Anda di halaman 1dari 4

Bab 6

Candi prambanan

Candi Prambanan atau Candi Loro Jonggrang adalah kompleks candi Hindu terbesar di
Indonesia yang dibangun pada abad ke-9 masehi. Candi ini dipersembahkan untuk Trimurti, tiga
dewa utama Hindu yaitu Brahma sebagai dewa pencipta, Wishnu sebagai dewa pemelihara, dan
Siwa sebagai dewa pemusnah. Berdasarkan prasasti Siwagrha nama asli kompleks candi ini
adalah Siwagrha (bahasa Sanskerta yang bermakna 'Rumah Siwa'), dan memang di garbagriha
(ruang utama) candi ini bersemayam arca Siwa Mahadewa setinggi tiga meter yang menujukkan
bahwa di candi ini dewa Siwa lebih diutamakan.Kompleks candi ini terletak di kecamatan
Prambanan, Sleman dan kecamatan Prambanan, Klaten, [1] kurang lebih 17 kilometer timur laut
Yogyakarta, 50 kilometer barat daya Surakarta dan 120 kilometer selatan Semarang, persis di
perbatasan antara provinsi Jawa Tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta.[2] Letaknya sangat
unik, Candi Prambanan terletak di wilayah administrasi desa Bokoharjo, Prambanan, Sleman,
sedangkan pintu masuk kompleks Candi Prambanan terletak di wilayah adminstrasi desa Tlogo,
Prambanan, Klaten.Candi ini adalah termasuk Situs Warisan Dunia UNESCO, candi Hindu
terbesar di Indonesia, sekaligus salah satu candi terindah di Asia Tenggara. Arsitektur bangunan
ini berbentuk tinggi dan ramping sesuai dengan arsitektur Hindu pada umumnya dengan candi
Siwa sebagai candi utama memiliki ketinggian mencapai 47 meter menjulang di tengah
kompleks gugusan candi-candi yang lebih kecil.[3] Sebagai salah satu candi termegah di Asia
Tenggara, candi Prambanan menjadi daya tarik kunjungan wisatawan dari seluruh
dunia.[4]Menurut prasasti Siwagrha, candi ini mulai dibangun pada sekitar tahun 850 masehi oleh
Rakai Pikatan, dan terus dikembangkan dan diperluas oleh Balitung Maha Sambu, di masa
kerajaan Medang Mataram.
Etimologi
Nama Prambanan, berasal dari nama desa tempat candi ini berdiri, diduga merupakan perubahan
nama dialek bahasa Jawa dari istilah teologi Hindu Para Brahman yang bermakna "Brahman
Agung" yaitu Brahman atau realitas abadi tertinggi dan teragung yang tak dapat digambarkan,
yang kerap disamakan dengan konsep Tuhan dalam agama Hindu. Pendapat lain menganggap
Para Brahman mungkin merujuk kepada masa jaya candi ini yang dahulu dipenuhi oleh para
brahmana. Pendapat lain mengajukan anggapan bahwa nama "Prambanan" berasal dari akar kata
mban dalam Bahasa Jawa yang bermakna menanggung atau memikul tugas, merujuk kepada
para dewa Hindu yang mengemban tugas menata dan menjalankan keselarasan jagat.Nama asli
kompleks candi Hindu ini adalah nama dari Bahasa Sansekerta; Siwagrha (Rumah Siwa) atau
Siwalaya (Alam Siwa), berdasarkan Prasasti Siwagrha yang bertarikh 778 Saka (856 Masehi).
Trimurti dimuliakan dalam kompleks candi ini dengan tiga candi utamanya memuliakan Brahma,
Siwa, dan Wisnu. Akan tetapi Siwa Mahadewa yang menempati ruang utama di candi Siwa
adalah dewa yang paling dimuliakan dalam kompleks candi ini.

Sejarah
Pembangunan

Candi Prambanan di antara kabut pagi.Prambanan adalah candi Hindu terbesar dan termegah
yang pernah dibangun di Jawa kuno, pembangunan candi Hindu kerajaan ini dimulai oleh Rakai
Pikatan sebagai tandingan candi Buddha Borobudur dan juga candi Sewu yang terletak tak jauh
dari Prambanan. Beberapa sejarawan lama menduga bahwa pembangunan candi agung Hindu ini
untuk menandai kembali berkuasanya keluarga Sanjaya atas Jawa, hal ini terkait teori wangsa
kembar berbeda keyakinan yang saling bersaing; yaitu wangsa Sanjaya penganut Hindu dan
wangsa Sailendra penganut Buddha. Pastinya, dengan dibangunnya candi ini menandai bahwa
Hinduisme aliran Saiwa kembali mendapat dukungan keluarga kerajaan, setelah sebelumnya
wangsa Sailendra cenderung lebih mendukung Buddha aliran Mahayana. Hal ini menandai
bahwa kerajaan Medang beralih fokus dukungan keagamaanya, dari Buddha Mahayana ke
pemujaan terhadap Siwa.Bangunan ini pertama kali dibangun sekitar tahun 850 Masehi oleh
Rakai Pikatan dan secara berkelanjutan disempurnakan dan diperluas oleh Raja Lokapala dan
raja Balitung Maha Sambu. Berdasarkan prasasti Siwagrha berangka tahun 856 M, bangunan
suci ini dibangun untuk memuliakan dewa Siwa, dan nama asli bangunan ini dalam bahasa
Sanskerta adalah Siwagrha (Sanskerta:Shiva-grha yang berarti: 'Rumah Siwa') atau Siwalaya
(Sanskerta:Shiva-laya yang berarti: 'Ranah Siwa' atau 'Alam Siwa').[5] Dalam prasasti ini
disebutkan bahwa saat pembangunan candi Siwagrha tengah berlangsung, dilakukan juga
pekerjaan umum perubahan tata air untuk memindahkan aliran sungai di dekat candi ini. Sungai
yang dimaksud adalah sungai Opak yang mengalir dari utara ke selatan sepanjang sisi barat
kompleks candi Prambanan. Sejarawan menduga bahwa aslinya aliran sungai ini berbelok
melengkung ke arah timur, dan dianggap terlalu dekat dengan candi sehingga erosi sungai dapat
membahayakan konstruksi candi. Proyek tata air ini dilakukan dengan membuat sodetan sungai
baru yang memotong lengkung sungai dengan poros utara-selatan sepanjang dinding barat di luar
kompleks candi. Bekas aliran sungai asli kemudian ditimbun untuk memberikan lahan yang lebih
luas bagi pembangunan deretan candi perwara (candi pengawal atau candi
pendamping).Beberapa arkeolog berpendapat bahwa arca Siwa di garbhagriha (ruang utama)
dalam candi Siwa sebagai candi utama merupakan arca perwujudan raja Balitung, sebagai arca
pedharmaan anumerta beliau.[6]Kompleks bangunan ini secara berkala terus disempurnakan oleh
raja-raja Medang Mataram berikutnya, seperti raja Daksa dan Tulodong, dan diperluas dengan
membangun ratusan candi-candi tambahan di sekitar candi utama. Karena kemegahan candi ini,
candi Prambanan berfungsi sebagai candi agung Kerajaan Mataram, tempat digelarnya berbagai
upacara penting kerajaan. Pada masa puncak kejayaannya, sejarawan menduga bahwa ratusan
pendeta brahmana dan murid-muridnya berkumpul dan menghuni pelataran luar candi ini untuk
mempelajari kitab Weda dan melaksanakan berbagai ritual dan upacara Hindu. Sementara pusat
kerajaan atau keraton kerajaan Mataram diduga terletak di suatu tempat di dekat Prambanan di
Dataran Kewu.

Diterlantarkan

Sekitar tahun 930-an, ibu kota kerajaan berpindah ke Jawa Timur oleh Mpu Sindok, yang
mendirikan Wangsa Isyana. Penyebab kepindahan pusat kekuasaan ini tidak diketahui secara
pasti. Akan tetapi sangat mungkin disebabkan oleh letusan hebat Gunung Merapi yang
menjulang sekitar 20 kilometer di utara candi Prambanan. Kemungkinan penyebab lainnya
adalah peperangan dan perebutan kekuasaan. Setelah perpindahan ibu kota, candi Prambanan
mulai terlantar dan tidak terawat, sehingga pelan-pelan candi ini mulai rusak dan
runtuh.Bangunan candi ini diduga benar-benar runtuh akibat gempa bumi hebat pada abad ke-16.
Meskipun tidak lagi menjadi pusat keagamaan dan ibadah umat Hindu, candi ini masih dikenali
dan diketahui keberadaannya oleh warga Jawa yang menghuni desa sekitar. Candi-candi serta
arca Durga dalam bangunan utama candi ini mengilhami dongeng rakyat Jawa yaitu legenda
Rara Jonggrang. Setelah perpecahan Kesultanan Mataram pada tahun 1755, reruntuhan candi dan
sungai Opak di dekatnya menjadi tanda pembatas antara wilayah Kesultanan Yogyakarta dan
Kasunanan Surakarta (Solo).

Penemuan kembali
Reruntuhan candi Prambanan segera setelah ditemukan.Penduduk lokal warga Jawa di sekitar
candi sudah mengetahui keberadaan candi ini. Akan tetapi mereka tidak tahu latar belakang
sejarah sesungguhnya, siapakah raja dan kerajaan apa yang telah membangun monumen ini.
Sebagai hasil imajinasi, rakyat setempat menciptakan dongeng lokal untuk menjelaskan asal-
mula keberadaan candi-candi ini; diwarnai dengan kisah fantastis mengenai raja raksasa, ribuan
candi yang dibangun oleh makhluk halus jin dan dedemit hanya dalam tempo satu malam, serta
putri cantik yang dikutuk menjadi arca. Legenda mengenai candi Prambanan dikenal sebagai
kisah Rara Jonggrang.Pada tahun 1733, candi ini ditemukan oleh CA. Lons seorang
berkebangsaan Belanda. Candi ini menarik perhatian dunia ketika pada masa pendudukan
Britania atas Jawa. Ketika itu Colin Mackenzie, seorang surveyor bawahan Sir Thomas Stamford
Raffles, menemukan candi ini. Meskipun Sir Thomas kemudian memerintahkan penyelidikan
lebih lanjut, reruntuhan candi ini tetap terlantar hingga berpuluh-puluh tahun. Penggalian tak
serius dilakukan sepanjang 1880-an yang sayangnya malah menyuburkan praktek penjarahan
ukiran dan batu candi. Kemudian pada tahun 1855 Jan Willem IJzerman mulai membersihkan
dan memindahkan beberapa batu dan tanah dari bilik candi. Beberapa saat kemudian Isaäc
Groneman melakukan pembongkaran besar-besaran dan batu-batu candi tersebut ditumpuk
secara sembarangan di sepanjang Sungai Opak. Arca-arca dan relief candi diambil oleh warga
Belanda dan dijadikan hiasan taman, sementara warga pribumi menggunakan batu candi untuk
bahan bangunan dan pondasi rumah.

Pemugaran
Pemugaran dimulai pada tahun 1918, akan tetapi upaya serius yang sesungguhnya dimulai pada
tahun 1930-an. Pada tahun 1902-1903, Theodoor van Erp memelihara bagian yang rawan runtuh.
Pada tahun 1918-1926, dilanjutkan oleh Jawatan Purbakala (Oudheidkundige Dienst) di bawah
P.J. Perquin dengan cara yang lebih sistematis sesuai kaidah arkeologi. Sebagaimana diketahui
para pendahulunya melakukan pemindahan dan pembongkaran beribu-ribu batu secara
sembarangan tanpa memikirkan adanya usaha pemugaran kembali. Pada tahun 1926 dilanjutkan
De Haan hingga akhir hayatnya pada tahun 1930. Pada tahun 1931 digantikan oleh Ir. V.R. van
Romondt hingga pada tahun 1942 dan kemudian diserahkan kepemimpinan renovasi itu kepada
putra Indonesia dan itu berlanjut hingga tahun 1993 [7].Upaya renovasi terus menerus dilakukan
bahkan hingga kini. Pemugaran candi Siwa yaitu candi utama kompleks ini dirampungkan pada
tahun 1953 dan diresmikan oleh Presiden pertama Republik Indonesia Sukarno. Banyak bagian
candi yang direnovasi, menggunakan batu baru, karena batu-batu asli banyak yang dicuri atau
dipakai ulang di tempat lain. Sebuah candi hanya akan direnovasi apabila minimal 75% batu asli
masih ada. Oleh karena itu, banyak candi-candi kecil yang tak dibangun ulang dan hanya tampak
fondasinya saja.Kini, candi ini termasuk dalam Situs Warisan Dunia yang dilindungi oleh
UNESCO, status ini diberikan UNESCO pada tahun 1991. Kini, beberapa bagian candi
Prambanan tengah direnovasi untuk memperbaiki kerusakan akibat gempa Yogyakarta 2006.
Gempa ini telah merusak sejumlah bangunan dan patung.

Anda mungkin juga menyukai

  • Teks Eksemplum
    Teks Eksemplum
    Dokumen3 halaman
    Teks Eksemplum
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Pinran
    Pinran
    Dokumen2 halaman
    Pinran
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
    Tugas Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
    Dokumen7 halaman
    Tugas Pendidikan Agama Islam Dan Budi Pekerti
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Dokumen6 halaman
    Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Tugas Ipa
    Tugas Ipa
    Dokumen7 halaman
    Tugas Ipa
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Dokumen6 halaman
    Karya Tulis Penjas Tentang Senam Lantai
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Sintesis Protein
    Sintesis Protein
    Dokumen10 halaman
    Sintesis Protein
    Ilham Ardi
    Belum ada peringkat
  • Teks Ceramah
    Teks Ceramah
    Dokumen10 halaman
    Teks Ceramah
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.7
    Fisika KD 4.7
    Dokumen3 halaman
    Fisika KD 4.7
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.9
    Fisika KD 4.9
    Dokumen19 halaman
    Fisika KD 4.9
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.8
    Fisika KD 4.8
    Dokumen16 halaman
    Fisika KD 4.8
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.11
    Fisika KD 4.11
    Dokumen11 halaman
    Fisika KD 4.11
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.10
    Fisika KD 4.10
    Dokumen10 halaman
    Fisika KD 4.10
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Fisika KD 4.7
    Fisika KD 4.7
    Dokumen3 halaman
    Fisika KD 4.7
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Cacing
    Cacing
    Dokumen2 halaman
    Cacing
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Penyakit SIRKULASI
    Penyakit SIRKULASI
    Dokumen4 halaman
    Penyakit SIRKULASI
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Tugasbina
    Tugasbina
    Dokumen11 halaman
    Tugasbina
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Drama Nyi Roro Kidul
    Drama Nyi Roro Kidul
    Dokumen6 halaman
    Drama Nyi Roro Kidul
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Sampah
    Sampah
    Dokumen1 halaman
    Sampah
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Bina Makalah
    Bina Makalah
    Dokumen23 halaman
    Bina Makalah
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Ra Krtini
    Ra Krtini
    Dokumen2 halaman
    Ra Krtini
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • B.indo Biografi
    B.indo Biografi
    Dokumen7 halaman
    B.indo Biografi
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • B.indo Biografi
    B.indo Biografi
    Dokumen7 halaman
    B.indo Biografi
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Surat Lamaran Pekerjaan
    Surat Lamaran Pekerjaan
    Dokumen1 halaman
    Surat Lamaran Pekerjaan
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Teks Ceramah
    Teks Ceramah
    Dokumen10 halaman
    Teks Ceramah
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Cerpen 1
    Cerpen 1
    Dokumen3 halaman
    Cerpen 1
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Bina Boneka
    Bina Boneka
    Dokumen3 halaman
    Bina Boneka
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat
  • Bab 1
    Bab 1
    Dokumen19 halaman
    Bab 1
    Setiani Pramudhita
    Belum ada peringkat