Anda di halaman 1dari 13

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya
sehingga saya dapat menyelesaikan tugas makalah yang berjudul “Vitamin A” ini
tepat pada waktunya.

Adapun tujuan dari penulisan dari makalah ini adalah untuk memenuhi tugas dosen
pada mata kuliah Biokimia. Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang vitamin A bagi para pembaca dan juga bagi penulis.

Saya mengucapkan terima kasih kepada ibu Yurika Sastyarina, selaku dosen mata
kuliah Biokimia yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat menambah
pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang saya tekuni.

Saya juga mengucapkan terima kasih kepada semua pihak yang telah membagi
sebagian pengetahuannya sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini.

Saya menyadari, makalah yang saya tulis ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh
karena itu, kritik dan saran yang membangun akan saya nantikan demi kesempurnaan
makalah ini.

Samarinda, 14 Desember 2019

Penulis

1
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR
…………………………………………………………………………... 1

DAFTAR ISI
……………………………………………………………………………………. 2

BAB I
…………………………………………………………………………………………
… 3

BAB II
…………………………………………………………………………………………
… 4

BAB III
………………………………………………………………………………………….
11

DAFTAR PUSTAKA
…………………………………………………………………………... 12

2
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG
Dalam rangka memberikan pengetahuan yang mendalam pada pembelajaran
matakuliah biokimia, maka para mahasiswa ditugaskan agar membuat makalah
yang bergunauntuk memperdalam dan memperkaya pengetahuan setiap
mahasiswa. Pada kesempatan ini, saya mendapatkan tema vitamin A. Sebuah
tema yang sangat menarik tentunya apabila kita mengetahui betapa pentingnya
ilmu yang akan kita pelajari ini. Karena melalui makalah inilah penulis berupaya
mempresentasikan mengenai metabolisme, kekurangan, dan toksisitas vitamin A.

B. RUMUSAN MASALAH
a. Bagaimana gambaran metabolisme vitamin A?
b. Apa saja fungsi vitamin A dan bagaimana mekanisme biokimianya?
c. Bagaimana gambarannya apabila seseorang kekurangan vitamin A?
d. Apa saja faktor resiko yang menyebabkan seseorang kekurangan vitamin A?
e. Bagaimana toksisitas vitamin A?

C. TUJUAN
a. Mengetahui gambaran metabolisme vitamin A
b. Mengetahui fungsi vitamin A dan bagaimana mekanisme biokimianya
c. Mengetahui gambaran seseorang yang kekurangan vitamin A
d. Mengetahui faktor resiko yang menyebabkan seseorang kekurangan vitamin
A
e. Mengetahui toksisitas vitamin A

3
BAB II

ISI

A. METABOLISME VITAMIN A

Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk


ester retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam lambung.
Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh enzim-enzim
pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi dari pada ester
retinil. Sebagian dari karotenoid, terutama beta-karoten di dalam sitoplasma sel
mukosa usus halus dipecah menjadi retinol. Retinol di dalam mukosa usus halus
bereaksi dengan asam lemak dan membentuk ester dan dengan bantuan cairan
empedu menyeberangi sel-sel vili dinding usus halus untuk kemudian diangkut
oleh kilomikron melalui sistem limfe ke dalam aliran darah. menuju hati. Dengan
konsumsi lemak yang cukup, sekitar 80-90% ester retinil dan hanya 40-60%
karotenoid yang diabsorpsi. Hati berperan sebagai tempat menyimpan vitamin A
utama di dalam tubuh. Dalam keadaan normal, cadangan vitamin A dalam hati
dapat bertahan hingga enam bulan. Bila tubuh mengalami kekurangan konsumsi
vitamin A, asam retinoat diabsorpsi tanpa perubahan. Asam retinoat merupakan
sebagian kecil vitamin A dalam darah yang aktif dalam deferensiasi sel dan
pertumbuhan. Bila tubuh memerlukan, vitamin A dimobilasi dari hati dalam
bentuk retinol yang diangkut oleh Retinol Binding-Protein (RBP) yang disintesis
di dalam hati. Pengambilan retinol oleh berbagai sel tubuh bergantung pada
reseptor pada permukaan membran yang spesifik untuk RBP. Retinol kemudian
diangkut melalui membran sel untuk kemudian diikatkan pada Cellular Retinol
Binding-Protein (CRBP) dan RBP kemudian dilepaskan. Di dalam sel mata
retinol berfungsi sebagai retinal dan di dalam sel epitel sebagai asam retinoat.

4
Alur transport vitamin A di dalam tubuh dapat dilihat pada gambar dibawah ini.
Kurang lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam makanan diubah menjadi
vitamin A. Sebagian dari karotenoid diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan
masuk ke dalam peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30%
karotenoid di dalam darah berupa beta-karoten, selebihnya adalah karotenoid
nonvitamin. Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai bentuk
lipoprotein. Karotenoid disimpan di dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal.
Konsentrasi vitamin A di dalam hati yang merupakan 90% dari simpanan di
dalam tubuh mencerminkan konsumsi vitamin tersebut dari makanan. Kurang
lebih sepertiga dari semua karotenoid dalam makanan diubah menjadi vitamin A.
Sebagian dari karotenoid diabsorpsi tanpa mengalami perubahan dan masuk ke
dalam peredaran darah dalam bentuk karoten. Sebanyak 15-30% karotenoid di
dalam darah berupa beta-karoten, selebihnya adalah karotenoid nonvitamin.
Karotenoid ini diangkut di dalam darah oleh berbagai bentuk lipoprotein.
Karotenoid disimpan di dalam jaringan lemak dan kelenjar adrenal. Konsentrasi
vitamin A di dalam hati yang merupakan 90% dari simpanan di dalam tubuh
mencerminkan konsumsi vitamin tersebut dari makanan.

B. MEKANISME BIOKIMIA DARI FUNGSI VITAMIN

Vitamin memiliki beberapa fungsi sebagai berikut :

1. Penglihatan
Vitamin A berfungsi dalam penglihatan normal pada cahaya remang. Di
dalam mata, retinol, bentuk vitamin A yang didapat dari darah, dioksidasi
menjadi retinal. Retinal kemudian mengikat protein opsin dan membentuk
pigmen visual merah-ungu (visual purple) atau rodopsin. Rodopsin ada di
dalam sel khusus di dalam retina mata yang dinamakan rod. Bila cahaya
mengenai retina, pigmen visual merahungu ini berubah menjadi kuning dan

5
retinal dipisahkan dari opsin. Pada saat itu terjadi rangsangan elektrokimia
yang merambat sepanjang saraf mata ke otak yang menyebabkan terjadinya
suatu bayangan visual. Selama proses ini, sebagian dari vitamin A
dipisahkan dari protein dan diubah menjadi retinol. Sebagian besar retinol ini
diubah kembali menjadi retinal, yang kemudian mengikat opsin lagi untuk
membentuk rodopsin. Sebagian kecil retinol hilang selama proses ini dan
harus diganti oleh darah. Jumlah retinol yang tersedia di dalam darah
menentukan kecepatan pembentukan kembali rodopsin yang kemudian
bertindak kembali sebagai bahan reseptor di dalam retina. Penglihatan
dengan cahaya samar-samar/buram baru bisa terjadi bila seluruh siklus ini
selesai.
2. Diferensiasi Sel
Vitamin A menjadi faktor penentu dalam proses diferensiasi sel, terutama sel
goblet yang dapat mengeluarkan mukus. Mukus melindungi sel-sel epitel
dari serbuan mikroorganisme dan partikel lain yang berbahaya. Benda asing
yang masuk ke saluran pernapasan akan terbawa keluar bersama mukus
karena adanya epitel yang menyapu mukus keluar. Kekurangan vitamin A
menghalangi fungsi sel-sel kelenjar yang mengeluarkan mukus dan
digantikan oleh sel epitel bersisik dan kering. Membran mukosa tidak dapat
lagi mengeluarkan cairan mukus dengan sempurna sehingga mudah
terserang bakteri. Retinol pada vitamin A berpengaruh pada diferensiasi
limfosit B.
3. Kekebalan Tubuh
Vitamin A juga berperan dalam sistem kekebalan tubuh. Retinol (vitamin A)
memegang peranan penting pada kesempurnaan fungsi dan struktur sel epitel,
karena retinol berperan dalam diferensiasi sel dan proliferasi epitel. Dengan
adanya retinol, sel epitel basalis distimulasi untuk memproduksi mukus.
Dalam sistim kekebalan tubuh, retinol berpengaruh terhadap pertumbuhan
dan deferensiasi limfosit B (leukosit yang berperan dalam proses kekebalan

6
humoral). Disamping itu, kekurangan vitamin A menurunkan respon
antibodi yang bergantung pada sel-T (limfosit yang berperan pada kekebalan
selular). Bila vitamin A kurang, maka fungsi kekebalan tubuh menjadi
menurun, sehingga mudah terserang infeksi. Lapisan sel yang menutupi
trakea dan paru-paru juga akan mengalami keratinisasi, berkurangnya sel
goblet, sel silia dan produksi mukus sehingga mudah dimasuki
mikroorganisme penyebab infeksi saluran pernapasan. Bila terjadi pada
permukaan usus halus dapat terjadi diare.
4. Pertumbuhan dan Perkembangan
Vitamin A berpengaruh terhadap sintesis protein, yaitu terhadap
pertumbuhan sel. Vitamin A dibutuhkan untuk perkembangan tulang dan sel
epitel yang membentuk email dalam pertumbuhan gigi. Pada kekurangan
vitamin A, pertumbuhan tulang terhambat dan bentuk tulang tidak normal.
Pada anakanak yang kekurangan vitamin A, terjadi kegagalan dalam
pertumbuhan. Vitamin A dalam hal ini berperan sebagai asam retinoat.
5. Reproduksi
Vitamin A dalam bentuk retinol dan retinal berperan dalam reproduksi pada
tikus, yaitu pembentukan sperma dan sel telur serta perkembangan janin
dalam kandungan.
6. Pencegahan Kanker dan Penyakit Jantung
Kemampuan retinoid mempengaruhi perkembangan sel epitel dan
kemampuan meningkatkan aktivitas system kekebalan diduga berpengaruh
dalam pencegahan kanker, terutama kanker kulit, tenggorokan, paru-paru,
payudara dan kantung kemih. Di samping itu beta karoten yang bersama
vitamin E dan C berperan sebagai antioksidan diduga dapat mencegah
kanker paru-paru.

7
C. KEKURANGAN VITAMIN A

Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai


mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawasenyawa retinoid.
Defisiensi vitamin A terjadi gangguan kemampuan penglihatan pada senja hari
(buta senja). Ini terjadi karena ketika simpanan vitamin A dalam hati hampir
habis. Deplesi selanjutnya menimbulkan keratinisasi jaringan epitel mata, paru-
paru, traktus gastrointestinal dan genitourinarius, yang ditambah lagi dengan
pengurangan sekresi mucus. Kerusakan jaringan mata, yaitu seroftalmia akan
menimbulkan kebutaan. Defisiensi vitamin A terjadi terutama dengan dasar diet
yang jelek dengan kekurangan komsumsi sayuran, buah yang menjadi sumber
provitamin A.

D. FAKTOR RISIKO KEKURANGAN VITAMIN A

1. Usia
Anak – anak dilahirkan dengan cadangan vitamin A, yang terbatas dan bila
seorang ibu kekurangan vitamin A, maka simpanan pada bayi yang baru lahir
akan lebih sedikit lagi. Kolostrum dan air susu ibu yang yang awal adalah
sumber vitamin A yang pekat. Selama 6 – 12 bulan pertama kehidupan,
kebanyakan hampir sepenuhnya tergantung pada vitamin A yang terdapat
pada air susu ibu, yang siap diserap. Bila seorang ibu menderita defisiensi
vitamin A, maka jumlah vitamin A yang terdapat pada air susunya juga akan
turun. Anak yang disapih sering kurang beruntung, terutama bila anak tersebut
menerima susu skim tidak tersortifikasi yang memang rendah vitamin A, atau
susu murni yang terlalu diencerkan dengan air (dan sering terkontaminasi).
Setelah 4 – 6 bulan kehidupan, seorang anak memerlukan makanan tambahan
dengan makanan kaya vitamin atau provitamin A. Karena berbagai macam
alasan, terutama karena ketidaktahuan, pilihan, biaya, atau tidak tersedia,

8
maka makanan ini tidak dapat dikonsumsi dalam jumlah yang cukup. Anak –
anak juga berisiko tinggi mengalami defisiensi vitamin A sebagi akibat
gangguan pencernaan dan infeksi, yang menganggu penyerapan vitamin A;
infeksi pernapasan, tuberculosis, dan campak. (dan exatema lainnya pada
masa anak – anak), yang meningkatkan kebutuhan metabolik; dan malnutrisi
energi protein, yang menganggu penyimpanan, transportasi, dan penggunaan
vitamin ini. Ketika anak tumbuh lebih besar, anak sering mendapat makanan
dari sejumlah kenalan dan saudara lainnya, sehingga anak mengkonsumsi
makanan secara keseimbangan gizi yang bervariasi dan lebih jarang menderita
infeksi. Akibatnya, status gizi umum dan status vitamin A meningkat, dan
risiko kebutaan akibat xeropthalmia dan defisiensi lainnya menurun.
Walaupun rata – rata mortalitas untuk anak pra-sekolah yang lebih besar
terhadap angka mortalitas anak yang lebih tua dibanding anak yang lebih
muda. Adakalanya, faktor yang sama atau yang berhubungan bertanggung
jawab terhadap defisiensi vitamin A di antara individu yang lebih tua. Hal ini
terutama terjadi pada pengungsi, narapidana, dan pelajar yang menderita
kekurangan yang serupa (contoh kondisi yang tidak memenuhi syarat
kesehatan, kekurangan gizi) dan pasien dengan malabsorpsi kronik; semuanya
berisiko menderita kebutaan xeropthalmia dan akibat defisiensi yang serius.
2. Jenis Kelamin
Anak laki – laki sering berisiko lebih tinggi terhadap xeropthalmia (rabun
senja dan bercak Bitot) dibanding anak perempuan. Namun pada kebanyakan
masyarakat atau kebudayaan, risiko kebutaan xerophtalmia yang berat
(ulserasi kornea dan kerotalmasia) sama pada kedua jenis kelamin; perbaikan
status vitamin A umumnya sama – sama menurunkan mortalitas kedua jenis
kelamin.
3. Musim
Xerophtalmia terjadi lebih merata pada waktu – waktu sepanjang tahun, pola
ini ditentukan oleh keparahan dan keterkaitan bersama macam – macam faktor

9
yang menganggu status vitamin A. Sebagai contoh, pada banyak daerah di
dunia, sumber vitamin A (dan makanan keseluruhan) cadangannya sedikit
pada musim panas dan kering, dan campak serta diare sering terjadi. Campak
adalah faktor musiman yang penting, mencetuskan sebanyak 25 – 50% kasus
kebutaan xerophtalmia di Asia, dan bahkan lebih banyak di Afrika. Di
berbagai tempat di Afrika, campak dikatakan penyakit yang paling sering
menyebabkan kebutaan pada masa anak – anak, sebagian besar kebutaan masa
anak – anak disebabkan dekompensasi status vitamin A yang diinduksi oleh
campak. Campak juga merupakan penyebab utama semua kematian pada
masa anak – anak; mortalitas dapat diturunkan secara mencolok dengan
profilaksis dan terapi vitamin A.

E. TOKSISITAS VITAMIN A

Di dalam hati, vitamin A disimpan dalam bentuk ester di dalam liposit, yang
mungkin sebagai suatu kompleks lipoglikoprotein. Untuk pengangkutan ke
jaringan, vitamin A dihidrolisis dan retinal yang terbentuk terikat dengan
protein pengikat aporetinol ( RBP ). Holo- RBP yang dihasilkan diproses
dalam apparatus golgi dan disekresikan ke dalam plasma . Asam retinoat
diangkut dalam plasma dalam keadaan terikat dengan albumin. Begitu di
dalam sel-sel ekstrahepatik, retinal terikat dengan protein pengikat retinol
seluler (CRBP). Toksisitas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP
dilampaui dan sel-sel tersebut terpapar pada retinal yang terikat. Retinal dan
retinol mengalami interkonversi dengan adanya enzim-enzim dehidrogenase
atau reduktase yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan.
Namun demikian, begitu terbentuk dari retinal, asam retinoat tidak dapat
diubah kembali menjadi retinal atau menjadi retinol. Asam retinoat dapat
mendukung pertumbuhan dan differensiasi, tetapi tidak dapat menggantikan
retinal dalam peranannya pada penglihatan atau pun retinol dalam

10
dukungannya pada system reproduksi. Retinol setelah diambil oleh CRBP
diangkut ke dalam sel dan terikat dengan protein nucleus,di dalam nucleus
inilah retinal terlibat dalam pengendalian ekspresi gen-gen tertentu, sehingga
retinal bekerja menyerupai hormon steroid. Retinal merupakan komponen
pigmen visual rodopsin,yang mana rodopsin terdapat dalam sel-sel batang
retina yang bertanggung jawab atas penglihatan pada saat cahaya kurang
terang. 11 – sis – Retinal yaitu isomer all – transretinal,terikat secara spesifik
pada protein visual opsin hingga terbentuk rodopsin.Ketika terkena cahaya,
rodopsin akan terurai serta membentuk all-trans retinal dan opsin. Reaksi ini
disertai dengan perubahan bentuk yang menimbulkan saluran ion kalsium
dalam membran sel batang. Aliran masuk ion-ion kalsium yang cepat akan
memicu impuls syaraf sehingga memungkin cahaya masuk ke otak Asam
retinoat turut serta dalam sintesis glikoprotein. Hal ini dapat dijelaskan
bahwa asam retinoat bekerja dalam menggalakkan pertumbuhan dan
differensiasi jaringan. Retinoid dan karotenoid memiliki aktivitas
antikanker.Banyak penyakit kanker pada manusia timbul dalam jaringan
epitel yang tergantung pada retinoid untuk berdifferensiasi seluler yang
normal .ß–karoten merupakan zat antioksidan dan mungkin mempunyai
peranan dalam menangkap radikal bebas peroksi di dalam jaringan dengan
tekanan parsial oksigen yang rendah. Kemampuan ß–karoten bertindak
sebagai antioksidan disebabkan oleh stabilisasi radikal bebas peroksida di
dalam struktur alkilnya yang terkonjugasi. Karena ß – karoten efektif pada
konsentrasi oksigen yang rendah, zat provitamin ini melengkapi sifat-sifat
antioksidan yang dimiliki vitamin E yang efektif dengan konsentrasi oksigen
yang lebih tinggi.

11
BAB III

PENUTUP

A. KESIMPULAN
1. Vitamin A yang di dalam makanan sebagian besar terdapat dalam bentuk
ester retinil, bersama karotenoid bercampur dengan lipida lain di dalam
lambung. Di dalam sel-sel mukosa usus halus, ester retinil dihidrolisis oleh
enzim-enzim pankreas esterase menjadi retinol yang lebih efisien diabsorpsi
dari pada ester retinil.
2. Vitamin memiliki beberapa fungsi, yaitu penglihatan, diferensiasi sel,
kekebalan tubuh, pertumbuhan dan perkembangan, reproduksi, dan
pencegahan kanker dan penyakit jantung.
3. Kekurangan atau defisiensi vitamin A disebabkan oleh malfungsi berbagai
mekanisme seluler yang di dalamnya turut berperan senyawa - senyawa
retinoid.
4. Faktor risiko yang berpengaruh dalam kekurangan vitamin A adalah usia,
jenis kelamin, dan musim.
5. Toksisitas vitamin A terjadi setelah kapasitas RBP dilampaui dan sel-sel
tersebut terpapar pada retinal yang terikat. Retinal dan retinol mengalami
interkonversi dengan adanya enzim-enzim dehidrogenase atau reduktase
yang memerlukan NAD atau NADP di dalam banyak jaringan.

12
DAFTAR PUSTAKA

Azrimaidaliza. 2007. Vitamin A, Imunitas Dan Kaitannya Dengan Penyakit Infeksi.


Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (2)

Nurnaijah, Mia, dkk. 2016. Hubungan Status Gizi dengan Derajat Pneumonia pada
Balita di RS. Dr. M. Djamil Padang. Jurnal Kesehatan Andalas. Vol. 5 (1)

Sanif, Rizal dan Raissa Nurwany. 2017. Vitamin A dan Perannya Dalam Siklus Sel.
Jurnal Kedokteran dan Kesehatan. Vol. 4 (2)

Somer, Alfred. 2004. Defisiensi Vitamin A dan Akibatnya. Jakarta : EGC

Triana, Vivi. 2006. Macam-macam Vitamin Dan Fungsinya Dalam Tubuh Manusia.
Jurnal Kesehatan Masyarakat. Vol. 1 (1)

13

Anda mungkin juga menyukai