Fermentasi 130807091158 Phpapp01 PDF
Fermentasi 130807091158 Phpapp01 PDF
IMA WIJAYANTI
Fermentasi merupakan suatu cara pengolahan
melalui proses memanfaatkan penguraian senyawa
dari bahan-bahan protein kompleks. Protein
kompleks tersebut terdapat dalam tubuh ikan yang
diubah menjadi senyawa-senyawa lebih sederhana
dengan bantuan enzim yang berasal dari tubuh
ikan atau mikroorganisme serta berlangsung dalam
keadaan yang terkontrol atau diatur.
PENDAHULUAN
Fermentasi telah lama dikenal manusia dan
kini beberapa diantaranya berkembang ke
arah industri spt roti, minuman beralkohol,
yoghurt, keju, kecap, tempe dsb.
Dalam fermentasi digunakan
mikroorganisme dengan pengendalian
lingkungan.
Fermentasi dapat berfungsi sebagai
pembentuk cita rasa, memperbaiki tekstur,
mengawetkan produk, meningkatkan
kualitas dsb.
Teknologi fermentasi umumnya sederhana
dengan biaya yang relatif murah.
PENGOLAHAN PANGAN DENGAN FERMENTASI
1. Peda
Peda merupakan produk fermentasi dengan bahan
baku ikan. Pada umumnya dibuat untuk ikan yang
berkadar lemak tinggi. Selama atau pada waktu
fermentasi akan terjadi perubahan kimia antara lain
proses reaksi pada lemak yang memberikan cita rasa
khas.
Jenis ikan yang dapat diolah menjadi ikan peda antara
ain ikan Kembung, ikan Layang, Selar, ikan Mas, Tawes
dan ikan Mujair. Tetapi ternyata hasil yang paling
memuaskan adalah ikan Kembung, baik Kembung
betina maupun jantan.
CIRI-CIRI PEDA YANG BAIK
Berwarna merah segar, tekstur dagingnya maser,
pHnya 6,0-6,4, rasanya khas disebabkan adanya
proses fermentasi. Kandungan lemak peda merah
berkisar antar 7-14% yang memberikan rasa
gurih. Warna yang kemerahan merupakan salah
satu faktor disenangi oleh konsumen. Disamping
itu tekstur peda merah lebih maser dibandingkan
peda putih.
Cara pengolahan ikan peda sangat bervariasi.
Walaupun demikian, pembuatan peda mempunyai
fermentasi penggunaan bahan tambahan garam
dan dilakukan secara tradisional.
Tahap-tahap pengolahan peda antara lain adanya
sortasi terhadap bahan baku, proses pengaraman,
fermentasi dan pematangan.
TAHAPAN PENGOLAHAN PEDA
1.Sortasi terhadap bahan baku yang akan
diolah, dilakukan penyiangan dengan membuang
isi perut dan insang kemudian cuci bersih agar
peda yang dihasilkan kualitasnya baik.
2.Ikan yang sudah disiangi dilakukan
penggaraman 25%.
3.Disimpan dalam wadah dan disusun berlapis,
kemudian ditutup dan dilakukan proses fermentasi
tahap pertama selama 1-2 hari.
4.Selanjutnya dilakukan pembongkaran dan
dibersihkan dari garam, disimpan kembali kedalam
wadah dan dilakukan proses fermentasi tahap
kedua agar terbentuk cita rasa yang khas. Tahap itu
disebut dengan tahap pematangan. Pada tahap itu
dapat dilakukan fermentasi selama satu minggu
sampai beberapa bulan, tergantung pada cita rasa
yang diinginkan.
MIKROORGANISME YANG BERPERAN
Mikroba yang berperan selama fermentasi peda
adalah mikroba yang berasal dari ikan itu sendiri atau
dari garam yang ditambahkan. Untuk mengetahui
dengan tepat bakteri yang terdapat pada peda
diperlukan identifikasi lebih lanjut. Namun dari beberapa
uji yang dilakukan maka mikroba-mikroba tersebut
diduga dari bakteri jenis :
Acinetobacter, Flavobacterium, Cytophaga,
Halobacterium atau Halococcus yang termasuk dalam
bakteri gram negatif. Sedangkan untuk bakteri gram
positif diduga dari jenis
Micrococcus, Staphylococcus dan
Corynebacterium.
PERUBAHAN SELAMA FERMENTASI PEDA
Pada fermentasi tahap I, penambahan garam
penurunan kadar air tinggi sampai waktu tertetu,
dan tidak terjadi lagi penurunan kadar air hingga
kadar airnya stabil. Garam yang masuk kedalam
daging ikan akan menyebabkan terjadinya
perubahan kimia dan fisik terutama protein. Garam
akan mendenaturasi protein dan mengakibatkan
koagulasi. Akibat dari proses itu, air akan keluar
dari tubuh ikan dan daging ikan akan mengkerut.
Pada fermentasi tahap II akan terjadi pemecahan
protein, lemak dan komponen lainnya. Pada tahap
itu enzim yang berperan adalah enzim yang
berasal dari jaringan ikan. Aktivitas enzim
selanjutnya akan merangsang aktivitas yang
dihasilkan oleh mikroba. Selama fermentasi, asam-
asam amino akan mengalami peningkatan akibat
adanya pemecahan protein selama fermentasi.
Pemecahan disebabkan oleh enzim proteolitik yang
terdapat dalam jaringan itu sendiri dan enzim yang
dihasilkan oleh mikroba.
Hasil degradasi protein dan lemak dapat menghasilkan
senyawa cita rasa, bau khas pada peda disebabkan
karena adanya senyawa metil keton, butil aldehid.
Selain itu, kandungan asam amino nitrogen yang tinggi
juga dapat mempengaruhi cita rasa peda. Konsistensi
maser pada peda sangat dipengaruhi oleh kandungan
lemak yang tinggi dan adanya enzim proteolitik yang
akan mengubah tekstur ikan sehingga menjadi maser.
Sedangkan warna merah pada peda selain disebabkan
bahan baku, enzim dari bakteri disebabkan pula karena
selama fermentasi terjadi interaksi antara karbonil yang
berasal dari oksidasi lemak dengan gugus asam amino
dan protein.
2.TERASI
Terasi merupakan produk perikananyang
berbentuk pasta. Udang rebon merupakan bahan
baku yang biasa digunakan untuk terasi
berkualitas baik. Sedangkan terasi bermutu rendah
biasanyadibuat dari limbah ikan, sisa ikan
sortirandengan bahan tambahan biasanya
tepungtapioka atau tepung beras, dan berbagai
jeniskan kecil (teri) atau udang kecil (rebon).
Kandungan padatan (protein, garam, Ca dan
sebagainya) terasi udang sekitar 27-30%, air 50-
70% dan garam 15-20%. Sedangkan terasi yang
dibuat dari ikan kandungan protein 20- 45%, kadar
air 35-50%, garam 10-25% dan komponen lemak
dalam jumlah yang kecil sedangkan kandungan
vitamin B 12 cukup tinggi.
Mikroba yang ditemukan pada produk akhir
fermentasi dengan penambahan garam pada ikan
terutama dari jenis Micrococci dan penurunan
pada jumlah mikroba Flavobacterium,
Achromobacter, Pseudomonas, Bacillus dan
Sarcina yang semula banyak terdapat pada ikan.
Mikroba yang dapat diisolasi dari terasi antara lain
bakteri Micrococcus, Aerococcus,
Corynebacterium, Flavobacterium, Cytophaga,
Bacillus, Halobacterium dan Acinetobacter selain
beberapa jenis kapang.
PERUBAHAN SELAMA FERMENTASI
Campuran garam, rebon dan bahan- bahan lainnya
pada pembuatan terasi pada awalnya mempunyai nilai
pH sekitar 6 dan selama proses fermentasi pH terasi
yang terbentuk akan naik menjadi 6,5, akhir setelah
terasi selesai terbentuk maka pH turun kembali menjadi
4,5. Apabila fermentasinya dibiarkan berlanjut maka
akan terjadi peningkatan pH dan pembentukan amonia.
Apabila garam yang digunakan selama fermentasi
kurang ditambahkan maka campuran tersebut akan
terus berlanjut dan akan terjadi pembusukan karena
amonia yang terbentuk terdapat dalam jumlah yang
besar. Hal itu dapat terjadi apabila pemberian garam
kurang dari 10%.
Selama proses fermentasi, protein terhidrolisis
menjadi turunannya, seperti protease, pepton,
peptida dan asam amino. Terasi yang mempunyai
kadar air 26-42% adalah terasi yang baik, karena
apabila kadar air terasi terlalu rendah, maka
permukaan terasi akan diselimuti oleh kristal-kristal
garam dan tekstur terasi menjadi tidak kenyal.
Apabila kadar air terasi terlalu tinggi maka terasi
akan menjadi terlalu lunak.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa pemeraman
atau proses fermentasi ikan untuk terasi dapat
menghasilkan aroma yang khas. Komponen aroma
tersebut berupa senyawa yang mudah menguap
terdiri atas 16 macam senyawa hidrokarbon, 7
macam alkohol, 46 macam karbonil, 7 macam
lemak, 34 macam senyawa nitrogen, 15 macam
senyawa belerang, dan senyawa-senyawa
lainnya sebanyak 10 macam. Persenyawaan
tersebut antara lain akan menghasilkan bau
amonia, asam, busuk, gurih dan bau-bau khas
lainnya.
3.KECAP IKAN
Kecap ikan sebagai salah satu produk fermentasi
ikan. Kecap ikan memiliki cita rasa yang berbeda
dengan kecap yang dibuat dari kacang kedelai.
Warnanya bening kekuningan sampai coklat muda
dengan rasa asin yang relatif serta banyak
mengandung senyawa- senyawa nitrogen. Selain
komponen nitrogen, kecap ikan juga mengandung
mineral yang penting bagi tubuh, contohnya garam
NaCl atau garam kalsium.
MIKROORGANISME YANG BERPERAN
Mikroba yang telah berhasil diisolasi dari produk kecap
ikan antara lain bakteri halofilik dan khamir. Kapang
yang ditemukan seperti Cladosporium herbarum,
Aspergillus fumigatus dan Penicillium notatum.
Dari jenis khamir berupa Caudida clausenii.
Beberapa jenis bakteri yang berperan dalam tahapan
pembuatan kecap ikan sebagai berikut:
a. Pada awal fermentasi Bacillus sp, terutama
B. coagulans, B. megaterium dan B. subtilis
b. Pada pertengahan fermentasi
Staphylococcus epidermis, B. lincheniformis,
Micrococcus calpogenes
c. Pada akhir fermentasi M. varians dan M. saprophyticus
PERUBAHAN SELAMA FERMENTASI KECAP
IKAN
Selama proses fermentasi kecap ikan akan terjadi
aktivitas enzim protease, lipase dan amilase.
Enzim-enzim tersebut diproduksi oleh mikroba yang
berperan dalam proses pengolahan kecap adalah
enzim yang memang sudah terdapat pada jaringan
ikan yaitu tripsin, katepsin dan sebagainya.
4.BEKASAM