Anda di halaman 1dari 3

Tumbuhan yang juga disebut sebagai tumbuhan/tanaman hijau (Viridiplantae) adalah organisme

eukariotik, multiseluler, dan berklorofil dari kingdom Plantae. Ketika kita melihat tumbuhan hijau
seperti lumut, rumput, pohon buah, semak-semak, dll., pernahkah kita bertanya bagaimana bumi
ini dapat dipenuhi oleh tumbuhan hijau? Mari kita lihat bagaimana ilmu pengetahuan, khususnya
biologi dalam menjelaskan sejarah evolusi tumbuhan hijau.

Revolusi filogenetik telah membuat pemahaman manusia akan tumbuhan hijau berubah. Analisis
geokimia dan bukti fosil mengusulkan bahwa Cyanobacteria dan Protista muncul sekitar 1,2 miliar
tahun yang lalu. Namun demikian, barulah pada 450 juta tahun yang lalu muncul tumbuhan kecil
yang berevolusi dari ganggang hijau. Ganggang hijau adalah nenek moyang dari tumbuhan hijau
yang dapat diketahui dari urutan DNA-nya. Akhirnya, 385 juta tahun yang lalu, pohon besar
muncul dan menjadi hutan pertama. Tumbuhan darat adalah anggota dari Viridiplantae, yang
memperluas definisi lama dari tumbuhan dengan mengikutsertakan ganggang hijau akibat bukti-
bukti tersebut. Sekarang, ada lebih dari 300.000 spesies tumbuhan (jumlah pastinya sulit
diketahui). [1][2][3]

pohon-tertua-pinus-longaeva
Pohon tertua (5000 tahun): Pinus longaeva | Photo by Dcrjsr is licensed under CC-BY-SA-3.0
Tumbuhan Darat Berevolusi dari Ganggang Hijau
Dulu, ganggang hijau yang hidup di air laut berevolusi untuk bisa berkembang pada air tawar.
Ganggang hijau air tawar inilah yang merupakan organisme yang menjadi nenek moyang
tumbuhan darat (Embryophyta), dari lumut sampai tumbuhan berbunga atau berbiji tertutup
(angiospermae). Ganggang hijau terpisah menjadi dua kelompok, yaitu Chlorophyta (ganggang
yang tidak mencapai darat) dan Charophyta (merupakan kerabat dari tumbuhan hijau). Tumbuhan
darat lebih dekat kepada Charophyta daripada kelompok ganggang hijau lain karena urutan DNA
ribosomnya.

charales-chara-globularis
Charales: Chara globularis | Photo by Christian Fischer is licensed under CC-BY-SA-3.0
coleochaete-scutata
Coleochaete scutata | Photo by Proyecto Agua is licensed under CC-BY-NC-SA-2.0
Dari berbagai anggota Charophyta, ordo Charales dan genus Coleochaete merupakan yang paling
mirip dengan tumbuhan darat. Fitur-fitur dari anggota Charophyta yang masih ada pada tanaman
darat saat ini adalah: [2][4]
Dinding sel selulose dari Charophyta dan garis keturunan tumbuhan darat ditentukan oleh
kompleks penyusun selulose yang sama. Charophyta juga memiliki mekanisme pembentukan
dinding sel selama sitokinesis (ditandai dengan perkembangan phragmoplast) yang hampir identik
dengan tanaman darat. Pada tanaman darat, dinding sel ini berguna untuk membuat mereka dapat
berdiri tegak dan kokoh.
Sel-sel apikal Charophyta memproduksi sel yang memungkinkan filamen mereka untuk bertambah
panjang. Pada ujungnya, sel-sel lain dapat membelah untuk menghasilkan struktur reproduksi.
Tanaman darat tercatat memiliki jaringan meristem apikal yang menghasilkan jaringan khusus
yang menambah atau berkembang menjadi organ baru, seperti cabang-cabang dan daun-daun baru.
Plasenta (sel khusus) dari Charophyta mengirim nutrisi dari sel-sel haploid dari generasi
sebelumnya kepada zigot yang diploid. Keduanya, baik Charophyta dan tumbuhan darat
memelihara dan merawat zigot.
Perkembangan Evolusi Tumbuhan Hijau
Tidak seperti nenek moyang air tawar mereka, kebanyakan tumbuhan darat hanya memiliki
persediaan air yang terbatas. Sebagai adaptasi untuk hidup di darat, kebanyakan tumbuhan
dilindungi dari desikasi -kecenderungan organisme untuk kehilangan air ke udara- oleh bahan
permukaan lilin yang disebut kutikula yang disekresikan ke permukaan yang terpapar udara.
Kutikula ini relatif kedap air (impermeable), sehingga mencegah tumbuhan kehilangan air.
Namun, kutikula ini membatasi pertukaran gas penting untuk respirasi dan fotosintesis, sehingga
organ lain seperti mulut kecil berkembang untuk mengatasi masalah ini. Difusi gas ke dalam dan
keluar dari tumbuhan terjadi melalui bukaan mulut berukuran kecil yang disebut stomata (tunggal:
stoma), yang memungkinkan air untuk berdifusi keluar pada waktu yang sama.

evolusi-tumbuhan-hijau
Evolusi tumbuhan hijau: (1) Perlindungan embrio -> lumut hati, (2) Pertumbuhan apikal -> lumut
dan lumut tanduk, (3) Jaringan pembuluh -> lumut gada (atau paku kawat), (4) Megaphylls ->
pakis (paku), (5) Biji -> gymnospermae, dan (6) Bunga/buah -> angiospermae | Photo by
Laurenprue216 is licensed under CC-BY-SA-3.0
Memindahkan air di dalam tumbuhan menjadi semakin sulit dengan meningkatnya ukuran
tumbuhan. Anggota tumbuhan darat dapat dibedakan berdasarkan ada atau tidak adanya trakeid
(tracheids), yaitu sel-sel khusus yang memfasilitasi transportasi air dan mineral. Tracheophyta
memiliki trakeid dan telah berkembang menjadi sistem transportasi yang sangat efisien: xilem
yang mengangkut air, dan floem yang mengangkut makanan ke jaringan-jaringan pada batang,
akar, dan daun. Tanaman darat paling sukses adalah mereka yang melindungi semua fase
reproduksi (sperma, telur, embrio) dari kekeringan dan memiliki cara yang efisien dalam
menyebarkan keturunan mereka di darat. Tumbuhan biji menyebarkan embrio mereka dalam
bentuk biji, yang menyediakan embrio dengan makanan di dalam kulit biji pelindung. Tanaman
berbunga (angiospermae), jenis terakhir yang berevolusi, “menggunakan” hewan untuk membantu
reproduksi dan penyebaran biji

Anda mungkin juga menyukai