Anda di halaman 1dari 13

Pengertian PT adalah suatu bentuk badan usaha berbadan hukum dimana

modalnya terdiri dari saham-saham, yang pemiliknya memiliki bagian


sebanyak saham yang dimilikinya.

Saham-saham yang menjadi modal pendirian Perseroan Terbatas dapat


diperjual-belikan sehingga perubahan kepemilikan perusahaan dapat
dilakukan tanpa perlu melakukan pembubaran perusahaan.

Pengertian PT atau Perseroan Terbatas juga dapat diartikan sebagai badan


usaha yang melakukan persekutuan modal (saham) dengan kemampuan
mengatur saham dimana para pemilik modal mempunyai tanggungjawab
sesuai dengan besar saham miliknya.

Ciri-Ciri Perseroan Terbatas


Karakteritik suatu badan usaha dapat digunakan untuk melakukan analisis
apakah badan usaha tersebut termasuk PT atau tidak. Mengacu pada
pengertian CV di atas, berikut ini adalah ciri-ciri perseroan terbatas:

 Pendirian PT bertujuan untuk mencari keuntungan (profit oriented).


 Perseroan Terbatas memiliki fungsi ekonomi dan fungsi komersial.
 Modal Perseroan Terbatas berasal dari saham-saham dan obligasi.
 Perseroan Terbatas tidak mendapatkan fasilitas dari negara.
 Kekuasaan tertinggi pada Perseroan Terbatas ditentukan melalui Rapat
Umum Pemegam Saham (RUPS).
 Pemilik saham memiliki tanggungjawab terhadap perusahaan sebesar
modal yang disetorkannya.
 Keuntungan yang didapatkan oleh pemilik saham adalah dalam
bentuk dividen (pembagian hasil).
 Perusahaan dipimpin oleh direksi.

Jenis-Jenis Perseroan Terbatas (PT)


Secara umum ada tiga jenis Perseroan Terbatas (PT) dimana masing-masing
jenis PT memiliki keunikan tersendiri. Adapun beberapa jenis PT adalah
sebagai berikut:
1. PT Terbuka
Perseroan Terbatas terbuka disebut juga dengan PT yang go-publik karena
penanaman modalnya terbuka untuk masyarakat luas. PT terbuka menjual
sahamnya ke khalayak melalui pasar modal (go public)
 PT. Bank Bank Central Asia Tbk
 PT. Telekomunikasi Indonesia (Persero) Tbk
 PT. Perusahaan Gas Negara (Persero) Tbk
 Dan lain-lain
2. PT Tertutup
PT tertutup adalah jenis Perseroan Terbatas yang tidak memperjual-belikan
saham-sahamnya kepada masyarakat luas. Modal PT tertutup berasal dari
kalangan tertentu saja, misalnya sahamnya dari kerabat dan keluarga saja.

Beberapa contoh PT tertutup adalah:

 Salim Group
 Bakrie Group
 Sinar Mas Group
 Lippo Group
3. PT Kosong
PT kosong adalah Perseroan Terbatas yang sudah memiliki izin usaha dan
izin lainnya, namun belum ada kegiatan yang dilakukan oleh perusahaan
tersebut.

Beberapa contoh PT kosong adalah:

 PT Sarana Rekatama Dinamika


 PT Asian Biscuit
 PT Adam Air
 PT Semen Kupang
 PT Bayur Air
Baca juga: Pengertian BUMN

Kelebihan dan Kekurangan Perseroan


Terbatas (PT)
Semua jenis badan usaha pasti memiliki kelebihan dan kekurangan
tersendiri. Berdasarkan pengertian CV di atas, berikut ini adalah beberapa
kelebihan dan kekurangan Perseroan Terbatas:
1. Kelebihan Perseroan Terbatas
 Perseroan Terbatas merupakan badan hukum sehingga kelangsungan
hidupnya terjamin, meskipun terjadi pergantian pemilik.
 Para pemilik saham hanya bertanggungjawab sebesar modal yang
ditanamkan.
 Pemindahan saham dari satu pemilik saham kepada pemegang saham
lainnya dapat dilakukan dengan mudah.
 Perseroan Terbatas dapat memperluas usahanya dengan mudah
karena kemudahan dalam mendapatkan tambahan modal.
 Sumber-sumber modal Perseroan Terbatas dikelola oleh para spesialis
sehingga penggunaannya lebih efektif dan efisien.
2. Kekurangan Perseroan Terbatas
 Pendirian Perseroan Terbatas membutuhkan biaya yang cukup besar.
 Proses pendirian Perseroan Terbatas cenderung lebih sulit
dibandingkan jenis badan usaha lainnya.
 Sebagian pemegang saham sering menganggap perusahaan
Perseroan Terbatas merahasiakan keuntungan yang didapatkan.
 Perseroan Terbatas dikenakan pajak karena merupakan salah satu
subjek pakak.
Baca juga: Pengertian BUMS
Demikianlah penjelasan ringkas mengenai pengertian PT atau Perseroan
Terbatas, ciri-ciri PT, jenis-jenis PT, serta kelebihan dan kekurangan PT.
Semoga artikel ini bermanfaat dan menambah wawasan kamu.

https://www.maxmanroe.com/vid/bisnis/pengertian-pt.html
Berikut ini adalah definisi perusahaan perseorangan menurut para ahli,
diantaranya:

1. Murti Sumarai dan Jhon Suprianto


Menurut Murti Sumarai dan Jhon Suprianto, pengertian perusahaan
perseorangan adalah badan usaha/ perusahaan yang dimiliki, dikelola, dan
dipimpin oleh individu, dimana tanggungjawab atas aktivitas dan risiko
perusahaan ditanggung oleh orang tersebut.

2. Basswasta
Menurut Basswasta, pengertian perusahaan perseorangan adalah bentuk
usaha yang dimiliki dan dijalankan oleh seseorang, dimana orang tersebut
bertanggungjawaab penuh terhadap segala kegiatan dan risiko perusahaan.

3. Hatta
Menurut Hatta, pengertian perusahaan perseorangan adalah sebuah badan
usaha yang didirikan dan dikelola oleh seorang pengusaha.

4. Wikipedia
Menurut Wikipedia, definisi perusahaan perseorangan adalah suatu
perusahaan/ bisnis yang dimiliki oleh pemilik tunggal, sedangkan pengusaha
perorangan merupakan pemilik dari suatu perusahaan perseorangan
tersebut.

5. Menurut Undang-Undang Republik Indonesia


Pengertian perusahaan perseorangan menurut Undang-Undang (UU)
Republik Indonesia adalah suatu badan usaha dimana seluruh modalnya
dimiliki oleh satu orang, dan konsekuensi tanggung jawabnya juga
dibebankan kepada orang tersebut.

Ciri-Ciri Perusahaan Perseorangan


Ada beberapa ciri-ciri perusahaan perseorangan yang memudahkan kita
untuk mengenalinya, diantaranya adalah:

 Proses pendiriannya relatif mudah, begitu juga pembubarannya


 Pemilik perusahaan adalah individu atau keluarga
 Tugas dan tanggungjawab tidak terbatas
 Permodalan perusahaan perseorangan biasanya tidak terlalu besar
dan bisa melibatkan harta pribadi
 Keberlangsungan usaha tersebut tergantung pada pemiliknya
 Sistem atau cara mengelola usahanya sederhana
 Nilai tambah atau nilai penjualan usahanya relatif kecil
 Perusahaan perseorangan dapat dipindah tangankan sewaktu-waktu
Baca juga: Pengertian Manajemen Perusahaan

Kelebihan dan Kekurangan Perusahaan


Perseorangan
Setiap jenis dan bentuk perusahaan pasti memiliki kelebihan dan
kekurangannya masing-masing. Berikut ini adalah beberapa kelebihan dan
kekurangan perusahaan perseorangan:

I. Kelebihan Perusahaan Perseorangan


1. Seperti yang sudah dijelaskan pada pengertian badan usaha
perseorangan dimana usaha ini dimiliki secara individu maka
keuntungan yang didapat sepenuhnya menjadi pemilik usaha.
2. Dengan membangun usaha perseorangan maka pemilik usaha akan
bebas untuk bergerak, dalam arti segala keputusan dan kebijakan
sepenuhnya secara mutlak berada ditangan pemilik usaha. Selain itu
dalam hal pengambilan keputusan juga tergolong cepat karena
pemilik usaha tidak perlu berlarut-larut merundingan suatu
perselisihan.
3. Hingga saat ini perusahaan perseorangan belum dikenai pajak oleh
pemerintah. Pemilik badan usaha hanya berkewajiban untuk
membayar pajak penghasilan saja mencakup penghasilan pribadi
maupun karyawan.
4. Perusahaan perseorangan memiliki sistem organisasi perusahaan yang
sederhana dan murah karena tidak memiliki bagian-bagian yang
kompleks layaknya Perseroan Terbatas. Sehingga dari segi biaya
operasional, badan usaha perseorangan relatif rendah.
5. Dalam badan usaha perseorangan tidak memiliki banyak aturan yang
mengikat seperti pada PT, firma (baca: pengertian firma) atau
komanditer. Karena merupakan milik pribadi sehingga segala
peraturan dan tata tertib yang berlaku di perusahaan terbatas hanya
untuk mencapai keuntungan perusahaan saja.
6. Jaminan rahasia perusahaan terjamin karena segala aktivitas dan
kegiatan penting dilakukan secara internal di dalam perusahaan.
Misalnya dalam usaha kue dimana resep yang digunakan terjaga
secara aman dan rahasia di dalam perusahaan.
7. Umumnya membangun badan usaha sendiri justru lebih mudah
mendapatkan modal usaha dari pinjaman bank atau pihak lain.
II. Kekurangan Badan Usaha Perseorangan
1. Dari pengertian perusahaan perseorangan yang menjelaskan dimana
usaha ini dimiliki secara individu, maka tanggung jawab secara penuh
berada pada pemilik usaha. Jika suatu saat perusahaan mengalami
kerugian atau pailit maka kekayaan pribadi pemilik usaha juga menjadi
jaminannya untuk melunasi hutang-hutang perusahaan.
2. Meskipun perusahaan terus berkembang dan memperluas cabang,
namun ketersediaan modal pinjaman dari kredit tidak akan meningkat.
Selain itu, sebagai usaha milik individu maka modal juga terbatas dari
satu orang saja dan tergantung dari kemampuan pemilik perusahaan
untuk mendapatkan modal.
3. Kemampuan perusahaan untuk bertahan tidak terjamin karena jika
terjadi sesuatu kepada pemilik usaha misalnya meninggal dunia, maka
tidak ada jaminan perusahaan tersebut bisa terus berlanjut karena
biasanya aktivitas perusahaan akan berhenti.
4. Terbatasnya organisasi di dalam perusahaan perorangan membuat
manajemen perusahaan menjadi sulit karena pemilik bertanggung
jawab penuh terhadap semua aktivitas di perusahaan.
5. Karyawan yang bekerja pada usaha perseorangan akan sulit untuk
mendapatkan jenjang karir, kalaupun bisa naik jabatan namun akan
membutuhkan waktu yang cukup lama.
Baca juga: Pengertian Manajemen Resiko

Contoh Badan Usaha Perseorangan


Sebenarnya, ada banyak sekali contoh perusahaan perseorangan yang bisa
kita temukan di masyarakat. Bahkan di jaman digital seperti sekarang
ini bisnis online semakin merambah dan menciptakan banyak usaha kecil-
kecilan secara perorangan.
Beberapa contoh perusahaan perseorangan diantaranya adalah:

 Perusahaan kerajinan tangan


 Perusahaan bisnis waralaba
 Usaha laundry kiloan
 Usaha jasa bengkel
 Bisnis kuliner unik dan khas
 Usaha jasa cuci mobil
 Usaha salon kecantikan
 Dan lain-lain

https://www.ortax.org/ortax/?mod=issue&page=show&id=85&list=1&q=&hlm=3

Perseroan Terbatas (PT) adalah Badan yang merupakan persekutuan modal, didirikan
berdasarkan perjanjian melakukan kegiatan dengan modal dasar yang seluruhnya
terbagi dalam saham dan memenuhi persyaratan yang ditetapkan dalam Undang-
Undang (UU Nomor 40/2007) serta aturan pelaksanaannya.

Oleh karena PT merupakan Badan Usaha berbadan hukum, sehingga harta pribadi
pemilik baik pengurus maupun pemegang saham tidak terlibat langsung dalam
kegiatan perusahaan. Berdasarkan peraturan yang ada, pemilik PT dan PT itu sendiri
merupakan dua hal yang berbeda. Misalnya, apabila PT mengalami kerugian atau
memiliki utang, maka nilai kerugian atau utang yang ditanggung oleh pemilik PT
tidak lebih dari jumlah dana yang diinvestasikan ke dalam PT tersebut.

Dalam menjalankan kegiatan usahanya, PT memiliki keleluasaan dalam


mengumpulkan modal sebanyak-banyaknya dengan menjual saham atau
menawarkan obligasi, sehingga PT lebih mudah untuk mengembangkan usaha. Hal
ini disebabkan karena statusnya sebagai Badan hukum, serta teknis kepemilikan PT
diwakili oleh lembaran-lembaran saham.

Jenis Pajak Badan Usaha PT

Berdasarkan bentuk usahanya, PT memiliki sifat dasar adanya pemisahan kekayaan


perusahaan dengan pemilik perusahaan. Hal ini akan menyebabkan adanya potensi
pembebanan pajak berganda di setiap pihak yang menerima penghasilan. Adapun
rincian jenis pajak Badan Usaha PT adalah sebagai berikut:

PPh Pasal 21

PPh 21 adalah pajak yang dikenakan atas penghasilan berupa gaji, upah, honorarium,
tunjangan, dan pembayaran lainnya atas pekerjaan, jasa, atau kegiatan lain dengan
nama dan bentuk apapun yang diterima oleh Wajib Pajak. Pajak ini harus dibayarkan
secara rutin tiap bulannya. Perusahaan biasanya akan memotong penghasilan
karyawan secara langsung, dan menyetorkan pajak tersebut ke kas negara. Sebagai
pemilik perusahaan, Anda wajib memberikan Bukti Potong PPh Pasal 21 kepada
karyawan yang Anda pekerjakan.

PPh Pasal 23

PPh 23 merupakan pajak yang dikenakan pada penghasilan atas modal, penyerahan
jasa, atau hadiah dan penghargaan, selain yang telah dipotong oleh PPh Pasal 21. Ini
adalah pajak yang dipotong oleh pemungut pajak dari Wajib Pajak saat transaksi
yang meliputi transaksi dividen (pembagian keuntungan saham), royalti, bunga,
hadiah dan penghargaan, sewa dan penghasilan lain yang terkait dengan
penggunaan aset selain tanah atau transfer bangunan, atau jasa. Pihak yang
menerima penghasilan akan dikenakan PPh 23.

PPh Pasal 25

Pada dasarnya PPh 25 merupakan angsuran pajak yang berasal dari jumlah Pajak
Penghasilan terutang menurut SPT Tahunan PPh dikurangi PPh yang dipotong, serta
PPh yang dibayar atau terutang di luar negeri yang boleh dikreditkan. PPh 25 dibuat
dengan tujuan untuk meringankan beban Wajib Pajak. Pajak ini harus dilunasi dalam
kurun waktu satu tahun dan pembayarannya tidak bisa diwakilkan.
PPh Pasal 29

Sedangkan PPh 29 adalah PPh kurang bayar yang tercantum dalam SPT Tahunan
PPh. Yakni sisa dari PPh yang terutang dalam Tahun Pajak yang bersangkutan
dikurangi dengan kredit PPh (PPh 21, 22, 23 dan seterusnya) dan PPh Pasal 25. Saat
jumlah pajak terutang suatu perusahaan dalam satu Tahun Pajak lebih besar dari
jumlah kredit pajak yang telah dipotong oleh pihak lain dan yang telah disetor
sendiri, maka nilai lebih pajak terutang tersebut (pajak terutang dikurangi kredit
pajak) menghasilkan PPh Pasal 29.

PPh Pasal 4 Ayat (2)

PPh Final adalah pajak yang dikenakan kepada Badan dengan nilai peredaran bruto
maksimal Rp4,8 Miliar. PPh Final harus dibayarkan saat penghasilan diterima. Hal ini
dikarenakan untuk menyederhanakan proses dan mekanisme perpajakan serta
mengurangi beban administrasi pajak, terutama bagi Wajib Pajak yang masih
berkembang dan belum mampu menyelenggarakan pembukuan. Adapun tarif PPh
Final untuk bisnis dengan omzet kurang dari Rp4,8 Miliar sesuai dengan PP Nomor
23 Tahun 2018 adalah 0,5%.

Jika bunga yang dibayarkan PT kepada pemegang saham melebihi standar kewajaran
bunga yang berlaku di pasaran, maka selisih lebihnya akan diperlakukan sebagai
dividen terselubung yang nantinya dikenakan (PPh Pasal 23) tanpa mengurangi laba
kotor/bruto. Dalam hal PT memiliki sumber penghasilan berupa dividen atas
penyertaan modalnya/capital gain kepada Badan Usaha atau perusahaan yang
didirikan dan bertempat kedudukan di dalam negeri, maka keuntungan tersebut
bukan termasuk objek Pajak Penghasilan selama nilai penyertaan modal yang
diberikan kepada Badan Usaha tersebut minimal 25% dari nilai modal yang disetor
ke perusahaan. Hal ini ditetapkan pada Pasal 4 (3) UU Nomor 36 Tahun 2008.

https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/pajak-badan-usaha-pt/
Commanditaire Vennootschap (CV) atau sering juga disebut dengan Persekutuan
Komanditer merupakan Badan Usaha yang terbentuk dari persekutuan antara dua
orang atau lebih untuk mencapai tujuan bersama dalam hal wiraswasta. Masing-
masing dari anggota persekutuan tersebut memiliki tingkat keterlibatan yang
berbeda-beda.

Adapun anggota persekutuan yang dimaksud adalah sekutu aktif dan pasif. Sekutu
aktif bertanggung jawab penuh atas perusahaan serta melibatkan harta pribadi
dalam pendirian dan pengelolaan usahanya, sedangkan sekutu pasif hanya
bertanggung jawab terhadap modal yang ditanamkan.

Tentang Pajak Badan Usaha CV

Dari sudut pandang pajak, CV merupakan subjek pajak dalam negeri yang berbentuk
Badan. Hal ini sesuai dengan definisi Badan dalam Pasal 2 Ayat (1) Huruf b UU
Nomor 36 Tahun 2008 tentang Pajak Penghasilan, yang menyatakan bahwa Badan
adalah sekumpulan orang dan atau modal yang merupakan kesatuan baik yang
melakukan usaha maupun yang tidak melakukan usaha, meliputi Perseroan Terbatas
(PT), Perseroan Komanditer, Perseroan lainnya, Badan Usaha Milik Negara (BUMN)
atau Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) dengan nama dan dalam bentuk apapun,
Firma, Kongsi, Koperasi, Dana Pensiun, Persekutuan, Perkumpulan, Yayasan,
Organisasi Massa, Organisasi Sosial Politik atau Organisasi lainnya, Lembaga dan
bentuk Badan lainnya termasuk kontrak investasi kolektif dan Bentuk Usaha Tetap
(BUT). Dengan demikian, berdasarkan definisi di atas, maka CV merupakan subjek
pajak.

Berdasarkan Pasal 9 Ayat (1) Huruf j UU Nomor 36 Tahun 2008, CV bukan merupakan
Badan hukum, sehingga kekayaan atau aset yang dimiliki oleh CV akan ditujukan
kepada pendirinya. Oleh karena itu, apabila pendiri CV menerima penghasilan atas
usaha yang dijalankan, hal tersebut bukan merupakan gaji, melainkan berupa laba
yang tidak dikenakan pajak, dan bukan termasuk dalam objek PPh.

Dalam hal pengenaan pajak Badan Usaha atas penghasilan atau transaksi setiap
bulan oleh CV, pada dasarnya akan dikenakan pajak yang besarannya bergantung
pada jumlah penghasilan yang diperoleh oleh CV tersebut.

Jenis Pajak CV

1. Apabila CV membayarkan penghasilan kepada


karyawannya (baik tetap maupun tidak tetap), CV
harus melakukan pemotongan PPh Pasal 21.
2. Apabila CV melakukan penyerahan yang terutang
PPN, CV yang telah dikukuhkan sebagai PKP harus
menerbitkan faktur pajak dan memungut PPN
sebesar 10% dari harga jual/nilai penggantian.
3. Apabila CV bertransaksi dengan bendaharawan
Pemerintah, CV akan dipungut PPN dan PPh Pasal
22/23.
4. Apabila CV melakukan penjualan/penyewaan tanah
dan/atau bangunan, CV harus memotong/menyetor
PPh Pasal 4 Ayat (2) bersifat Final.
5. CV harus membayar angsuran PPh Pasal 25 sesuai
ketentuan yang berlaku.
6. Apabila CV memperoleh penghasilan dari luar negeri
dan telah dipotong pajak di negeri tersebut, maka
pajak yang telah dipotong dapat dijadikan kredit
pajak sesuai dengan mekanisme pengkreditan pajak
Pasal 24 UU PPh.
Bagian laba yang diterima atau diperoleh anggota dari Perseroan Komanditer yang
modalnya tidak terbagi atas saham-saham Persekutuan, Perkumpulan, Firma, dan
Kongsi, termasuk pemegang unit penyertaan kontrak investasi kolektif dikecualikan
dari objek pajak. Hal ini merupakan salah satu faktor yang membuat pendirian CV
di Indonesia sebenarnya lebih menguntungkan dibandingkan Badan Usaha lainnya,
seperti misalnya Perseroan Terbatas. Hal ini dikarenakan, pengenaan pajak CV hanya
dikenakan satu kali saja, yaitu pada saat CV memperoleh laba. Saat laba tersebut
dibagikan kepada sekutu sebagai prive (pengambilan dana), maka dikecualikan dari
objek pajak.

Anda Memiliki CV? Wajib Lakukan Ini


1. Melaporkan diri ke KPP yang wilayah kerjanya
meliputi domisili/lokasi usaha CV yang bersangkutan
untuk memperoleh NPWP.
2. Meminta untuk dikukuhkan sebagai Pengusaha Kena
Pajak (PKP) apabila peredaran usaha dalam satu
Tahun Pajak telah mencapai lebih dari Rp4,8 Miliar
atau belum mencapai lebih dari Rp4,8 Miliar namun
memilih untuk dikukuhkan sebagai PKP (misalnya
karena akan menjadi rekanan pemerintah).
3. Menyelenggarakan pembukuan secara taat asas
sebagaimana diatur dalam Pasal 28 UU KUP.
4. Menghitung besarnya pajak yang terutang secara
mandiri sesuai prinsip self assessment.
5. Memperhitungkan besarnya pajak-pajak yang telah
dipotong/dipungut pihak lain dalam pajak terutang
sesuai ketentuan Pasal 28 UU PPh.
6. Menyetorkan besarnya pajak kurang bayar ke Bank
atau Pos dengan menggunakan SSP.
7. Mengisi Surat Pemberitahuan (SPT) dengan benar,
lengkap dan jelas dan melaporkannya ke KPP tempat
CV terdaftar sebagai Wajib Pajak.
8.

https://klikpajak.id/blog/pajak-bisnis/pajak-badan-usaha-cv/

Anda mungkin juga menyukai