Anda di halaman 1dari 5

Nama : Nurul Amalia Ali

Nim : 821417087
Kelas : B-S1 Farmasi 2017
Tugas : Farmakoterapi II

Kasus: R.P., seorang pria Hispanik berusia 18 tahun yang berkulit putih, memiliki jerawat sejak
remaja. Dia “kebanyakan tahan dengan itu,” kadang-kadang menggunakan produk peroksida
benzoil non-resep. Namun sekarang, jerawatnya semakin memburuk. Dia mengalami
peningkatan jumlah lesi di wajahnya, dan masalahnya telah menyebar ke dada dan punggungnya.
Saat ini, ia memiliki banyak komedo tertutup dan sekitar 12 papula dan pustula di wajahnya,
terutama di zona-T (dahi dan hidung). Dia memiliki satu nodul yang menyakitkan di pipinya dan
satu lagi di punggungnya. R. malu dengan penampilan kulitnya, terutama di belalainya, yang
terpapar ketika ia mengenakan jersey bola basketnya saat bermain di tim sekolah. Sebagai
mahasiswa baru di perguruan tinggi, ia ingin jerawatnya dapat dikendalikan dengan cepat
sehingga "itu tidak menjadi bagian permanen dari gambar saya seperti di sekolah menengah."
Dia menyangkal minum obat apa pun atau menggunakan obat apa pun, termasuk steroid
anabolik. Dia tidak memiliki kondisi medis signifikan lainnya dan tidak ada alergi obat yang
diketahui.

Pertanyaan:
1. Apa penilaian Anda tentang tingkat keparahan jerawat R.P?
2. Apa faktor penyebab jerawat?
3. Opsi terapi obat apa yang harus dipertimbangkan?
4. Apa poin konseling yang tepat?
Jawaban
1. Tingkat keparahan jerawat R.P ini sangatlah parah karena sudah timbul pastula atau biasa
dikenal dengan jerawat yang besar dan sudah bernanah. Jika saja dia tidak mengkonsumsi
benzoil peroksida sebelumnya pasti tingkat keparahan jerawatnya tidak akan separah itu.
Karena menurut Harper dan Fulton (2009) Benzoil peroksida menghilangkan jerawat
dengan cara membunuh bakteri penyebab jerawat dan mencegah sel kulit mati untuk
menyumbat pori-pori.
Biasanya, efek obat akan memakan waktu paling cepat 4 minggu untuk
memperlihatkan hasil paling optimalnya. Meski cukup efektif untuk mengobati jerawat,
efek samping dari penggunaan benzoil peroksida ini dapat membuat kulit kering
kemerahan dan terasa panas, khususnya bagi pemilik kulit sensitif. Mungkin saja R.P
mempunyai kulit yang sensisitif sehingga tidak cocok untuk penggunaan produk
peroksida benzoil non-resep.
2. Menurut Enny (2000) penyebab yang pasti belum diketahui, tetapi banyak faktor yang
mempengaruhi timbulnya acne vulgaris seperti sebum, bakteri, hormon, herediter, iklim,
psikis, kosmetika dan bahan kimia.
Dan distribusi acne vulgaris berkaitan dengan daerah yang mengandung kelenjar
sebasea seperti pada wajah, leher, dada, punggung dan bahu. Pada penderita akne
terdapat peningkatan hormon androgen, hormon ini mempunyai pengaruh penting pada
aktifitas kelenjar sebasea dan selanjutnya mempengaruhi terjadinya acne vulgaris.
(Djunarko dan Hendrawati, 2011)
3. Pengobatan acne vulgaris meliputi penghentian pemakaian semua faktor yang dapat
memperberat acne. Contoh obat yang dapat digunakan dalam obat acne vulgaris yaitu:
acne feldin, veril, benzolac, rosal, pimplek dan lain-lain (Djunarko dan Hendrawati,
2011)
Obat- obat yang digunakan kebanyakan mengandung sulfur dan astrigen lainnya yang
membuat kulit menjadi mengelupas dan membuka sumbatan folikel rambut
(GrahamBrown dan Bruns, 2005).
a. Terapi Non-Farmakologi
Selain obat ada hal- hal yang dapat dilakukan untuk mengatasi dan mencegah jerawat
terapi non farmakologi juga dapat menghindari timbulnya jerwat, seperti rajin
membersihkan muka, terutama setelah bepergian dan sebelum tidur, memilih
pembersih muka dan make-up sesuai dengan jenis kulit, menghindari terpajan radikal
bebas berlebihan seperti polusi udara, tidak memencet akne karena memencet akne
akan memperparah peradangan dan menyebarkan bakteri.
b. Terapi Farmakologi
Penggunaan obat anti acne dapat digunakan 2x sehari saat muka dalam keadaan
bersih (Djunarko dan Hendrawati, 2011). Obat yang dapat digunakan dalam
pengobatan acne vulgarisadalah:
a. Benzoil peroksida
Benzoil peroksida banyak digunakan untuk pengobatan acne vulgaris biasanya
konsentrasi benzoil peroksida yaitu: 2,5%, 5% ,10% terdapat pada sediaan seperti
lotion, krim, sabun, gel, dan juga terdapat pada konsentrasi 4%, 5,5 %, 20%.
Formulasi benzoyl peroksida dapat digunakan untuk pengobatan topikal acne
populopostular. Efek samping dari benzoil peroxid meliputi: kekeringan yang
berlebihan pada kulit, dan terjadi pengelupasan kulit, eritema atau edema
(Berardi, 2004).
b. Asam salisilat
Asam salisilat dapat mengobati komedo dan dapat digunakan sebagai terapi awal
untuk acne vulgarisringan atau sebagai pengobatan tambahan. Dalam
swamedikasi digunakan produk anti acne vulgaris yang mengandung asam
salisilat dengan konsentrasi 0,5%-2% (Berardi, 2004).
Efek samping yang ditimbulkan yaitu iritasi lokal (BNF, 2009). Asam salisilat
mempunyai sifat keratolotik yang dapat melunakkan kulit sehingga dapat
membantu penyerapan obat (Depkes, 2007).
c. Sulfur
Sulfur obat bebas digunakan secara topikal dalam pengobatan acne vulgaris,
dengan konsentrasi 3%-10% dapat digunakan sebagai keratolitik dan anti bakteri,
sulfur dalam penggunaan yang lama dapat menyebabkan efek komedogenik.
Produk yang mengandung sulfur digunakan secara tipis 1-3x sehari pada daerah
yang terkena acne vulgaris(Berardi,2004). Sulfur bersifat fungisida, parasitisida,
germesida dan mempunyai efek keratolitik (Depkes, 2007).
d. Kombinasi sulfur-resorsinol
Kombinasi sulfur 3%-8% dengan resorsinol2% dapat meningkatkan efek dari
sulfur, kombinasi tersebut berfungsi sebagai keratolitik, menekan sel dan
deskuamasi. Resorsinol dapat menimbulkan warna kulit coklat tua pada beberapa
orang yang mempunyai kulit gelap (Berardi, 2004).
4. Point penting dalam konseling yang tepat yaitu dengan terapi non farmakologi terlebih
dahulu. Untuk menghindari timbulnya jerawat, seperti rajin membersihkan muka,
terutama setelah bepergian dan sebelum tidur, memilih pembersih muka dan make-up
sesuai dengan jenis kulit, menghindari terpajan radikal bebas berlebihan seperti polusi
udara, tidak memencet akne karena memencet akne akan memperparah peradangan dan
menyebarkan bakteri. Jika non farmakologi tidak bekerja dan hanya menimbulkan
jerawat maka bisa dengan menggunakan terapi famakologi.
DAFTAR PUSTAKA
Berardi, R., 2004, Handbook of Nonprescription Drugs, Edisi IV, American Pharmacist
Assosiation, Amerika. Hal: 919-920.

Depkes RI. 2007. Keputusan Mentri Kesehatan RI No: 900/MENKES/VII/2007. Konsep Asuhan
Kebidanan. Jakarta

Djunarko, I. & Hendrawati., 2011, Swamedikasi yang Baik dan Benar, Yogyakarta, Citra Aji
Parama, 24-25.

Graham-Browns, Burns. 2005. Lecture Note on Dermatology. Edisi 8. Jakarta: Erlangga


Harper JC, Fulton J. 2009. Acne vulgaris,

Anda mungkin juga menyukai