Anda di halaman 1dari 10

ya...

Saturday, October 17, 2015

Atrofi, Hipertrofi, dan Hipoplasia


BAB 1

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Otot merupakan alat gerak aktif, karena otot memiliki kemampuan untuk
berkontraksi.Kontraksi otot ini menyebabkan tulang yang dilekatinya dapat bergerak.Selain itu,
otot mempunyai peranan dalam memberikan bentuk luar tubuh bersama dengan rangka.

Otot mempunyai tiga sifat dalam menjalankan tugasnya sebagai alat gerak aktif, yaitu
kontraksibilitas, ekstensibilitas, dan elastisitas. Gerakan otot untuk memendek dari ukuran
semula (kontraksi) sehingga tulang berubah posisi, hal ini disebut kontraksibilitas.

Sedangkan, ekstensibilitas merupakan gerak kebalikan darikontraksi-bilitas, yaitu


kemampuan otot untuk memanjang atau kembali ke ukuran semula (relaksasi) yang
menyebabkan tulang kembali ke kedudukan semula.Sifat ketiga adalah elastisitas, yaitu
kemampuan otot dari berkontraksi menjadi relaksasi atau sebaliknya.

Secara makroskopis, kumpulan otot diselimuti oleh jaringan ikat berupa selaput
transparan yang dinamakan fascia.Ujung-ujung kumpulan otot tersebut diikat oleh tendon
(jaringan ikat antara tulang dan otot) pada tulang.Perlekatan otot pada tulang ini membagi otot
menjadi dua macam, yaitu origo dan insersio.

Secara garis besar Otot adalah sebuah jaringan dalam tubuh manusia dan hewan yang
berfungsi sebagai alat gerak aktif yang menggerakkan tulang.Otot diklasifikasikan menjadi tiga
jenis yaitu otot lurik, otot polos dan otot jantung.Otot menyebabkan pergerakan suatu organisme
maupun pergerakan dari organ dalam organisme tersebut.

Terdapat beberapa kelainan pada otot manusia, yaitu bisa dikelompokan menjadi :

a. Atrofi Otot, berupa penurunan fungsi otot karena otot mengecil atau karena kehilangan
kemampuan berkontraksi atau lumpuh.

b. Hipertrofi otot, kebalikan dari atrofi otot, yaitu menjadi lebih besar dan kuat karena sering
digerakkan atau peningkatan ukuran dari sel-sel otot

c. Hernia Abdominal, terjadi apabila dinding otot abdominal sobek dan menyebabkan usus
melorot masuk kerongga perut.
d. Kelelahan Otot, karena kontraksi secara terus-menerus dan bisa terjadi kram atau kejang-
kejang.

e. Stiff (kaku leher), terjadi karena hentakan atau kesalahan gerak sehingga leher menjadi kaku
dan sakit jika digerakkan.

1.2 Rumusan Masalah

Dari latar belakang diatas maka rumusan masalah untuk makalah ini adalah sebagai berikut:

a. Apa yang dimaksud dengan atrofi, hipertrofi, dan hipoplasia?

b. Apa saja penyebab terjadinya atrofi, hipertrofi, dan hipoplasia?

c. Bagaimana cara mencegah serta penanggulangan untuk atrofi, hipertrofi, dan


hipoplasia?

1.3 Tujuan

a. Untuk mengetahui tentang atrofi, hipertrofi, dan hipoplasia

b. Untuk mengetahui penyebab terjadinya atrofi, hipertrofi, dan hipoplasia

c. Untuk mengetahui cara mencegah serta penanggulangan untuk atrofi, hipertrofi, dan
hipoplasia

BAB 2

PEMBAHASAN
2.1 Atrofi

2.1.1 Definisi

Atrofi yang terjadi pada suatu alat tubuh menyebabkan alat tubuh mengecil. Dengan
perkataan lain alat tubuh tersebut melisut. Mengecilnya alat tubuh tersebut terjadi karena sel sel
spesifik, yaitu sel sel parenchym yang menjalankan fungsi alat tubuh tersebut mengecil. Jadi,
bukan mengenai sel sel jaringan ikat atu stroma alat tubuh tersebut. Stroma tampaknya
bertambah; yang sebenarnya hanya relatif, karena stroma tetap.

Kadang kadang dapat terjadi atrofi akibat jumlah sel parenchym berkurang, yaitu atrofi
numerik. Meskipun atrofi biasanya merupakan proses patologik juga dikenal atrofi fisiologik.
Beberapa alat tubuh dapt mengecil atu menghilang sama sekali selama
masa perkembangan/kehidupan, dan jika alat tubuh tersebut sesudah masa usia tertentu tidak
menghilang, malah dianggap patologik.

1. Atrofi senilis

Alat tubuh pada orangyang sudah berumur lanjut pada umumnyamengecil. Proses
menjadi tuaakhir akhir ini banyak menjadi perhatian dan banyak dipelajari oleh berbagai pihak.
Sebab sebab atrofi pada masa tua itu bermacam macam, diantaranya ialah pengaruh
endokrin, involusi akibat hilangnya rangsang rangsang tumbuh, mengurangnya perbekalan
darah akibat sklerosis arteri. Pada atrofi senilis, atrofi terjadi pada sema alat tubuh secara
umum, karena atrofi sneilis termasuk ke dalam atrofi umum.Atrofi umum juga terjadi pada
kelaparan. Starvation atrophy adalah atrofi yang terjadi bila tubuh tidak mendapat makanan
untuk waktu yang lama.

2. Atrofi setempat

Atrofi setempat dapat terjadi akibat keadaan keadaan tertentu

3. Atrofi inaktivitas

Terjadi akibat inaktivitas alat tubuh atau jaringan misalnya inaktivitas otot otot
mengakibatkan otot otot tersebut mengecil.Atrofi ini disebut juga atrofi neurotrofik.

4. Atrofi desakan

Atrofi ini terjadi akibat desakan yang terus menerus atau desakan yang lama dan
mengenai suatu lat tubuh atau jaringan.

5. Atrofi endokrin
Atrofi endokrin terjadi pada alat tubuh yang aktivitasnya bergantungkepada rangsang
hormon tertentu. Atrofi ini akan terjadi apabila hormon tersebut berkurang atauterhenti sama
sekali.

Pada ekstrem yang lain, jika suatu otot tidak digunakan, kandungan aktin dan miosinnya
akan berkurang, serat-seratnya menjadi lebih kecil, dan dengan demikian otot tersebut
berkurang massanya (atrofi) dan menjadi lebih lemah. Atrofi dapat terjadi melalui dua cara yaitu;

a. Disuse atrophy

Terjadi jika suatu otot tidak digunakan dalam jangka waktu lama walaupun persarafannya utuh,
seperti ketika seseorang harus menggunakan gips atau berbaring untuk jangka waktu lama.

b. Atrofi denervasi

Terjadi setelah pasokan saraf ke suatu otot terputus.Apabila otot dirangsang secara
listriksampai persarafan dapat dipulihkan, seperti pada regenerasi saraf perifer yang terputus, atrofi
dapat dihilangkan tetapi tidak dapat dicegah seluruhnya.Aktifitas kontraktil itu sendiri jelas berperan
penting dalam mencegah atrofi; namun, faktor-faktor yang belum sepenuhnya dipahami yang
dikeluarkan dari ujung-ujung saraf aktif, yang mungkin terkemas bersama dengan vesikel asetilkolin,
tampaknya berperan penting dalam integritas dan pertumbuhan jaringan otot.

2.1.2 Etiologi

Atrofi disebabkan oleh hal-hal seperti berikut; Berkurangnya beban kerja, hilangnya
persarafan,berkurangnya perbekalan darah (kelainan vaskularisasi),nutrisi yang tidak memadai,
hilangnya rangsangan hormonal (hormonal atrophy), Tekanan yang lama tumor Organ lama tidak
dipakai (disuse atrophy), Usia tua kejadian yang fisiologis (senile atrophy), Sel mengandung
sedikit mitokondria dan miofilamen, serta pengurangan retikulum endoplasma.

2.1.3 Pengobatan

Gangguan atrofi ini dapat diatasi dengan cara sebagai berikut:

a. Pemijatan

b. Rangsangan Listrik

c. Program olahraga (di bawah bimbingan seorang terapis atau dokter) sangat dianjurkan
d. Latihan dalam air untuk mengurangi beban kerja otot.

Selain itu, gangguan atrofi dapat dicegah dengan cara mengkonsumsi makanan bergizi dan
sering beraktivitas

Mengenali Jenis Atrofi Otot dan Cara Mengatasinya

Atrofi otot adalah kondisi di mana terjadi penurunan massa otot. Hal ini
biasanya akibat dari cedera atau adanya suatu penyakit, sehingga bagian
tubuh tertentu tidak digerakkan dalam jangka waktu yang cukup lama.

Atrofi otot dapat dikenali melalui tampilan otot, misalnya salah satu otot lengan
yang secara signifikan tampak lebih kecil dibandingkan dengan sisi lain yang
normal. Atrofi otot ini dapat dipulihkan, tetapi tergantung kondisi dan
penyebabnya. Sehingga cara penanganan juga bisa berbeda-beda.

Jenis Atrofi Otot


Secara umum, ada dua jenis atrofi otot, yaitu:

 Atrofi yang disebabkan karena otot tidak digunakan


Hati-hati bagi Anda yang pekerjaan sehari-harinya lebih banyak
menghabiskan waktu pada posisi duduk. Atrofi otot jenis ini menyerang
orang yang tingkat aktivitasnya rendah. Misalnya pada Anda yang sehat
tetapi terlalu banyak duduk, sehingga otot-otot tubuh melemah karena
minimnya gerakan aktif. Selain itu, atrofi otot juga bisa terjadi karena terlalu
lama berbaring akibat mengidap suatu penyakit, contohnya pada penderita
stroke.

 Atrofi neurogenik
Pada jenis ini, atrofi terjadi karena adanya cedera atau penyakit pada otot
maupun saraf-saraf yang berhubungan langsung dengan otot. Kondisi ini
umumnya cenderung lebih cepat terjadi daripada atrofi karena otot yang
lama tidak digunakan, karena sifatnya yang tiba-tiba. Misalnya, pada
penderita polio, cedera saraf tulang belakang dan sindrom carpal tunnel.

Atrofi otot yang terjadi akibat menderita suatu penyakit dapat membuat
penderitanya perlu dirawat inap dalam jangka waktu yang lebih lama. Lebih jauh
lagi, pada kondisi tertentu atrofi otot ini dapat menyebabkan menurunnya kualitas
hidup pasien, sehingga perlu dilakukan upaya untuk melatih otot dan membantu
pemulihan fungsi otot yang mengalami atrofi.

Persamaan dari kedua jenis atrofi ini, sekecil apa pun terjadinya penurunan massa
otot, akan berpengaruh pada Anda. Sehingga Anda menjadi sulit bergerak dan
kekuatan tubuh pada bagian tersebut menjadi menurun.

Gejala dan Cara Mengatasi Atrofi Otot

Gejala atrofi otot yang timbul bisa berbeda-beda pada tiap orang. Berikut ini adalah
beberapa gejala dan tanda Anda mungkin mengalami atrofi otot, sehingga perlu
mendapatkan penanganan medis:

 Adanya kelemahan pada salah satu atau beberapa bagian tubuh


 Memiliki anggota fisik yang tidak digunakan untuk melakukan aktivitas
dalam waktu yang cukup lama
 Anggota tubuh, seperti tangan atau kaki, tampak lebih kecil dari yang lain

Gejala-gejala atrofi otot memang hanya sedikit. Meski demikian Anda disarankan
untuk benar-benar memahami gejala ini dan diharapkan mampu mewaspadainya,
sehingga ketika benar-benar terjadi, Anda dapat langsung memeriksakan diri ke
dokter.

Kabar baiknya, atrofi otot yang disebabkan karena terlalu lama otot tersebut tidak
digunakan, dapat diatasi dengan olahraga secara teratur. Otot-otot yang awalnya
mengalami penurunan massa dan menjadi lemah akibat kurang gerak, perlahan-
lahan dapat pulih kembali melalui latihan-latihan otot yang dilakukan secara rutin.
Sedangkan pada kondisi atrofi otot yang lebih berat, misalnya akibat cedera atau
adanya penyakit tertentu, maka penanganan secara medis perlu disesuaikan
dengan penyebabnya dan dilakukan dengan metode khusus, mulai dari pengaturan
pola makan, bantuan fisioterapi, terapi menggunakan ultrasonografi/gelombang
suara, hingga pembedahan.

Bila belum telanjur terjadi, atrofi otot dapat dicegah dengan rajin olahraga atau
melakukan aktivitas fisik. Namun jika sudah telanjur terjadi, ikuti petunjuk dokter
untuk penyembuhan.

Terakhir diperbarui: 13 November 2017

2.2 Hipertrofi

Hipertrofi merupakan kelainan progresif berupa bertambahnya isi atau volume suatu
jaringan atau alat tubuh yang terjadi pada sel-sel yang tidak dapat memperbanyak diri sehingga
sel-sel yang menyusun jaringan atau alat tubuh tersebut membesar.Pada kondisi tersebut
membesarnya jaringan atau alat tubuh disebabkan sel-sel yang menyusunnya membesar, bukan
karena bertambahnya jumlah sel.

Hipertrofi biasanya ditandai dengan; Bertambah besar ukuran sel karena bertambahnya
jumlah ultrastruktur dalam sel bukan disebabkan karena bertambahnya cairan didalam sel,
meningkatnya ukuran sel meningkatkan ukuran alat tubuh, hipertrofi sering terjadi pada otot
skelet dan otot jantung.

Oleh karena keduanya tidak mampu meningkatkan metabolisme untuk melakukan mitosis
dan pembentukan lebih banyak sel untuk menghadapi kerja. Selain itu hepertrofi ini dapat
disebabkan karena otot dilatih secara berlebihan yang mengakibatkan peningkatan volume organ
atau jaringan

Pencegahan untuk gangguan hipertrofi dapat dengan cara melatih otot sewajarnya dan
mengurangi aktivitas yang berlebihan, jika telah terlanjur mengalami hipertrofi dapat diatasi
dengan cara terapi akupuntur.

2.3 Hipoplasia

Hipoplasia adalah penurunan jumlah sel yang nyata dalam jaringan yang mengakibatkan
penurunan jaringan atau organ, akibatnya organ tersebut menjadi kerdil. Hipoplasia dapat juga
mengenai semua bagian tubuh, dapat mengenai salah satu dari sepasang organ atau bahkan
dapat mengenai kedua organ yang berpasangan.
Hiperflasia terjadi akibat rangsangan zat karsinogenik atau bahan kimia yang dapat
menyebabkan timbulnya kanker karena pembesaran otot yang abnormal.Yaitu adanya mutasi
pada otot (pembelahan mitosis pada otot) sehingga terjadi peningkatan atau penambahan
jaringan.Sel-sel yang berpotensi menyebabkan kanker, dapat berpindah-pindah ke seluruh tubuh
melalui aliran darah dan getah bening (sistem limfatik).

Faktor-faktor yang dapat menyebabkan hiperplasia :

a. Radiasi : sinar X dan sinar gamma

b. Bahan Kimia : pewarna anilin dan asap rokok

c. Bahan iritan fisik : terjadi pada saluran pencernaan

d. Genetik

Hiperflasia dapat menyebabkan terjadinya anemia, karena terjadi angiogenik pada sel-sel
kanker, yaitu pembentukan pembuluh darah baru pada kanker.Sehingga suplai darah yang
dibutuhkan oleh jaringan diseluruh tubuh, diambil dan digunakan untuk mensuplai kanker.

Antara hipertrofi dan hiperflasia tidak ada hubungan, karena terjadinya hipertrofi akibat
dari kontraksi otot yang berlangsung pada kekuatan maksimal (secara nomal). Otot akan
mengalami pembesaran. Sedangkan hiperflasia, terjadi akibat rangsangan zat-zat karsinogenik
yang dapat menyebabkan timbulnya kanker. Proses terjadinya hiperflasia dari normal menjadi
abnormal. Otot akan mengalami pembelahan secara mitosis, kemudian mengalami pembesaran.

Contoh Hipoplasia :

1) hipoplasia pada kelenjar endokrin

a) Kelainan Endokrin

b) Kelainan Hipotalamus

c) Kelenjar pituitaria (hipofisis):

Kelenjar pituitaria anterior berasal dari kantong Rathke sebagai invaginasi endoderma
oral, yang kemudian lepas dari epitelium oral dan menjastruktur sel yang berproliferasi
dengan cepat.

Hipofisa merupakan sebuah kelenjar sebesar kacang polong, yang terletak di dalam
struktur bertulang (sela tursika) di dasar otak.sela tursika melindungi hipofisa tetapi
memberikan ruang yang sangat kecil untuk mengembang. Jika hipofisa membesar maka akan
cenderung mendorong ke atas, seringkali menekan daerah otak yang membawa sinyal dari
mata dan mungkin akan menyebabkan sakit kepala atau gangguan penglihatan.hipofisa
mengendalikan fungsi dari sebagian besar kelenjar endokrin lainnya.
Hipofisa dikendalikan oleh hipotalamus, yaitu bagian otak yang terletak tepat diatas
hipofisa.Hipofisa memiliki 2 bagian yang berbeda, yaitu lobus anterior (depan) dan lobus
posterior (belakang). Hipotalamus mengendalikan lobus anterior (adenohipofisa) dengan cara
melepaskan faktor atau zat yang menyerupai hormon, melalui pembuluh darah yang secara
langsung menghubungkan keduanya. pengendalian lobus posterior (neurohipofisa) dilakukan
melalui impuls saraf.lobus anterior menghasilkan hormon yang pada akhirnya mengendalikan
fungsi:

a. Kelenjar tiroid, kelenjar adrenal dan organ reproduksi (indung telur dan buah zakar)

b. Laktasi (pembentukan susu oleh payudara)

c. Pertumbuhan seluruh tubuh.

Adenohipofisa juga menghasilkan hormon yang menyebabkan kulit berwarna lebih


gelap dan hormon yang menghambat sensasi nyeri.hipofisa posterior menghasilkan hormon
yang berfungsi

a. Mengatur keseimbangan air

b. Merangsang pengeluaran air susu dari payudara wanita yang menyusui

c. Merangsang kontraksi rahim.

Dengan mengetahui kadar hormon yang dihasilkan oleh kelenjar yang berada dibawah
kendali hipofisa (kelenjar target), maka hipotalamus atau hipofisa bisa menentukan berapa
banyak perangsangan atau penekanan yang diperlukan oleh hipofisa sesuai dengan aktivitas
kelenjar target.Hormon yang dihasilkan oleh hipofisa (dan hipotalamus) tidak semuanya
dilepaskan terus menerus. Sebagian besar dilepaskan setiap 1-3 jam dengan pergantian
periode aktif dan tidak aktif.Beberapa hormon (misalnya kortikotropin yang berfungsi
mengendalikan kelenjar adrenal, hormon pertumbuhan yang mengendalikan pertumbuhan
dan prolaktin yang mengendalikan pembuatan air susu) mengikuti suatu irama yang teratur,
yaitu kadarnya meningkat dan menurun sepanjang hari,

Biasanya mencapai puncaknya sesaat sebelum bangun dan turun sampai kadar
terendah sesaat sebelum tidur.Kadar hormon lainnya bervariasi, tergantung kepada beberapa
faktor. pada wanita, kadar lh (luteinizing hormone) dan fsh (follicle-stimulating hormone) yang
mengendalikan fungsi reproduksi, bervariasi selama siklus menstruasi.Terlalu banyak atau
terlalu sedikitnya satu atau lebih hormon hipofisa menyebabkan sejumlah gejala yang
bervariasi.

2) Kelainan bawaan (Kelainan Kongenital)

Cacat bawaan adalah kelainan struktur atau anatomi yang terdapat pada saat lahir.Cacat
bawaan dapat berasal dari faktor genetik atau akibat pengaruh lingkungan atau gabungan
keduanya yang terjadi selama perkembangan dalam rahim.Kebanyakan cacat bawaan
disebabkan oleh faktor genetik dan lingkungan.

Selama dua minggu pertama kehamilan, senyawa yang bersifat teratogen (teratogenik)
dapat membunuh embrio daripada menyebabkan cacat bawaan. Cacat umumnya terjadi pada
masa awal embrio dibandingkan pada masa fetus, namun embrio yang terpapar senyawa
teratogenik biasanya akan gugur pada masa enam sampai delapan minggu pertama. Selama
masa pembetukan organ atau organogenesis antara hari 15 sampai 60, senyawa teratogenik
akan menyebabkan cacat bawaan. Jenis gejala tergantung senyawa teratogenik yang akan
dibicarakan dalam buku ini.

Sampai kapan pun tidak akan ada pengujian teratogenitas dilakukan pada manusia,
karena itu berbagai metoda pada hewan dikembangkan terus untuk mengantisipasi kasus ini.
Adanya laporan dan kajian epidemiologis akan memicu diversifikasi metoda teratogenitas ini.

Belakangan kita sering mendengar di radio dan melihat di televisi bahwa, kecenderungan
lahir cacat sangat banyak terjadi di Indonesia.FDA sejak tahun 1975 telah mengelompokkan
senyawa dan faktor lingkungan penyebab cacat ini. Di negara maju seperti Amerika dan
Inggeris bahkan dalam buku resmi pengobatan (farmakope) telah dicantumkan
pengelompokkan obat, bahan pembawa baik yang berupa coloris, odoris, saporis dan
preservatif berdasarkan tingkat keamanannya, namun di Indonesia hal yang serupa masih
diabaikan, kendati banyak kasus tidak tercatat telah kita amati secara kasat mata.

Powered by Blogger.&

Anda mungkin juga menyukai