I. MASALAH UTAMA
Harga Diri Rendah
II. PROSES TERJADINYA MASALAH
A. Pengertian
Konsep diri adalah pandangan dan sikap individu terhadap diri
sendiri. Pandangan diri terkait dengan dimeni fisik, karakteristik individual,
dan motivasi diri. Pandangan diri tidak hanya meliputi kekuatan-kekuatan
individual, tetapi juga kelemahan bahkan juga kegagalan dirinya. Konsep diri
merupakan inti dari kepribadian individu. Inti kepribadian berperan penting
untuk menentukan dan mengarahkan perkembangan kepribadian serta perilaku
individu.
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak berarti, rendah
diri, yang menjadikan evaluasi negatif terhadap diri sendiri dan kemampuan
diri (keliat, 2011). Harga diri rendah situasional merupakan perkembangan
persepsi negatif tentang harga diri sebagai respons seseorang terhadap situasi
yang sedang dialami. (Wilkinson, 2012).
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang negatif
terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan harga diri, merasa
gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat, 1999).
Jadi dapat disimpulkan bahwa perasaan negatif terhadap diri sendiri yang
dapat diekspresikan secara langsung dan tak langsung.
B. Faktor Predisposisi
1. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Harga diri adalah sifat yang diwariskan secara genetik. Pengaruh
lingkungan sangat penting dalam pengembangan harga diri. Faktor-faktor
predisposisi dari pengalaman masa anak-anak merupakan faktor kontribusi
pada gangguan atau masalah konsep diri. Anak sangat peka terhadap
perlakuan dan respon orang tua. Penolakan orang tua menyebabkan anak
memilki ketidakpastian tentang dirinya dan hubungan dengan manusia
lain. Anak merasa tidak dicintai dan menjadi gagal mencintai dirinya dan
orang lain.
Saat ia tumbuh lebih dewasa, anak tidak didorong untuk menjadi
mandiri, berpikir untuk dirinya sendiri, dan bertanggung jawab atas
kebutuhan sendiri. Kontrol berlebihan dan rasa memiliki yang berlebihan
yang dilakukan oleh orang tua dapat menciptakan rasa tidak penting dan
kurangnya harga diri pada anak. Orangtua membuat anak-anak menjadi
tidak masuk akal, mengkritik keras, dan hukuman.
Tindakan orang tua yang berlebihan tersebut dapat menyebabkan
frustasi awal, kalah, dan rasa yang merusak dari ketidak mampuan dan
rendah diri. Faktor lain dalam menciptakan perasaan seperti itu mungkin
putus asa, rendah diri, atau peniruan yang sangat jelas terlihat dari saudara
atau orangtua. Kegagalan dapat menghancurkan harga diri, dalam hal ini
dia gagal dalam dirinya sendiri, tidak menghasilkan rasa tidak berdaya,
kegagalan yang mendalam sebagai bukti pribadi yang tidak kompeten.
Ideal diri tidak realistik merupakan salah satu penyebab rendahnya
harga diri.Individu yang tidak mengerti maksud dan tujuan dalam hidup
gagal untuk menerima tanggung jawab diri sendiri dan gagal untuk
mengembangkan potensi yang dimilki. Dia menolak dirinya bebas
berekspresi, termasuk kebenaran untuk kesalahan dan kegagalan, menjadi
tidak sabaran, keras, dan menuntut diri. Dia mengatur standar yang tidak
dapat ditemukan. Kesadaran dan pengamatan diri berpaling kepada
penghinaan diri dan kekalahan diri. Hasil ini lebih lanjut dalam hilangnya
kepercayaan diri.
2. Faktor yang mempengaruhi harga diri.
Peran yang sesuai dengan jenis kelamin sejak dulu sudah diterima oleh
masyarakat, misalnya wanita dianggap kurang mampu, kurang mandiri ,
kurang objektif, dan kurang rasional dibandingkan pria. Pria dianggap
kurang sensitive, kurang hangat, kurang ekpresif dibanding wanita. Sesuai
dengan standar tersebut, jika wanita atau pria berperan tidak seperti
lazimnya maka akan menimbulkan konflik didalam diri mapun hubungan
sosial. Misalnya wanita yang secara tradisional harus tinggal dirumah saja,
jika ia mulai keluar rumah untuk mulai sekolah atau bekerja akan
menimbulkan masalah. Konflik peran dan peran yang tidak sesuai muncul
dari faktor biologis dan harapan masyarakat terhadap wanita atau pria.
3. Faktor yang mempengaruhi identitas diri
Intervensi orangtua terus-menerus dapat mengganggu pilihan remaja.
Orang tua yang selalu curiga pada anak menyebakan kurang percaya diri
pada anak. Anak akan ragu apakah yang dia pilih tepat, jika tidak sesuai
dengan keinginan orang tua maka timbul rasa bersalah. Ini juga dapat
merendahkan pendapat anak dan mengarah pada keraguan, impulsif, dan
bertindak keluar dalam upaya untuk mencapai beberapa identitas. Teman
sebayanya merupkan faktor lain yang mempengaruhi identitas. Remaja
ingin diterima, dibutuhkan, diingikan, dan dimilki oleh kelompoknya.
C. Faktor Presipitasi
1. Trauma
Masalah khusus tentang konsep diri disebabakan oleh setiap situasi
dimana individu tidak mampu menyesuaikan. Situasi dapat mempengaruhi
konsep diri dan komponennya. Situasi dan stressor yang dapat
mempengaruhi gambaran diri dan hilangnya bagian badan, tindakan
operasi, proses patologi penyakit, perubahan struktur dan fungsi tubuh,
proses tumbuh kembang, dan prosedur tindakan dan pengobatan.
2. Ketegangan peran
Ketegangan peran adalah stres yang berhubungan dengan frustasi yang
dialami individu dalam peran.
a. Transisi perkembangan
Transisi perkembangan adalah perubahan normatif berhubungan
dengan pertumbuhan. Setiap perkembangan dapat menimbulkan
ancaman pada identitas. Setiap tahap perkembangan harus dilakukan
inidividu dengan menyelesaikan tugas perkembangan yang berbeda-
beda. Hal ini dapat merupakan stressor bagi konsep diri.
b. Transisi situasi
Transisi situasi terjadi sepanjang daur kehidupan. Transisi situasi
merupakan bertambah atau berkurangnya orang yang penting dalam
kehidupan individu melalui kelahiran atau kematian orang yang
berarti, misalnya status sendiri menjadi berdua atau menjadi orang tua.
c. Transisi sehat sakit
Transisi sehat sakit berkembang berubah dari tahap sehat ke tahap
sakit. Beberapa stressor pada tubuh dapat menyebabakan gangguan
gambaran diri dan berakibat perubahan konsep diri. Perubahan tubuh
dapat mempengaruhi semua komponen konsep diri yaitu gambaran
diri, peran ,dan harga diri. Masalah konsep diri dapat dicetuskan oleh
faktor psikologis, sossiologis, atau fisiologis, namun yang lebih
penting adalah persepsi klien terhadap ancaman perilaku.
D. Tanda dan Gejala
1. Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan tindakan terhadap
penyakit (rambut botak karena terapi)
2. Rasa bersalah terhadap diri sendiri (mengkritik/menyalahkan diri sendiri)
3. Gangguan hubungan sosial (menarik diri)
4. Percaya diri kurang (sukar mengambil keputusan)
E. Akibat
Harga diri rendah dapat membuat klien menjdai tidak mau maupun tidak
mampu bergaul dengan orang lain dan terjadinya isolasi sosial : menarik diri.
Isolasi sosial menarik diri adalah gangguan kepribadian yang tidak fleksibel
pada tingkah laku yang maladaptive, mengganggu fungsi seseorang dalam
hubungan sosial (DEPKES RI, 1998 : 336).
Tanda dan gejala :
1. Data Subyektif :
a. Mengungkapkan untuk memulai hubungan / pembicaraan
b. Mengungkapkan perasaan malu untuk berhubungan dengan orang lain
c. Mengungkapkan kekhawatiran terhadap penolakan oleh orang lain
2. Data Obyektif :
a. Kurang spontan ketika diajak bicara
b. Apatis
c. Ekspresi wajah kosong
d. Menurun atau tidak adanya komunikasi verbal
e. Bicara dengan suara pelan dan tidak ada kontak mata saat berbicara.
(Budi Anna Keliat, 2001)
III. POHON MASALAH
A. Pohon masalah
Tanggal :
Interaksi ke :
Jam :
A. PROSES KEPERAWATAN
1. Kondisi Pasien :
DS : klien mengatakan malu dan minder dengan dirinya.
3. Terminasi :
a. Evaluasi Respon :
Subyektif :
“Bagaimana perasaan anda setelah kita bercakap – cakap dan latihan
merapikan tempat tidur ? Obyektif :
Fitria Nita. Dkk. 2013. Laporan Pendahuluan Tentang Masalah Psikososial. Jakarta:
Salemba Medika.