Anda di halaman 1dari 14

BAB I

PENDAHULUAN

HIV adalah human immunodeficiency virus yakni virus yang bisa berujung menjadi
AIDS ( Acquired Immunodeficiency Syndrome). Lebih jelasnya AIDS merupakan suatu
syndrome/kumpulan gejala penyakit yang disebabkan oleh virus HIV yang menyerang sistem
kekebalan atau pertahanan tubuh sehingga menyebabkan kerusakan yang parah dan sejauh ini
belum diketahui obatnya. Virus ini menyerang manusia dan menyerang sistem kekebalan
(imunitas) tubuh, sehingga tubuh menjadi lemah dalam melawan infeksi. Tanpa pengobatan,
seorang dengan HIV bisa bertahan hidup selama 9-11 tahun setelah terinfeksi, tergantung
tipenya. Dengan kata lain, kehadiran virus ini dalam tubuh akan menyebabkan defisiensi
(kekurangan) sistem imun.[2] Penyaluran virus HIV bisa melalui penyaluran Semen
(reproduksi), Darah, cairan vagina, dan ASI. HIV bekerja dengan membunuh sel-sel penting
yang dibutuhkan oleh manusia, salah satunya adalah Sel T pembantu, Makrofaga, Sel dendritik.
Human lmmulodeficiency virus adalah sejenis Retrovirus RNA. Dalam bentuknya yang
asli merupakan partikal yang inert, tidak dapat berkembang atau melukai sampai ia masuk ke
sel target. Sel target virus ini terutama sel Lymfosit karenanya mempunyai reseptor untuk virus
HIV yang disebut CD-4. Didalam sel lymfosit virus dapat berkembang dan seperti retrovirus
yang lain dapat tetap hidup lama dalam sel dengan keadaan inaktif. Walaupun demikian virus
dalam tubuh pengidap HIV selalu dianggap , infectious yang setiap saat dapat aktif dan dapat
di tularkan selama hidup penderita tersebut.
Pada tahun 2014, the Joint United Nation Program on HIV/AIDS (UNAIDS)
memberikan rapor merah kepada Indonesia sehubungan penanggulangan HIV/AIDS. Pasien
baru meningkat 47 persen sejak 2005. Kematian akibat AIDS di Indonesia masih tinggi, karena
hanya 8 persen Orang Dengan HIV AIDS (ODHA) yang mendapatkan pengobatan obat
antiretroviral (ARV).[3] Indonesia adalah negara ketiga di dunia yang memiliki penderita HIV
terbanyak yaitu sebanyak 640.000 orang, setelah China dan India, karena ketiga negara ini
memiliki jumlah penduduk yang banyak. Hanya saja prevalensi di Indonesia hanya 0,43 persen
atau masih di bawah tingkat epidemi sebesar satu persen.
Kedua spesies HIV yang menginfeksi manusia (HIV-1 dan -2) pada mulanya berasal
dari Afrika barat dan tengah, berpindah dari primata ke manusia dalam sebuah proses yang
dikenal sebagai zoonosis. HIV-1 merupakan hasil evolusi dari simian immunodeficiency virus
(SIVcpz) yang ditemukan dalam subspesies simpanse, Pan troglodyte troglodyte. Sedangkan,
HIV-2 merupakan spesies virus hasil evolusi strain SIV yang berbeda (SIVsmm), ditemukan
pada Sooty mangabey, monyet dunia lama Guinea-Bissau. Sebagian besar infeksi HIV di dunia
disebabkan oleh HIV-1 karena spesies virus ini lebih virulen dan lebih mudah menular
dibandingkan HIV-2. Sedangkan, HIV-2 kebanyakan masih terkurung di Afrika barat.
Berdasarkan susunan genetiknya, HIV-1 dibagi menjadi tiga kelompok utama, yaitu M,
N, dan O. Kelompok HIV-1 M terdiri dari 16 subtipe yang berbeda. Sementara pada kelompok
N dan O belum diketahui secara jelas jumlah subtipe virus yang tergabung di dalamnya, namun
kedua kelompok tersebut memiliki kekerabatan dengan SIV dari simpanse. HIV-2 memiliki 8
jenis subtipe yang diduga berasal dari Sooty mangabey yang berbeda-beda.
Apabila beberapa virus HIV dengan subtipe yang berbeda menginfeksi satu individu
yang sama, maka akan terjadi bentuk rekombinan sirkulasi (circulating recombinant forms -
CRF)[11] (bahasa Inggris: circulating recombinant form, CRF). Bagian dari genom beberapa
subtipe HIV yang berbeda akan bergabung dan membentuk satu genom utuh yang baru.[12]
Bentuk rekombinan yang pertama kali ditemukan adalah rekombinan AG dari Afrika tengah
dan barat, kemudian rekombinan AGI dari Yunani dan Siprus, kemudian rekombinan AB dari
Rusia dan AE dari Asia tenggara.[12] Dari seluruh infeksi HIV yang terjadi di dunia, sebanyak
47% kasus disebabkan oleh subtipe C, 27% berupa CRF02_AG, 12,3% berupa subtipe B, 5.3%
adalah subtipe D dan 3.2% merupakan CRF AE, sedangkan sisanya berasal dari subtipe dan
CRF lain.
BAB II
PEMBAHASAN

Geajala penyakit HIV/AIDS tidak selalu muncul ketika terinfeksi AIDS, beberapa
orang menderita sakit mirip flu dalam waktu beberapa hari hingga beberapa minggu setelah
terpapar virus. Mereka mengeluh deman sakit kepala, kelelahan dan kelenjar getah bening
membesar di leher. Gejala HIV AIDS bias jadi salah satu/lebih dari ini semua biasanya hilang
dalam beberapa minggu . Perkembangan penyakit sangat bervariasi setiap orangnya. Kondisi
ini dapat berlangsung dari beberapa bulan sampai lebih dari 10 tahun. Selama periode ini ,virus
terus berkembang secara aktif menginfeksi dan memebunuh sel-sel kekebalan tubuh . Sistem
kekebalan memungkinkan kita untuk melawan bakteri, virus, dan peyebab infeksi
lainnya. Virus HIV menghancurkan sel-sel yang berfungsi sebagai “pejuang” infeksi primer,
yang disebut sebagai CD4 + atau sel T4. Setelah system kekebalan melemah gejala HIV/AIDS
akan muncul. Gejala AIDS adalah tahap yang paling maju dalam infeksi HIV. Definisi AIDS
termasuk semua orang yang terinfeksi HIV yang memeiliki kurang 200 CD4 + sel per
mikroliter darah. Adapun tanda-tanda klinis penderita AIDS :
1. Berat badan menurun lebih dari 10 % dalam 1 bulan
2. Diare kronis yang berlangsung lebih dari 1 bulan
3. Demam berkepanjangan lebih dari1 bulan
4. Penurunan kesadaran dan gangguan-gangguan neurologis
5. Dimensia/HIV ensefalopati

Epidemiologi
• Agent
Virus HIV termasuk Netrovirus yang sangat mudah mengalami mutasi sehingga sulit
untuk menemukan obat yang dapat membunuh, virus tersebut. Daya penularan pengidap HIV
tergantung pada sejumlah virus yang ada didalam darahnya, semakin tinggi/semakin banyak
virus dalam darahnya semakin tinggi daya penularannya sehingga penyakitnya juga semakin
parah. Virus HIV atau virus AIDS, sebagaimana Virus lainnya sebenarnya sangat lemah dan
mudah mati di luar tubuh. Virus akan mati bila dipanaskan sampai temperatur 60° selama 30
menit, dan lebih cepat dengan mendidihkan air. Seperti kebanyakan virus lain, virus AIDS ini
dapat dihancurkan dengan detergen yang dikonsentrasikan dan dapat dinonaktifkan dengan
radiasi yang digunakan untuk mensterilkan peralatan medis atau peralatan lain.
• Host
Distribusi penderita AIDS di Amerika Serikat Eropa dan Afrika tidak jauh berbeda
kelompok terbesar berada pada umur 30 -39 tahun. Hal ini membuktikan bahwa transmisi
seksual baik homoseksual mapupun heteroseksual merupakan pola transmisi utama. Mengingat
masa inkubasi AIDS yang berkisar dari 5 tahun ke atas maka infeksi terbesar terjadi pada
kelompok umur muda/seksual paling aktif yaitu 20-30 tahun.
• Environmen
Lingkungan biologis sosial, ekonomi, budaya dan agama sangat menentukan
penyebaran AIDS. Lingkungan biologis adanya riwata ulkus genitalis, Herpes Simpleks dan
STS (Serum Test for Sypphilis) yang positip akan meningkatkan prevalensi HIV karena luka-
luka ini menjadi tempat masuknya HIV. Faktor sosial, ekonomi, budaya dan agama secara
bersama-sama atau sendiri-sendiri sangat berpengaruh terhadap perilaku seksual masyarakat.
Bila semua faktor ini menimbulkan permissiveness di kalangan kelompok seksual aktif, maka
mereka sudah ke dalam keadaan promiskuitas.
Infeksi HIV melewati serangkaian langkah atau peringkat sebelum berubah menjadi AIDS.
• Sero konversi penyakit -hal ini terjadi dalam 1 sampai 6 minggu setelah mengakuisisi
infeksi. Perasaan ini mirip dengan serangan flu.
• Asimtomatik infeksi -setelah sero konversi, virus tingkat rendah dan replikasi terus
perlahan-lahan. CD4 dan CD8 limfosit tingkat normal. Tahap ini telah tidak ada gejala
dan mungkin bertahan selama bertahun-tahun bersama-sama.
• Persisten memperumum Limfadenopati (PGL) – kelenjar getah bening di pasien
bengkak selama tiga bulan atau lebih dan bukan karena lainnya menyebabkan.
• Gejala infeksi -tahap ini memanifestasikan dengan gejala. Selain itu, mungkin ada
infeksi oportunistik. Koleksi ini gejala dan tanda-tanda dirujuk sebagai AIDS - related
kompleks (ARC) dan dianggap sebagai prodrome atau prekursor AIDS.
• AIDS -tahap ini dicirikan oleh immunodeficiency parah. Ada tanda-tanda mengancam
kehidupan infeksi dan tumor tidak biasa. Tahap ini dicirikan oleh jumlah sel T CD4 di
bawah 200 sel/mm3.
• Ada sekelompok kecil pasien yang mengembangkan AIDS sangat lambat, atau tidak
sama sekali. Pasien ini disebut nonprogressors.
HIV dapat ditularkan melalui injeksi langsung ke aliran darah, serta kontak membran
mukosa atau jaringan yang terlukan dengan cairan tubuh tertentu yang berasal dari penderita
HIV. Cairan tertentu itu meliputi darah, semen, sekresi vagina, dan ASI. Beberapa jalur
penularan HIV yang telah diketahui adalah melalui hubungan seksual, dari ibu ke anak
(perinatal), penggunaan obat-obatan intravena, transfusi dan transplantasi, serta paparan
pekerjaan. Tetapi untuk tiap satu kali tindakan, maka yang paling beresiko adalah transfusi
darah dari donor darah penderita HIV dimana kemungkinan resipien terkena HIV mencapai 90
persen, sedangkan ibu hamil penderita HIV yang melahirkan dan menyusuinya kemungkinan
akan menularkan pada bayinya HIV sebesar 25 persen, tetapi dengan pemberian obat-obatan
dan penanganan yang tepat pada saat kelahiran dan sesudahnya, maka angka ini dapat ditekan
menjadi 1 sampai 2 persen saja.Sekarang ini semua darah dari donor mengalami penapisan
HIV, sehingga kasus penularan melalui transfusi darah boleh dikatakan sudah tidak ada lagi.
Hubungan seksual menurut data WHO, pada tahun 1983-1995, sebanyak 70-80%
penularan HIV dilakukan melalui hubungan heteroseksual, sedangkan 5-10% terjadi melalui
hubungan homoseksual. Kontak seksual melalui vagina dan anal memiliki risiko yang lebih
besar untuk menularkan HIV dibandingkan dengan kontak seks secara oral. Beberapa faktor
lain yang dapat meningkatkan risiko penularan melalui hubungan seksual adalah kehadiran
penyakit menular seksual, kuantitas beban virus, penggunaan douche. Seseorang yang
menderita penyakit menular seksual lain (contohnya: sifilis, herpes genitali, kencing nanah,
dsb.) akan lebih mudah menerima dan menularkan HIV kepada orang lain yang berhubungan
seksual dengannya. Beban virus merupakan jumlah virus aktif yang ada di dalam tubuh.
Penularah HIV tertinggi terjadi selama masa awal dan akhir infeksi HIV karena beban virus
paling tinggi pada waku tersebut. Pada rentan waktu tersebut, beberapa orang hanya
menimbulkan sedikit gejala atau bahkan tidak sama sekali. Penggunaan douche dapat
meningkatkan risiko penularan HIV karena menghancurkan bakteri baik di sekitar vagina dan
anus yang memiliki fungsi proteksi. Selain itu, penggunaan douche setelah berhubungan
seksual dapat menekan bakteri penyebab penyakit masuk ke dalam tubuh dan mengakibatkan
infeksi.
Pencegahan HIV melalui hubungan seksual dapat dilakukan dengan tidak berganti-
ganti pasangan dan menggunakan kondom. Cara pencegahan lainnya adalah dengan
melakukan hubungan seks tanpa menimbulkan paparan cairan tubuh. Untuk menurunkan
beban virus di dalam saluran kelamin dan darah, dapat digunakan terapi anti-retroviral.
Ibu ke anak (transmisi perinatal) penularan HIV dari ibu ke anak dapat terjadi melalui
infeksi in utero, saat proses persalinan, dan melalui pemberian ASI. Beberapa faktor maternal
dan eksternal lainnya dapat mempengaruhi transmisi HIV ke bayi, di antaranya banyaknya
virus dan sel imun pada trisemester pertama, kelahiran prematur, dan lain-lain. Penurunan sel
imun (CD4+) pada ibu dan tingginya RNA virus dapat meningkatkan risiko penularan HIV
dari ibu ke anak. Selain itu, sebuah studi pada wanita hamil di Malawi dan AS juga
menyebutkan bahwa kekurangan vitamin A dapat meningkatkan risiko infeksi HIV. Risiko
penularan perinatal dapat dilakukan dengan persalinan secara caesar, tidak memberikan ASI,
dan pemberian AZT pada masa akhir kehamilan dan setelah kelahiran bayi. Di sebagian negara
berkembang, pencegahan pemberian ASI dari penderita HIV/AIDS kepada bayi menghadapi
kesulitan karena harga susu formula sebagai pengganti relatif mahal. Selain itu, para ibu juga
harus memiliki akses ke air bersih dan memahami cara mempersiapan susu formula yang tepat.
Lain-lain cara efektif lain untuk penyebaran virus ini adalah melalui penggunaan jarum
atau alat suntik yang terkontaminasi, terutama di negara-negara yang kesulitan dalam sterilisasi
alat kesehatan. Bagi pengguna obat intravena (dimasukkan melalui pembuluh darah), HIV
dapat dicegah dengan menggunakan jarum dan alat suntik yang bersih. Penularan HIV melalui
transplantasi dan transfusi hanya menjadi penyebab sebagian kecil kasus HIV di dunia (3-5%).
Hal ini pun dapat dicegah dengan melakukan pemeriksaan produk darah dan transplan sebelum
didonorkan dan menghindari donor yang memiliki risiko tinggi terinfeksi HIV.
Penularan dari pasien ke petugas kesehatan yang merawatnya juga sangat jarang terjadi
(< 0.0001% dari keseluruhan kasus di dunia). Hal ini dicegah dengan memeberikan pengajaran
atau edukasi kepada petugas kesehatan, pemakaian pakaian pelindung, sarung tangan, dan
pembuangan alat dan bahan yang telah terkontaminasi sesuai dengan prosedur.
Pada tahun 2005, sempat diusulkan untuk melakukan sunat dalam rangka pencegahan
HIV. Namun menurut WHO, tindakan pencegahan tersebut masih terlalu awal untuk
direkomendasikan. Ada beberapa jalur penularan yang ditakutkan dapat menyebarkan HIV,
yaitu melalui ludah, gigitan nyamuk, dan kontak sehari-hari (berjabat tangan, terekspos batuk
dan bersin dari penderita HIV, menggunakan toilet dan alat makan bersama, berpelukan).
Namun, CDC (Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit) menyatakan bahwa aktivitas
tersebut tidak mengakibatkan penularan HIV. Beberapa aktivitas lain yang sangat jarang
menyebabkan penularan HIV adalah melalui gigitan manusia dan beberapa tipe ciuman
tertentu.
BAB III
KASUS

Sally Smith, 27 tahun telah didiagnosis positif HIV 2 tahun lalu pada sebuah
pemeriksaan rutin. Pada saat didiagnosis pasien merupakan pasien asimptomatik. Selama 2
tahun terakhir kondisinya cenderung stabil dengan pemeriksaan laboratorium rutin setiap 4
bulan. Punya sejarah menggunakan kokain, tetapi sudah berhenti tiga tahun yang lalu.
Berhubungan seksual aktif, 100% menggunakan kondom. Data laboratorium setiap kunjungan
tercatat pada tabel di bawah ini.
1. Terapi Farmakologi
Antiretroviral (ARV) adalah beberapa obat yang digunakan untuk mengobati infeksi HIV.
Obat-obatan ini tidak membunuh virus, tapi memperlambat pertumbuhan virus. HIV bisa
mudah beradaptasi dan kebal terhadap satu golongan ARV. Oleh karena itu, kombinasi
golongan ARV akan diberikan pada penderita. Beberapa golongan ARV adalah: NNRTI (Non-
nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja dengan
menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
 NRTI (Nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Golongan ARV ini menghambat
perkembangan HIV di dalam sel tubuh.
 Protease inhibitors. ARV jenis ini akan menghilangkan protease, jenis protein yang
juga dibutuhkan HIV untuk memperbanyak diri.
 Entry inhibitors. ARV jenis ini akan menghalangi HIV untuk memasuki sel-sel
CD4.
 Integrase inhibitors. Jenis ARV ini akan menghilangkan integrase, protein yang
digunakan HIV untuk memasukkan materi genetik ke dalam sel-sel CD4.
2. Pemilihan Obat
NNRTI (Non-nucleoside reverse transcriptase inhibitors). Jenis ARV ini akan bekerja
dengan menghilangkan protein yang dibutuhkan virus HIV untuk menggandakan diri.
Digunakan obat Efavirenz + tenovir + emtricitabine karna pasienmasuk kedalam HIV stadium
dua.
3. Keterangan Obat
 Evafirens, Tablet 600mg
Indikasi Menurunkan jumlah virus HIV dalam tubuh sehingga sistem
imun akan bekerja lebih baik. Efavirenz membantu untuk
mengurangi risiko terkena komplikasi HIV, seperti infeksi baru
dan kanker, dan meningkatkan kualitas hidup.
Efek samping kelelahan, ruam pada kulit, mual, pusing, diare, sakit kepala, dan
insomnia (sulit tidur). Memakai efavirenz waktu makan
makanan berlemak atau minum susu dapat meningkatkan tingkat
obat dalam darah, sehingga efek samping mungkin lebih berat.
Mekanisme keja Efavirenz termasuk golongan non-nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NNRTI). Obat golongan ini menghambat
enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik
(RNA) HIV menjadi bentuk DNA. Perubahan ini harus terjadi
sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke kode genetik
sel yang terinfeksi HIV.
 Tenovir, Pil 300mg
Indikasi Obat ini umumnya digunakan bersamaan dengan obat-obatan
HIV lainnya untuk membantu menangani penyakit HIV. Obat ini
membantu Anda untuk mengurangi jumlah virus HIV dalam
tubuh sehingga sistem kekebalan tubuh dapat bekerja dengan
lebih baik.
Efek samping Umum adalah mual, muntah, dan hilang nafsu makan. Tenofovir
dapat mengakibatkan kerusakan pada ginjal. Tingkat kreatinin
pada pengguna tenofovir harus dipantau. Tenofovir juga dapat
merusakkan hati, sehingga sebaiknya kesehatan hati juga
sebaiknya dipantau.
Mekanisme keja Tenofovir termasuk golongan analog nukleotida atau nucleotide
reverse transcriptase inhibitor (NtRTI). Obat golongan ini
menghambat enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah
bahan genetik (RNA) HIV menjadikannya bentuk DNA. Ini
harus terjadi sebelum kode genetik HIV dapat dimasukkan ke
kode genetik sel yang terinfeksi HIV.
 Emtricitabine, Pil 200mg
Indikasi Dalam kombinasi dengan obat ARV lain, untuk pengobatan
infeksi HIV-1
Efek samping Efek samping FTC yang paling umum adalah sakit kepala, diare,
mual, dan ruam (luka pada kulit). Tingkat asam laktik dalam
darah meningkat pada beberapa orang yang memakai analog
nukleosida. Masalah hati, termasuk “hati yang berlemak” juga
dapat terjadi. Dapat pula terjadi perubahan yang terbatas pada
warna kulit tetapi ini jarang terjadi.
Mekanisme keja Termasuk golongan analog nukleosida atau nucleoside reverse
transcriptase inhibitor (NRTI). Obat golongan ini menghambat
enzim reverse transcriptase. Enzim ini mengubah bahan genetik
(RNA) HIV menjadikannya bentuk DNA.

4. Terapi Non Farmakologi

 Terapi non – farmakologik terdiri daripada pencegahan penularan HIV. Ini


melibatkan 5 P’s iaitu Partners, Prevention of Pregnancy, Protection of Sexual
transmitted diseases, Practices, Past history of sexual transmitted disease. (CDC)
 Metode yang sering digunakan adalah menggalakan orang menggunakan alat
kontrasepsi. Antara kontrasepsi yang sering digunakan adalah kondom. Selain itu,
menyarankan agar penderita untuk abstinen dan jika sudah berkawin,
menyarankan penderita dan pasangannya agar tidak berhubungan seks dengan
orang lain.
 Untuk pencegahan transmisi secara vertical, proses kelahiran haruslah dilakukan
secara pembedahan yaitu caesarean. Penyusuan bayi oleh ibu yang menderita juga
harus dielakkan. (CDC).
5. Monitoring Hasil Terapi

 Setelah memulai terapi, pasien biasanya dimonitor pada 3 bulan


interval dengan imunologi (yaitu, jumlah CD4), virologi (RNA HIV), dan klinis
penilaian.
 Ada dua indikasi umum untuk mengubah terapi: toksisitas yang signifikan dan
pengobatan
kegagalan.
 Kriteria khusus untuk menunjukkan kegagalan pengobatan belum ditetapkan
melalui dikendalikan uji klinis. Sebagai panduan umum, peristiwa berikut harus
meminta pertimbangan untuk mengubah terapi:
✓ Kurang dari 1 log10 penurunan RNA HIV 1 sampai 4 minggu setelah mulai
terapi, atau kegagalan untuk mencapai kurang dari 200 kopi / mL (<200 × 103 /
L) dengan 24 minggu atau kurang dari 50 kopi / mL (<50 × 103 / L) sebesar 48
minggu
✓ Setelah penekanan viral load HIV, deteksi berulang HIV-RNA
✓ klinis perkembangan penyakit, biasanya pengembangan oportunistik baru
infeksi

6. KIE
Berikan pemahaman kepada pasien bahwa obat-obat yang diberikan tidak semata-mata
menyembuhkan penyakit melainkan hanya mencegah dari peningkatan dan perkembangan
infeksi HIV, pengobatan akan meningkatkan dan memperpanjang masa hidup.
Keluarga memiliki peran besar dalam keberhasilan terapi, perhatian lebih dari keluarga
dan tidak mengintimidasi adalah berefek baik terhadap keadaan psikologi pasien yang
berperngaruh langsung terhadap kualitas hidup pasien
BAB IV
KESIMPULAN

Kesimpulannya adalah bahwa kita harus waspada terhadap virus HIV/AIDS.


1. HIV (Human Immuno–Devesiensi) adalah virus yang hanya hidup dalam tubuh manusia,
yang dapat merusak daya kekebalan tubuh manusia. AIDS (Acguired Immuno–Deviensi
Syndromer) adalah kumpulan gejala menurunnya gejala kekebalan tubuh terhadap serangan
penyakit dari luar.
2. Tanda dan Gejala Penyakit AIDS seseorang yang terkena virus HIV pada awal permulaan
umumnya tidak memberikan tanda dan gejala yang khas, penderita hanya mengalami demam
selama 3 sampai 6 minggu tergantung daya tahan tubuh saat mendapat kontak virus HIV
tersebut.
3. Hingga saat ini penyakit AIDS tidak ada obatnya termasuk serum maupun vaksin yang
dapat menyembuhkan manusia dari Virus HIV penyebab penyakit AIDS yang ada hanyalah
pencegahannya saja.
DAFTAR PUSTAKA

http://deqwan1.blogspot.com/2013/10/contoh-makalah-tentang-hiv-aids.html
https://www.academia.edu/6373911/IKM_HIV_AIDS
www.rijalhabibulloh.com/2014/08/makalah-hiv-aids.html
https://rahha.wordpress.com/2008/09/03/hiv-dan-aids/

Jenny Page, Maylani Louw, Delene Pakkiri, Monica Jacobs. 2006. Working with HIV/AIDS.
Cape Town: Juta Legal and Academic Publishers

Anda mungkin juga menyukai