Anda di halaman 1dari 5

Soal : 1.

Bagaimana proses transformasi PT ASKES (Persero) menjadi BPJS Ketenagkerjaan

Jawaban :

Tahapan Transformasi PT Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan

Transformasi PT ASKES (Persero), transformasi PT Jamsostek dilakukan dalam dua tahap:

a. Tahap pertama adalah masa peralihan PT JAMSOSTEK (Persero) menjadi BPJS


Ketenagakerjaan berlangsung selama 2 tahun, mulai 25 November 2011 sampai dengan
31 Desember 2013. Tahap pertama diakhiri dengan pendirian BPJS Ketenagakerjaan
pada 1 Januari 2014.
b. Tahap kedua, adalah penyiapan operasional BPJS Ketengakerjaan untuk
penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua, jaminan pension
dan jaminan kematian sesuia dengan ketentuan UU SJSN. Persiapan tahap kedua
berlangsung selambat-lambatnya hingga 30 Juni 2015 dan diakhiri dengan
beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan untuk penyelenggaraan keempat program
tersebut sesuai dengan ketentuan UU SJSN selambatnya pada 1 Juli 2015.

Selama masa persiapan, Dewan Komisaris dan Direksi PT JAMSOSTEK (Persero) ditugasi untuk
menyiapkan:

1. Pengalihan program jaminan kesehatan jamsostek kepada BPJS Kesehatan.


2. Pengalihan asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban program jaminan pemeliharaan
kesehatan PT Jamsostek (Persero) ke BPJS Kesehatan.
3. Penyiapan beroperasinya BPJS Ketenagakerjaan berupa pembangunan sistem dan
prosedur bagi penyelenggaraan program jaminan kecelakaan kerja, jaminan hari tua,
jaminan pensiunan dan jaminan kesehatan, serta sosialisasi program kepada publik.
4. Pengalihan aset dan liabilitas, pegawai serta hak dan kewajiban PT Jamsostek (Persero)
ke BPJS Ketenagakerjaan.

Perubahan Badan Hukum

Pendirian BPJS oleh penguasa negara dengan undang-undang, yaitu UU SJSN dan UU
BPJS. Pendirian BPJS tidak perlu pengabsahan dari lembaga pemerintah. Selanjutnya, perubahan
berkelanjut pada organisasi badan penyelanggara. Didasari pada kondisi bahwa kekayaan negara
dan saham tidak dikenal dalam SJSN, maka RUPS tidak dikenal dalam organ BPJS. Organ BPJS
terdiri dari dewan pengawas dan Direksi. Dewan pengawas berfungsi melakukan pengawasan atas
pelaksanaan tugas BPJS, sedangkan direksi berfungsi melaksanakan penyelenggaraan kegiatan
operasional BPJS. Anggota Direksi diangkat dan berhetikan oleh presiden. Berbeda dengan dewan
pengawas PT Jamsostek persero, Dewan Pengawas BPJS ditetapkan oleh presiden. Pemilihan
dewan pengawas BPJS di lakukan oleh Presiden dan DPR. Presiden memilih anggota dewan
pengawas dari unsur pemerintah,sedangkan DPR memilih anggota dewan pengawas dari unsur
pekerja, unsur prmberi kerja dan unsur tukoh masyarakat.

Sebagai badan hukum privat, keempat BUMN persero tersebut tidak memiliki kewenangan
publik yang seharusnya dimiliki oleh badan penyelenggara jaminan sosial. Hambatan utama yang
dialami oleh keempat BUMN persero adalah ketidakefektifan penegakan hukum jaminan sosial
karena ketiadaan untuk mengatur, mengawasi maupun menjatuhkan sanksi kepada peserta.
Sebaliknya, BPJS selaku badan hukum publik memiliki kekuasaan dan kewenangan untuk
mengatur publik melalui kewenangan membuat peraturan-peraturan yang mengikat publik.

Perubahan terkhir dari serangkaian proses tranformasi badan penyelenggara jaminan sosial
adalah perubahan budaya organisasi. Reposisi kedudukan peserta dan kinerja dan badan
penyelenggara jaminan sosial mengubah perilaku dan kinerja badan penyelenggara. Pasal 40 ayat
(2) UU BPJS dan aset dana jaminan sosial bukan merupakan aset BPJS. Penegasa ini untuk
memastikan bahwa dana jaminan sosial merupakan dana amanat milik seluruh peserta yang tidk
merupakan aset BPJS. BPJS merupakan badan hukum publik karena memenuhi persyaratan
sebagai berikut :

1. Dibentuk untuk undang-undang (pasal 5 UU BPJS)


2. Berfungsi untung menyelengarakan kepentingan umum, yaitu sistem jaminan sosial
nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusian manfaat dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat indonesia (pasal 2 UU BPJS)
3. Diberi delegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum ( pasal 48
ayat (3) UU BPJS
4. Dibentuk dengan undang-undang (pasal 5 UU BPJS)
5. Berfungsi untuk menyelenggarakan kepentingan umum, yaitu Sistem Jaminan Sosial
Nasional (SJSN) yang berdasarkan asas kemanusiaan, manfaat dan keadilan sosial bagi
seluruh rakyat Indonesia (pasal 2 UU BPJS)
6. Diberi dilegasi kewenangan untuk membuat aturan yang mengikat umum (pasal 48
ayat (3) UU BPJS.
7. Bertugas mengelola dana publik, yaitu dana jaminan sosial untuk kepentingan peserta
(Pasal 10 huruf d UU BPJS)
8. Berwenang melakukan pengawasan dan pemeriksaan atas kepatuhan peserta dan
pemberi kerja dalam memenuhi kewajibannya seusai dan ketentuan peraturan
perundangan-udangan jaminan sosial nasional (pasal 11 huruf c UU BPJS)
9. Bertindak mewakili negara RI sebagai anggota organisasi atau lembaga
internasional(pasal 51 ayat (3) UU BPJS)
10. Berwenang mengenakan sanksi administratif kepada peserta atau pemberi kerja yang
tidak memenuhi kewajibannya (pasal 11 huruf UU BPJS)
11. Pengangkatan anggota dewan pengawas dan anggota direksi oleh presiden, setelah
melalui proses seleksi publik (pasal 28 s/d pasal 30 UU BPJS)

Perintah Transformasi

Perintah transformasi kelembagaan badan penyelenggaran jaminan sosial diatur dalam UU


No. 40 tahun 2004 tentang Sistem Jaminan Sosial Nasional (UU SJSN). Penjelasan umum alinea
kesepuluh UU SJSN menjelaskan bahwa, Badan Penyelenggara Jaminan Sosial (BPJS) yang
dibentuk oleh UU SJSN adalah transformasi dari badan penyelenggara jaminan sosial yang tengah
berjalan dan dimungkinkan membentuk badan penyelenggara baru. Transformasi badan
penyelenggara diatur dalam lebih rinci dalam UU No. 24 Tahun 2011 tentang Badan
Penyelenggara Jaminan Sosial (UU BPJS). UU BPJS adalah pelaksanaan Putusan Mahkamah
Konstitusi atas Perkara No.007/PUU-III/2005. Penjelasan Umum UU BPJS alinea keempat
mengemukakan bahwa UU BPJS merupakan pelaksanaan Pasal 5 ayat (1) dan Pasal 52 UU SJSN
pasca Putusan Mahkamah Konstitusi. Kedua pasal ini mengamanatkan pembentukan BPJS dan
transformasi kelembagaan PT. ASKES (Persero), PT ASABRI (Persero), PT JAMSOSTEK
(Persero) dan PT TASPEN (Persero) menjadi BPJS. Transformasi kelembagaan diikuti adanya
pengalihan peserta, program, asset dan liabilitas, serta hak dan kewajiban.
Kesimpulan

Setelah melalui proses yang sangat panjang seperti penjelasan diatas. Maka transformasi
PT jamsostek (persero) menjadi BPJS ketenaga kerjaan diatur dalam UU No.40 tahun 2004 tentang
sistem jaminan sosial Nasional (UU SJSN) dan UU NO. 24 tahun 2011 tentang badan
penyelenggara Jaminan sosial (UU BPJS). Diterbitkannya UU SJSN berhubungan dengan adanya
amandemen UU dasar 1945 tentang perubahan pasal 34 ayat 2 “Negara mengembangkan sistem
jaminan sosial bagi seluruh rakyat dan meperdayakan masyarakat yang lemah dan tidak mampu
sesuai martabat kemanusian” dengan adanya jaminan sosial ini dapat memberikan jaminan rasa
aman bagi para pekerja dalam melakukan pekerjaan sehingga dapat lebih fokus dalam
meningkatkatkan produktivitas kerja.

Dengan adanya transformasi menjadi BPJS ketenagakerjaan pada tanggal 1 januari 2014
maka PT jamsostek (persero) dinyatakan bubar tanpa adanya likuiditas, serta semua aset dan
liabilitas, hak dan kewajiban hukum PT Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan. Transformasi
PT Jamsostek menjadi BPJS ketenagakerjaan dapat dilihat pada tabel dibawah ini :

No. PT JAMSOSTEK (PERSERO) BPJS KETENAGAKERJAAN


1. PT yang dibentuk berdasarkan akte Badan hukum publik yang dibentuk berdasarkan
notaris undang-undang
2. Bertanggung jawab kepada pemegang Bertanggung jawab kepada presiden
saham (Menteri Negri BUMN)
3. Dewan komisaris Dewan pengawas
4. Iuran peserta dan pemberi kerja Iuran peserta, pemberi kerja dan atau
pemerintah
5. Pemeriksa 1. Laporan kepresiden tembusan DJSN
1. KAP 2. Pemeriksaan/pengawas :
2. BPK  Sesuai UU BPJS, Pemerikaan
oleh KAP
 Sebagai lembaga Negara,
Pemeriksaan dilakukan oleh
BPK
 Pengawas oleh OJK

Soal : 2. Bagaimana pengaruh transformasi tersebut terhadap penerapan SAK dalam penyusunan
laporan keuangan? Perlukah DSAK menyusun PSAK khusus untuk mengakomodasi transformasi
tersebut?

Jawaban :

Anda mungkin juga menyukai