RINGKASAN DISERTASI
KO PROMOTOR
TIM PENGUJI
DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
RINGKASAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Pertanyaan Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Hipotesis 5
E. Metodologi Penelitian 5
F. Etika Penelitian 6
G. Hasil Penelitian , 6
H. Pembahasan 18
I. Kesimpulan 24
J. Saran 25
DAFT AR PUST AKA 26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 32
ii
KATA PENGANTAR
Abstrak
Abstract
RINGKASAN
A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan
terbesar di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat 4 TB terbesar
didunia dan peringkat 3 penyebab kematian karena Infeksi
(DEPKES RI 2007). Tantangan utama masalah TB adalah
peningkatan infeksi TB diseluruh dunia dan penyebab kesakitan dan
kematian dinegara berkembang karena meningkatnya jumlah
penderita HIV AIDS di seluruh dunia, munculnya Multi Drug
Resistence (MDR) TB, Extensive Drug Resistence (XDR) TB dan
meningkatnya jumlah pasien yang berusia tua (Backer et aI., 2006;
Jeong & Lee, 2008; Jeong et aI., 2012).
Baku emas diagnosis TB paru adalah penemuan kuman
MycobacteriumTuberculosis (M.TB) dengan kultur, tetapi penemuan
M.TB dengan kultur sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
lama yaitu berkisar 6-8 minggu. Diagnosis TB paru ditegakkan
berdasarkan sputum BTA yang positif, tetapi lebih dari 50% pasien
TB paru mempunyai sputum BTA negatif. Di Indonesia TB paru BTA
negatif jumlahnya masih sangat tinggi. Sebagian besar kasus TB
paru ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan kelainan radiologis
yang sesuai dengan TB paru. Keputusan klinis dalam mengobati TB
paru masih berlangsung sampai alat diagnosis yang cepat, murah
tersedia (Siddiqi et aI., 2006).
2
ISTC, 2011). Lesi lesi yang letaknya di puncak paru sulit dinilai
dengan foto toraks, lesi- lesi aktif seperti infiltrat yang letaknya
tersembunyi di apek sulit dinilai dengan foto toraks. Kavitas didalam
nodul dan yang letaknya superposisi dengan tulang atau didalam
konsolidasi tidak bisa dinilai dengan foto toraks. Tree in bud opacity
yang merupakan tanda endobronkial TB tidak bisa dinilai dengan
foto toraks. Pasien medical check up yang tidak mempunyai gejala
klinis dan pada foto toraks terdapat lesi TB paru yang meragukan
apakah TB paru aktif atau bekas TB paru, sulit dibuktikan dengan
pemeriksaan mikrobiologi sehingga sering tidak diberi pengobatan,
berpotensi menular dan menjadi TB paru luas aktif sehingga
pengobatan lebih sulit dan menimbulkan bekas.
HRCT lebih sensitif dibandingkan foto toraks dalam menilai
lesi-Iesi yang minimal, membedakan lesi aktif dan tidak aktif. Dalam
mendeteksi penyebaran endobronkial sensitivitas HRCT 98%
dibandingkan dengan foto toraks yang hanya mempunyai
sensitivitas 19-58% (Yadav et aI., 2013). HRCT bisa membantu
dalam menegakkan diagnosis TB paru aktif dan TB paru BTA
negatif (Yeh et aI., 2010; Karam et aI., 2012; Nam et aI., 2012;
Khodabakhshi et aI., 2012; Shaarrawy et aI., 2013; Feng et aI.,
2013; Yoon et aI., 2013).
Pada penelitian ini digunakan CT scan toraks tanpa kontras
potongan terbatas pada daerah predileksi TB paru pada kasus
tersangka TB paru dewasa dengan hasil BTA sputum negatif. CT
scan toraks potongan terbatas pada penelitian ini mencakup
4
C. TUJUAN PENELITIAN
C.1. Tujuan urn urn
Mengetahui akurasi sistem skoring CT scan toraks tanpa
kontras potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru
dewasa.
D. HIPOTESIS
Akurasi sistem skoring CT scan toraks tanpa kontras
potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa
bisa diterima dengan memenuhi beberapa kriteria yaitu sensitivitas
dan spesifisitas lebih dari 90% dengan ratio kemungkinan positif
(RKP) > 10 dan ratio kemungkinan negatif (RKN) < 0,1.
E. METODOLOGI PENELITIAN
Studi potong lintang telah dilakukan di Instalasi Radiologi
RSUP Persahabatan, Jakarta Indonesia mulai bulan September
2012 sampai Juni 2013. Pada 130 subyek tersangka TB paru
berdasarkan gejala klinis dan foto toraks dengan BTA negatif telah
dilakukan pemeriksaan CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas untuk mengetahui nilai diagnostiknya dalam menegakkan
TB paru dewasa apabila pembacaannya menggunakan sistem
skoring. Reference standard pada penelitian ini berdasarkan follow
up klinis yaitu hasil kultur/biopsi dan keputusan melanjutkan terapi
OAT dengan penilaian perbaikan klinis serta perbaikan radiologis
paska terapi OAT 2 bulan oleh klinikus (pada penelitian ini dilakukan
oleh 2 orang dokter spesialis paru). Data penelitian dikumpulkan
secara prospektif dan dilakukan analisa uji statistik menggunakan
komputer program SPSS versi 20. Evaluasi CT scan toraks
potongan terbatas meliputi kelainan utama yang dijumpai pada CT
scan toraks tanpa kontras potongan terbatas yang merupakan
6
F. ETIKA PENELITIAN
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Komite Etik
Penelitian Kesehatan RSUP Persahabatan Jakarta, Indonesia
nomor 01/KEPK-RSUP/IXl2012 tertanggal 10 September 2012.
G. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini telah dibuat suatu protokol CT scan
toraks tanpa kontras dengan potongan terbatas yang hanya pada
region of interest yaitu berdasarkan predileksi lesi TB paru post
primer sesuai kepustakaan yaitu segmen 1,2,3,6 kanan dan 1/2,3,6
kiri dan menilai perluasan lesi serta efusi pleura. Pada CT scan
toraks potongan terbatas, potongan nya meliputi sebagian zona atas
yaitu lobus superior (segmen 1, 2, 3 kanan dan 1/2, 3 kiri),
sebagian zona tengah (sekitar hilus) yaitu lobus medius (segmen 4
dan 5 kanan kiri) serta lobus inferior segmen 6 kanan kiri dan
sebagian zona bawah yaitu segmen 7,8,9,10 kanan kiri.
7
Bukan TB 70 53,8
Tidak ada lesi 26 20
TB lama 32 24,6
Abnormal bukan TB 12 9,2
9
CT scan toraks n %
TB 84 64,6
Aktif lesi minimal 5 3,8
Aktif lesi sedang 1 0,8
Aktif lesi luas 22 16,9
Lama aktif lesi minimal 18 13,8
Lama aktif lesi sedang 2 1,5
Lama aktif lesi luas 36 27,7
Bukan TB 46 35,4
Tidak ada lesi 18 13,8
8ekas T8 15 11,5
Kelainan lain 8 6,2
Pneumonia 5 3,8
Kelainan utama CT n %
Infiltrat 65 50,0
Treeinbud 62 47,7
Nodul 60 46,2
Fibrokalsifikasi 49 37,7
Kavitas 32 24,6
Konsolidasi 31 23,8
Efusi 15 11,5
GGO 12 9,2
Reverse H 4 3,1
reference standard
Positif Negatif Nilai p
n % n %
Kontak TB Ya 6 7,10 3 6,70 0,933
Tidak 79 92,90 42 93,30
Umur < 40 50 58,80 17 37,80 0,022*
2:40 35 41,20 28 62,20
Merokok Ada 30 35,30 10 22,20 0,124**
Tidak 55 64,70 35 77,80
Infiltrat Ada 64 75,30 1 2,20 0,001*
Tidak 21 24,70 44 97,80
Kelamin P 39 45,90 23 51,10 0,57
L 46 54,10 22 48,90
Nodul Ada 52 61,20 8 17,80 0,001*
tidak 33 38,80 37 82,20
Tree in bud Ada 62 72,90 0 0,00 0,001*a
tidak 23 27,10 45 100,00
Kavitas Ada 32 37,60 0 0,00 0,001*a
Tidak 53 62,40 45 100,00
GGO Ada 7 8,20 5 11,10 0,59
Tidak 78 91,80 40 88,90
Konsolidasi Ada 30 35,30 1 2,20 0,001*
Tidak 55 64,70 44 97,80
Reverse H. Ada 4 4,70 0 0,00 0,139**
Tdak 81 95,30 45 100,00
Fibrokalsifik Ada 37 43,50 12 26,70 0,059**
Tidak 48 56,50 23 73,30
Efusi pleura Ada 13 15,30 2 4,40 0,065
Tidak 72 84,70 43 95,60
Hasil Bivariat
*) nilai p < 0,05
**) nilai p < 0,25 memenuhi syarat untuk uji multivariat
a. menggunakan uji fisher
13
••
J;M
~
~
.:: .,
0" OA (HI es co
1·Sp.clfieity
Oiagm131sJ!srmmt-5 3rl! produ;;t'd 1>""1
II¢$
HW%
lUW -; ~~~~'0i'~NY6_itk:)
~~M,tlOty
."" ;".~...........
• "'".•...
".." ..:l!._.."'."''''.".''''''
""l-f ..",,,,,,,,,,,,
.."''' ''' ''''''''''''''''''.''''''.'''
..~." .. '''''.
"'~ ...
m.••
~ ••~~.
Q~~~~~~;~$~aaa~~2~as
Grafik 2. Kurva titik potong sensitivitas dan spesifisitas skoring
prediksi TB paru
16
H. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dad 130 subyek tersangka TB paru
proporsi laki- laki sebanyak 68 subyek (52,3%) sedikit lebih tinggi
dibanding perempuan yaitu 62 pasien (47,7%). Beberapa penelitian
menyatakan TB paru memiliki proporsi subyek laki-Iaki yang lebih
besar dibanding perempuan (Khodabakhshi et aI., 2012; Nam et aI.,
2013; Yoon et aI., 2013). Angka kejadian TB paru lebih banyak pada
laki- laki dibanding perempuan karena perbedaan pajanan dan
resiko infeksi TB. Keterlambatan diagnosis dan deteksi kasus TB
paru yang rendah pada perempuan merupakan masalah serius di
Vietnam karena perempuan lebih merasa malu, takut dikucilkan dari
pergaulan dilingkungan keluarga dan masyarakat apabila
memeriksakan diri untuk mengetahui ada tidaknya TB paru (Horie et
aI., 2007).
Dari 130 subyek pada penelitian ini diperoleh umur subyek
dengan mean 41 dan median 39 tahun dengan kisaran 15 sampai
86 tahun. Peneliti lain menemukan mean 38,6 tahun (Yoon et aI.,
2013). Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan usia yang
tidak jauh berbeda (Rasuna, 2008; Icksan& Maryastuti, 2012).
Menurut laporan WHO sebagian besar penderita TB paru termasuk
dalam kelompok usia produktif (WHO, 2013). Keadaan ini akan
membawa dampak sosial ekonomi tersendiri bagi pasien, keluarga
dan masyarakat karena pada usia tersebut tingkat interaksi sosial
tinggi sehingga dapat menjadi sumber penularan (Reidel et aI.,
1998). Disamping itu apabila pengobatan tidak adekuat akan
19
I. KESIMPULAN
1. Sistem skoring CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas mempunyai akurasi yang setara dengan reference
standard untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa.
Selain itu CT scan toraks tanpa kontras potongan terbatas
dapat memberikan informasi kelainan paru yang lain, selain
TB paru.
2. Nilai skor 29 atau lebih pada sistem skoring CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas pada daerah predileksi TB
dapat menegakkan diagnosis TB paru dewasa dengan nilai
sensitivitas 96,5% dengan 95% interval kepercayaan (IK)
berkisar 90-98,8%, spesifisitas 95,6% (95%IK85-98,8%),
RKP 21,7 (95%IK7,5-57,9), RKN 0,04 (95% IK 0,02-0,07)
dan akurasi 96,2% (95% IK 90,3-97,8 %).
25
J. SARAN
Raniga, S., Parikh, N., Arora, A, Vaghani, M., Vora, P.A., Vaida,V.
(2006). Is HRCT reliable in determining disease activity in
pulmonary tuberculosis. Indian Journal of radiology and
imaging, 16, 2, 221-228.
Reidel, H.L., Chonde, T.M., Myking, H. (1998). Sputum smear
microscopy: The Public health service national tuberculosis
reference laboratory and the national laboratory network.
Paris, IUALTO. Ref Type: Magazine Article, 13-24.
Shaarrawy.H, Zeidan, M., Nasr, A, Nouh, M. (2013). Assessment
of the role of high resolution computed tomography in the
diagnosis of suspected sputum smear negative active
pulmonary TB. Egyptian Journal of Chest Diseases and
Tuberculosis, 62, 263-268.
Siddiqi, K., Walley, J., Khan, M.A., Shah, K. and Safdar, N. (2006).
Clinical guidelines to diagnose smear-negative pulmonary
tuberculosis in Pakistan:
Wei, C.J., Tiu, C.M., Chen, J.D. (2004). Computer tomography
features of acute pulmonary tuberculosis. Am J Emerg Med,
22, 171-174.
Whiting, P., Rutjes, A, Reitsma, J.B., Bossuyt, P.M., Kleijnen, J.
(2003). BMC medical research methodology. Oiunduh pada 24
Mei 20 12(http://www.biomedcentral.com/14 71-2288/3/25 )
WHO report (2011). Tuberculosis profile country of Indonesia 2010.
From www.who.intltb/data generated.
31
A. Data Pribadi
Nama dr. Aziza Ghanie Icksan Sp.Rad (K)
NIP 195510131981 12.2001
Tempat dan Tanggal Lahir : Solo / 13 Oktober 1955.
Agama Islam
Alamat Rumah Jalan Radin Inten II No 91, Rt 04,
RW 07, Duren Sawit, Jakarta Timur
Kode pos 13440
Telp 62218603653
Mobile phone 0811972098.
Email azizagicksan@yahoo.com
Status Perkawinan Menikah dengan 3 anak
Nama Suami dr. Z. Icksan Ambiar Sp.OG
Nama Anak 1. dr. Aryando Pradana SpOG
2. dr. M. Ardianto Airlangga
3. dr. Anesia Tania
C. Riwayat Pekerjaan
1. 1981 - 1982 Dokter PKM Merdeka Palembang
2. 1982 -1984 Ka PKM Basuki Rahmat Palembang
3. 1984 -1984 Staf SubDit Pemulihan Kesehatan
DinKes TKT. I Palembang
4. 1885 -1986 Dr Poliklinik PKB RS Dr Soetomo
Surabaya
5. 1986 -1988 Staf Sub Dit Pemulihan Kesehatan
DinKes TKT I Palembang
6. 1989-1991 Dr Poli Penyakit Dalam RSU Lubuk
Linggau SumSeL
7. 1996 - 2000 Staf SMF Radiologi RSUP
Persahabatan
8. 1999 - 2002 Anggota sub komite mutu pelayanan
medis RSUP Persahabatan Jakarta.
9. 2000- 2006 Kalnstalasi Radiologi RSUP
Persahabatan
34
D. Riwayat Kepegawaian:
1. 1 Desember 1981 Penata muda I dokterl GollllA
2. 1 April1985 Penata muda Tk II Tenaga medis/
GollllB
3. 1April1989 Penata / Tenaga Medis /GoIIIIC
4. 1 April 1994 Penata Tkll dokter pembina mudal
GolllID
5. 1 April 1996 Pembina/ Dokter Pembina Madya/
GollVA
6. 13 Januari 1997 Pembina/Gol IVA
7. 1 April 2000 Pembina TK II IVB
8. 1 April 2003 Pembina Utama Muda/IVC
9. 1 April 2007 Pembina Utama madyal IVD
10. 1 Juli 2010 Dokter Pendidik KlinisUtama RSUP
Persahabatan Jakarta.
11. 1 Oktober 2011 Pembina Utama / IV E.
E. Riwayat Organisasi
• Anggota IDI sejak 1981 - sekarang
• Anggota Perhimpunan Onkologi Indonesia 1996 - sekarang
• Anggota Indonesian Association of Lung Cancer Study
Group, sejak 1996 sampai sekarang.
• Wakil Bendahara Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi
Jakarta (PDSRI Jaya) 2001-2005
36
F. Penghargaan Presiden RI
SatyaLancana Karya Satya XXX tahun.
I. Riwayat Mengajar:
1. 2000 - sekarang, dosen pengajar luar biasa program
pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan IImu kedokteran
Respirasi FKUI, Jakarta.
2. 2002 - sekarang, dosen pengajar luar biasa program
pendidikan dokter spesialis Radiologi FKUI, Jakarta.
3. 2004·- 2009, tutor imejing toraks mahasiswa FK
International UI 12 jam Isemester.
4. 2009 - sekarang, dosen pengajar Luar biasa, FK UPN
Jakarta
K. Publikasi
a. Buku:
1. Editor in the title Tumor didalam toraks, Balai penerbit
FKUI Jakarta Indonesia, 2002.
38
b. Majalah:
Penulis Pertama :
1. Chest CT in Superior Vena Cava Syndrome; Jurnal
Persahabatan, IImiah kesehatan, Volume 3 Nomor 1
Oktober 2003, ISSN 1412- 2251.
2. The diagnostic accuracy of chest CT in the detection of
tumor and nodal status in non small cell lung ca ;
Makara Seri Kesehatan volume 7 no 2 Desember 2003.
ISSN 1693- 6728.
39
Penulis keempat: