Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Lanjut usia merupakan suatu proses berkelanjutan dalam kehidupan yang ditandai
dengan berbagai perubahan ke arah penurunan. Problematika yang harus dihadapi
orang-orang yang telah lanjut usia sangat khas. Selain mengalami penurunan kondisi
fisik, mereka juga harus menghadapi masalah psikologis. Memasuki masa tua, sebagian
besar lanjut usia kurang siap menghadapi dan menyikapi masa tua tersebut, sehingga
menyebabkan para lanjut usia kurang dapat menyesuaikan diri dalam memecahkan
masalah yang dihadapi, padahal seorang lanjut usia tentu mengalami perubahan besar
pada seluruh aspek kehidupannya, baik fisik, psikologis maupun sosial. Padahal, seiring
dengan perjalanan hidup seseorang ditandai oleh adanya tugas-tugas perkembangan
yang harus dipenuhi. Hal ini akan berdampak pada kehidupan lanjut usia. Tugas-tugas
ini dalam batas-batas tertentu bersifat khas untuk masa-masa hidup seseorang. Secara
umum tugas perkembangan lanjut usia meliputi menyesuaikan diri dengan menurunnya
kekuatan fisik dan kesehatan, menyesuiakan diri dengan masa pensiun dan
berkurangnya pendapatan keluarga, menyesuaikan diri dengan kematian pasangan
hidup, dan membentuk hubungan dengan orang-orang yang seusianya serta
menyesuaikan diri dengan peran sosial secara luwes (Honggowiyono, 2015).
Permasalahan yang dihadapi oleh para lanjut usia dapat bersumber dari dirinya
sendiri atau dari luar. Permasalahan yang bersumber dari dirinya sendiri antara lain
tampak pada lanjut usia yang kurang pasrah menerima keadaan sehingga sering timbul
kecurigaan yang berlebihan. Permasalahan yang berasal dari luar antara lain adanya
anggapan dari lingkungan bahwa lanjut usia adalah manusia yang tidak produktif dan
membebani. Menjadi tua adalah sebuah proses alamiah dan tak ada seorangpun yang
dapat menghindari. Berbagai penurunan baik fungsi maupun mental yang terjadi pada
lansia membuat banyak orang khawatir saat mulai memasuki masa usia lanjut. Mereka
tidak hanya mengkhawatirkan tentang perubahan fisik, tetapi juga memikirkan tentang
kelangsungan hidup, keluarga dan masa depan, bahkan kematian.
B. Rumusan Masalah
1. Bagaimana tahapan perkembangan usia lanjut batasan awal, tengah dan akhir?
2. Apa saja teori-teori yang membahas mengenai usia lanjut?
3. Bagaimana proses degeneratif pada lanjut usia?
4. Apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh lanjut usia?

C. Rumusan Masalah
1. Untuk mengetahui bagaimana tahapan perkembangan usia lanjut batasan awal,
tengah dan akhir?
2. Untuk mengetahui apa saja teori-teori yang membahas mengenai usia lanjut?
3. Untuk mengetahui bagaimana proses degeneratif pada usia lanjut?
4. Untuk mengetahui apa saja masalah-masalah yang dihadapi oleh usia lanjut?
BAB II
PEMBAHASAN
A. Tahapan Perkembangan Usia Lanjut
Orang tua adalah periode penutup dalam rentang hidup seseorang, yaitu suatu
periode dimana seseorang telah “beranjak jauh” dari periode terdahulu yang lebih
menyenangkan atau beranjak dari waktu yang penuh dengan manfaat. Kelompok lanjut
usia adalah kelompok penduduk yang berusia 60 tahun ke atas (Hardywinoto dan
Setiabudhi, 1999). Menurut Bernice Neugarten dan James C. Chalhoun masa tua adalah
suatu masa dimana orang dapat merasa puas dengan keberhasilannya. Tetapi bagi orang
lain, periode ini adalah permulaan kemunduran. Usia tua dipandang sebagai masa
kemunduran, masa kelemahan manusiawi dan sosial sangat tersebar luas dewasa ini
(dalam Wijayanti, 2008). Penuaan merupakan suatu proses alami yang tidak dapat dicegah
dan merupakan hal yang wajar dialami oleh setiap orang yang dikarunia umur panjang.
Lansia adalah fase terakhir dari tahap perkembangan kehidupan, seseorang yang telah
memasuki usia lanjut usia akan mengalami kemunduran dibeberapa faktor seperti fisik,
mental maupun sosial secara bertahap.
Penggolongan lansia menurut Depkes dikutip dari Azis (1994) menjadi tiga
kelompok usia lanjut, yaitu :
1. Kelompok lansia dini
Kelompok lansia dini adalah bagian dari invidividu yang memasuki usia 55 sampai
dengan 64 tahun. Kelompok ini dinamakan dengan kelompok yang baru memasuki
lansia. Masa ini berlangsung mulai dari saat status pernikahan, pekerjaan dan sosial
individu telah menjadi tetap dan sampai ke masa menopause. Pada tahap ini, individu
akan mengalami masa peralihan dari masa dewasa akhir menuju pada masa lansia. Hal
ini akan sangat berdampak pada individu terlebih yang biasanya melakukan aktifitas-
aktifitas, seperti misalnya yang bekerja di kantoran, setelah memasuki usia ini, individu
tersebut akan melepas jabatan yang dipegangnya, hal ini dinamakan dengan pensiun.
Ada beberapa kondisi yang dihadapi individu yang telah memasuki tahap lansia dini,
diantaranya :
a. Menurunnya kekuataan fisik
Pada saat memasuki lansia dini, kondisi fisik individu menurun. Berbagai
penyakit mulai muncul dan menyerang daya tahan tubuh. Individu mulai
menyadari penurunan tersebut sedikit demi sedikit. Misalnya, pada masa remaja
dan dewasa sanggup berlari beberapa kilometer saat memasuki tahap usia ini
mulai memiliki keluhan nafas dan pegal-pegal pada berbagai organ tubuh.

b. Perubahan susunan keluarga


Pada tahap ini, biasanya orang tua atau saudara-sauara kandung yang lebih
tua dari individu sudah meninggal. Sedangkan untuk anak-anak biasanya sudah
menikah dan meninggalkan rumah serta tinggal di tempat yang berbeda.
Perubahan-perubahan ini menganggu kondisi individu tersebut, individu yang
tidak memperoleh perasaan aman dalam penyesuaian diri pada waktu dewasa
akan mengalami gangguan emosional dalam menghadapi perubahan-perubahan
ini.
c. Terbatasnya kemungkinan perubahan pada masa yang akan datang
Pada masa ini pola hidup biasanya sudah tetap sehingga sedikit sekali
kesempatan untuk berubah. Individu sadar bahwa dirinya harus menerima cara
hidup tertentu itu. Jika dia tidak puas dengan nasibnya, maka biasanya dia
merasa bahwa tidak bisa berbuat apa-apa lagi. Apapun harapan-harapannnya
mengenai masa depan mungkin tidak dapat menutup ketidakbahagiaan yang
dialaminya sekarang. Sikap-sikap ini akan mempengaruhi psikologisnya.
d. Menopause
Pada tahap ini, individu tidak mampu memiliki keturunan sebagai akibat
perubahan-perubahan tertentu pada kelenjar-kelenjar seks. Dorongan seksual dan
kemampuan untuk mengadakan hubungan seks yang memuaskan tetap ada,
tetapi kekuatannya sudah mulai berkurang. Perubahan ini lebih terlihat pada
wanita, karena pada saat memasuki menopause, wanita tidak lagi mengalami
menstruasi. Hal ini dapat mengakibatkan depresi berat dengan guncangan serta
kecemasan, perasaan bersalah dan tidak berharga. Tidak adanya pemahaman dari
pihak mengenai perubahan-perubahan tingkah laku orang yang mengalami
penderitaan itu mungkin akan memperberat masalahnya dan menyebabkan
retaknya hubungan keluarga yang sebelumnya terbina dengan baik.
2. Kelompok lansia (65 tahun ke atas)

3. Kelompok lansia resiko tinggi


Kelompok ini berusia lebih dari umur 70 tahun keatas. Pada lansia resiko tinggi
akan terjadi proses menghilangnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri atau
mengganti dan mempertahankan fungsi normalnya secara perlahan-lahan sehingga tidak
dapat ber tahan terhadap infeksi dan memperbaiki kerusakan yang terjadi
(Constantinides, 1994). Karena itu di dalam tubuh akan menumpuk makin banyak
distorsi metabolik dan struktural disebut penyakit degeneratif yang menyebabkan lansia
akan mengakhiri hidup dengan episode terminal (Darmojo dan Martono, 1999;4).
Ada beberapa permasalahan yang terjadi pada kelompok ini, diantaranya :
Penyesuaian Diri Terhadap Perubahan Fisik
a. Sistem Saraf
Penuaan sistem saraf pusat memengaruhi banyak sekali aktivitas kompleks.
Sekalipun bobot otak berkurang selama masa dewasa, penelitian pencitraan otak
dan otopsi terhadap mayat mengungkapkan bahwa kemunduran itu menjadi lebih
besar sejak usia enam puluhan dan mencapai 5 hingga 10 persen di usia 80 tahun,
karena kematian neuron dan pembesaran ventrikel (rongga) dalam otak.(Alex.2003)
Kehilangan neuron terjadi di seluruh bagian korteks otak, dengan penyusutan
lebih besar pada cuping depan dan korpus kolosum. Otak kecil juga mengalami
kehilangan neuron. Akan tetapi, otak mengimbanginya dengan membentuk sinapsis
baru dan dalam beberapa hal, mengahsilkan neuron baru. Sistem saraf otonom
kurang berfungsi baik di usia lanjut dan lebih banyak melepaskan hormon stres.
b. Sistem sensoris
 Penglihatan
Di masa dewasa akhir penglihatan semakin menurun . kornea (selaput bening
mata menjadi lebih tembus cahaya, yang mengaburkan gambar dan menambah
kepekaan pada silau. Lensa terus menguning sehingga memicu gangguan lebih
lanjut dalam perbedaan warna. Jumlah individu yang menderita katarak –daerah
kabur pada lensa sehingga membuat penglihatan menjadi kaburdan bila tidak di
operasi akan menyebabkan kebutaan-meningkat sepuluh kali lipat dari masa
dewasa pertengahan hingga masa dewasa akhir., menyerang 25% orang di usia
70-an dan 50% diusia 80an.
 Pendengaran
Berkurangnya suplai darah dan kemampuan sel alami pada telinga bagian
dalam dan korteks pendengaran, bersama dengan mengerasnya membran (seperti
gendang telinga) menyebabkan menurunnya kemampuan mendengar di masa
dewasa akhir. 40% lansia menderita kehilangan pendengaran, sering kali
disebabakan oleh press-bycusis, penurunan dalam kemampuan suara yang
bernada tinggi yang berkaitan dengan usia. press-bycusis membuat sulit untuk
mendengar apa yng dikatakan orang lain, terutama apabila ada suara lain dari
radio atau televisi atau beberapa orang berbicara bersamaan. Penyebab lain dari
kehilangan pendengaran adalah keterpaparan parah dari suara tinggi, rokok,
sejarah infeksi telinga tengah, dan keterpaparan parah terhadap bahan kimia
tertentu dalam jangka yang lama. (Alex.2003)
 Rasa dan Bau
Menurunnya kepekaan terhadap empat rasa utama, manis, asin, asam, dan
pahit terlihat jelas pada banyak orang dewasa yang melewati usia 60 tahun.
Menurunnya kepekaan rasa ini mungkin disebabkan oleh faktor penuaan, selain
itu juga bisa disebabkan kebiasaan merokok, gigi palsu, obat-obatan.Kehilangan
indra ini dapat merupakan bagian normal dari penuaan., tetapi dapat juga
disebabkan oleh berbagai jenis penyakit dan obat-obatan, oleh pembedahan ,
atau keterpaparan terhadap materi beracun.
 Sentuhan
Setelah usia 70 tahun, hampir semua lansia mengalami penerunan persepsi
sentuhan pada tangan, khususnya ujung jari, yang diyakini karena hilangnya
reseptor sentuhan dalam daerah-daerah tertentu kulit dan melambatnya sirkulasi
darah pada kaki dan tangan.
c. Sistem kardiovastuler dan pernafasan
Jantung kurang kuat dalam memompa, laju denyut jantung maksimum
meningkat, aliran darah keseluruh sistem peredaran darah melambat. Hal ini berarti
bahwa tidak cukup oksigen dialirkan pada jaringan tubuh selama aktifitas fisik
tinggi. Perubahan dalam sistem pernafasan menambah dampak berkurangnya
pengoksigenan. Oleh karena itu jaringan paru-paru secara perlahan kehilangan
elastisitasnya, kapasitas vital berkurang hingga separuh antara usia 25 dan 80
tahun.(Alex.2003)
d. Sitem Imun
Sistem imun mengalami mal fungsi dengan beralih menyerang jaringan tubuh
normal dalam sebuah respon autoimun. Sistem imun yang kurang baik bisa
meningkatkan resiko orang lensia terserang berbagai penyakit. Orang dewasa usia
tua memiliki tingkat imun kekebalan yang berbeda-beda. (Diana.2008)
Menurut Hurlock (Hurlock, 1980: 380) terdapat beberapa ciri-ciri orang lanjut usia
atau usia akhir,yaitu:
a. Usia lanjut merupakan periode kemunduran
Kemunduran pada lansia sebagian datang dari faktor fisik dan faktor psikologis.
Kemunduran dapat berdampak pada psikologis lansia. Motivasi memiliki peran
yang penting dalam kemunduran pada lansia. Kemunduran pada lansia semakin
cepat apabila memiliki motivasi yang rendah, sebaliknya jika memiliki motivasi
yang kuat maka kemunduran itu akan lama terjadi. (Laura.2012)
b. Orang lanjut usia memiliki status kelompok minoritas
Lansia memiliki status kelompok minoritas karena sebagai akibat dari sikap
sosial yang tidak menyenangkan terhadap orang lanjut usia dan diperkuat oleh
pendapat-pendapat klise yang jelek terhadap lansia. Pendapat-pendapat klise itu
seperti: lansia lebih senang mempertahankan pendapatnya dari pada mendengarkan
pendapat orang lain.
c. Menua membutuhkan perubahan peran
Perubahan peran tersebut dilakukan karena lansia mulai mengalami kemunduran
dalam segala hal. Perubahan peran pada lansia sebaiknya dilakukan atas dasar
keinginan sendiri bukan atas dasar tekanan dari lingkungan.
d. Penyesuaian yang buruk pada lansia
Perlakuan yang buruk terhadap orang lanjut usia membuat lansia cenderung
mengembangkan konsep diri yang buruk. Lansia lebih memperlihatkan bentuk
perilaku yang buruk. Karena perlakuan yang buruk itu membuat penyesuaian diri
lansia menjadi buruk.(Laura.2012)
B. Teori-teori Usia Lanjut
Menurut Lafrancois (1984) ada dua teori yang menerangkan hubungan antara umur
manusia dengan kegiatannya yaitu Teori Pengunduran Diri dan Teori Aktivitas, Robert
Atchley mengemukakan tentang Teori Kontinuitas sedangkan Erick Erickson
mengemukakan tentang Teori Psikososial
1. Teori Pengunduran Diri (Disengagement)
Teori ini secara formal diajukan oleh Cumming dan Henry pada tahun 1961. Teori ini
berpendapat bahwa semakin tinggi usia manusia akan diikuti secara berangsur-angsur
oleh semakin mundurnya interaksi sosial, fisik dan emosi dengan kehidupan dunia. Usia
lanjut berhasil ditandai dengan saling menarik diri antara usia lanjut dan masyarakat.
Sesuai dengan pandangan ini, usia lanjut mengundurkan diri dari perannya karena tidak
dapat memenuhi tuntutan masyarakat lagi. Demikian juga masyarakat memperoleh
keuntungan dari pengunduran diri orang tua.sehingga orang muda dengan energi baru
akan mengisi peran yang ditinggalkan oleh orang-orang tua. Terjadi suatu proses saling
tarik menarik diri atau pelepasan diri, baik individu dari masyarakat maupun dari
masyarakat dari individu. Individu mengundurkan diri karena kesadarannya akan
berkurangnya kemampuan fisik dan mental yang dialami, yang membawanya
berangsur-angsur kepada kondisi tergantung baik fisik maupun mental. Sebaliknya
masyarakat mengundurkan diri karena ia memerlukan orang yang lebih muda yang
mandiri untuk menggantikan orang yang lebih tua. (Suardiman, 2011).
2. Teori Aktivitas (Activity Theory)
Teori ini bertolak belakang dengan teori yang pertama, teori ini dikemukakan oleh
Neugarten dan teman-teman yang menyatakan bahwa agar usia lanjut behasil maka usia
lanjut harus tetap seaktif mungkin, bahwa semakin tua seseorang akan semakin
memelihara hubungan sosial, baik fisik maupun emosionalnya. Kepuasan hidup orang
tua sangat tergantung pada kelangsungan keterlibatannya pada berbagai kegiatan,
bekerja dan sebagainy. Orang tua akan memperoleh kepuasan bila ia masih terlibat atau
dilibatkan dalam berbagai kegiatan. (Suardiman, 2011).
3. Teori Kontinuitas (Continuity Theory)
Teori ini dikemukakan oleh pakar gerontologi yaitu Robert Atchley (1989), yang
menekankan bahwa orang memerlukan tetap memelihara hubungan antara masa lalu
dan masa kini. Dalam hal ini aktivitas penting bukan untuk dirinya sendiri, tetapi untuk
representasi yang berkesinabungan dari satu gaya hidup. Untuk orang tua yang selalu
aktif akan sangat penting untuk kesinabungan aktifitas yang lebih tinggi. Banyak
pensiunan sangat bahagia melakukan pekerjaan atau aktivitas untuk mengisi waktu
luang yang sama dengan apa yang telah dinikmati di masa lalu (Suardiman, 2011).
4. Teori Psikososial Erick Erikson
Tahap VIII : Ego Integrity versus Despair (Integritas dan Kekecewaan)

Periode Perkembangan : masa akhir dewasa (60 tahunan)


Karakteristik : Masa untuk melihat kembali apa yang telah orang usia lajut lakukan
dalam kehidupannya, harapan positif.
Kehidupan baik -> merasa puas / integritas.
Masa lalu negatif -> keputusasaan
Masa ini dimulai sekitar usia 60, ketika seseorang mulai meninggalkan masa-masa
aktif di masyarakat dan bersiap untuk hidup lebih menyendiri. Sangat berbeda dengan
rata-rata orang yang ketakutan dengan datangnya usia tua, maka bagi Erikson, ini adalah
masa yang sama pentingnya dengan fase-fase sebelumnya. Bahkan, masa ini mungkin
masa yang paling penting karena ini adalah masa terakhir di mana kita harus bersiap
untuk meninggalkan dunia ini. Tugas usia lanjut saat ini adalah mengembangkan "ego
integrity", Integritas Diri, suatu rasa harga diri untuk tidak takut mati.
Lawan dari rasa integritas diri ini adalah Despair atau rasa putus asa. Orang-orang
yang putus asa pada masa usia lanjut ini ditandai dengan meluapnya rasa benci pada diri
mereka sendiri, terhadap kegagalan mereka, cara mereka menyia-nyiakan hidup.
Intinya, sebagian besar Orang-orang ini putus asa dan memandang hidup dengan
negatif. Sebab masa-masa ini memang penuh dengan hal-hal yang membuat sengsara
secara emosional. Fisik yang makin melemah membuat banyak orang lanjut usia makin
tergantung pada orang lain. Wanita mengalami hal khusus dengan datangnya
menopause, dan banyak yg melihat datangnya menoupause ini sebagai masa pintu
gerbang menuju masa tua yang dipenuhi oleh penyakit-penyakit seperti kanker
payudara, kanker rahim dan osteoporosis. Lelaki yang hidup dari respect
orang sekeliling sebagai pencari uang kini hilang kemampuan itu, padahal keinginan
dihargai semakin besar dan menggebu-gebu.
Mereka yang berhasil mengembangkan Ego Integrity, masih memiliki penyesalan
tetapi mereka telah berdamai dengan masa lalu, menerima bahwa ada hal yang bisa
mereka lakukan dengan lebih baik, dan ada hal yang mereka telah lakukan sebaik
mungkin, dilihat dari konteks saat itu. Mereka siap apabila harus meninggal. Kalau
mereka yang "Despair" atau putus asa ini memiliki rasa "Disdain" atau jijik pada hidup,
maka mereka yang putus asa menginginkan keluarganya berhasil agar tidak seperti
dirinya. Tetapi caranya cenderung memaksa, memarahi dan menyesali sehingga
membuat orang-orang di dekatnya merasa kebingungan untuk melayani karena selalu
dianggap salah. (Crain, 2007)
C. Masalah yang Dihadapi Usia Lanjut
Masalah yang pada umumnya dihadapi oleh usia lanjut dapat dikelompokkan ke
dalam; 1) masalah ekonomi, 2) masalah sosial budaya, 3) masalah kesehatan, 4)
masalah psikologis.
1. Masalah Ekonomi
Usia lanjut ditandai dengan menurunya produktivitas kerja, memasuki masa pensiun
atau berhentinya pekerjaan utama, hal ini berakibat pada menurunya pendapatan yang
kemudian terkait dengan pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari, seperti sandang,
pangan, papan, kesehatan, rekresi dan kebutuhan sosial. Pada sebagian uusia lanjut,
karena kondisinya yang tidak memungkinkan, berarti masa tua tidak produktif lagi dan
berkurang atau bahkan tidak ada penghasilan. Pada hal lain, usia lanjut dihadapkan
kepada berbagai kebutuhan yang semakin meningkat, seperti kebutuhan akan makanan
yang bergizi dan seimbang, pemerikasaan kesehatan secara rutin, perawatan bagi yang
menderita penyakit ketuaan, kebutuhan sosial dan rekresi.
Penghasilan usia lanjut umumnya berasal dari: pensiun, tabungan, bantuan dari anak
atau anggota keluarga lainnya. Bagi usia lanjut yang penghasilannya mencukupi, tidak
menjadi masalah karena Idealnya masa usia lanjut adalah masa yang tidak direpotkan
oleh urusan mencari uang, tetapi masa menikmati atas jerih payah bekerja pada waktu
muda, sehingga hidup tenang, sejahtera dan bahagia. Namun, Bagi yang tidak memiliki
penghasilan yang mencukupi akan menghadapi masalah,penghasilan usia lanjut
umumnya pada status ekonomi kurang, miskin bahkan terlantar. Itulah sebabnya banyak
usia lanjut yang masih bekerja mencari nafkah untuk bisa memenuhi kebutuhannya.
Hurlock menyatakan apabila pendapatan orang usia lanjut secara drastis berkurang
maka minat untuk mencari uang tidak lagi beorientasi pada apa yang ingin mereka beli
dan untuk membayar simbol status yang bisa dilakukan pada kehidupan masih muda,
tetapi untuk sekedar menjaga mereka agar tetap mandiri, yang mereka fikirkan yaitu
bagaimana mereka tinggal, dimana dan bagaimana mereka tidak tergantung pada
saudara atau bantuan orang lain.
Secara ekonomis, penduduk usia lanjut dapat diklasifikasikan kepada tingkat
ketergantungan atau kemandirian mereka. Dalam kaitan ini penduduk usia lanjut
dikelompokkan kedalam tiga kelompok, yaitu
1) Kelompok lanjut usia yang sudah uzur, pikun yaitu mereka yang sudah tidak
mampu lagi untuk memenuhi kebutuhan dasar mereka.
2) Kelompok lanjut usia yang produktif, yaitu mereka yang mampu memenuhi
kebutuhan mereka sendiri dan tidak tergantung pada orang lain.
3) Kelompok lanjut usia yang miskin, yaitu termasuk mereka yang secara relatif
tidak memenuhi kebutuhannya sendiri, seperti pekerjaan atau pendapatan yang
tidak dapat menunjang kelangsungan hidupnya. (Suardiman, 2011)
2. Masalah Sosial
Memasuki masa tua ditandai dengan berkurangnya kontak sosial, baik dengan
anggota keluarga, anggota masyarakat maupun teman kerja sebagai akibat terputusnya
hubungan kerja karena pensiun. Disamping itu kecenderungan meluasnya keluarga inti
daripada keluarga luas juga akan mengurangi kontak sosial usia lanjut. Disamping itu
perubahan nilai sosial masyarakat yang mengarah pada tantanan masyarakat
individualistik, berpengaruh bagi para usia lanjut yang kurang mendapat perhatian,
sehingga sering tersisih dari kehidupan masyarakat dan terlantar. Kurangnya kontak
sosial ini menimbulkan perasaan kesepian, murung, hal ini tidak sejalan dengan hakikat
manusia sebagai makhluk sosial yang dalam hidupnya membutuhkan kehadiran orang
lain.
Untuk menghadapi kenyataan ini perlu dibentuk kelompo-kelompok usia lanjut
yang memiliki kegiatan mempertemukan para anggotanya agar kontak sosial
berlangsung. Kontak sosial ini sangat berguna bagi usia lanjut agar memiliki
kesempatan untuk saling bertukar informasi dan sebagainya. Kontak sosial akan
mendatangkan kesenangan yang tidak bisa dipernuhi jika hanya sendirian. Upaya
menghimpun kelompok lanjut usia dalam wadah kegiata, memungkinkan mereka
berbagi rasa dan menikmati hidup (Suardiman, 2011).
3. Masalah Kesehatan
Salah satu indikator keberhasilan pembangunan kesehatan di Indonesia adalah
meningkatnya usia harapan hidup manusia Indonesia. Peningkatan jumlah penduduk
usia lanjut akan diikuti dengan meningkatnya permasalahan kesehatan, seperti masalah
kesehatan indera pendengaran dan penglihatan.
Pada usia lanjut terjadi kemunduran sel-sel karena proses penuaan yang berakibat
pada kelemahan organ, kemunduran fisik, timbulnya berbagai macam penyakit terutama
penyakit degenaraif, hal ini akan menimbulkan masalah kesehatan, sosial dan
membebani perekonomian baik pada usia lanjut maupun pemerintah karena masing-
masing penyakit memerlukan dukungan biaya atau dana.
Masa tua akan ditandai dengan penurunan fungsi fisik dan rentan terhadap berbagai
penyakit. Kerentanan terhadap penyakit ini disebabkan oleh menurunnya fungsi
berbagai organ tubuh. Diperlukan pelayanan kesehatan terutama untuk kelainan
degeneratif demi meningkatkan derajat kesehatan dan mutu kehidupan usia lanjut agar
tercapai masa tua yang bahagia dan berguna dalam kehidupan keluarga dan masyarakat
sesuai dengan keberadaannya. Yang diharapkan bagi para lanjut usia adalah bagaimana
agar masa tua yang dijalani dengan kondisi sehat, bukan dijalani dengan sakit-sakitan
(Suardiman, 2011).
4. Masalah Psikologis
Masalah yang dihadapi usia lanjut pada umumnya meliputi: kesepian, terasing dari
lingkungan, ketidakberdayaan, perasan tidak berguna, kurang percaya diri,
ketergantungan, keterlantaran terutama bagiusia lanjut yang miskin, post power
syndrome dan sebagainya. Kehilangan perhatian dan dukungan dari lingkungan sosial
biasanya berkaitan dengan hilangnya jabatan atau kedudukan, dapat menimbulkan
konflik atau keguncangan. Berbagai persoalan tersebut bersumber dari menurunnya
fungsi-fungsi fisik dan psikis sebagai akibat proses penuaan. Aspek psikologi
merupakan faktor penting dalan kehidupan usia lanjut, bahkan lebih menonjol dari
aspek lain.
Kebutuhan psikologi merupakan kebutuhan akan rasa aman, meliputi kebutuhan
keselamatan, keamanan, ketergantungan, perlindungan, bebas dari rasa takut,
kecemasan, kekalutan dan sebagainya. Kebutuhan rasa memiliki dan dimiliki,
Kebutuhan rasa kasih sayang dan Kebutuhan aktualisasi diri. Seringkali menurunnya
penghasilan atau tidak adanya pekerjaan menimbulkan ketakutan. Oleh karena itu,
adanya aktivitas pekerjaan merupakan salah satu bentuk pemenuhan kebutuhan rasa
aman karena dengan bekerja mereka mampu memenihi kebutuhan fisik yang
membutuhkan pangan, sandang dan papan (Suardiman, 2011).
DAFTAR PUSTAKA

Crain, William.2007. Teori Perkembangan, Konsep dan Aplikasi. Jakarta: Pustaka


Pelajar.

Suardiman, Siti Partini. 2011. Psikologi Usia Lanjut. Yogyakarta: Gadja Mada
University Press.

Honggowiyono, Puger. 2015. Pertumbuhan dan Perkembangan Peserta Didik


Untuk Guru dan Calon Guru. Malang: Penerbit Gunung Samudera.

Alex sobur. Psikologi Umum; dalam lintasan sejarah. 2003. Bandung:Pustaka Setia
Diane E. Papalia et al, Human development; psikologi perkembangan. 2008. Jakarta:
Kencana
Elizabeth B. Harlock. Psikologi Perkembangan; Suatu Pendekatan Sepanjang Rentang
Kehidupan. 2002. Jakarta:Erlangga
Laura E. Berk, Live span development; dari masa dewasa awal sampai menjelang ajal.
2012. Yogyakarta:Pustaka Pelajar

Anda mungkin juga menyukai