Anda di halaman 1dari 4

RESUME

PIDATO LAHIRNYA PANCASILA


Pidato Ir. Soekarno Pada Sidang Dokuritsu Zyunbi Tyoosakai
1 Juni 1945

Disusun Oleh:
13660022
Resni Waroka

Jurusan Teknik Industri


Fakultas Sains dan Teknologi
Universitas Sunan Kalijaga
Jl. Marsda Adisucipto Yogyakarta
Pidato Lahirnya Pancasila
Pidato Ir. Soekarno Pada Sidang Doluritsu Zyunbi Tyoosakai
1 Juni 1945
Merdeka bagi Ir. Soekarno adalah Political Independence. Banyak sekali
negara-negara yang merdeka, tetapi bandingkanlah kemerdekaan negara-negara itu satu
sama lain. Alangkah berbeda isi kemerdekaannya. Jika kita berkata: Sebelum Negara
merdeka, maka harus lebih dulu ini selesai, itu selesai. Tetapi mekapa Saudi Arabia
merdeka padahal 80% dari rakyatnya terdiri dari kaum Badui yang sama sekali tidak
mengeri apa-apa. Dalam Buku Amstrong yang menceritakan tentang Ibn Saud, tatkala
Ibn Saud mendirikan Pemerintahan Saudi Arabia, rakyat Arabia sebagian besar belum
mengetahui bahwa otomobil perlu diisi bensin. Pada suatu hari otomobil Ibn Saud diberi
makan gandum oleh orang-orang Badui di Saudi Arabia. Toh Saudi Arabia Merdeka!

Pada masa Lenin mendirikan Negara Sovyet, adakah rakyat Sovyet sudah
cerdas? 150 milyar rakyat Rusia adalah rakyat musyrikin yang lebih dari pada 80%
tidak dapat membaca dan menulis , bahkan dari buku-buku yang terkenal Leo Tolstoi
dan Fulop Miller dapat diketahui bahwa keadaan rakyat Sovyet Rusia pada waktu Lenin
Mendirikan negara Sovyet itu. Dan sekarang ketika akan mendirikan negara Indonesia
merdeka terlalu banyak persoalan yang dikemukakan.

Jika mempersiapkan orang-orang agar lebih baik untuk Indonesia medeka, hal
ini tidak akan pernah terjadi. Toh Saudi Arabia saja merdeka meski rakyatnya bodoh.
Dalam risalah “Mencapai Indonesia Merdeka” didalam risalah tahun ’33 itu Ir.
Soekarno mengatakan bahwa kemerdekaan politieke onafhankelijkheid, political
independence tak lain dan tak bukan adalah suatu jembatan emas yang dapat
menyempurnakan masyarakat Indonesia.

Ibn Saud mendirikan satu negara dalam satu malam, baru setelah itu ia
memperbaiki masyarakatnya, mewajibkan belajar membaca bagi seluruh rakyatnya,
orang yang bergelandangan di beri tempat untuk bercocok tanam, orang-orang tersebut
dirubah menjadi kaum tani. Semuanya di sebrang jembatan, maksudnya adalah
alangkah baiknya suatu negara merdeka terlebih dahulu, baru kemudian memperbaiki
seluruh lapisan masyarakatnya. Jika menunggu untuk memperbaiki masyarakat tanpa
merdeka dan setelah berhasil baru memerdekakan negaranya hal itu sulit terjadi karena
mungkin saja negara ini sudah dijajah lagi, dan politieke onafhankelijkheid dan political
independence merupakan suatu jembatan untuk menyebrang kearah yang lebih baik,
yaitu mensejahterakan rakyat.

Ada perbedaan antara Sovyet Rusia, Saudi Arabia, Inggris, Amerika dan lain-
lain tentang isinya. Tetapi ada satu yang sama yaitu negara-negara tersebut sanggup
mempertahankan negaranya. P.T. Soetardjo mengatakan: ”Kalau tiap-tiap orang
didalam hatinya telah merdeka, itulah kemerdekaan”. Toh syarat berdirinya suatu
negara hanya wilayah, rakyat, pemerintahan dan diakui oleh negara lain yang telah
merdeka maka ini telah dimanakan merdeka.

Dasar pertama untuk negara Indonesia adalah dasar kebangsaan, apa yang
dimaksud dengan bangsa? Menurut Ernest Renan syarat bangsa ialah kehendak akan
bersatu yaitu segerombolan manusia yang mau bersatu dan yang merasa dirinya bersatu.

Dasar yang ke-dua adalah Internasionalisme atau perikemanusiaan.

Dasar yang ke-tiga ialah dasar mufakat, dasar perwakilan, dasar


permusyawaratan. Negara Indonesia bukan satu negara untuk satu orang, satu golongan
walaupun golongan kaya. Tetapi Negara Indonesia adalah ‘semua untuk semua’ dan
‘semua untuk satu, satu untuk semua’. Segala masalah dapat diselesaikan dengan cara
mufakat.

Dasar yang ke-empat yaitu prinsip kesejahteraan, prinsip “tidak akan ada
kemiskinan didalam Indonesia Merdeka”. Di Amerika ada suatu badan perwakilan
rakyat, namun di Amerika dan di seluruh benua Barat kaum kapitalis merajalela,
padahal ada badan perwakilan rakyat. Hal ini disebabkan karena di barat hanyalah
politieke democratie (politik demokrasi). Bahkan seorang pemimpin Perancis, Jeans
Jaures berkata bahwa “Di dalam Parlementer Demokratie, tiap=tiap orang
mempunyai hak sama.Hak politik yang sama, tiap-tiap orang boleh memilih, tiap=tiap
orang boleh masuk didalam parlemen. Tetapi adakah sociale rechtvaardigheid, adakah
kenyataan kesejahteraan dikalangan rakyat? Wakil kaum buruh yang memiliki hak
politik itu, di dalam parlemen dapat menjatuhkan minister. Ia seperti raja! Tetapi di
tempat kerjanya, di dalam pabrik, sekarang ia menjatuhkan minister, besok ia bisa
dilempar keluar, kejalan raya. Kehilangan pekerjaan dan tidak dapat memakan
apapun”. Maka dari itu Ir. Soekarno mengusulkan jika mencari demokrasi untuk
Indonesia jangan menggunakan demokrasi barat, tetapi permusyawaratan yang memberi
hidup, yaitu politiek economische democratie yang mampu mendatangkan kesejahteraan
soial.

Prinsip yang ke-lima hendaknya menyusun Indonesia merdeka dengan bertaqwa


kepada Tuhan Yang Maha Esa, maka Dasar yang ke-lima yaitu prinsip ketuhanan.
Yaitu memeluk kepercayaan masing-masing dan mengamalkan serta menjalankan
agama baik Islam, Kristen, Hindu maupun Budha dengan berkeadaban, yaitu dengan
cara saling menghormati satu sama lain.

Dalam pemberian nama pada kelima dasar tersebut pun memiliki banyak
pendapat diantaranya Panca Dharma, Pendawa Lima, hingga pada akhirnya dengan
menggunakan petunjuk seorang ahli bahasa maka ke-lima dasar Indonesia ini diberi
nama Panca Sila. Sila artinya asas atau dasar dan diatas kelima dasar itulah kita
mendirikan Negara Indonesia, kekal dan abadi.

Ir. Soekarno menawarkan kepada seluruh hadirin yang hadir bila tidak menyukai
Panca Sila, beliau meringkasnya menjadi Tri Sila, dua dasar yaitu kebangsaan dan
internasionalisme, kebangsaan dan perikemanusiaan di peras menjadi satu yaitu socio-
nationalismeI. Dan demokrasi yang bukan demoksari barat, tetapi politiek-economische
democratie, yaitu politik demokrasi dengan sociale rechtvaardigheid, demokrasi
dengan kesejahteraan, di ringkas menjadi satu yaitu socio-democratie. Dan yang
terakhir adalah ketuhanan yang menghormati satu sama lain.

Kemudian Ir. Soekarno menawarkan untuk meringkas Tri Sila tersebut menjadi
satu dasar atau Eka Sila saja, maka dasar tersebut adalah dasar gotong-royong. Negara
Indonesia yang didirikan harus menjadi Negara gotong royong. Gotong royong adalah
faham dinamis, lebih dinamis dari ‘kekeluargaan’. Kekeluargaan adalah suatu faham
yang statis, tetapi gotong royong menggambarkan satu usaha, satu amal dan satu
pekerjaan.

Anda mungkin juga menyukai