Salim Group
Bakrie Group
Sinar Mas Group
Lippo Group
3. PT Kosong
PT kosong adalah Perseroan Terbatas yang sudah memiliki izin usaha dan
izin lainnya, namun belum ada kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut.
https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-pt.html
Berikut ini adalah definisi perusahaan perseorangan menurut para ahli,
diantaranya:
2. Basswasta
Menurut Basswasta, pengertian perusahaan perseorangan adalah bentuk
usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang, dimana orang tersebut
bertanggungjawaab penuh terhadap segala kegiatan dan risiko perusahaan.
3. Hatta
Menurut Hatta, pengertian perusahaan perseorangan adalah sebuah badan
usaha yang didirikan dan dikelola oleh seorang pengusaha.
4. Wikipedia
Menurut Wikipedia, definisi perusahaan perseorangan adalah suatu
perusahaan/ bisnis yang dimiliki oleh pemilik tunggal, sedangkan pengusaha
perorangan merupakan pemilik dari suatu perusahaan perseorangan
tersebut.
https://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=85&list=1&q=&hlm=3
Perseroan Terbatas (PT) adalah Badan yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-
Undang (UU Nomor 40/2007) serta aturan pelaksanaannya.
Oleh karena PT merupakan Badan Usaha berbadan hukum, sehingga harta pribadi
pemilik baik pengurus maupun pemegang saham tidak terlibat langsung dalam
kegiatan perusahaan. Berdasarkan peraturan yang ada, pemilik PT dan PT itu sendiri
merupakan dua hal yang berbeda. Misalnya, apabila PT mengalami kerugian atau
memiliki utang, maka nilai kerugian atau utang yang ditanggung oleh pemilik PT
tidak lebih dari jumlah dana yang diinvestasikan ke dalam PT tersebut.
PPh Pasal 21
PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lainnya atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan lain dengan
nama dan bentuk apapun yang diterima oleh Wajib Pajak. Pajak ini harus dibayarkan
secara rutin tiap bulannya. Perusahaan biasanya akan memotong penghasilan
karyawan secara langsung, dan menyetorkan pajak tersebut ke kas negara. Sebagai
pemilik perusahaan, Anda wajib memberikan Bukti Potong PPh Pasal 21 kepada
karyawan yang Anda pekerjakan.
PPh Pasal 23
PPh 23 merupakan pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan
jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong oleh PPh Pasal 21. Ini
adalah pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak saat transaksi
yang meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti, bunga,
hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan
penggunaan aset selain tanah atau transfer bangunan, atau jasa. Pihak yang
menerima penghasilan akan dikenakan PPh 23.
PPh Pasal 25
Pada dasarnya PPh 25 merupakan angsuran pajak yang berasal dari jumlah Pajak
Penghasilan terutang menurut SPT Tahunan PPh dikurangi PPh yang dipotong, serta
PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan. PPh 25 dibuat
dengan tujuan untuk meringankan beban Wajib Pajak. Pajak ini harus dilunasi dalam
kurun waktu satu tahun dan pembayarannya tidak bisa diwakilkan.
PPh Pasal 29
Sedangkan PPh 29 adalah PPh kurang bayar yang tercantum dalam SPT Tahunan
PPh. Yakni sisa dari PPh yang terutang dalam Tahun Pajak yang bersangkutan
dikurangi dengan kredit PPh (PPh 21, 22, 23 dan seterusnya) dan PPh Pasal 25. Saat
jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu Tahun Pajak lebih besar dari
jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan yang telah disetor
sendiri, maka nilai lebih pajak terutang tersebut (pajak terutang dikurangi kredit
pajak) menghasilkan PPh Pasal 29.
PPh Final adalah pajak yang dikenakan kepada Badan dengan nilai peredaran bruto
maksimal Rp4,8 Miliar. PPh Final harus dibayarkan saat penghasilan diterima. Hal ini
dikarenakan untuk menyederhanakan proses dan mekanisme perpajakan serta
mengurangi beban administrasi pajak, terutama bagi Wajib Pajak yang masih
berkembang dan belum mampu menyelenggarakan pembukuan. Adapun tarif PPh
Final untuk bisnis dengan omzet kurang dari Rp4,8 Miliar sesuai dengan PP Nomor
23 Tahun 2018 adalah 0,5%.
Jika bunga yang dibayarkan PT kepada pemegang saham melebihi standar kewajaran
bunga yang berlaku di pasaran, maka selisih lebihnya akan diperlakukan sebagai
dividen terselubung yang nantinya dikenakan (PPh Pasal 23) tanpa mengurangi laba
kotor/bruto. Dalam hal PT memiliki sumber penghasilan berupa dividen atas
penyertaan modalnya/capital gain kepada Badan Usaha atau perusahaan yang
didirikan dan bertempat kedudukan di dalam negeri, maka keuntungan tersebut
bukan termasuk objek Pajak Penghasilan selama nilai penyertaan modal yang
diberikan kepada Badan Usaha tersebut minimal 25% dari nilai modal yang disetor
ke perusahaan. Hal ini ditetapkan pada Pasal 4 (3) UU Nomor 36 Tahun 2008.
https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/pajak-badan-usaha-pt/
Commanditaire Vennootschap (CV) atau sering juga disebut dengan Persekutuan
Komanditer merupakan Badan Usaha yang terbentuk dari persekutuan antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dalam hal wiraswasta. Masing-
masing dari anggota persekutuan tersebut memiliki tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda.
Adapun anggota persekutuan yang dimaksud adalah sekutu aktif dan pasif. Sekutu
aktif bertanggung jawab penuh atas perusahaan serta melibatkan harta pribadi
dalam pendirian dan pengelolaan usahanya, sedangkan sekutu pasif hanya
bertanggung jawab terhadap modal yang ditanamkan.
Dari sudut pandang pajak, CV merupakan subjek pajak dalam negeri yang berbentuk
Badan. Hal ini sesuai dengan definisi Badan dalam Pasal 2 Ayat (1) Huruf b UU
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa Badan
adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi Perseroan Terbatas
(PT), Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi lainnya, Lembaga dan
bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT). Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas, maka CV merupakan subjek
pajak.
Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) Huruf j UU Nomor 36 Tahun 2008, CV bukan merupakan
Badan hukum, sehingga kekayaan atau aset yang dimiliki oleh CV akan ditujukan
kepada pendirinya. Oleh karena itu, apabila pendiri CV menerima penghasilan atas
usaha yang dijalankan, hal tersebut bukan merupakan gaji, melainkan berupa laba
yang tidak dikenakan pajak, dan bukan termasuk dalam objek PPh.
Dalam hal pengenaan pajak Badan Usaha atas penghasilan atau transaksi setiap
bulan oleh CV, pada dasarnya akan dikenakan pajak yang besarannya bergantung
pada jumlah penghasilan yang diperoleh oleh CV tersebut.
Jenis Pajak CV
https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/pajak-badan-usaha-cv/