LP Stroke
LP Stroke
KELUARGA GERONTIK
STROKE
DISUSUN OLEH:
2020
LAPORAN PENDAHULUAN
STROKE
A. Definisi
Stroke merupakan penyakit neurologis yang sering dijumpai dan harus
ditangani secaracepat dan tepat. Stroke merupakan kelainan fungsi otak yang
timbul mendadak yangdisebabkan karena terjadinya gangguan peredaran
darah otak dan bisa terjadi padasiapa saja dan kapan saja (Muttaqin, 2008)
Definisi Stroke adalah suatu gangguan fungsional otak yang terjadi secara
mendadak (dalam beberapa detik) atau secara cepat (dalam beberapa jam) dengan
tanda dan gejala klinis baik fokal maupun global yang berlangsung lebih dari 24 jam,
disebabkan oleh terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan (stroke
hemoragik) ataupun sumbatan (stroke iskemik) dengan gejala dan tanda sesuai bagian
otak yang terkena, yang dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian
(Junaidi, 2011).
Stroke diklasifikasikan menjadi stroke iskemik dan stroke hemoragik. Kurang
lebih 83% dari seluruh kejadian stroke berupa stroke iskemik, dan kurang lebih 51%
stroke disebabkan oleh trombosis arteri, yaitu pembentukan bekuan darah dalam arteri
serebral akibat proses aterosklerosis. Trombosis dibedakan menjadi dua subkategori,
yaitu trombosis pada arteri besar (meliputi arteri karotis, serebri media dan basilaris),
dan trombosis pada arteri kecil. Tiga puluh persen stroke disebabkan trombosis arteri
besar, sedangkan 20% stroke disebabkan trombosis cabang-cabang arteri kecil yang
masuk ke dalam korteks serebri (misalnya arteri lentikulostriata, basilaris penetran,
medularis) dan yang menyebabkan stroke trombosis adalah tipe lakuner. Kurang lebih
32% stroke disebabkan oleh emboli, yaitu tertutupnya arteri oleh bekuan darah yang
lepas dari tempat lain di sirkulasi. Stroke perdarahan frekuensinya sekitar 20% dari
seluruh kejadian stroke (Washington University, 2011)
B. Etiologi
Penyebab stroke menurut Arif Muttaqin (2008)
1. Trombosis (bekuan darah didalam pembuluh darah otak atau leher)
Thrombosis ini terjadi pada pembuluh darah yang mengalami oklusi sehingga
menyebabkan iskemi jaringan otak yang dapat menimbulkan oedema dan kongesti
di sekitarnya. Thrombosis biasanya terjadi pada orang tua yang sedang tidur atau
bangun tidur. Hal ini dapat terjadi karena penurunan aktivitas simpatis dan
penurunan tekanan darah yang dapat menyebabkan iskemi serebral. Tanda dan
gejala neurologis memburuk pada 48 jam setelah trombosis.
Beberapa keadaan di bawah ini dapat menyebabkan thrombosis otak:
a. Aterosklerosis
Aterosklerosis merupakan suatu proses dimana terdapat suatu
penebalan dan pengerasan arteri besar dan menengah seperti koronaria,
basilar, aorta dan arteri iliaka (Ruhyanudin, 2007). Aterosklerosis adalah
mengerasnya pembuluh darah serta berkurangnya kelenturan atau elastisitas
dinding pembuluh darah. Manifestasi klinis atherosklerosis bermacam-
macam. Kerusakan dapat terjadi melalui mekanisme berikut:
Lumen arteri menyempit dan mengakibatkan berkurangnya aliran
darah.
Oklusi mendadak pembuluh darah karena terjadi trombosis.
Merupakan tempat terbentuknya thrombus, kemudian melepaskan
kepingan thrombus (embolus).
Dinding arteri menjadi lemah dan terjadi aneurisma kemudian robek
dan terjadi perdarahan.
b. Hyperkoagulasi pada polysitemia
Darah bertambah kental, peningkatan viskositas/ hematokrit meningkat dapat
melambatkan aliran darah serebral.
c. Arteritis( radang pada arteri )
d. Emboli
Emboli serebral merupakan penyumbatan pembuluh darah otak oleh bekuan
darah, lemak dan udara. Pada umumnya emboli berasal dari thrombus di
jantung yang terlepas dan menyumbat sistem arteri serebral. Emboli tersebut
berlangsung cepat dan gejala timbul kurang dari 10-30 detik. Beberapa
keadaan dibawah ini dapat menimbulkan emboli:
Katup-katup jantung yang rusak akibat Rheumatik Heart Desease
(RHD).
Myokard infark
Fibrilasi. Keadaan aritmia menyebabkan berbagai bentuk
pengosongan ventrikel sehingga darah terbentuk gumpalan kecil dan
sewaktu-waktu kosong sama sekali dengan mengeluarkan embolus-
embolus kecil.
Endokarditis oleh bakteri dan non bakteri, menyebabkan terbentuknya
gumpalan-gumpalan pada endocardium.
2. Hemoragi serebral
Perdarahan intrakranial atau intraserebral termasuk perdarahan dalam ruang
subarachnoid atau kedalam jaringan otak sendiri. Perdarahan ini dapat terjadi
karena atherosklerosis dan hypertensi. Akibat pecahnya pembuluh darah otak
menyebabkan perembesan darah kedalam parenkim otak yang dapat
mengakibatkan penekanan, pergeseran dan pemisahan jaringan otak yang
berdekatan, sehingga otak akan membengkak, jaringan otak tertekan, sehingga
terjadi infark otak, oedema, dan mungkin herniasi otak.
3. Hipoksia Umum
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia umum adalah:
Hipertensi yang parah.
Cardiac Pulmonary Arrest
Cardiac output turun akibat aritmia
4. Hipoksia Setempat
Beberapa penyebab yang berhubungan dengan hipoksia setempat adalah:
Spasme arteri serebral, yang disertai perdarahan subarachnoid.
Vasokontriksi arteri otak disertai sakit kepala migrain.
C. Klasifikasi
1. stroke hemoragik
Terjadi perdarahan cerebral dan mungkin juga perdarahan subarachnoid yang
disebabkan pecahnya pembuluh darah otak. Umumnya terjadi pada saat
melakukan aktifitas, namun juga dapat terjadi pada saat istirahat. Kesadaran
umumnya menurun dan penyebab yang paling banyak adalah akibat hipertensi
yang tidak terkontrol.
2. stroke non hemoragik
Dapat berupa iskemia, emboli, spasme ataupun thrombus pembuluh darah
otak. Umumnya terjadi setelah beristirahat cukup lama atau bangun tidur. Tidak
terjadi perdarahan, kesadaran umumnya baik dan terjadi proses edema otak oleh
karena hipoksia jaringan otak.
Stroke non hemoragik dapat juga diklasifikasikan berdasarkan perjalanan
penyakitnya, yaitu :
a. TIA’S (Trans Ischemic Attack)
Yaitu gangguan neurologist sesaat, beberapa menit atau beberapa jam saja dan
gejala akan hilang sempurna dalam waktu kurang dari 24 jam.
b. Rind (Reversible Ischemic Neurologis Defict)
Gangguan neurologist setempat yang akan hilang secara sempurna dalam
waktu 1 minggu dan maksimal 3 minggu.
c. Stroke in Volution
Stroke yang terjadi masih terus berkembang dimana gangguan yang muncul
semakin berat dan bertambah buruk. Proses ini biasanya berjalan dalam
beberapa jam atau beberapa hari.
d. Stroke Komplit
Gangguan neurologist yang timbul bersifat menetap atau permanent.
D. Faktor resiko
Berdasarkan Guideline Pencegahan Stroke Primer oleh Goldstein (2009),
faktor risiko stroke dibagi menjadi dua yaitu, faktor risiko yang tidak dapat
dimodifikasi dan yang dapat dimodifikasi.
Faktor risiko yang tidak dapat dimodifikasi :
1. Usia
Stroke dapat terjadi pada semua orang dan pada semua usia, termasuk anak-
anak. Kejadian penderita stroke iskemik biasanya berusia lanjut (60 tahun keatas)
dan resiko stroke meningkat seiring bertambahnya usia dikarenakan
mengalaminya degeneratif organ-organ dalam tubuh (Nurarif et all, 2013).
2. Jenis kelamin
Jenis kelamin Pria memiliki kecenderungan lebih besar untuk terkena stroke
pada usia dewasa awal dibandingkan dengan wanita dengan perbandingan 2:1.
Insiden stroke lebih tinggi terjadi pada laki-laki daripada perempuan dengan rata-
rata 25%-30% Walaupun para pria lebih rawan daripada wanita pada usia yang
lebih muda, tetapi para wanita akan menyusul setelah usia mereka mencapai
menopause. Usia dewasa awal (18-40 Tahun) perempuan memiliki peluang yang
sama juga dengan laki-laki untuk terserang stroke. Hal ini membuktikan bahwa
resiko laki-laki dan perempuan untuk terserang stroke pada usia dewasa awal
adalah sama. Pria memiliki risiko terkena stroke iskemik atau perdarahan intra
sereberal lebih tinggi sekitar 20% daripada wanita. Namun, wanita memiliki
resiko perdarahan subaraknoid sekitar 50%. Sehingga baik jenis kelamin laki-laki
maupun perempuan memiliki peluang yang sama untuk terkena stroke pada usia
dewasa awal 18-40 Tahun (Handayani, 2013).
3. Genetik
Beberapa penelitian menunjukkan terdapat pengaruh genetik pada risiko
stroke. Namun, sampai saat ini belum diketahui secara pasti gen mana yang
berperan dalam terjadinya stroke.
4. Ras dan etnis
Insiden stroke lebih tinggi pada orang berkulit hitam daripada berkulit putih
setelah dilakukan kontrol terhadap hipertensi, dan diabetes mellitus.
E. Manifestasi klinik
Manifestasi stroke menurut (Prayogo Utomo, 2005) adalah sebagai berikut :
1. Stroke sementara
Tiba-tiba sakit kepala
Pusing, bingung
Pandangan mata kabur (kehilangan ketajaman penglihatan pada satu atau dua
mata.
Kehilangan keseimbangan ,lemah.
Rasa kebal/kesemutan pada satu sisi tubuh.
2. Strok ringan
Beberapa atau semua dari gejala strok sementara
Kelemahan /kelumpuhan tangan atau kaki
Bicara tidak jelas
3. Stroke berat
Semua/ beberapa dari segala strok sementara dan strok ringan.
Koma jangka pendek (kehilangan kesadaran)
Kelemahan / kelumpuhan dari satu sisi tubuh.
Sukar menelan
Kehilangan kontrol terhadap pengeluaran air seni dan kotoran
Kehilangan daya ingat / konsentrasi perubahan perilaku, misalnya bicara tidak
menentu, mudah marah, tingkah laku seperti anak kecil.
F. Patofisiologi
Infark serbral adalah berkurangnya suplai darah ke area tertentu di otak.
Luasnya infark bergantung pada faktor-faktor seperti lokasi dan besarnya pembuluh
darah dan adekuatnya sirkulasi kolateral terhadap area yang disuplai oleh pembuluh
darah yang tersumbat. Suplai darah ke otak dapat berubah (makin lmbat atau cepat)
pada gangguan lokal (thrombus, emboli, perdarahan dan spasme vaskuler) atau oleh
karena gangguan umum (hipoksia karena gangguan paru dan jantung).
Atherosklerotik sering/ cenderung sebagai faktor penting terhadap otak, thrombus
dapat berasal dari flak arterosklerotik, atau darah dapat beku pada area yang stenosis,
dimana aliran darah akan lambat atau terjadi turbulensi.
Thrombus dapat pecah dari dinding pembuluh darah terbawa sebagai emboli
dalam aliran darah. Thrombus mengakibatkan; iskemia jaringan otak yang disuplai
oleh pembuluh darah yang bersangkutan dan edema dan kongesti disekitar area. Area
edema ini menyebabkan disfungsi yang lebih besar daripada area infark itu sendiri.
Edema dapat berkurang dalam beberapa jam atau kadang-kadang sesudah beberapa
hari. Dengan berkurangnya edema pasien mulai menunjukan perbaikan. Oleh karena
thrombosis biasanya tidak fatal, jika tidak terjadi perdarahan masif. Oklusi pada
pembuluh darah serebral oleh embolus menyebabkan edema dan nekrosis diikuti
thrombosis. Jika terjadi septik infeksi akan meluas pada dinding pembukluh darah
maka akan terjadi abses atau ensefalitis, atau jika sisa infeksi berada pada pembuluh
darah yang tersumbat menyebabkan dilatasi aneurisma pembuluh darah. Hal ini akan
menyebabkan perdarahan cerebral, jika aneurisma pecah atau ruptur.
Perdarahan pada otak lebih disebabkan oleh ruptur arteriosklerotik dan
hipertensi pembuluh darah. Perdarahan intraserebral yang sangat luas akan
menyebabkan kematian dibandingkan dari keseluruhan penyakit cerebro vaskuler,
karena perdarahan yang luas terjadi destruksi massa otak, peningkatan tekanan
intracranial dan yang lebih berat dapat menyebabkan herniasi otak.
Kematian dapat disebabkan oleh kompresi batang otak, hemisfer otak, dan
perdarahan batang otak sekunder atau ekstensi perdarahan ke batang otak.
Perembesan darah ke ventrikel otak terjadi pada sepertiga kasus perdarahan otak di
nukleus kaudatus, talamus dan pons.
Jika sirkulasi serebral terhambat, dapat berkembang anoksia cerebral.
Perubahan disebabkan oleh anoksia serebral dapat reversibel untuk jangka waktu 4-6
menit. Perubahan irreversibel bila anoksia lebih dari 10 menit. Anoksia serebral dapat
terjadi oleh karena gangguan yang bervariasi salah satunya henti jantung.
Selain kerusakan parenkim otak, akibat volume perdarahan yang relatif
banyak akan mengakibatkan peningian tekanan intrakranial dan menyebabkan
menurunnya tekanan perfusi otak serta terganggunya drainase otak. Elemen-elemen
vasoaktif darah yang keluar serta kaskade iskemik akibat menurunnya tekanan
perfusi, menyebabkan neuron-neuron di daerah yang terkena darah dan sekitarnya
tertekan lagi.
Jumlah darah yang keluar menentukan prognosis. Apabila volume darah lebih
dari 60 cc maka resiko kematian sebesar 93 % pada perdarahan dalam dan 71 % pada
perdarahan lobar. Sedangkan bila terjadi perdarahan serebelar dengan volume antara
30-60 cc diperkirakan kemungkinan kematian sebesar 75 % tetapi volume darah 5 cc
dan terdapat di pons sudah berakibat fatal. (Misbach, 1999 cit Muttaqin 2008)
G. Pemeriksaan penunjang
Pemeriksaaan diagnostik adalah:
1. Angiografi cerebral untuk menentukan penyebab stroke hemoragic. Seperti
peradarahan atau obstruksi arteri.
2. Computer topografi (CT) scan otak untuk memperlihatkan adanya edem, hematom
iskemia dan adanya infark.
3. Magnetic resonance imaging(MRI) menunjukkan daerah yang mengalami infark
hemologi Malvormasi Arterio Vena (MAV).
4. Ultrasonografi doppler untuk mengidentifikasi penyakit arteri vena (masalah
sistem arteri keritis).
5. Electroencephalography (EEG) untuk mengidentifikasi masalah berdasarkan pada
gelombang otak dan mungkin memperlihatkan daerah lesi yang spesifik.
6. Sinar X tengkorak untuk menggambarkan perubahan kelenjar lempeng peneal
daerah yang berlawanan dari masa meluas ke klasifikasi karotis internal terdapat
trombosit serebral.
7. Pemeriksaan syaraf kranial
H. Penatalaksanaan
a. Singkirkan kemungkinan kaugulopati: untuk memastikan masa protrombin dan
tromoplastin parsial adalah normal.
b. Mengendalikan hipertensi: karena tekanan yang tinggi dapat menyebabkan
perburukan edema periehematoma serta meningkatkan kemungkinan perdarahan
ulang.
c. Pertimbangkan konsultasi bedah saraf bila: perdarahan serebum diameter lebih
dari 3cm atau volume <50ml.
d. Pertimbangkan angiografi untuk menyingkirkan aneurisma.
e. Berikan manitol 20% (1kg/kb/BB, intravena dalam 20-30menit) untuk pasien
koma.
f. Perdarahan intraserebral
1. Obati penyebabnya.
2. Turunkan tekanan intracranial yang meninggi.
3. Berikan neuroprotektor
Kasus
Seorang klien, Ny. E berusia 66 tahun tinggal bersama suaminya, Tn. G (60 tahun)
dan dua anak perempuan (35 tahun dan 31 tahun). Tn G mengalami stroke sejak bulan maret
2019 lalu, mengalami afasia, komunikasi sangat susah dimengerti, kelemahan ekstremitas
kanan (kekuatan otot 3 untuk kedua ekstremitas kanan), ekstremitas kiri kekuatan otot 5,
mampu berpindah tempat namun kaki diseret dan menggunakan dinding sebagai bantuan
berpindah, Rentang gerak ektremitas kiri: aktif, ekstremitas kanan: aktif asistif. Tn G juga
terlihat kebingungan, kurang konsentrasi, respon tidak sesuai ketika diajak berkomunikasi
dan tidak fokus ketika diajak berbicara. Suami klien memiliki riwayat penyakit hipertensi
yang diturunkan oleh kedua orangtuanya. Klien mengatakan suaminya tidak pernah kontrol
atau memeriksakan kesehatannya, saat serangan stroke pertama GDS klien mencapai 350
mg/dl, klien mengalami kejang yang berulang sampai saat ini masing sering kambuh, saat
diperiksa TD suami klien mencapai 150/94mmHg. Saat ini suaminya sedang mengkonsumsi
4 macam obat; Colic Asid, Kutoin, Tromboaspilet, dan Obat Hipertensi.
Ny E memiliki riwayat post opname sekitar 1 bulan yang lalu akibat stroke yang
dialami karena kolesterol yang tinggi. Klien mengatakan setelah memiliki riwayat stroke ini
beliau menjadi lebih berhati-hati lagi dalam memilih makanan, melakukan aktifitas fisik
seperti jalan sehat, mengkonsultasikan kondisinya kepada fasilitas kesehatan dan mencari
sumber edukasi kesehatan di internet maupun secara langsung kepada tenaga kesehatan.
Klien mengatakan semenjak suaminya sakit klien menjadi kurang memperhatikan kondisi
kesehatannya sendiri, klien sering merasakan stres menghadapi kondisi suaminya saat ini
akibat sikap dan bicara suami klien yang sulit difahami semenjak kesulitan berbicara, klien
juga mengatakan bahwa suaminya semenjak sakit menjadi mudah marah dan sulit bergaul
dengan orang lain. Klien mengatakan saat ini tidak punya waktu untuk mengurus diri sendiri,
jangankan untuk keluar jalan-jalan, waktu untuk istirahat di rumah saja sangat kurang, karena
waktunya habis untuk mengurus suaminya. Klien merasa khawatir melihat kondisi suaminya
dan merasa khawatir kalo tidak mampu merawat suaminya dengan baik, kondisi suaminya
akan semakin parah dan di bawa ke RS lagi. Ny E juga mengatakan bahwa umurnya sudah
tua, khawatir siapa yang akan melanjutkan perawatan suaminya kalau tiba-tiba dipanggil
Allah duluan, sementara kedua anak perempuannya tidak begitu memperhatikan kondisi
ayahnya.
Kedua anak klien kurang bisa diajak bekerjasama dalam merawat suami klien yang
sedang sakit, klien juga merasa kurang bisa didengar bahkan lebih sering diatur oleh kedua
anaknya. Keluarga klien tidak pernah melakukan rekreasi bersama, berkumpul bersama
hanya pada saat makan malam dan itu jarang dilakukan, saat makan bersama klien
mengatakan jarang membicarakan masalah bersama. Pengambilan keputusan dilakukan oleh
kedua anaknya, anak pertama klien sudah menikah namun setelah menikah anak klien
memutuskan untuk tinggal bersama orangtuanya dan pisah rumah dengan suaminya. Kedua
anak klien sudah memiliki pekerjaan masing-masing sedangkan klien sendiri mendapatkan
uang dari dana pensiun yang ia dapatkan.
Klien mengatakan saat ini klien sering merasa sedih karena tidak dihargai oleh
anggota keluarganya, namun klien tidak mampu menangis. Klien memiliki kebiasaan
memendam masalahnya sendiri karena merasa tidak ada orang yang dapat diajak bercerita,
maupun ada klien tidak memiliki waktu khusus yang dapat digunakan untuk menceritakan
apa yang dihadapi, klien terkadang menceritakan masalah kepada kaka perempuannya namun
ia merasa bahwa kakaknya memiliki masalah yang lebih berat dari dirinya. Klien mengatakan
memiliki kesulitas untuk dapat mengikuti kegiatan dimasyarakat karena kesibukan dirinya
dalam mengurus suaminya yang sakit. Klien berharap bahwa suaminya dapat sehat kembali
dan kedua anaknya menjadi anak yang bertaqwa.
Analisis Data
DS
- Pasien memiliki riwayat
penyakit hipertensi
turunan
DS: Kronisnya penyakit Ketegangan peran
- Klien mengatakan anak penerima asuhan, pemberi pemberi asuhan
klien diajak bekerja sama asuhan kurang
merawat mendapatkan waktu
- Pasien mengatakan istirahat dan rekreasi,
khawatir apabila pasien khawatir tentang
tidak dapat mengurus kelanjutan perawatan
suaminya dengan baik dan klien, khawatir klien akan
kondisi suaminya akan kembali dirawat di rumah
semakin parah dan di sakit
bawa ke RS lagi
- Pasien mengatakan
khawatir siapa yang akan
merawat suaminya ketika
ia dipanggil tuhan terlebih
dahulu
- Pasien mengatakan ia
tidak mendapatkan waktu
istirahat selama merawat
suaminya
DO:
- Pengambilan keputusan
di lakukan oleh anak
- Suami klien mengalami
stroke sejak 15 tahun
yang lalu
DO: Gangguan neuromuskular, Gangguan mobilitas
- Kekuatan otot pasien mengeluh sulit fisik
bagian kiri 5 dan bagian menggerakan ekstremitas,
kanan 3 kekuatan otot menurun,
- Suami pasien alami stroke rentang gerak ROM
sejak 15 tahun yang lalu menurun
- Suami pasien mengalami
hemiparesis
DS:
- Klien mengatakan
kebutuhan sehari-hari
suaminya ia yang
membantu
- Klien mengatakan
suaminya saat berjalan
diseret menggunakan
anggota bagian tubuhnya
yang bisa bergerak
DO: Gangguan neuromuskular, Gangguan komunikasi
- Suami klien tampak afasia tidak mampu berbicara, verbal
- Suami klien mengalami menunjukan respon tidak
kesulitan bicara karena sesuai
kondisi strokenya
- Suami klien terlihat
kebingungan, kurang
konsentrasi, respon tidak
sesuai ketika diajak
berkomunikasi dan tidak
fokus ketika diajak
berbicara
Penilaian Prioritas
Forseeable crisis(1)
Sebagian (1)
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1
Membutuhkan
perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Total 3
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1
Membutuhkan
perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Total 5
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1
Membutuhkan
perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Total 3 1/3
Mudah (2)
Sebagian (1)
Tinggi (3)
Cukup (2)
Rendah (1)
Menonjolnya masalah: 1 1
Membutuhkan
perhatian segera (2)
Tidak membutuhkan
perhatian segera (1)
Total 3 1/3
Prioritas Diagnosa
1. Ketegangan peran pemberi asuhan b.d Kronisnya penyakit penerima asuhan, pemberi
asuhan kurang mendapatkan waktu istirahat dan rekreasi d.d khawatir tentang
kelanjutan perawatan klien, khawatir klien akan kembali dirawat di rumah sakit
2. Gangguan mobilitas fisik b.d Gangguan neuromuskular d.d mengeluh sulit
menggerakan ekstremitas, kekuatan otot menurun, rentang gerak ROM menurun
3. Komunikasi verbal b.d Gangguan neuromuskular d.d tidak mampu berbicara,
menunjukan respon tidak sesuai
4. Resiko perfusi serebral tidak efektif d.d hipertensi stroke
Catatan perkembangan