Anda di halaman 1dari 54

!

AKURASI SISTIM SKORING CT SCAN I tI-]ffD//\


TORAKS TANPA KONTRAS POTONGAN
TERBATAS UNTUK MENEGAKKAN
DIAGNOSIS TUBERKULOSIS PARU DEWASA

RINGKASAN DISERTASI

AZIZA GHANIE ICKSAN


09/298725/SKUl330

PROGRAM DOKTOR ILMU KEDOKTERAN KLiNIK


FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS GADJAH MADA
YOGYAKARTA
2014
PROMOTOR

Prof.dr. Arif Faisal, Sp.Rad (K)

KO PROMOTOR

Dr. Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K)

TIM PENGUJI

Prof.dr. Sofia Mubarika, M.Med.Sc.,Ph.D.

Prof. dr. Mohammad Hakimi, Sp.OG (K).,Ph.D

Dr Tri Wibawa Sp.MK., Ph.D

Prof.Dr.dr. Suyono,Sp.Rad (K)

Dr.dr. Una Choridah, Sp.Rad (K)


DAFTAR 151

DAFTAR ISI i
KATA PENGANTAR ii
ABSTRAK ix
ABSTRACT x
RINGKASAN 1
A. Latar Belakang 1
B. Pertanyaan Penelitian 4
C. Tujuan Penelitian 4
D. Hipotesis 5
E. Metodologi Penelitian 5
F. Etika Penelitian 6
G. Hasil Penelitian , 6
H. Pembahasan 18
I. Kesimpulan 24
J. Saran 25
DAFT AR PUST AKA 26
DAFTAR RIWAYAT HIDUP 32
ii

KATA PENGANTAR

Alhamdulillah puji syukur saya panjatkan ke hadirat Allah


SWT atas segala rahmat dan karunia yang diberikan kepada saya
sehingga saya dapat menyelesaikan kewajiban saya dalam
menyusun disertasi ini. Shalawat dan salam saya haturkan kepada
junjungan kita Nabi Muhammad SAW. yang telah memberi
tuntunan dan ajarannya yang menjadi suri tauladan bagi kita semua.
Ucapan terima kasih saya haturkan kepada berbagai pihak
yang telah membantu saya mulai dari inspirasi untuk mengikuti
program paska sarjana ini, masa-masa perkuliahan sampai
tersusunnya disertasi ini.
Pada kesempatan ini saya menyampaikan penghargaan dan
terima kasih yang setinggi tinggi nya kepada promotor Prof. dr. Arif
Faisal, Sp.Rad(K) yang telah meluangkan waktu, membimbing dan
mengarahkan saya mulai dari proposal sarnpai tersusunnya
disertasi ini.
Pada kesempatan ini saya juga menyampaikan penghargaan
dan terima kasih yang setinggi-tingginya kepada ko promotor dr.
Elisna Syahruddin, Ph.D., Sp.P(K) yang telah meluangkan waktu,
membimbing dan mengarahkan saya mulai dari proposal sampai
tersusunnya disertasi ini.
111

Ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Muhammad Hakimi,


Sp.OG(K)., Ph.D atas bimbingan dan masukannya kepada saya
mulai dari penyusunan proposal sampai selesainya disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada dr. Tri Wibawa, Sp.MK., Ph.D
atas masukan - masukan yang berharga mulai dari penyusunan
proposal sampai tersusunnya disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Hari Kusnanto, SU.,
Dr.PH. atas saran dan masukan masukannya mulai dari proposal
sampai tersusunnya disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. DR. dr. Suyono,
Sp.Rad(K) atas saran dan masukan masukannya.
Ucapan terima kasih kepada DR. dr. Una Choridah,
Sp.Rad(K) atas saran dan masukan masukannya.
Ucapan terima kasih kepada ketua program studi Doktor
IImu Kedokteran FK UGM terdahulu dan saat ini atas kesempatan
yang diberikan kepada saya menimba IImu di paska sarjana FK
UGM.
Ucapan terima kasih kepada seluruh staf di paska sarjana
FK UGM yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu namanya atas
bantuan yang telah diberikan kepada saya selama saya mengikuti
pendidikan paska sarjana.
Ucapan terima kasih kepada Rektor Universitas Gadjah
Mada atas kesempatan yang telah diberikan kepada saya untuk
mengikuti pendidikanprogram studi Doktor di lingkungan FK UGM
iv

dan mengajukan disertasi serta menyelesaikan program Pendidikan


Studi Doktor di FK UGM.
Ucapan terima kasih kepada Dekan Fakultas Kedokteran
UGM dan wakil dekan Fakultas Kedokteran UGM atas kesempatan
yang diberikan untuk mengikuti pendidikan program studi Doktor di
lingkungan FK UGM.
Ucapan terima kasih kepada DR. dr. Ratna Sitompul
Sp.M(K), Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia yang
telah menugaskan saya sebagai dosen pengajar luar biasa di RSUP
Persahabatan Jakarta, untuk mendidik peserta program pendidikan
dokter spesialis (PPDS) Radiologi FKUI dan PPDS Pulmonologi dan
Ilmu Kedokteran Respirasi khusus dibidang IImu Radiologi Toraks.
Ucapan terima kasih kepada Kepala Departemen Radiologi
FKUI terdahulu dan saat ini beserta KPS dan seluruh guru- guru
saya beserta seluruh jajaran staf pengajar Radiologi FKUI atas
kepercayaan nya untuk menerima saya sebagai dosen pengajar luar
biasa Radiologi FKUI khususnya bidang Ilmu Radiologi Toraks.
Ucapan terima kasih kepada guru saya tercinta Prof. dr.
Nurlela Budjang, SpRad (K) yang telah mendidik saya mulai awal
sampai akhir pendidikan spesialis Radiologi di FKUI dan mendidik
saya mencintai profesi saya khususnya dibidang Radiologi Toraks.
Ucapan terima kasih kepada guru saya yang saya hormati
Prof. dr. Anwar Yusuf, Sp.P(K) yang telah membuat saya mencintai
IImu Radiologi Toraks.
v

Ucapan terima kasih kepada Direktur RSUP Persahabatan


terdahulu dr. Agung P Sutiyoso MARS, Sp. OT, dr. Priyanti Supandi
Sp.P(K) dan saat ini dr. Syahril Mansyur, Sp.P.,MHA beserta
jajaran direksinya, atas izin dan kesempatan yang telah diberikan
kepada saya untuk mengikuti program studi paska sarjana di FK
UGM dan untuk meneliti serta bekerja di RSUP Persahabatan.
Kepada kepala Departemen Pulmonologi dan Ilmu
Kedokteran Respirasi beserta seluruh staf dan peserta PPDS saya
haturkan terimakasih sebesar besarnya atas kesempatan yang
diberikan kepada saya untuk mengajar PPDS Pulmonologi dan IImu
Kedokteran Respirasi dan izin yang diberikan untuk meneliti di
RSUP Persahabatan dan poliklinik paru khususnya.
Ucapan terima kasih kepada kepala SMF IImu Penyakit
Dalam RSUP Persahabatan beserta staf atas partisipasinya dalam
membantu mengirim pasien sebagai partisipan dalam penelitian ini.
Kepada kepala Instalasi Mikrobiologi RSUP Persahabatan
beserta staf saya ucapkan terima kasih yang tidak terhingga atas
izin dan kerjasamanya untuk terlaksananya penelitian saya.
Kepada Dr. Med. dr. Indwiani Astuti saya mengucapkan
terima kasih atas kesabaran, dukungan, saran dalam membimbing
saya dari awal pendidikan, penyusunan proposal sampai
tersusunnya disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Sofia Mubarika,
M.Med.Sc., Ph.D atas dukungan, kesabaran, saran dan
vi

bimbingannya mulai dari penyusunan proposal sampai tersusunnya


disertasi ini.
Ucapan terima kasih kepada Prof. dr. Barmawi Hisyam,
Sp.PD.KP atas bimbingan, dukungan dan araban serta kritik dan
saran- saran pada saat penyusunan proposal disertasi ini.
Terima kasih yang sebesar- besar nya kepada teman- teman
sejawat di SMF Radiologi RSUP Persahabatan dr. Suhermi Ismail,
Sp.Rad, dr. Renita zein, Sp.Rad, dr. Andi Darwis Sp.Rad (K) dan dr.
Maryastuti, Sp.Rad atas pengertian dan bantuannya.
Kepada seluruh karyawan Instalasi Radiologi RSUP
Persahabatan saya mengucapkan terima kasih atas bantuannya,
dan kepada Radiografer RSUP Persahabatan yang terlibat
langsung membantu penelitian ini yaitu Teguh, Anila, Bambang,
Syahzunu, Ade, Daryani dan Yuli saya ucapkan terima kasih atas
bantuan dan kerjasamanya sehingga penelitian bisa berjalan
lancar.
Kepada dokter, karyawan, cleaning service dan pasien
RSUP Persahabatan yang bersedia ikut menjadi partisipan dalam
penelitian ini saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-
besarnya semoga Allah membalas kebaikan ini.
Terima kasih kepada dr.M.Sopiyudin, M.Epid. atas saran dan
bantuannya dalam penyusunan proposal awal disertasi ini
Kepada dr. Aria Kekalih, MIT saya mengucapkan terima
kasih atas bantuannya dalam pengolahan data akhir pada disertasi
ini.
Vll

Terima kasih saya ucapkan kepada kakak ipar H. Syahziar


Syaarani, SH yang telah membesarkan saya dan sebagai pengganti
ayah sehingga saya bisa seperti ini.
Saya mengucapkan terima kasih kepada almarhum
ayahanda tercinta Prof. HAGhanie Sindang, M.A dan almarhumah
ibunda tercinta Hj. Aminah Ghanie yang telah mendidik dan
mengasuh serta membesarkan saya dengan kasih sayang yang
tiada terhingga dan mengajarkan saya untuk menjadi manusia yang
berguna bagi keluarga dan masyarakat. Saya menyampaikan terima
kasih kepada Allah SWT yang telah memberikan orang tua terbaik
bagi saya.
Ucapan terima kasih juga kepada almarhumah Ibu mertua
saya H. Ainidal Ambiar yang telah mengajarkan pentingnya
kesabaran kepada saya.
Terima kasih kepada kakak - kakak tercinta Hj. Afaf Ghanie,
SH, dr Hj Aisyah Ghanie Sp.MK, Prof. dr. H. A. Ghanie Sp.PD. KKV,
dr, Hj. Abla Ghanie, Sp.THT KL (K) Serta adik- adik tersayang Hj.
Alia Ghanie, SH.M.Kn, Hj. Adlia Ghanie, SH.MKn atas dorongan
dan semangat yang diberikan kepada saya.
Terima kasih kepada kakak dan adik ipar beserta seluruh
keponakan yang selalu memberi semangat sehingga saya bisa
menyelesaikan pendidikan ini.
Ucapan terima kasih yang tiada terhingga kepada yang
tercinta ananda dr Anesia Tania yang telah membantu mulai dari
proposal sampai penyusunan disertasi ini.
viii

Saya mengucapkan terima kasih kepada anak - anak dan


menantu tercinta dr. Aryando Pradana, Sp.OG, dr M.A. Airlangga,
dr. Anesia Tania dan Sakinah Landy, S.I.Kom karena telah
mengizinkan mama untuk membagi waktu untuk mengikuti proses
pendidikan ini.
Saya mengucapkan terima kasih yang sebesar besarnya
kepada suami tercinta dr. H. Z. Icksan Arnbiar, Sp.OG atas izin,
dukungan moril dan materil dan terus menerus dengan sabar
memberi semangat yang tiada hentinya sehingga saya bisa
menyelesaikan tugas akhir ini.
Akhirnya pada kesempatan ini saya mengucapkan
permohonan maaf yang sebesar-besarnya atas segala kekhilafan
dan kesalahan yang telah dilakukan selama ini kepada semua
pihak. Semoga ilmu dan ketrampilan yang diperoleh dari pendidikan
ini bisa bermanfaat bagi umat dan mendapat ridho dari Allah S.W.T.
Aamiin Ya Robbal alamiin.

Jakarta, 25 Agustus 2014

Aziza Ghanie Icksan


IX

Abstrak

Latar belakang: Tuberkulosis (TB) masih merupakan penyebab


kesakitan dan kematian terbesar di Indonesia. Dibutuhkan alat
diagnostik yang cepat dan akurat dalam diagnosis TB paru dewasa
terutama pad a kasus TB paru BTA negatif. CT scan toraks tanpa
kontras potongan terbatas dengan sistem skoring dapat digunakan
dengan cepat, akurat sebagai alternatif diagnosis TB paru dewasa.
Tujuan: Untuk mengetahui akurasi sistem skoring CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru
dewasa
Metode: Selama bulan September 2012 sampai Juni 2013 telah
dilakukan studi potong lintang di Instalasi Radiologi RSUP
Persahabatan, Jakarta, Indonesia. Telah dilakukan CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas pada 130 subyek tersangka TB paru
BTA negatif. Berdasarkan CT scan toraks potongan terbatas didapat 84
subyek yang dinyatakan TB dibandingkan dengan reference standard.
Kemudian dilakukan sistim skoring dengan analisa bivariat dan
multivariat regresi Cox berdasarkan variable usia penderita, riwayat
merokok dan kontak TB, serta 9 karakteristik kelainan utama pada CT
scan toraks potongan terbatas. Telah dilakukan analisa ROC untuk
mendapatkan titik potong nilai prediksi TB paru
Hasil: Sistim skoring CT scan toraks tanpa kontras potongan terbatas
mendapatkan nilai skor 29 atau lebih dalam menegakkan diagnosis TB
paru dewasa dengan nilai akurasi 96,2% (95% IK 90,3-97,8%),
sensitivitas 96,5% ( 95% IK 90-98,8%), spesifisitas 95,6% ( 95% IK 85-
96,8%), RKP 21,7 (95% IK 7,5-57,9) dan RKN 0,04 (95% IK 0,02-0,07)
apabila dibandingkan dengan reference standard. Selain itu CT scan
toraks tanpa kontras potongan terbatas dapat memberikan informasi
kelainan paru yang lain selain TB.
Kesimpulan: Sistem skoring CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas mempunyai akurasi yang setara dengan reference standard
untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa.
Kata kunci:CT scan toraks tanpa kontras potongan terbatas, Sistem
skoring, TB paru dewasa
x

Abstract

Background: Tuberculosis (TB) is still a malo- CCl'JSeof morbidity and


mortality in Indonesia. Thus we need a fast and accurate method in
diagnosing pulmonary TB especially in adult smear negative TB cases.
The limited slice non-enhanced thoracic CT and a standardized method
of expertise, such as a scoring system, could be a fast, effective and
relatively easy alternative to provide a greater accuracy in diagnosing
adult pulmonary TB.
Objective: This study was performed to determine the accuracy of a
scoring system using the limited slice non-enhanced thoracic CT in
diagnosing adult pulmonary TB.
Methods: This cross sectional study was conducted in Department of
Radiology, Persahabatan hospital, Jakarta, Indonesia and starting from
September 2012 to June 2013. The subjects comprised of 130 patients
suspected of having smear negative pulmonary TB. A limited slice non-
enhanced thoracic CT was performed to assess the diagnostic value
based on a scoring system. Pulmonary TB was diagnosed in 84
subjects compare to reference standard. The scoring system was
calculated using bivariate and multivariate cox regression analysis. The
variables included in the analysis were the patient's age, history of
previous contact with pulmonary TB patients, history of smoking and 9
characteristic chest CT patterns of TB. The ROC analysis was done to
found the cutoff point score prediction pulmonary TB value.
Results: Based on limited slice non enhanced thoracic CT and done by
scoring system, a total score of equal or more than 29 could diagnose
pulmonary TB with the accuracy 96.1 % (95%Cls 91.3-98.3), sensitivity
96,5% (95%Cls 90.1-98,8), specificity 95.6% (95%Cls 90.1-98.8), PPV
97.6% (95%Cls 91.7-99.3%), NPV of 93.5% ( (95%Cls 82.5- 97.8),
LRP 21.7 (95%Cls 8.1-57.9) and LRN 0.04 (95%Cls 0.02- 0.07)
compared to reference standard. Limited slice non-enhanced thoracic
CT could also provide information regarding pulmonary abnormalities
other than TB
Conclusion: Scoring system performed in limited slice non-enhanced
thoracic CT has a highly comparable accuracy with the reference
standard for the diagnosis of adult pulmonary TB
Keyword: Limited slice non enhanced thoracic CT, Scoring system,
Adult pulmonary TB.
1

RINGKASAN

A. LATAR BELAKANG
Tuberkulosis (TB) masih merupakan masalah kesehatan
terbesar di Indonesia. Indonesia menduduki peringkat 4 TB terbesar
didunia dan peringkat 3 penyebab kematian karena Infeksi
(DEPKES RI 2007). Tantangan utama masalah TB adalah
peningkatan infeksi TB diseluruh dunia dan penyebab kesakitan dan
kematian dinegara berkembang karena meningkatnya jumlah
penderita HIV AIDS di seluruh dunia, munculnya Multi Drug
Resistence (MDR) TB, Extensive Drug Resistence (XDR) TB dan
meningkatnya jumlah pasien yang berusia tua (Backer et aI., 2006;
Jeong & Lee, 2008; Jeong et aI., 2012).
Baku emas diagnosis TB paru adalah penemuan kuman
MycobacteriumTuberculosis (M.TB) dengan kultur, tetapi penemuan
M.TB dengan kultur sangat sulit dan membutuhkan waktu yang
lama yaitu berkisar 6-8 minggu. Diagnosis TB paru ditegakkan
berdasarkan sputum BTA yang positif, tetapi lebih dari 50% pasien
TB paru mempunyai sputum BTA negatif. Di Indonesia TB paru BTA
negatif jumlahnya masih sangat tinggi. Sebagian besar kasus TB
paru ditegakkan berdasarkan temuan klinis dan kelainan radiologis
yang sesuai dengan TB paru. Keputusan klinis dalam mengobati TB
paru masih berlangsung sampai alat diagnosis yang cepat, murah
tersedia (Siddiqi et aI., 2006).
2

Diagnosis TB paru yang cepat dan akurat sangat dibutuhkan


dalam mengontrol hasii pengobatan TB paru dengan sukses
sehingga mengurangi penularan TB paru dan mencegah timbulnya
MDR TB paru akibat pengobatan yang tidak adekuat.Dibutuhkan
alat diagnosis yang baru yang bisa membantu dalam mengontrol
program TB yang berdasarkan bukti yang bisa digunakan untuk
keputusan klinis sebelum diqunakan secara rutin. Untuk merubah
kebijakan global dalam penatalaksanaan TB dibutuhkan penelitian
klinis termasuk melakukan review evidence yang comprehensive
yang sama baiknya dengan expert opinion and judgment (Pai et al.,
2008).
Keterlambatan diagnosis dan pengobatan TB paru
disebabkan karena baik secara klinis maupun secara radiologis bisa
menyerupai penyakit paru lain seperti pneumonia, keganasan dan
penyakit paru interstitial (Shaarrawy et al., 2013). Pengobatan TB
paru BTA negatif telah direkomendasikan oleh WHO berdasarkan
beberapa kriteria yaitu minimal hasil sputum BTA dua kali negatif,
tidak respon dengan antibiotik, abnormalitas radiografi yang sesuai
dengan TB paru aktif dan keputusan klinisi untuk mengobati dengan
oral anti TB (OAT) (DEPKES, 2007; Ahmad et al., 2012; WHO,
2011; WHO, 2013).
Saat ini foto toraks masih menjadi andalan dalam
menegakkan diagnosis TB paru dewasa terutama pada TB paru
BTA negatif, tetapi apabila pembacaan foto toraks tidak benar bisa
menyesatkan penatalaksanaan TB paru (Icksan & Luhur, 2008;
3

ISTC, 2011). Lesi lesi yang letaknya di puncak paru sulit dinilai
dengan foto toraks, lesi- lesi aktif seperti infiltrat yang letaknya
tersembunyi di apek sulit dinilai dengan foto toraks. Kavitas didalam
nodul dan yang letaknya superposisi dengan tulang atau didalam
konsolidasi tidak bisa dinilai dengan foto toraks. Tree in bud opacity
yang merupakan tanda endobronkial TB tidak bisa dinilai dengan
foto toraks. Pasien medical check up yang tidak mempunyai gejala
klinis dan pada foto toraks terdapat lesi TB paru yang meragukan
apakah TB paru aktif atau bekas TB paru, sulit dibuktikan dengan
pemeriksaan mikrobiologi sehingga sering tidak diberi pengobatan,
berpotensi menular dan menjadi TB paru luas aktif sehingga
pengobatan lebih sulit dan menimbulkan bekas.
HRCT lebih sensitif dibandingkan foto toraks dalam menilai
lesi-Iesi yang minimal, membedakan lesi aktif dan tidak aktif. Dalam
mendeteksi penyebaran endobronkial sensitivitas HRCT 98%
dibandingkan dengan foto toraks yang hanya mempunyai
sensitivitas 19-58% (Yadav et aI., 2013). HRCT bisa membantu
dalam menegakkan diagnosis TB paru aktif dan TB paru BTA
negatif (Yeh et aI., 2010; Karam et aI., 2012; Nam et aI., 2012;
Khodabakhshi et aI., 2012; Shaarrawy et aI., 2013; Feng et aI.,
2013; Yoon et aI., 2013).
Pada penelitian ini digunakan CT scan toraks tanpa kontras
potongan terbatas pada daerah predileksi TB paru pada kasus
tersangka TB paru dewasa dengan hasil BTA sputum negatif. CT
scan toraks potongan terbatas pada penelitian ini mencakup
4

segmen paru 1, 2, 3, 6 kanan dan 1/2, 3, 6 kiri yang merupakan


predileksi TB paru post primer. Dengan CT scan potongan terbatas
dosis radiasi bisa dikurangi dengan cara mengurangi scan length,
menggunakan aplikasi care dose yang ada pada alat sehingga mAs
disesuaikan berdasarkan kondisi dan ketebalan tubuh pasien, dan
melakukan pembuatan CT scan pada region of interest (Kachelriess
et aI., 2004; Kalra, 2006).

B. PERT ANY AAN PENELITIAN

Bagaimana akurasi sistem skoring CT scan toraks tanpa


kontras potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru
dewasa dibandingkan dengan reference standard.

C. TUJUAN PENELITIAN
C.1. Tujuan urn urn
Mengetahui akurasi sistem skoring CT scan toraks tanpa
kontras potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru
dewasa.

C.2. Tujuan khusus


1. Membuat protokol CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa.
2. Membuat sistem skoring berdasarkan karakteristik lesi paru
pada CT scan torak tanpa kontras potongan terbatas untuk
menegakkan diagnosis TB paru dewasa.
5

D. HIPOTESIS
Akurasi sistem skoring CT scan toraks tanpa kontras
potongan terbatas untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa
bisa diterima dengan memenuhi beberapa kriteria yaitu sensitivitas
dan spesifisitas lebih dari 90% dengan ratio kemungkinan positif
(RKP) > 10 dan ratio kemungkinan negatif (RKN) < 0,1.

E. METODOLOGI PENELITIAN
Studi potong lintang telah dilakukan di Instalasi Radiologi
RSUP Persahabatan, Jakarta Indonesia mulai bulan September
2012 sampai Juni 2013. Pada 130 subyek tersangka TB paru
berdasarkan gejala klinis dan foto toraks dengan BTA negatif telah
dilakukan pemeriksaan CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas untuk mengetahui nilai diagnostiknya dalam menegakkan
TB paru dewasa apabila pembacaannya menggunakan sistem
skoring. Reference standard pada penelitian ini berdasarkan follow
up klinis yaitu hasil kultur/biopsi dan keputusan melanjutkan terapi
OAT dengan penilaian perbaikan klinis serta perbaikan radiologis
paska terapi OAT 2 bulan oleh klinikus (pada penelitian ini dilakukan
oleh 2 orang dokter spesialis paru). Data penelitian dikumpulkan
secara prospektif dan dilakukan analisa uji statistik menggunakan
komputer program SPSS versi 20. Evaluasi CT scan toraks
potongan terbatas meliputi kelainan utama yang dijumpai pada CT
scan toraks tanpa kontras potongan terbatas yang merupakan
6

variabel bebas penelitian ditambah kelainan penyerta dan faktor


demografi.
Perhitungan skoring dilakukan dengan analisa bivariat dan
multivariat regresi Cox terhadap usia penderita dan riwayat kontak
TB paru, riwayat merokok serta 9 karakteristik kelainan utama pada
CT scan toraks potongan terbatas yaitu infiltrat, nodul, tree in bud
opacity, konsolidasi, ground glass opacity, kavitas, reverse halo
sign, fibrokalsifikasi dan efusi pleura.

F. ETIKA PENELITIAN
Penelitian ini telah mendapat persetujuan Komite Etik
Penelitian Kesehatan RSUP Persahabatan Jakarta, Indonesia
nomor 01/KEPK-RSUP/IXl2012 tertanggal 10 September 2012.

G. HASIL PENELITIAN
Pada penelitian ini telah dibuat suatu protokol CT scan
toraks tanpa kontras dengan potongan terbatas yang hanya pada
region of interest yaitu berdasarkan predileksi lesi TB paru post
primer sesuai kepustakaan yaitu segmen 1,2,3,6 kanan dan 1/2,3,6
kiri dan menilai perluasan lesi serta efusi pleura. Pada CT scan
toraks potongan terbatas, potongan nya meliputi sebagian zona atas
yaitu lobus superior (segmen 1, 2, 3 kanan dan 1/2, 3 kiri),
sebagian zona tengah (sekitar hilus) yaitu lobus medius (segmen 4
dan 5 kanan kiri) serta lobus inferior segmen 6 kanan kiri dan
sebagian zona bawah yaitu segmen 7,8,9,10 kanan kiri.
7

CT scan toraks potongan terbatas menggunakan KV 120,


mAs menggunakan aplikasi care dose dengan referensi 100 dan
Dose Length Product (OLP) berkisar 110-123 mSv. Oengan protokol
ini peneliti bisa mendiagnosis 84 kasus TB paru dan 46 subyek
dinyatakan bukan TB paru dari total 130 subyek tersangka TB paru
BTA negatif dengan sensitivitas 99%, spesifisitas 100%, NOP 100%
dan NON 98%, dibandingkan dengan reference standard. Oiantara
subyek yang bukan TB paru berdasarkan CT scan potongan
terbatas, terdiri dari tidak ada lesi sebanyak 18 pasien (13,8%),
kelainan bekas TB sebanyak 15 pasien (11,5 %), pneumonia 5
pasien (3,8%) dan kelainan lain sebanyak 8 pasien (6,2%).
Pada penelitian ini, usia rata- rata 41 tahun dengan median
39, kisaran usia berkisar 16-86 tahun. Proporsi laki-Iaki 52,3%
sedangkan perempuan sebanyak 47,7%. Sebagian besar tidak ada
kontak TB paru (93,1%), hanya 6,9 % yang ada riwayat kontak TB
paru. Sebanyak 90 subyek tidak merokok, sisanya 40 subyek ada
riwayat merokok (Tabel 1).

Tabel 1. Karakteristrk subyek tersangka TB paru berdasarkan jenis

kelamin, riwayat kontak TB paru dan riwayat merokok


Variabel n %
Laki laki 68 52,3
Kelamin
Perempuan 62 47,7
Kontak Ya 9 6,9
T8 Tidak 121 93,1
Ya 40 30,8
Merokok
Tidak 90 69,2
8

Dari 130 subyek tersangka TB paru, sejumlah 28 subyek


tidak disertai gejala klinis dan sisanya 102 subyek disertai gejala
klinis, dengan gejala klinis terbanyak yaitu batuk lebih dari 2 minggu
sebanyak 81 subyek (62,30%) (Tabel 2)

Tabel 2. Gejala klinis subyek tersangka TB paru


Gejala Klinis n %
Gejala TB Negatif 28 21,50
Gejala TB Positif 102 78,50
Batuk >2 Minggu 81 62,30
Berat Badan Turun 45 34,60
Sesak nafas 43 33,10
Tidak nafsu makan 37 28,50
Nyeri dada 36 27,70
Demam hilang timbul 34 26,20
Batuk darah 28 21,50
Keringat malam 26 20,00

Berdasarkan foto toraks sebanyak 60 subyek dinyatakan TB


paru dan 70 subyek bukan TB (Tabel 3)

Tabel 3. Kelainan foto toraks pada subyek tersangka TB paru


Foto toraks n %
TB 60 46,2
TB lama aktif minimal 9 6,9
TB lama aktif luas 13 10
TB minimal aktif 5 3,8
TB luas aktif 33 25,4

Bukan TB 70 53,8
Tidak ada lesi 26 20
TB lama 32 24,6
Abnormal bukan TB 12 9,2
9

Berdasarkan CT scan toraks potongan terbatas terdapat 84


subyek (64,6%) yang dinyatakan TB paru dan sisanya 46 subyek
(35,4%) dinyatakan bukan TB paru (TabeI4)

Tabel 4. Kelainan CT scan toraks potongan terbatas pada subyek


tersangka TB paru (n 130)

CT scan toraks n %
TB 84 64,6
Aktif lesi minimal 5 3,8
Aktif lesi sedang 1 0,8
Aktif lesi luas 22 16,9
Lama aktif lesi minimal 18 13,8
Lama aktif lesi sedang 2 1,5
Lama aktif lesi luas 36 27,7

Bukan TB 46 35,4
Tidak ada lesi 18 13,8
8ekas T8 15 11,5
Kelainan lain 8 6,2
Pneumonia 5 3,8

Dari 130 subyek penelitian, terdapat 85 subyek dinyatakan


TB paru berdasarkan reference standard follow up klinis yaitu 25
subyek hasil kultur/biopsi positif disertai perbaikan klinis dan
radiologis paska terapi OAT 2 bulan oleh klinikus (2 orang dokter
spesialis paru) dan 60 subyek kultur negatif tetapi ada perbaikan
klinis dan radiologis paska terapi OAT 2 bulan oleh klinikus
sehingga dibuat keputusan melanjutkan terapi OAT.
10

Dari 84 subyek yang dinyatakan TB berdasarkan CT scan


toraks tanpa kontras potongan terbatas didapatkan lesi-Iesi yang
berhubungan dengan TB (kelainan utama) terbanyak adalah infiltrat
(65), tree in bud (62), nodul (60) serta kavitas (32). Lesi yang paling
jarang adalah reverse hallo sign sebanyak 4 subyek (Tabel 5).

Tabel 5.Kelainan-kelainan utama pada subyek yang dinyatakan TB


berdasarkan CT scan toraks potongan terbatas (n 84)

Kelainan utama CT n %
Infiltrat 65 50,0
Treeinbud 62 47,7
Nodul 60 46,2
Fibrokalsifikasi 49 37,7
Kavitas 32 24,6
Konsolidasi 31 23,8
Efusi 15 11,5
GGO 12 9,2
Reverse H 4 3,1

Berdasarkan reference standard foto toraks mempunyai nilai


sensitivitas 71 % dan spesifisitas 100%, dengan NOP 100% dan
NON 64 %. CT scan toraks tanpa kontras potongan terbatas
mempunyai sensitivitas 99%, spesifisitas 100% dengan NOP 100%
dan NON 98% (Tabel 6).
11

Tabel 6. Nilai diagnostik foto toraks dan CT scan toraks potongan


terbatas dalam diagnosis TB paru dibandingkan dengan reference
standard
Reference
standard
TB bukan Sn Sp NOP NON
TB
Foto TB 60 0 0.71 1 1 0,64
toraks bukan TB 25 45
CT scan TB 84 0 0,99 1 1 0,98
toraks bukan TB 1 45
Catatan: Sn sensitivitas, Sp spesifisitas, NOP nilai duga positif, NON
nilai duga negative

Perhitungan nilai skor


Dari kelainan utama yang dilakukan analisis bivariat yang
mempunyai nilai p< U,05 yaitu infiltrat, nodul, tree in bud, kavitas dan
konsolidasi. Untuk membuat analisis model, variabel yang
dipertimbangkan untuk diikut sertakan pada perhitungan dengan uji
multivariat regresi Cox adalah variabel yang mempunyai nilai p <
0,25 pada analisis bivariat yaitu 8 variabel kelainan utama yang
terdiri dari Infiltrat, nodul, kavitas, tree in bud, konsolidasi, reverse
halo sign, fibrokalsifikasi, efusi dan 2 karakteristik demografi yaitu
umur dan riwayat merokok (Tabel 7).
12

Tabel 7. Kesesuaian karakteristik lesi-Iesi utama yang sesuai dengan TB


paru pada CT scan toraks potongan terbatas dan faktor yang berhubungan
denganreference standard

reference standard
Positif Negatif Nilai p
n % n %
Kontak TB Ya 6 7,10 3 6,70 0,933
Tidak 79 92,90 42 93,30
Umur < 40 50 58,80 17 37,80 0,022*
2:40 35 41,20 28 62,20
Merokok Ada 30 35,30 10 22,20 0,124**
Tidak 55 64,70 35 77,80
Infiltrat Ada 64 75,30 1 2,20 0,001*
Tidak 21 24,70 44 97,80
Kelamin P 39 45,90 23 51,10 0,57
L 46 54,10 22 48,90
Nodul Ada 52 61,20 8 17,80 0,001*
tidak 33 38,80 37 82,20
Tree in bud Ada 62 72,90 0 0,00 0,001*a
tidak 23 27,10 45 100,00
Kavitas Ada 32 37,60 0 0,00 0,001*a
Tidak 53 62,40 45 100,00
GGO Ada 7 8,20 5 11,10 0,59
Tidak 78 91,80 40 88,90
Konsolidasi Ada 30 35,30 1 2,20 0,001*
Tidak 55 64,70 44 97,80
Reverse H. Ada 4 4,70 0 0,00 0,139**
Tdak 81 95,30 45 100,00
Fibrokalsifik Ada 37 43,50 12 26,70 0,059**
Tidak 48 56,50 23 73,30
Efusi pleura Ada 13 15,30 2 4,40 0,065
Tidak 72 84,70 43 95,60
Hasil Bivariat
*) nilai p < 0,05
**) nilai p < 0,25 memenuhi syarat untuk uji multivariat
a. menggunakan uji fisher
13

Dari hasil uji multivariat menggunakan regresi Cox didapat


10 variabel yang berpengaruh terhadap prediksi TB paru yaitu
variabel kelainan utama yang terdiri dari infiltrat, tree in bud, nodul,
konsolidasi, reverse halo sign, fibrokalsifikasi dan efusi dan 2
variabel karakteristik demografi yaitu umur dan riwayat merokok.
Perhitungan skoring dilakukan dengan memperhatikan nilai indek
dari analisis regresi Cox.Nilai skor diperoleh dari pembagian dari
nilai nilai B/SE semua variabel yang diikutsertakan dalam analisa
multivariat dibagi dengan nilai B/SE terendah yaitu B/SE efusi pleura
sebagai pembagi B/SE yang ada. Dengan demikian diperoleh nilai
skor dari masing-masing variabel yang dibulatkan untuk
mempermudah perhitungan, sehingga diperoleh indek dari masing-
masing varia bel yaitu variabel infiltrat mempunyai nilai 27, tree in
bud 22, konsolidasi 15, nodul 13, kavitas 8, fibrokalsifikasi 8, reverse
2 dan efusi 1, sedangkan umur < 40 tahun mempunyai nilai 4 dan
merokok nilai 3 (Tabel 8).
14

Tabel. 8. Hasil perhitungan skor dari faktor demografi dan kelainan

utama pada CT scan toraks potongan terbatas subyek TB

B SE B/SE Skor* Penggenapan

Umur < 40 0,087 0,246 0,352 3,61 4


Merokok 0,074 0,233 0,319 3,27 3
Infiltrat 0,731 0,276 2,653 27,21 27
Nodul 0,309 0,249 1,242 12,73 13
Kavitas 0,198 0,251 0,788 8,08 8
Treein bud 0,607 0,288 2,108 21,61 22
Konsolidasi 0,362 0,247 1,465 15,02 15
Reverse 0,099 0,531 0,187 1,91. 2
Fibrokalsifikasi 0,174 0,237 0,735 7,54 8
Efusi 0,031 0,313 0,097 1,00 1
*) menggunakan skor B/SE Efusi sebagai referensi karena merupakan skor
terendah; B (nilai koefisien); SE (standard error); Hasil uji regresi Cox.

Dilakukan analisis hasil skoring guna mencari cut off point


(titik potong) dalam memprediksi TB paru dengan menggunakan
metode ROC (Receiver Operating Characteristic) analisis untuk
prediksi TB paru dengan CT scan toraks potongan terbatas
berdasarkan reference standard dengan area under curve 0.987
(0,969 -1,00 ) (Grafik1). Didapat cut off point (titik potong) 29
sebagai batasan angka untuk menilai TB paru atau bukan TB paru
secara CT scan torakstanpa kontras potongan terbatas (Grafik
2).Untuk mendapatkan sensitivitas dan spesifisnas yang seimbang
dilakukan perhitungan total skor prediksi TB paru sesuai dengan
Grafik IV.2. Dipilih angka 29 yang merupakan nilai optimal dengan
15

sensitivitas dan spesifisitas yang seimbang yaitu masing-masing


96,5% dan 95,6%.
ROCCu", •

••
J;M
~
~
.:: .,

0" OA (HI es co
1·Sp.clfieity
Oiagm131sJ!srmmt-5 3rl! produ;;t'd 1>""1
II¢$

Grafik 1.Diagram kurva ROC untuk skor prediksi TB paru

HW%

lUW -; ~~~~'0i'~NY6_itk:)

-~~~",,,,~,,,~~,,,~ ..,,,-,,,.-.,,,,,, ... ... ....


,,, ,,, ___ ~~)~lti\llJ~

~~M,tlOty

."" ;".~...........
• "'".•...
".." ..:l!._.."'."''''.".''''''

""l-f ..",,,,,,,,,,,,
.."''' ''' ''''''''''''''''''.''''''.'''
..~." .. '''''.

"'~ ...
m.••
~ ••~~.
Q~~~~~~;~$~aaa~~2~as
Grafik 2. Kurva titik potong sensitivitas dan spesifisitas skoring
prediksi TB paru
16

Nilai diagnostik skoring kelainan - kelainan utama pada CTscan


toraks potongan terbatas dan faktor demografi untuk
menegakkan diagnosis TB paru dibandingkan dengan
reference standard
Variabel infiltrat mempunyai nilai skor tertinggi yaitu 27 dengan
sensitivitas 75%, spesifisitas 98%,NOP 98%, NON 68% dan RKP
33,88. Sedangkan efusi pleura mempunyai skor terendah yaitu 1
dengan sensitivitas 15%, spesifisitas 96%, NOP 87%, NON 37% dan
RKP 3,44 dalam menegakkan diagnosis TB paru (Tabel 9).

Tabel.9. Nilai diagnostik CTscan toraks potongan terbatas dalam


menegakkan diagnosis TB paruberdasarkan nilai skor masing -
masing variabel dibandingkan reference standard

Sn Sp NOP NON Akurasi


Variabel Skor RKP RKN
(%) (%) (%) (%) (%)
Umur <40 4 59 62 75 44 1,56 0,66 50
Merokok 3 35 78 75 39 1,59 0,83 60
Infiltrat 27 75 98 98 68 33,88 0,25 83
Nodul 13 61 82 87 53 3,44 0,47 68
Tree in bud 22 73 100 100 66 - 0,27 81
Kavitas 8 38 100 100 46 - 0,62 59
Konsolidasi 15 35 98 97 44 15,88 0,66 56
Reverse H 2 5 100 100 36 - 0,95 37
Fibrokalsifikasi 8 44 73 76 41 1,63 0,77 53
Efusi 1 15 96 87 37 3,44 0,89 43
Total skor 103
Catatan: Sn sensitivitas; Sp Spesifisitas;NOP nilai duga positif; NON nilai
duga negatif; RKP rasio kemungkinan positif; RKN ratiokemungkinan
negatif.
17

Nilai diagnostik sistem skoring CT scan toraks potongan


terbatas terhadap reference standard
Berdasarkan sistem skoring ada 82 subyek yang mempunyai
skor ;:: 29 dinyatakan TB paru berdasarkan CT scan toraks tanpa
kontras potongan terbatas, tetapi reference standard menyatakan
85 subyek TB paru sisanya bukan TB paru. Berdasarkan reference
standard skoring CTscan toraks tanpa kontras potongan terbatas
mempunyai nilai sensitivitas 96,5%, spesifisitas 95,6%, NDP 97,6%,
NON 93,5%, RKP 21,7, RKN 0,04 dengan akurasi 96%. Tampak
disini keunggulan sistem skoring dalam menegakkan diagnosis TB
paru dan menyingkirkan diagnosis TB paru (TabeI10).

Tabel 10. Nilai diagnostik skor TB berdasarkan CTscan toraks tanpa


kontras potongan terbatas terhadap reference standard
Reference $tanciarci
So. % s,.% PPV% NPY% A% LRP% LRN%
Non l-U95% l - U 95% t , U 95% L" U 95% L· U95% L· U 95% L - U 95%
TB IB Cis Cis Cis Cis Cis Cis Cis
.~k~9!
96,5 95,6 97,6 93,5 96 21,1 0.04
CT29 IB 82 2

~~n :I 43 (90- 98,8) (85.98,8) (91,7.99) (82,5·97,8) (90.3-97,8, (7.5·57,9) (0.02·0.07)


~: So. sensitMty; ~ specificity; PPV positive predictive value; NPV negative predictive value; lR
P likelihood ratio positive; lRN likelihood ratio negative; A accuracy; llo\\.'Or; U upper,; Cis ronfJdence
interval.
18

H. PEMBAHASAN
Pada penelitian ini dad 130 subyek tersangka TB paru
proporsi laki- laki sebanyak 68 subyek (52,3%) sedikit lebih tinggi
dibanding perempuan yaitu 62 pasien (47,7%). Beberapa penelitian
menyatakan TB paru memiliki proporsi subyek laki-Iaki yang lebih
besar dibanding perempuan (Khodabakhshi et aI., 2012; Nam et aI.,
2013; Yoon et aI., 2013). Angka kejadian TB paru lebih banyak pada
laki- laki dibanding perempuan karena perbedaan pajanan dan
resiko infeksi TB. Keterlambatan diagnosis dan deteksi kasus TB
paru yang rendah pada perempuan merupakan masalah serius di
Vietnam karena perempuan lebih merasa malu, takut dikucilkan dari
pergaulan dilingkungan keluarga dan masyarakat apabila
memeriksakan diri untuk mengetahui ada tidaknya TB paru (Horie et
aI., 2007).
Dari 130 subyek pada penelitian ini diperoleh umur subyek
dengan mean 41 dan median 39 tahun dengan kisaran 15 sampai
86 tahun. Peneliti lain menemukan mean 38,6 tahun (Yoon et aI.,
2013). Beberapa penelitian sebelumnya mendapatkan usia yang
tidak jauh berbeda (Rasuna, 2008; Icksan& Maryastuti, 2012).
Menurut laporan WHO sebagian besar penderita TB paru termasuk
dalam kelompok usia produktif (WHO, 2013). Keadaan ini akan
membawa dampak sosial ekonomi tersendiri bagi pasien, keluarga
dan masyarakat karena pada usia tersebut tingkat interaksi sosial
tinggi sehingga dapat menjadi sumber penularan (Reidel et aI.,
1998). Disamping itu apabila pengobatan tidak adekuat akan
19

menimbulkan masalah besar dikemudian hari seperti kecacatan


paru yang permanen, MDR TB paru dan sindrom obstruksi paska
TB paru. Penelitian ini menggunakan usia <40 tahun sebagai salah
satu variabel prediksi TB paru berdasarkan skoring.
Gejala klinis terbanyak pada penelitian ini adalah batuk lebih
dari 2 minggu sebanyak 81 (62,3%), beberapa peneliti melaporkan
hal yang sama (Dutt & Stead, 1994; Ergun et aI., 2003; Aditama,
2005; Boon et aI., 2006; Rasuna, 2008; Icksan & Maryastuti, 2012).
Menurut beberapa kepustakaan, TB paru sputum BTA negatif
umumnya tidak bergejala dan biasanya ditemukan pada saat
skrining dengan foto toraks (Yadaf et aI., 2013; Karam et aI., 2012).
Penelitian ini tidak sesuai dengan beberapa kepustakaan karena
sebagian ,besar subyek pada penelitian ini mempunyai gejala klinis.
Namun pada penelitian ini gejala klinis tidak dimasukkan dalam
kriteria untuk memprediksi skor karena pertimbangan penelitian ini
ditujukan untuk menegakkan diagnosis TB paru BTA negatif
meskipun dari hasil penelitian in; sebagian besar subyek disertai
gejala klinis.
Dari 130 subyek penelitian, terdapat 40 subyek merokok dan
sisanya 90 subyek tidak merokok. Dari kepustakaan dikatakan
bahwa merokok 15 bungkus /tahun dan lamanya merokok beresiko
tinggi untuk terjadinya TB paru. Penelitian epidemiologi di afrika
selatan melaporkan angka kematian 50% berkaitan dengan
kebiasaan merokok. Rokok menyebabkan rusaknya bersihan
mukosilier dan meningkatnya jumlah makrofag alveolar di saluran
20

nafas bawah. Nikotin dapat menurunkan respon immun dengan cara


menghambat pelepasan tumor nekrosis faktor yang berperan pada
pertahanan immun selluler terhadap infeksi M.TB (Boon et aI., 2005;
Leung et aI., 2003; Maurya et aI., 2002)
Dari 130 subyek yang dHakukan CT scan toraks potongan
terbatas terdapat 84 (64,4%) subyek yang dinyatakan TB paru dan
sisanya 46 (34,6%) subyek dinyatakan bukan TB paru (normal,
pneumonia, abnormal lain).
Reference standard pada penelitian ini berdasarkan follow
up klinis yaitu hasil kultur/biopsi dan keputusan melanjutkan terapi
OAT dengan penilaian perbaikan klinis serta perbaikan radiologis
paska terapi OAT 2 bulan oleh klinikus (2 orang dr spesialis paru).
Dari beberapa kepustakaan dikatakan reference standard harus
merupakan sesuatu metode yang terbaik bagi pasien baik untuk
menyatakan pasien terserang penyakit maupun memastikan pasien
tidak menderita penyakit. Reference standard bisa berupa follow
upklinis, kombinasi follow up klinis dan tes laboratorium, kombinasi
karakteristik klinik dan pemeriksaan penunjang, ekplorasi bedah,
test, imaging dan hasil patologi (Whiting et aI., 2003; Bossuyt et aI.,
2003; Pusponegoro et aI., 2010).
Dalam praktek sedikit sekali hasil kutur M.TB yang
memberikan hasil positif meski pasien terbukti TB paru dengan
follow upklinis atau metode yang invasif seperti biopsi, oleh karena
itu reference standard yang digunakan bisa berupa gabungan
beberapa metode (Pusponegoro et aI., 2010). Berdasarkan
21

reference standard, sebanyak 85 subyek dinyatakan TB paru dan


sisanya 45 subyek (34,6%) dinyatakan bukan TB paru. Nilai
diagnostik CT scan toraks potongan terbatas dalam memprediksi TB
paru berdasarkan reference standard yaitu sensitivitas 99%,
spesifisitas 100 %, Nilai duga Positif (NDP) 100% dan Nilai Duga
Negatif (NDN) 98%.
Pada penelitian ini dari CTscan toraks potongan terbatas
ditemukan kelainan- kelainan utama yang dinyatakan TB paru
dengan reference standard yang secara statistik bermakna dengan
nilai p 0,001 (p < 0,05 uji chi square) yaitu infiltrat (75,3%), tree in
bud ( 72,9%), nodul (61,2%), kavitas (37,6%) dan konsolidasi
(35,3%). Penelitian Yadav, (2013) melaporkan temuan yang sedikit
berbeda dimana kelainan utama yaitu sentrilobular nodul sebanyak
91% kasus, konsolidasi sebanyak 38%, kavitas 48% dan tree in bud
88%. Peneliti lain melaporkan, dari 40 kasus TB paru BTA negatif
yang dilakukan CT scan toraks, dijumpai sentrilobular nodul
sebanyak 51,2%, konsolidasi 35%, kavitas 17,5% dan tree in bud
87,5% (Yeh et aI., 2010). Dari penelitian- penelitian ini tampak nya
tree in bud merupakan temuan terbanyak, meskipun angka nya
sedikit berbeda. Hal ini mungkin disebabkan oleh jumlah subyek
yang berbeda. Tree in bud merupakan suatu tanda TB endobronkial
dan tanda TB paru aktif apabila ditemukan pada daerah predileksi
TB paru. Pada penelitian ini konsolidasi jumlahnya hampir semua
sama denqan penelitian-penelitian lain (Wei et aI., 2004; Raniga et
aI., 2006; Yeh et aI., 2010; Marchiori et aI., 2011; Nam et aI., 2013;
22

Feng et al., 2013; Yadav et al., 2013). Penelitian - penelitian lain


dari beberapa referensi tidak menggunakan istilah infiltrat pada
penelitian mereka. Pada penelitian ini dibedakan antara infiltrat dan
nodul dengan definisi operational yang berbeda.
Disamping menemukan kelainan yang berhubungan dengan
TB paru, CT scan toraks potongan terbatas bisa menemukan
kelainan bukan TB paru yang sangat mempunyai arti bagi pasien.
Pada penelitian ini ditemukan kelainan emfisema sejumlah 23
pasien (17,7%), bronkiektasis sebanyak 16 pasien (12,3%), jamur 3
pasien (2,3%) dan masa 3 pasien (2,3%). Peneliti lain juga
menemukan lesi - lesi selain lesi TB paru pada penelitiannya (Nam
et al., 2013; Feng et al., 2013). Temuan lesi-Iesi lain selain lesi TB
paru menunjukkan keunggulan CT scan toraks meskipun hanya
menggunakan potongan terbatas dan tanpa kontras, yang bisa
menemukan lesi lain selain TB paru yang tidak bisa dijumpai
dengan foto toraks.
CT scan toraks potongan terbatas dalam penelitian ini
dievaluasi oleh dokter spesialis radiologi konsultan toraks yang
memiliki pengalaman 18 tahun di bidang radiologi toraks.
Sementara itu, dalam prakteknya di setiap pelayanan kesehatan,
dokter spesialis radiologi di tiap tempat akan memiliki pengalaman
dan kemampuan yang berbeda-beda. Namun, sangat penting untuk
bisa memberikan hasil ekspertise yang valid dan dapat diandalkan
dari CT scan toraks, terlepas dari pengalaman dan keterampilan tiap
dokter spesialis radiologi. Atas dasar ini penting untuk membuat
23

suatu sistem standar yang dapat memandu dokter spesialis


radiologi dalam mengevaluasi CT scan toraks pasien yang dicurigai
menderita TB paru dan selanjutnya membantu klinisi untuk
membuat keputusan klinis yang cepat dalam mengobati TB paru
BTA negatif secara empiris sebelum hasil kultur didapatkan.
Berdasarkan permasalahan tersebut, kami mencoba untuk
menciptakan sebuah sistem skoring yang dapat memandu dokter
spesialis radiologi lain untuk mengevaluasi CT scan toraks pasien
yang dicurigai TB paru. Oalam skoring penelitian ini, kami
menggunakan faktor demografi dan lesi-Iesi utama pada CT scan
toraks potongan terbatas yang secara statistik signifikan sesuai
denqan TB paru apabila dibandingkan dengan reference standard.
Oari sistem skoring ini terdapat 82 subyek mempunyai nilai skor ~
29 dengan sensitivitas 95,6%, spesifisitas 95,6 %, NOP 97,6 %
dan NON 93,5 % dibandingkan dengan reference standard. Akurasi
dari sistim skoring 96%, ratio kemungkinan positif (RKP) 21,7 dan
ratio kemungkinan negative (RKN) 0,04. Hasil ini bisa diterima
karena sesuai dengan hipotesis penelitian.
Oari hasil yang diperoleh tersebut, skoring CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas terbukti memiliki nilai yang
sebanding dengan reference standard dalam menegakkan
diagnosis TB paru dewasa. Oengan demikian, dapat disimpulkan
bahwa pemeriksaan ini memiliki validitas dan reliabilitas yang sama
dengan reference standard. Penemuan kasus dengan alat
diagnostik tambahan sulit untuk dilakukan secara rutin di negara
24

dengan prevalensi TB yang tinggi karena biaya yang dibutuhkan


tinggi. Tapi penggunaan skoring CT scan toraks tanpa kontras
potongan terbatas ini harus bisa mulai digunakan di lingkungan di
mana resiko terjadinya penularan TB paru tinggi, seperti di rumah
sakit rujukan atau rumah sakit umum, dan untuk kepentingan studi
penemuan kasus. CT scan toraks tanpa kontras yang dilakukan
dengan potongan terbatas ini dapat digunakan sebagai alat
diagnostik TB paru BTA negatif dan dievaluasi menggunakan sistem
skoring untuk menstandarisasi validitas dan reliabilitas hasil
ekpertisenya.

I. KESIMPULAN
1. Sistem skoring CT scan toraks tanpa kontras potongan
terbatas mempunyai akurasi yang setara dengan reference
standard untuk menegakkan diagnosis TB paru dewasa.
Selain itu CT scan toraks tanpa kontras potongan terbatas
dapat memberikan informasi kelainan paru yang lain, selain
TB paru.
2. Nilai skor 29 atau lebih pada sistem skoring CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas pada daerah predileksi TB
dapat menegakkan diagnosis TB paru dewasa dengan nilai
sensitivitas 96,5% dengan 95% interval kepercayaan (IK)
berkisar 90-98,8%, spesifisitas 95,6% (95%IK85-98,8%),
RKP 21,7 (95%IK7,5-57,9), RKN 0,04 (95% IK 0,02-0,07)
dan akurasi 96,2% (95% IK 90,3-97,8 %).
25

J. SARAN

1. Melakukan penelitian lanjutan yang bisa mengurangi


kelemahan penelitian ini yaitu dengan melakukan CT scan
toraks tanpa kontras potongan terbatas pada awal terapi
dan ulangan pada saat pasien kontrol 2 bulan setelah
terapi, untuk melengkapi reference standard yang berupa
follow up klinis, sehingga perbaikan radiologis nya meliputi
perbaikan toto toraks dan perbaikan CT scan toraks.
2. Mengusulkan penggunaan sistim skoring CT scan toraks
tanpa kontras potongan terbatas dalam menegakkan
diagnosis TB paru BTA negatit pada RS terutama pada RS
rujukan respirasi dan untuk penemuan kasus secara dini.
26

DAFT AR PUST AKA

Aditama, TY. (2005). Tuberkulosis, pengobatan dan masalahnya.


Editor Yulherina. Edisi ke V. Jakarta: Yayasan Penerbit Ikatan
Dokter Indonesia, 25-35.
Ahmad, R.A., Matthys, F., Dwihardiani, B., Rintiswati, N., Vias, S.J.,
Mahendradhata,Y. Stuyft, P.V (2012). D!agnostic work up and
loss of tuberculosis suspects in Jogjakarta, Indonesia. BMC
Pub.
Health, 12,132http://www.ncbi.nlm.nih.gov/pmc/articles/PMC33
38364/ (diunduh 12 Maret 2014)
Backer, AD., Mortele, K.J., Keulenaer, B.D., Parizel, P.M. (2006).
Tuberculosis: Epidemiology, manifestations, and the value of
medical imaging in diagnosis. JBR-BTR, 89, 243-250.
Boon, S.D., Lill, S.W., Borgdorff, M.W., Verver S., Bateman, E.D.,
Lombard, C.J., Enarson, D.A, Beyers N. (2005). Association
between smoking and tuberculosis infection: a population
survey in a high tuberculosis incidence area. Thorax, 60, 555-
557.
Boon, S.D., White, N.W., Lill, S.W., Borgdorff, M.W., Verver, S.,
Lombard, C.J., Bateman, E.D., Irusen, E., Enarson, S.A,
Beyers, N. (2006). An evaluation of symptom and chest
radiographic screening in tuberculosis prevalence survey. Int J
Tuberc Lung Ois, 10, 8, 876-882.
27

Bossuyt, P.M., Reitsma, J.B., Bruns, D.E., (2003). The STARD


statement for reporting studies of diagnostic accuracy:
Explanation and Elaboration. Clinical Chemistry, 49, 1, 1-23.
Departemen Kesehatan Republik Indonesia (2007). Pedoman
nasional penanggulangan TB DEPKES RI, Jakarta.
Dutt, AK. & Stead, W.W. (1994). Smear negative pulmonary TB.
Semin Respir Infect, 9, 113-119.
Ergun, P., Imaz, U.T., Ortapamuk, H., Biber, C., Keyf, AI.,
Cayan,C., Erdogan, Y. (2003). The role of Gallium -67
scintigraphy and high resolution computed tomography as
predictors of disease activity in sputum smear negative
pulmonary TB. Turkish Respiratory Journal, 4, 3, 123-126.
Feng, F., Shiyu, X., Xia G., Zhu,Y., Lu, H., Zhang Z. (2013).
Computed tomography in predicting smear negative pulmonary
tuberculosis in AI DS patients. Chin Med ,126, 17, 3228-3233.
Horie, T., Lien, L.T., Tuan, L. A, Tuan, P.L., Sakudara, S., Yanai,
H., Keicho, N., Nakata, K. (2007). A survey of tuberculosis
prevalence in Hanoi, Vietnam. Int J Tuberc Lung Dis, 11, 5,
562-566.
Icksan, A dan Luhur, R. (2008). Radiologi toraks TB paru, 1st ed.
Pradana A, ed. Jakarta. CV Sagung Seto , 20 - 44.
Icksan, A dan Maryastuti ( 2012). Karakteristik lesi foto toraks pada
TB paru BTA negatif dengan kultur negatif dan kultur positif di
RSUP Persahabatan Jakarta. Buletin IImiah Radiologi, 1, 2,
80-89.
28

International Standard for tuberculosis care (ISTC) (2011).


Diagnosis and treatment public health. Tuberculosis coalision
for technical assistance (TBCTA). San Fransisco. hand book.
Jeong, I., Kim, H.J., Kim, J., Oh, S.Y., Lee, J.B., Bai, J.Y., Lee, C.H.
(2012). Diagnostic accuracy of notified cases as pulmonary
tuberculosis in private sectors of korea. J Korean MedSci
published online April 25 doi: 10.3346/jkms.2012.27.5.525.
Jeong, J.Y. and Lee, K. S. (2008). Pulmonary tuberculosis: Up-to-
date imaging and management. AJR, 191, 334-341.
Kachelriess, M., Schaller, S., Kalender, WA (2004). Strategies for
dose reduction and improved image quality in MSCT in multi
detector row CT of the thorax. Berlin: Springer - verlag
Heidelberg, 35-45.
Kalra, M. K. (2006). MDCT radiation dose in MDCT a practical
approach book. Italia: Springer verlag, 30-38.
Karam, M.B., Masyedi, M.R., Fadaizadeh, L., Dokouhaki, P., Tahery,
S.A, Tabatabaii, S.J., Sadeghi, S. (2012). Role of HRCT in
diagnosing active pulmonary tuberculosis. National research
Institute of tuberculosis and lung disease, Maseeh Daneshvary
Hospital Tehran, Iran.
http://www.ams.ac.ir/aim/0031/karam0031.html
(Diunduh pada 13 Mei 2012)
Khodabakhshi, Asali, A, Behnampour,N., Abbasi, . A, Adel
Barkhordar, AR., Hashemi, F.A ( 2013). Diagnostic value of
29

high resolution computed tomographic scan in active


pulmonary tuberculosis. J Gorgan Uni Med Sci, 14,4,70-75.
Leung, C.C., Yew, W.W., Chan, C.K., Tam, C.M., Lan, C.W., Chang,
K.C., Chau, C.H., Lau, K.S., Law, W.S. (2003). Smoking and
tuberculosis in Hong Kong. Int J Tuberc Lung Dis ,7, 980- 986
Marchiori, E., Zanetti, G., Iron, K.L., Nobre, L.F., Hochhegger, B.,
Mancano, AD., Escuissato, D.L. (2011). Reversed halo sign in
active pulmonary tuberculosis: criteria for differentiation from
cryptogenic organizing pneumonia. AJR 197,1324-1327.
Maurya, V., Vijayan, V.K., Shah, A (2002). Smoking and
tuberculosis: an association overlooked. Int J Tuberc Lung Dis,
6,942-951
Nam, K.J., Jeong,Y.J., Kim,Y.D., Kim,K.I., Lee, J.W., Park, H.K.,
Hoseok (2012). Chronic destructive pulmonary tuberculosis:
assessment of disease activity by computed tomography. Acta
radiologica, 53, 1014-1019.
Pai, M., Ramsay, A, O'Brien, R. (2008). Evidence based
tuberculosis diagnosis. PLoS Medicine, 5,7, 1-7.
Pusponegoro, H.D., Wirya, I.G.N., Pudjiadi, AH. (2010). Uji
diagnostik: Dasar-dasar metodologi penelitian klinis edisi 3. CV
Sagung Seto ,193-216.
Rasuna, V. (2008). Pengamatan hasil akhir pengobatan TB paru
BTA negatif baru di RS Persahabatan Jakarta,
Indonesia.Tesis.
30

Raniga, S., Parikh, N., Arora, A, Vaghani, M., Vora, P.A., Vaida,V.
(2006). Is HRCT reliable in determining disease activity in
pulmonary tuberculosis. Indian Journal of radiology and
imaging, 16, 2, 221-228.
Reidel, H.L., Chonde, T.M., Myking, H. (1998). Sputum smear
microscopy: The Public health service national tuberculosis
reference laboratory and the national laboratory network.
Paris, IUALTO. Ref Type: Magazine Article, 13-24.
Shaarrawy.H, Zeidan, M., Nasr, A, Nouh, M. (2013). Assessment
of the role of high resolution computed tomography in the
diagnosis of suspected sputum smear negative active
pulmonary TB. Egyptian Journal of Chest Diseases and
Tuberculosis, 62, 263-268.
Siddiqi, K., Walley, J., Khan, M.A., Shah, K. and Safdar, N. (2006).
Clinical guidelines to diagnose smear-negative pulmonary
tuberculosis in Pakistan:
Wei, C.J., Tiu, C.M., Chen, J.D. (2004). Computer tomography
features of acute pulmonary tuberculosis. Am J Emerg Med,
22, 171-174.
Whiting, P., Rutjes, A, Reitsma, J.B., Bossuyt, P.M., Kleijnen, J.
(2003). BMC medical research methodology. Oiunduh pada 24
Mei 20 12(http://www.biomedcentral.com/14 71-2288/3/25 )
WHO report (2011). Tuberculosis profile country of Indonesia 2010.
From www.who.intltb/data generated.
31

WHO report (2013). Tuberculosis control in the south- east Asia


region. Annual report Ref Type: Online Source from
www.who.intltb!data generated.
Yadav, C., Gupta, A., Tiwari, A., Musale, P. (2013). Role of imaging
in management of pulmonary TB. Journal of evolution of
medical and dental sciences! Vol 2!lssue 20! May 20, 2013.
Yeh, J. J., Chen, C. C., Teng, W. B., Choiu, C. H., Hsieh, S. P., Lee,
T. L. (2010). Identifying the most infectious lesions in
pulmonary tuberculosis by high- resolution multi- detector
computed tomography. Eur Radio/,20, 2135-2145.
Yoon, J.Y., Lee, I.J., 1m,H.J., Lee,K., Lee, Y., Bae, S.H. (2013). CT
findings in apical versus basal involvement of pulmonary
tuberculosis. Diagn Interv Radiol, 19, 85-90.
32

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

A. Data Pribadi
Nama dr. Aziza Ghanie Icksan Sp.Rad (K)
NIP 195510131981 12.2001
Tempat dan Tanggal Lahir : Solo / 13 Oktober 1955.
Agama Islam
Alamat Rumah Jalan Radin Inten II No 91, Rt 04,
RW 07, Duren Sawit, Jakarta Timur
Kode pos 13440
Telp 62218603653
Mobile phone 0811972098.
Email azizagicksan@yahoo.com
Status Perkawinan Menikah dengan 3 anak
Nama Suami dr. Z. Icksan Ambiar Sp.OG
Nama Anak 1. dr. Aryando Pradana SpOG
2. dr. M. Ardianto Airlangga
3. dr. Anesia Tania

B. Riwayat Pendidikan Formal


1. 1961-1967 Sekolah Dasar Xaverius III Palembang
2. 1967-1970 : Sekolah Menengah Pertama Xaverius III
Palembang
3. 1970- 1973 Sekolah Mengengah Atas Xaverius
Palembang
33

4. 1974-1981 Pendidikan Dokter FK UNSRI Palembang


5. 1992- 1996 Pendidikan Dokter Spesialis Radiologi FKUI
Jakarta
6. 2009 Konsultan Radiologi Toraks
7. 2010-2014 Program Doktor IImu Kedokteraan Klinik FK
UGM

C. Riwayat Pekerjaan
1. 1981 - 1982 Dokter PKM Merdeka Palembang
2. 1982 -1984 Ka PKM Basuki Rahmat Palembang
3. 1984 -1984 Staf SubDit Pemulihan Kesehatan
DinKes TKT. I Palembang
4. 1885 -1986 Dr Poliklinik PKB RS Dr Soetomo
Surabaya
5. 1986 -1988 Staf Sub Dit Pemulihan Kesehatan
DinKes TKT I Palembang
6. 1989-1991 Dr Poli Penyakit Dalam RSU Lubuk
Linggau SumSeL
7. 1996 - 2000 Staf SMF Radiologi RSUP
Persahabatan
8. 1999 - 2002 Anggota sub komite mutu pelayanan
medis RSUP Persahabatan Jakarta.
9. 2000- 2006 Kalnstalasi Radiologi RSUP
Persahabatan
34

10. 2005 - sekarang Anggota tim penanggulangan Flu


Burung RSUP Persahabatan
11. 2006 - 2009 Tim Penyusunan Tarif RSUP
Persahabatan
12. 2006 - sekarang Ka sub kornite mutu KOMDIK RSUP
Persahabatan.
13. 2006- 2009 Ka SMF Radiologi RSUP
Persahabatan.
14.2009-2012 Ka SMF Radiologi RSUP
Persahabatan
15. 2012- 2014 Koordinator Radiologi survey
prevalens TB Nasional Indonesia
L1TBANG DEPKES. SK MENKES RI
NO 132/MENKES/SKN/2014.
16. 2012 -2014 Tim pakar pembaca x ray survey
prevalens TB Nasional Indonesia,
LIT BANG DEPKES 2012- 2014
17. 2009 - 2012 Ka SMF Radiologi RSUP
Persahabatan
18. 2012- sekarang Anggota komite Etik Penelitan RSUP
Persahabatan
19. 2012 - sekarang Ka Instalasil Ka SMF Radiologi RSUP
Persahabatan
35

D. Riwayat Kepegawaian:
1. 1 Desember 1981 Penata muda I dokterl GollllA
2. 1 April1985 Penata muda Tk II Tenaga medis/
GollllB
3. 1April1989 Penata / Tenaga Medis /GoIIIIC
4. 1 April 1994 Penata Tkll dokter pembina mudal
GolllID
5. 1 April 1996 Pembina/ Dokter Pembina Madya/
GollVA
6. 13 Januari 1997 Pembina/Gol IVA
7. 1 April 2000 Pembina TK II IVB
8. 1 April 2003 Pembina Utama Muda/IVC
9. 1 April 2007 Pembina Utama madyal IVD
10. 1 Juli 2010 Dokter Pendidik KlinisUtama RSUP
Persahabatan Jakarta.
11. 1 Oktober 2011 Pembina Utama / IV E.

E. Riwayat Organisasi
• Anggota IDI sejak 1981 - sekarang
• Anggota Perhimpunan Onkologi Indonesia 1996 - sekarang
• Anggota Indonesian Association of Lung Cancer Study
Group, sejak 1996 sampai sekarang.
• Wakil Bendahara Perhimpunan Dokter Spesialis Radiologi
Jakarta (PDSRI Jaya) 2001-2005
36

Ketua Bidang Organisasi Perhimpunan Dokter Spesialis


Radiologi Jakarta(PDSRI Jaya) 2005-2009
• Sekretaris Komisi Standard Profesi PDSRI periode 2005-
2009
• Ketua I PDSRI periode 2009- 2014.
• Ketua Perkumpulan Dokter Sub Spesialis Radiologi Toraks
Indonesia periode 2009- sekarang.
• Wakil Ketua RESPINA, 2011-2014.
• Wakil Ketua RESPINA, 2014-2017
• Anggota team Onkologi RSUP persahabatan 2011-sekarang
• Member International Association Society of Lung Cancer
2011 - sekarang
Member European Society of Thoracic Imaging 2012-
sekarang
• Member Korean Thoracic Radiology Society 2013- sekarang.
• Member European Society of Radiology 2012- sekarang

F. Penghargaan Presiden RI
SatyaLancana Karya Satya XXX tahun.

G. Kursus IPelatihan Didalam Dan Luar Negeri(1996 - 2014)

• Bidang Radiologi: 15 kali


• Bidang Pendidikan dan Pengabdian Masyarakat : 6 kali
37

H. Invited Speaker ( 2001-2014) : 65 kali

I. Riwayat Mengajar:
1. 2000 - sekarang, dosen pengajar luar biasa program
pendidikan dokter spesialis pulmonologi dan IImu kedokteran
Respirasi FKUI, Jakarta.
2. 2002 - sekarang, dosen pengajar luar biasa program
pendidikan dokter spesialis Radiologi FKUI, Jakarta.
3. 2004·- 2009, tutor imejing toraks mahasiswa FK
International UI 12 jam Isemester.
4. 2009 - sekarang, dosen pengajar Luar biasa, FK UPN
Jakarta

J. Pembing Tesis Peserta Program Dokter Spesialis FKUI


PPOS Bedah Toraks : 1 tesis ( 1997)
PPOS Radiologi FKUI: 8 tesis (2007 - 2014)
PPOS Pulmonologi dan IImu Kedokteran Respirasi : 4 tesis
(2008- 2010)

K. Publikasi
a. Buku:
1. Editor in the title Tumor didalam toraks, Balai penerbit
FKUI Jakarta Indonesia, 2002.
38

2. Kontributor pada : Pedoman National untuk Diagnosis &


Penatalaksanaan Kanker Paru Jenis Karsinoma Bukan
Sel kecil di Indonesia, 2002, 2005.
3. Kontributor pada buku Pedoman diagnosis &
penatalaksanaan Tumor Mediastinum non limfoma, di
Indonesia, 2003.
4. Penulis utama buku, Judul Radiologi Toraks TB paru.
Balai penerbit Sagung Seto Jakarta. Indonesia, 2008.
5. Kontributor pada pedoman penatalaksanaan flu burung
di Rumah sakit, Indonesia. Depkes 2008.
6. Penulis bersama buku sesak nafas, judul peran Imaging
pada sesak nafas, RESPINA 2012
7. Penulis bersama buku batuk, judul peran Imaging pada
Batuk, RESPINA 2013

b. Majalah:
Penulis Pertama :
1. Chest CT in Superior Vena Cava Syndrome; Jurnal
Persahabatan, IImiah kesehatan, Volume 3 Nomor 1
Oktober 2003, ISSN 1412- 2251.
2. The diagnostic accuracy of chest CT in the detection of
tumor and nodal status in non small cell lung ca ;
Makara Seri Kesehatan volume 7 no 2 Desember 2003.
ISSN 1693- 6728.
39

3. Pencitraan Radiologi TB paru dan Ektra Paru. Jurnal RS


Persahabatan volume 6, No 1 Jan- Apr 2007. ISSN
1412- 2251.
4. Imaging of thoracic trauma, Proceeding book the 4th
Annual Scientific Meeting of Radiology , December
2006. ISBN: 979- 25-1031-1.
5. Peran pencitraan foto toraks dan CT toraks pada
Tuberkulosis Paru. Naskah lengkap perkembangan
terkini tuberculosis. TB up date 2007. ISBN 979.96622-
1-4.
6. The need of chest Computer Tomography in the
assessment of mediastinal seminoma and non
seminomatous germ cell tumors. Indonesian Journal of
Cancer, volume 1, no 4. Oktober - December 2007.
ISSN;1978-3744.
7. Kriteria diagnosis kanker paru primer Berdasarkan
gambaran morphologi pada CT scan Toraks
dibandingkan sitologi. Journal of Cancer, volume 2, no1
2008.ISSN;1978-3744.
8. Peran CT scan dalam penilaian Timoma. Journal of
Cancer, volume 2, no 2.2008. ISSN;1978-3744.
9. Radiological Manifestation of Diffuse Infiltrative lung
disease. Proceeding book The 6th Scientific Respiratory
Medicine meeting PIPKRA 2008, ISBN 978-979-96622-
5-5
40

10. Kasus teratoma mediastinal Imatur dengan komponen


khoriokarsinoma disertai sindrom vena kava superior.
Journal of Cancer, volume III, no1. 2009. ISSN;1978-
3744.
11. The advancement of Thoracic Imaging Radiology.
th
Proceeding book The 13 International meeting on
Respiratory care Indonesia (RESPINA) 2011. ISBN 978-
602-19471-0-4.
12. Update imaging TB paru dewasa. Proceeding book
Pertemuan IImiah tahunan ke 8. Perhimpunan dokter
spesialis radiologi Indonesia. 2012. ISBN 978-979-755-
239-8.
13. Laporan Kasus Spondilitis TB. Majalah Radiologi
Indonesia, edisi 1 (4). P 3-6. 2012. ISSN 02163101.
14. Karakteristik lesi foto toraks pada TB paru BTA negative
dengan kultur negatif dan kultur positif di RSUP
Persahabatan Jakarta. Buletin Ilmiah Radiologi volume
1 no 2 P 80-89. Mei 2012. ISSN 2302-1764.
15. Peran CTscantoraks pada penyakit paru obstruksi
kronis. Proceeding Book Perhimpunan dokter spesialis
radiologi Indonesia PIT tahunan ke 9 p 157-164. 2013
ISBN 978-979-755-066-0.
41

Penulis keempat:

1. Staging pTNM System in non small cell lung Carsinoma.


Journal of Cancer, volume 2, No 4 Okt-Des 2008.
ISSN;1978-3744.
2. Gejala klinis neurologis dan gambaran CT scan otak
pasien kanker paru karsinoma bukan sel kecil
metastasis ke otak di RS persahabatan. Journal of
Cancer, volume 4, no 2. Januari -March 2010.
ISSN;1978-3744. Accredited B no: 156/Akred-
LlPI/P2MB1/03/2009.
3. Hubungan klinis dan gambaran radiologis bone survey
dan seromarker pada pasien Kanker paru metastasis ke
tulang di RS Persahabatan. Journal of Cancer, volume
4,no 3. 2010. ISSN;1978-3744.

Anda mungkin juga menyukai