaan keluarga yang bermacam-macam mau tidak mau turut
serta dalam menentukan bagaimana dan sampai dimana belajar dialami dan dicapai
oleh anak-anak.

b. Lingkungan sekolah
Keberadaan para guru, staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat
mempengaruhi semangat belajar anak. Para guru atau staf administrasi yang
menunjukkan sikap dan perilaku yang memperlihatkan suri tauladan yang baik
dalam hal belajar akan menjadi daya dorong yang positif bagi kegiatan belajar anak.

c. Lingkungan masyarakat
Kondisi lingkungan masyarakat tempat tinggal anak juga dapat mempengaruhi
tingkat belajarnya. Misalnya, kondisi lingkungan masyarakat yang kumuh akan
sangat mempengaruhi aktivitas belajar anak. Kesulitan yang akan dihadapi anak
tersebut antara lain adalah kesulitan untuk mencari teman belajar atau berdiskusi.

2. Faktor Lingkungan non Sosial


Faktor-faktor yang termasuk dalam lingkungan non sosial adalah sebagai
berikut :

a. Lingkungan alamiah

11
Lingkungan alamiah seperti kondisi udara yang segar, tidak panas dan tidak
dingin, sinar yang tidak terlalu silau atau tidak terlalu gelap, suasana yang sejuk
dan tenang merupakan faktor-faktor yang dapat memengaruhi aktivitas belajar
siswa. Apabila lingkungan alamiah mendukung proses belajar anak akan
berlangsung dengan nyaman. Sebaliknya, bila kondisi lingkungan alam tidak
mendukung, proses belajar anak akan terhambat.

b. Faktor instrumental
Faktor instrumental yaitu perangkat belajar yang dapat digolongkan dua
macam. Pertama, hardware, seperti gedung sekolah, alat-alat belajar, fasilitas
belajar, lapangan olah raga dan lain sebagainya. Kedua, software, seperti kurikulum
sekolah, peraturan-peraturan sekolah, buku panduan dan sebagainya. Ketersediaan
serta kelengkapan dari kedua perangkat belajar tersebut akan mempengaruhi
aktivitas belajar anak.\

c. Faktor materi pelajaran


Faktor materi pelajaran (materi yang diajarkan) ini hendaknya disesuaikan
dengan usia perkembangan anak begitu juga dengan metode mengajar guru,
disesuaikan dengan kondisi perkembangan anak.

C. Proses dan Fase Belajar

1. Definisi Proses Belajar


Proses adalah kata yang berasal dari bahasa latin “processus” yang berarti
“berjalan ke depan”. Menurut Chaplin (1927), proses adalah Any change in any
object or organism, particularly a behavioral or psychological change(proses
adalah suatu perubahan yang menyangkut tingkah laku atau kejiwaan). Sedangkan
menurut Reber (1988) proses berarti cara-cara atau langkah-langkah khusus yang
menimbulkan beberapa perubahan hingga tercapainya hasil tertentu. Dari kedua
pendapat tersebut dapat kita tarik kesimpulan bahwa proses dapat diartikan sebagai
tahapan perubahan perilaku kognitif, afektif, dan psikomotor yang terjadi dalam

12
diri anak. Perubahan tersebut bersifat positif dalam arti berorientasi ke arah yang
lebih maju daripada keadaan sebelumnya.

2. Fase-fase dalam Proses Belajar


Karena belajar merupakan aktivitas yang berproses, maka di dalamnya terjadi
perubahan-perubahan yang bertahap. Tahapan tersebut timbul melalui fase-fase
yang saling berhubungan secara berurutan dan fungsional.
Menurut Jerome S. Brunner, dalam proses pembelajaran, anak menempuh tiga
fase yaitu :
a. Fase informasi (tahap penerimaan materi)
Seorang anak sedang menerima materi, diantara materi tersebut terdapat materi
yang baru dan berdiri sendiri, ada pula yang berfungsi menambah, memperhalus,
dan memperdalam pengetahuan yang sebelumnya telah dimiliki.
b. Fase transformasi (pengubahan materi dalam memori)
Dalam fase ini, informasi yang telah diperoleh dalam fase sebelumnya
dianalisis atau diubah atau ditransformasikan menjadi bentuk yang abstrak atau
konseptual supaya kelak dapat dimanfaatkan bagi hal-hal yang lebih luas.
c. Fase evaluasi (penilaian penguasaan materi)
Dalam fase evaluasi, anak menilai sendiri sampai sejauh mana pengetahuan
(informasi yang telah ditransformasikan) dapat dimanfaatkan untuk memecahkan
masalah yang dihadapi.
Menurut Wittig (1981) dalam bukunya psychology of learning, setiap proses
belajar selalu berlangsung dalam tiga fase atau tahapan yaitu :
a. Acquisition (tahap perolehan atau penerimaan informasi)
Pada tahap ini, anak mulai menerima informasi sebagai stimulus dan
melakukan respon terhadapnya, sehingga menimbulkan pemahaman dan perilaku
baru. Proses acquisition dalam belajar merupakan tahapan yang paling mendasar.
Kegagalan dalam tahap ini mengakibatkan kegagalan pada tahap-tahap berikutnya.
b. Storage (tahap penerimaan informasi)
Pada tahap ini, anak secara otomatis akan mengalami proses penyimpanan
pemahaman dan perilaku baru yang ia peroleh ketika menjalani proses acquisition.

13
c. Retrieval (tahap mendapatkan kembali informasi)
Tahap retrieval pada dasarnya adalah upaya atau peristiwa mental dalam
mengungkapkan dan memproduksi kembali apa-apa yang tersimpan dalam memori
berupa informasi, simbol, pemahaman, dan perilaku tertentu sebagai respons atau
stimulus yang sedang dihadapi.

D. Teori-teori Belajar
Dalam psikologi, teori belajar selalu dihubungkan dengan stimulus respons dan
teori-teori tingkah laku yang menjelaskan respons makhluk hidup dihubungkan
dengan stimulus yang didapat dalam lingkungannya. Proses yang menunjukkan
hubungan yang terus-menerus antara respons yang muncul serta rangsangan yang
diberikan dinamakan sebagai suatu proses belajar (Tan, 1981:91)
Berikut adalah beberapa teori belajar :
1. Teori Conditioning
Bentuk paling sederhana dari belajar adalah conditioning. Karena conditioning
sangat sederhana bentuknya dan luas sifatnya, para ahli sering mengambilnya
sebagai contoh untuk menjelaskan dasar-dasar dari semua proses belajar. Meskipun
demikian, kegunaan conditioning sebagai contoh bagi belajar, masih menjadi bahan
perdebatan (Walker, 1967). Teori conditioning sendiri dipecah menjadi dua, yaitu
:
a. Conditioning Klasik (Classical Conditioning)
Merupakan suatu bentuk belajar yang kesanggupan untuk berespons terhadap
stimulus tertentu dapat dipindahkan pada stimulus lain.
Menurut teori conditioning, belajar adalah suatu proses perubahan yang terjadi
karena adanya syarat-syarat (conditions) yang kemudian menimbulkan respons.
Yang terpenting dalam belajar, menurut teori ini ialah, adanya latihan-latihan yang
kontinu. Yang diutamakan dalam teori ini adalah hal belajar yang terjadi secara
otomatis.
Penganut dari teori ini mengatakan bahwa segala tingkah laku manusia juga
tidak lain merupakan hasil dari conditioning, yakni hasil dari latihan-latihan atau

14
kebiasaan mereaksi terhadap syarat-syarat atau perangsang tertentu yang
dialaminya dalam kehidupannya.
b. Conditioning Operan (Operant Conditioning)
Istilah conditioning operan (operant conditioning) diciptakan oleh Skinner dan
memiliki arti umum conditioning perilaku. Istilah “operan” berarti operasi
(operation) yang pengaruhnya mengakibatkan organisme melakukan perbuatan
pada lingkungannya (Hardy & Heyes: 1985, Reber: 1988).
Tidak seperti dalam conditioning respons (yang responnya didatangkan oleh
stimulus tertentu), respons dalam conditioning operan terjadi tanpa didahului
stimulus, melainkan oleh efek yang ditimbulkan oleh reinforcer. Reinforcer itu
sendiri sesungguhnya adalah stimulus yang meningkatkan kemungkinan timbulnya
sejumlah respons tertentu.
2. Teori Psikologi Gestalt
Teori belajar menurut psikologi gestalt sering kali disebut insight full
learning atau field teori. Jiwa manusia, menurut aliran ini adalah suatu keseluruhan
yang berstruktur atau merupakan suatu sistem, bukan hanya terdiri atas sejumlah
bagian atau unsur yang satu sama lain terpisah, yang tidak mempunyai hubungan
fungsional. Manusia adalah makhluk yang memiliki kebebasan. Ia bebas memilih
cara bagaimana ia berinteraksi, stimulus mana yang diterimanya dan mana yang
ditolaknya.
Belajar menurut pandangan psikologi Gestalt, bukan sekedar proses asosiasi
antara stimulus-respons yang kian lama kian kuat disebabkan adanya berbagai
latihan atau ulangan-ulangan. Menurut aliran ini, belajar itu terjadi apabila terdapat
pengertian (insight).pengertian ini muncul jika seseorang, setelah beberapa saat,
mencoba memahami suatu problem, tiba-tiba muncul adanya kejelasan, terlihat
olehnya hubungan antara unsur-unsur yang satu dengan yang lain, kemudian
dipahami sangkut-pautnya, untuk kemudian dimengerti maknanya.
E. Perwujudan Perilaku Belajar
Manifestasi atau perwujudan perilaku belajar biasanya lebih sering tampak
dalam perubahan-perubahan sebagai berikut :
1. Kebiasaan

15
Setiaap individu (siswa) yang telah mengalami proses belajar, kebiasaan-
kebiasaannya akan tampak berubah. Menurut Burghardt dalam Syah (1996),
kebiasaan tersebut timbul karena proses penyusunan respons dengan penggunaan
stimulasi yang berulang-ulang.
Contoh: siswa yang sedang belajar bahasa secara berkali-kali menghindari
kecenderungan penggunaan kata atau struktur bahasa yang keliru, akhirnya siswa
tersebut akan terbiasa dengan penggunaan bahasa secara baik dan benar. Jadi,
perubahan berbahasa yang baik tersebut merupakan perwujudan perilaku belajar
siswa tadi.
2. Keterampilan
Keterampilan adalah kegiatan yang berhubungan dengan urat-urat syaraf dan
otot-otot (neuromuscular) yang lazimnya tampak dalam kegiatan jasmaniah seperti
menulis, mengetik, olahraga, dan sebagainya. Menurut Rebber (1988),
keterampilan adalah kemampuan melakukan pola-pola tingkah laku yang kompleks
dan tersusun rapi secara mulus dan sesuai dengan keadaan untuk mencapai hasil
tertentu. Luasnya konotasi mengenai keterampilan sehingga mempengaruhi atau
mendayagunakan orang lain juga dapat dianggap sebagai keterampilan.
Contoh: seorang siswa mampu mendayagunakan teman-temannya di kelas
sehingga muncul aktifitas belajar bersama, siswa yang bersangkutan bisa dianggap
terampil.
3. Pengamatan
Pengamatan berarti proses menerima, menafsirkan, dan memberi arti
rangsangan yang masuk melalui indera-indera seperti mata dan telinga.
Contoh: seorang anak yang baru pertama kali mendengar siaran radio akan
mengira bahwa penyiar radio tersebut benar-benar berada dalam kotak bersuara itu,
akan tetapi lambat laun melalui proses belajar akan diketahuinya bahwa yang
terdapat dalam radio adalah hanya suaranya saja, sementara penyiarnya berada jauh
di studio penyiar.
4. Berfikir Asosiatif dan Daya Ingat

16
Berfikir adalah merupakan berfikir dengan cara mengasosiasikan sesuatu
dengan yang lainnya. Berfikir asosiatif merupakan proses pembentukan hubungan
antara ransangan dengan respons.
Daya ingat adalah bertambahnya simpanan materi dalam memori serta
meningkatnya kemampuan untuk menghubungkan materi tersebut dengan situasi
yang sedang dihadapinya.
Contoh: seorang siswa mampu menjelaskan arti penting tanggal 12 Rabiul
Awal. Kemampuan siswa tersebut dalam mengasosiasikan tanggal bersejarah itu
dengan hari ulang tahun (maulid) Nabi Muhammad Saw hanya bisa didapat apabila
ia telah mempelajari riwayat hidup beliau.
5. Berpikir Rasional dan Kritis
Berpikir rasional dan kritis merupakan perwujudan perilaku belajar terutama
yang bertalian dengan pemechan masalah. Pada umumnya siswa yang berpikir
rasional akan menggunakan prinsp-prinsip dan dasar-dasar pengertian dalam
menjawab pertanyaan bagaimana dan mengapa.
Contoh: siswa memecahkan suatu permasalahan melalui debat atau diskusi.
6. Sikap
Dalam arti sempit sikap adalah pandangan atau kecenderungan mental. Pada
prinsipnya sikap adalah suatu kecenderungan untuk siswa untuk bertindak dengan
cara tertentu. Perwujudan belajar siswa dapat ditandai dengan munculnya
kecenderungan-kecenderungan baru yang telah berubah (lebih maju, dan baik)
terhadap suatu objek, tata nilai, peristiwa dan sebagainya.
7. Inhibisi
Secara ringkas inhibisi adalah upaya pengurangan atau pencegahan timbulnya
suatu respons tertentu karena adanya proses respons lain yang sedang berlangsung.
Dalam hal belajar, yang dimaksud dengan inhibisi adalah kesanggupan siswa untuk
mengurangi atau menghentikan tindakan yang tidak perlu, kemudian memilih
melakukan tindakan lainnya yang lebih baik.
Contoh: seorang siswa yang telah mempelajari bahaya apabila tidak mematuhi
rambu-rambu lalu lintas, tidak akan melanggar rambu-rambu lalu lintas dan tertib
berkendara.

17
8. Apresiasi
Apresiasi adalah suatu pertimbangan (judgment) mengenai arti penting atau
nilai sesuatu (Chaplin,1982). Dalam penerapannya, apresiasi sering diartikan
sebagai penghargaan atau penilaian terhadap benda-benda (abstrak maupun
konkret) yang memiliki nilai luhur.
Contoh: seorang siswa yang mengalami proses belajar dalam menyanyi
maupun menari tradisional secara mendalam, maka tingkat apresiasinya terhadap
nilai seni tradisional akan mendalam pula.
9. Tingkah Laku Afektif
Tingkah laku efektif adalah tingkah laku yang menyangkut keanekaragaman
perasaan seperti: takut, marah, sedih, gembira, kecewa, senang, benci, was-was dan
sebagainya. Tingkah laku tersebut tidak terlepas dari pengaruh pengalaman belajar.
Contoh: seorang siswa dapat dianggap sukses secara afektif dalam belajar
agama apabila ia telah menyadari dengan ikhlas kebenaran ajaran agama yang
dipelajarinya lalu dijadikannya sebagai sistem nilai diri. Kemudian dijadikannya
sebagai penutup diri kala suka maupun duka (Drajat,1985).

F. Cara Belajar Efektif


Setiap manusia memiliki kewajiban untuk belajar. Sejak kita dilahirkan, kita
telah dihadapkan dengan kewajiban untuk belajar, sejak belajar untuk makan,
berjalan, hingga kita besar kita belajar di sekolah dan juga dari lingkungan sekitar.
Belajar memang memiliki arti yang sangat luas, namun kata ‘belajar’ sering
diidentikkan dengan kewajiban seorang anak sekolah atau mahasiswa sebagai
pelajar di sekolah formal.Sayangnya, meskipun belajar sebenarnya telah kita
lakukan sehari-hari, banyak orang yang masih berasumsi bahwa belajar merupakan
hal yang tidak menyenangkan. Mereka kebanyakan menganggap belajar sebagai hal
yang tidak menyenangkan. Padahal, anggapan ini justru akan membuat kegiatan
belajar menjadi tidak menyenangkan dan kurang efektif. Berikut beberapa tips
yang bisa kita coba :

1. Rasakan kebutuhan untuk belajar

18
Rasa kebutuhan untuk belajar akan membuat kita menjadi lebih
bersungguh-sungguh dalam belajar. Kesungguhan ini akan membuat kita tidak
hanya belajar saat sedang mood saja, melainkan juga belajar di setiap waktu tanpa
merasa berat. Dengan demikian, ilmu yang kita pelajari pun akan menjadi lebih
mudah meresap ke ingatan kita.

2. Belajar dimanapun yang kita suka


Memilih tempat belajar yang disukai tentu akan membuat kita senang dan
merasa nyaman untuk belajar. Dengan memilih tempat yang nyaman, kita turut
membantu menata mood kita menjadi lebih baik sehingga belajar pun menjadi lebih
menyenangkan dan efektif.

3. Cicil pelajaran sedikit demi sedikit


Jangan belajar terlalu banyak pelajaran dalam satu waktu. Sebaiknya, Anda
mencicil pelajaran sedikit demi sedikit. Maka dari itu, ada baiknya jika kita belajar
setiap hari, misalnya dengan mengulang kembali pelajaran yang kita terima di hari
tersebut. Cara ini tentu lebih efektif dibandingkan kita mempelajari semua pelajaran
dalam waktu yang singkat, biasanya saat menjelang akan ujian sekolah. Belajar
dengan ‘sistem kebut semalam’ hanya akan menimbulkan tekanan secara psikologis
sehingga ilmu pun akan sulit kita serap dengan baik.

4. Bagi waktu belajar


Ada baiknya Anda membuat jadwal belajar dan target untuk menentukan
kapan Anda harus bisa menguasai pelajaran tersebut. Dengan membuat jadwal dan
membagi waktu belajar, kegiatan belajar Anda akan menjadi lebih terstruktur dan
rapi serta sesuai dengan ekspektasi Anda di awal.
5. Berdiskusi
Setiap orang memang memiliki style belajar sendiri. Ada orang yang
menyukai belajar sendiri di tempat sepi, namun ada juga orang yang lebih menyukai
belajar berkelompok dan beramai-ramai. Jika Anda masih belum mengetahui style
belajar Anda, tidak ada salahnya Anda mencoba untuk berdiskusi dengan teman

19
untuk bertukar pikiran dan materi pelajaran. Jika Anda merasa nyaman dan lebih
mudah memahami materi, maka berdiskusi dengan teman bisa menjadi cara belajar
efektif untuk Anda.

6. Cari cara yang membantu konsentrasi


Berkaitan dengan poin sebelumnya, gaya belajar setiap orang berbeda-beda.
Jika Anda merupakan penikmat music dan merasa lebih mudah untuk fokus dengan
diiringi musik, jangan ragu untuk belajar sambal mendengarkan musik. Hal ini
biasanya efektif jika Anda sedang berlatih mengerjakan soal-soal pelajaran, bukan
pada saat menghafalkan pelajaran. Pahami, jangan hanya menghafalkanSistem
belajar mengajar saat ini lebih sering memfokuskan pada hafalan saja, bukan pada
pemahaman siswa. Padahal, sekedar menghafalkan peelajaran hanya akan efektif
untuk ujian atau waktu jangka pendek. Dalam jangka panjang, ilmu yang dihafalkan
hanya akan mudah untuk dilupakan dan tidak meninggalkan manfaat apapun.
Oleh karena itu, alangkah baiknya jika kita memahami ilmu yang sedang
kita pelajari alih-alih hanya menghafalkannya. Dengan memahami ilmu tersebut,
ilmu tersebut akan membekas dalam ingatan kita dan kita bisa kembali
memunculkan ilmu tersebut dalam ingatan saat dibutuhkan.

8. Jangan malu bertanya


Jangan segan untuk bertanya jika kita tidak memahami sesuatu atau
mengalami kebuntuan dalam suatu ilmu. Kita belajat karena kita memang belum
tahu tentang ilmu tersebut, jadi tidak ada alasan untuk malu bertanya karena takut
dicap sebagai orang bodoh.

9.Coba terus meski gagal


Kegagalan merupakan bagian dari pembelajaran. Tidak ada belajar yang
benar jika tanpa melalui kegagalan. Bahkan, kegagalan dianggap sebagai cara
belajar yang efektif karena kita mengalami sendiri penyebab dari kegagalan dan
mengingatnya sebagai pembelajaran untuk tidak lagi mengulangi hal tersebut.

20
Jika Anda mengalami kegagalan, cobalah kembali menggunakan cara kerja yang
lain hingga Anda bisa berhasil melakukan apa yang Anda inginkan. Inilah cara
belajar yang benar-benar efektif bisa membuahkan hasil yang baik.

10.Sukai mata pelajaran


Menyukai mata pelajaran atau hal yang sedang dipelajari akan sangat
berpengaruh terhadap keefektifan dan keberhasilan belajar kita. Dengan kita
menyukai pelajaran atau ilmu tersebut, kita akan lebih bersemangat untuk
menerima dan menyerap ilmu yang didapat. Hal ini berbeda jika kita merasa tidak
suka belajar mata pelajaran itu. Tidak menyukai suatu pelajaran hanya akan
membuat kita merasa terpaksa untuk belajar dan tentu hasil dari belajar yang seperti
ini akan tidak optimal.

11.Manfaatkan fasilitas yang tersedia


Di zaman sekarang, fasilitas belajar yang tersedia tidak hanya berupa buku
pelajaran atau buku kumpulan soal dari sekolah. Kini, kita bisa belajar dari internet,
video, hingga televisi yang menyediakan tayangan edukatif. Manfaatkan semua
fasilitas ini sebagai pendukung proses belajar Anda. Biasanya, materi pelajaran
yang disediakan di internet, video atau tayangan edukasi telah dikemas semenarik
dan sesederhana mungkin sehingga kita akan lebih tertarik dan mencerna materi
yang diberikan.

12. Membuat review atau peta materi


Cobalah untuk memetakan materi yang sedang dipelajari, misalnya dengan
membuat peta konsep atau overview dari semua materi yang sedang dipelajari.
Membuat review juga akan memudahkan kita untuk memahami intisari dari ilmu
yang sedang dipelajari. Selain materi yang kita buat tersebut bisa menjadi bahan
belajar yang lebih simple, sembari membuat review atau peta konsep kita juga
membaca dan menulis materi yang kita pelajari.

13. Buat kesimpulan

21
Cobalah untuk menarik kesimpulan dari materi yang sedang dipelajari. Hal
ini akan menunjukkan apa saja output dari kegiatan belajar kita dan kita bisa
membaca kesimpulan ini berulang kali untuk membuat ilmu semakin tertanam di
otak kita.

14. Coba latihan soal


Mengerjakan latihan soal atau uji coba memecahkan masalah sesuai materi
yang sedang dipelajari akan membantu kita mengukur sejauh mana pemahaman
kita atas materi tersebut. Dengan demikian, kita bisa menilai di bagian mana kita
harus meningkatkan belajar dan bagian mana kita telah menguasainya.

15. Berdoa
Belajar merupakan usaha kita untuk menjadi seseorang yang pintar dan
berguna. Namun, tidak ada usaha yang sempurna tanpa diiringi doa. Oleh karena
itu, jangan lupa untuk berdoa sebagai pelengkap usaha kita dan membuat ilmu yang
kita dapat menjadi berkah dan bermanfaat.

G. Upaya dan Kiat Mengurangi Lupa


Sifat pelupa mungkin sangat sulit disembuhkan namun dapat diatasi secara
perlahan dengan cara-cara di bawah ini:

1. Overlearning (Belajar Lebih)


Cobalah untuk belajar melebihi dari batas penguasaan dasar dalam materi-
materi tertentu. Overlearning biasanya terjadi akibat respon tertentu yang muncul
setelah seseorang melakukan pembelajaran di luar dari kebiasaan yang sehari
ahrinya dilakukan. Banyak contoh overlearning dalam kehidupan sehari-hari,
misalnya saja siswa-siswa yang bersekolah sering membaca teks pancasila setiap
senin yang memungkinkan jika ingatan tersebut akan lebih kuat.

2. Extra Study Time

22
Merupakan upaya untuk menambah alokasi waktu belajar tertentu yang
berarti seseorang tersebut menambah jam untuk proses belajarnya. Dengan
menambah frekuensi belajar seseorang, maka akan meningkatkan kekerapan belajar
dalam materi-materi tertentu. Cara ini memang cukup efektif meningkatkan dan
melindungi memori.

3. Mnemonic Device
Atau yang dikenal dengan mnemonic yang menjadi kiat khusus untuk
dijadikan sebagai “alata pengait” untuk bisa memasukkan berbagai macam
informasi ke dalam sistem akal seseorang. Cara mnemonic ini pun ada banyak
ragamnya, seperti di bawah ini:
 Singkatan, terdiri dari huruf-huruf awal atau istilah yang digunakan
seseorang untuk mengingat sesuatu. Pembuatan singkatan ini nantinya akan
menarik dan menimbulkan kesan tersendiri.
 Sistem Kata pasar, teknik mnemonic yang mana menggunakan komponen-
komponen yang telah dikuasai sebelumnya sebagai pasak pengait memori
baru.

4. Pengelompokan
Yang dimaksudkan dengan pengelompokan adalah dengan menata ulang
dair item-item materi menjadi kelompok-kelompok kecil yang kemudian dianggap
menjadi hal yang lebih logis. Pentaan ini memang direkayasa sedemikian rupa ke
dalam daftar-daftar materi yang akhirnya akan mudah untuk dihafalkan.

5. Latihan Terbagi
Dalam latihan terbagi ini seseorang akan melakukan latihan-latihan di
waktu istirahat. Sehingga upaya ini dilakukan untuk bisa mengindari cammingyang
membuat seseorang belajar banyak materi dalam jangka waktu singkat dan tergesa-
gesa. Dalam melaksanakan metode ini, siswa bisa menggunakan berbagai strategi
dan metode belajar yang menurutnya lebih efisien.

23
6. Perbanyak Konsumsi Omega-3
Tips meningkatkan daya ingat otak yang bisa anda lakukan adalah dengan
mengkonsumsi lebih banyak lagi omega-3. Anda bisa menemukan omega-3 di
dalam kandungan ikan-ikanan seperti salmon maupun makanan yang sudah
diperkaya seperti yogurt. Omega-3 dan DHA sangat efektif untuk menurunkan
peradangan pada arteri serta memperbaiki lapisan pelindung syaraf.

7. Perbanyak Olahraga
Olahraga bisa meningkatkan detak jantung hingga 3 kali seminggu dalam
waktu 20 menit, bahkan jika hanya berjalan saja. Hal ini akan memperbanyak
pasokan oksigen yang ada di dalam otak dan berfungsi membantu pertumbuhan sel-
sel otak yang baru. Sehingga mulailah rutin berolaharga, ta usaha berolahrga yang
berat cukup lakukan yang ringan-ringan saja

8. Buat Daftar Kegiatan


Cara lainnya yang bisa anda lakukan untuk mengatasi lupa adalah dengan
mencatat segala kegiatan yang akan dilakukan dengan
menggunakan notebook kecil atau agenda harian. Hal ini akan membantu anda pula
saat anda melupakan sesuatu hal. Selain itu tempatkan benda-benda yang sering
anda gunakan di tempat yang sama sehingga nantinya anda tidak akan kebingungan
saat sedang lupa.

9. Membaca Buku
Meskipun terdengar klasik, namun membaca buku bisa menurunkan resiko
otak kehilangan memori, bahkan hingga mencapai 30-50%. Sehingga tak ada
salahnya jika kini anda mulai membaca buku kapanpun dan dimanapun berada.

BAB III
PEMBAHASAN

Kasus: Anak kurang mampu memahami cara mengatasi kesulitan belajar

24
Dalam kasus ini, pemakalah mencoba memaparkan salah satu masalah yang
dihadapi oleh anak didik mengenai kegiatan belajar. Setiap anak memiliki
kemampuan yang berbeda-beda dalam hal belajar, ada anak yang cepat menangkap
apa yang telah dipelajari, dan ada anak yang lambat dalam belajar. Seorang anak
yang lambat dalam belajar akan mengalami kesulitan, karena setiap akhir dari
kegiatan belajar anak tersebut merasa belum mampu untuk menangkap atau
menguasai materi yang seharusnya sudah dapat dikuasai, sedangkan guru akan
terus melanjutkan pada materi yang berikutnya. Akibatnya dalam hal tersebut anak
akan mengalami ketertinggalan dengan temannya yang dapat dengan cepat
menangkap materi yang diajarkan. Keterlambatan anak dalam menangkap materi
akan mempengaruhi hasil akademis yang tidak maksimal, hasil yang tidak
maksimal tersebut akan mempengaruhi kondisi psikologis anak, ia akan merasa
minder dan tidak percaya diri ketika berkumpul dengan teman-temannya yang
memiliki hasil yang lebih baik darinya.
Anak yang mengalami masalah belajar tidak bisa dianggap remeh dan tidak
bisa ditinggalkan begitu saja karena dapat mempengaruhi dimasa yang akan datang
apabila dibiarkan begitu saja. Untuk mengatasi masalah belajar anak tersebut,
bukan hanya guru yang berperan tetapi juga orang tua dari anak itu sendiri. Upaya
yang dapat dilakukan guru dalam mengatasi keterlambatan belajar anak tersebut
adalah :
1. Mengajak komunikasi si anak, karena di sekolah guru berperan sebagai orang
tua.
2. Menciptakan suasana kegiatan belajar yang efektif dan efisien di sekolah.
3. Memberikan bimbingan belajar secara khusus.
4. Memberikan pengayaan-pengayaan kepada anak.
5. Selalu memantau hasil belajar anak, dan memberikan pujian terhadap hasil
apapun yang didapatnya.
Sementara upaya-upaya yang dapat dilakukan oleh orang tua adalah sebagai
berikut :
1. Memahami proses pekembangan berfikir anak.

25
2. Memberikan dukungan dan motivasi yang penuh terhadap anak.
3. Menciptakan suasana rumah yang harmonis, karena masalah keterlambatan
belajar anak bisa saja disebabkan oleh keadaan keluarga yang kurang harmonis.
4. Memasukkan anak ke dalam lembaga bimbingan belajar.

BAB IV
PENUTUP
A. Kesimpulan

26
1. Belajar dapat didefinisikan sebagai suatu kegiatan atau usaha yang disadari
untuk meningkatkan kualitas kemampuan atau tingkah laku dengan menguasai
sejumlah pengetahuan, ketrampilan, nilai dan sikap.
2. Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi belajar di bedakan menjadi dua
yakni : faktor internal dan faktor eksternal.
3. Fase-fase dalam proses belajar menurut Jerome S Brunner adalah: fase
informasi, fase transformasi, dan fase evaluasi, sedangkan menurut Wittig
adalah: acquisition, storage, retrieval.
4. Beberapa teori belajar adalah teori conditioning yang dibagi menjadi teori
conditioning klasik dan teori conditioning operant, yang berikutnya adalah teori
psikologi gestalt.
5. Macam-macam perwujudan perilaku belajar yaitu kebiasaan, keterampilan,
pengamatan, berpikir asosiatif dan daya ingat, berpikir rasional dan kritis,
sikap, inhibisi, apresiasi, dan tingkah laku afektif.

B. Saran
1. Kepada pemerintah hendaknya memberikan dukungan penuh terhadap
proses belajar mengajar dengan menyediakan sarana dan prasarana yang layak
yang dapat digunakan untuk menunjang keberhasilan proses belajar.
2. Kepada para guru hendaknya memperhatikan anak didiknya sejak dini,
sehingga ketika anak tersebut mengalami masalah dalam belajar akan segera
dapat melakukan tindakan secepatnya untuk mengatasi masalah belajar anak
tersebut sehingga tidak berlanjut. Dan hendaknya seorang guru bisa kreatif
menciptakan kegiatan belajar yang efektif, efisien tidak monoton sehingga
dapat menumbuhkan semangat dan kreativitas anak.
3. Kepada para orang tua hendaknya memberikan perhatian, dukungan dan
motivasi-motivasi yang sebaik-baiknya yang dapat menumbuhkan semangat
anak dalam kegiatan belajarnya.
DAFTAR PUSTAKA

27
Prawira,PurwaAtmaja.2013.Psikologi Pendidikan dalam Perspektif
Baru.Jojakarta:Ar-Ruzz Media.

Purwanto,M.Ngalim.1990.Psikologi Pendidikan.Bandung:PT Remaja Rosdakarya.

Syah,Muhibbin.1995.Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru.Bandung: PT


Remaja Rosdakarya.

Sobur,Alex.Psikologi Umum.2003.Bandung:CV Pustaka Setia.

28

Anda mungkin juga menyukai