Dengan memanjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas berkat dan
rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah ini tepat pada waktunya. Makalah
ini disusun untuk memenuhi tugas dari mata kuliah keperawatan jiwa 1. Adapun makalah ini
mengenai perawatan jiwa pada situasi pasca bencana .
Kami mengucapkan terima kasih kepada pihak – pihak yang telah mendukung dan
memberikan bimbingan dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih terdapat banyak kesalahan dan
kekurangan karena faktor keterbatasan pengetahuan dari penyusun, maka kami dengan
senang hati menerima kritikan serta saran – saran yang bersifat membangun demi
kesempurnaan makalah ini.
Dan harapan kami sebagai penyusun adalah semoga hasil dari penyusunan makalah ini dapat
dimanfaatkan bagi generasi mendatang.
terima kasih.
Penyusun
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar belakang
Pengertian dari CMHN adalah perawatan kesehatan jiwa atau upaya memajukan
pelayanan kesehatan jiwa dengan tujuan pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan
mendapat pelayanan lebih baik.
Keperawatan kesehatan jiwa komunitas adalah pelayanan keperawatan yang
komprehensif , holistik, dan paripurna yang berfokus pada masyarakat yang sehat jiwa ,
rentan terhadap stress (resiko gangguan jiwa) dan dalam tahap pemulihan serta
pencegahan kekambuhan (gangguan jiwa).
B. Tujuan
a. Umum
Menunjang percepatan penurunan angka gangguan jiwa di Indonesia melalui
pemberdayaan masyarakat.
b. Khusus:
a) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
b) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
BAB II
PEMBAHASAN
1. Aspek (bio-fisik)
Dikaitkan dengan masalah kesehatan fisik seperti kehilangan orang tubuh yag dialami
anggota masyarakat akibat bencana yang memerlukan pelayanan dala rangka adaptasi mereka
terhadap kondisi fisiknya. Demikian pula dengan penyakit fisik lain baik yang akut, kronis
maupun terminal yang memberi dampak pada kesehatan jiwa.
2. Aspek psikologis
tempat tinggal, dan harta benda yang memerlukan pelayanan dari berbagai sektor terkait agar
mereka mampu mempertahankan kehidupan sosial yang memuaskan.
4. Aspek cultural
Dikaitkan dengan tolong menolong dan kekeluargaan yang dapat digunakan sebagai
sistem pendukung sosial dalam mengatasi berbagai permasalahan yang ditemukan
5. Aspek spiritual
Dikaitkan dengan nilai-nilai keagamaan yang kuat yang dapat diperdayakan sebagai
potensi masyarakat dalam mengatasi berbagai konflik dan masalah kesehatan yang terjadi.
Pelayanan keperawatan paripurna adalah pelayanan pada semua jenjang pelayanan yaitu
dari pelayanan kesehatan jiwa spesialis , pelayanan kesehatan jiwa integratif dan pelayanan
kesehatan jiwa yang bersumber daya masyarakat. Perberdayaan seluruh potensi dan sumber
daya yang ada dimasyarakat diupayakan agar terwujud masyarakat yang mandiri dalam
memelihara kesehatannya.
Perawat kesehatan jiwa masyarakat merupakan tenaga keperawatan dari puskesmas yang
bertanggung jawab memberikan pelayanan keperawatan di wilayah kerja puskesmas.
a.Therapeutic Nurse patient relationship (hubungan yang terapeutik antara perawat dengan
klien).
c.Stress adaptation model of psychiatric nursing (model stress dan adaptasi dalam
keperawatan jiwa).
d.Biological context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan biologis dalam
keperawatan jiwa).
h.Legal ethical context of psychiatric nursing care (keadaan-keadaan legal etika dalam
keperawatan jiwa).
6.Memberikan askep pada penyakit fisik yang mengalami masalah psikologis dan penyakit
jiwa dengan masalah fisik.
1. Pencegahan Primer
Fokus pelayanan keperawatan jiwa adalah pada peningkatan kesehatan dan pencegahan
terjadinya gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah mencegah terjadinya gangguan jiwa ,
mempertahankan dan meningkatkan kesehtan jiwa. Target pelayanan yaitu anggota
masyarakat yang belum mengalami gangguan jiwa sesuai dengan kelompok umur yaitu anak,
remaja, dewasa, dan usia lanjut. Aktivitas pada pencegahan primer adalah program
pendidikan kesehatan , program stimulasi perkembangan, program sosialisasi kesehatan jiwa
, manajemen stress , persiapan menjadi orang tua. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Stress pekerjaan
2) Stress perkawinan
3) Stress sekolah
c. Program dukungan sosial diberikan pada anak yatim piatu , individu yang kehilangan
pasangan , pekerjaan, kehilangan rumah/ tempat tinggal , yang semuanya ini mungkin terjadi
akibat bencana. Beberapa kegiatan yang dilakukan adalah :
1) Memberikan informasi tentang cara mengatasi kehilangan
2) Latihan asertif yaitu mengungkapkan keinginan dan perasaan tanpa menyakiti orang lain.
3) Latihan afirmasi dengan menguatkan aspek-aspek positif yang ada pada diri seseorang.
e. Program pencegahan bunuh diri. Bunuh diri merupakan salah satu cara penyelesaian
masalah oleh individu yang mengalami keputus asaan. Oleh karena itu perlu dilakukan
program :
2. Pencegahan Sekunder
Fokus pelayanan keperawatan pada pencegahan sekunder adalah deteksi dini dan
penanganan dengan segera masalah psikososial dan gangguan jiwa. Tujuan pelayanan adalah
menurunkan angka kejadian gangguan jiwa. Target pelayanan adalah anggota masyarakat
yang beresiko atau memperlihatkan tanda-tanda masalah dan gangguan jiwa. Aktivitas pada
pencegahan sekunder adalah :
a. Menemukan kasus sedini mungkin dengan cara memperoleh informasi dari berbagai
sumber seperti masyarakat, tim kesehatan lain dan penemuan langsung.
2) Jika ditemukan tanda-tanda yang berkaitan dengan kecemasan dan depresi maka lanjutkan
pengkajian dengan menggunakan pengkajian keperawatan kesehatan jiwa.
3) Mengumumkan kepada masyarakat tentang gejala dini gangguan jiwa (di tempat– tempat
umum)
4) Memberikan pengobatan cepat terhadap kasus baru yang ditemukan sesuai dengan standar
pendelegasian program pengobatan (bekerja sama dengan dokter) dan memonitor efek
samping pemberian obat, gejala, dan kepatuhan pasien minum obat.
5) Bekerja sama dengan perawat komunitas dalam pemberian obat lain yang dibutuhkan
pasien untuk mengatasi gangguan fisik yang dialami (jika ada gangguan fisik yang
memerlukan pengobatan).
6) Melibatkan keluarga dalam pemberian obat, mengajarkan keluarga agar melaporkan segera
kepada perawat jika ditemukan adanya tanda-tanda yang tidak biasa, dan menginformasikan
jadwal tindak lanjut.
7) Menangani kasus bunuh diri dengan menempatkan pasien ditempat yang aman, melakukan
pengawasan ketat, menguatkan koping, dan melakukan rujukan jika mengancam keselamatan
jiwa.
8) Melakukan terapi modalitas yaitu berbagai terapi keperawatan untuk membantu pemulihan
pasien seperti terapi aktivitas kelompok , terapi keluarga dan terapi lingkungan.
10) Menyediakan hotline service untuk intervensikrisis yaitu pelayanan dalam 24 pukul
melalu telepon berupa pelayan konseling.
3. Pencegahan Tersier
a.Pendidikan kesehatan tentang perilaku dan sikap masyarakat terhadap penerima pasien
gangguan jiwa.
c.Menyediakan pelatihan dan kemampuan dan potensi yang perlu dikembangkan oleh
pasien, keluarga dan masyarakat agar pasien produktif kembali.
d.Membantu pasien dan keluarga merencanakan dan mengambil keputusan untuk dirinya.
3. Program sosialisasi
c.Program rekreasi seperti nonton bersama, jalan santai, pergi ke tempat rekreasi.
d.Kegiatan sosial dan keagamaan (arisan bersama, pengajian bersama, majelis taklim,
kegiatan adat)
4. Program mencegah stigma. Stigma merupaka anggapan yang keliru dalam masyarakat
terhadap gangguan jiwa, oleh karena itu, perlu diberikan program mencegah stigma untuk
menghindari isolasi dan deskriminasi terhadap pasien gangguan jiwa. Beberapa kegiatan
yang dilakukan, yaitu :
a.Memberikan pendidikan kesehatan kepada masyarakat tentang kesehatan jiwa dan
gangguan jiwa, serta tentang sikap dan tindakan menghargai pasien gangguan jiwa.
b.Melakukan pendekatan kepada tokoh masyarakat, atau orang yang berpengaruh dalam
rangka mensosialisasikan kesehatan jiwa dan gangguan jiwa.
a. Pengertian
Kader kesehatan jiwa adalah kader yang dapat membantu masyarakat mencapai
kesehatan jiwa yang optimal melalui penggerakan masyarakat untuk memelihara dan
meningkatkan kesehatan jiwa serta memantau kondisi kesehatan jiwa masyarakat di
wilayahnya (Keliat,2007)
b. Peran Kader Kesehatan Jiwa Kader kesehatan jiwa berperan serta dalam meningkatkan,
memelihara dan mempertahankan kesehatan jiwa masyarakat (Keliat,2007)
C. Posyandu Jiwa
Posyandu (PosKesehatanTerpadu) adalah kegiatan kesehatan dasar yang
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakatdandibantu oleh tenaga kesehatan.Jadi
posyandu merupakan kegiatan swadaya masyarakat dibidang kesehatan dengan
penanggungjawab kepala desa. A.A. Gdemuninjaya (2002: 169) mengatakan , “ pelayanan
kesehatan terpadu ( yandu ) adalah suatu bentuk keterpaduan pelayanan kesehatan yang
dilaksanakan disuatu wilayah kerja puskesmas.
Posyandu jiwa adalah pos pelayanan kesehatan terpadu yang berisi pengarahan
kepada masyarakat untuk mempertahankan derajat kesehatan jiwa dan menggurangi resiko
gangguan jiwa yang berada di lingkup esa.
Tujuan dilakukannya posyandu desa adalah untuk mencegah dan menggurangi resiko
seseorang untuk mengalami gangguan jiwa dan memberikan pengobatan dan terapi bagi
mereka yang mengalami ganngguan jiwa.
Upaya- upaya yang dilakukan dalam melaksanakan posyandu jiwa adalah:
a. Preventive
Dilakukan dengan cara mencegah dan menggurangi resiko gangguan jiwa dengan
menciptakan masyarakat yang terbuka.
Contoh kegiatan untuk menciptakan masyarakat yang terbuka yaitu:
1) Dengan membentuk suatu kegiatan di lingkungan masyarakat, bertujuan untuk menjaga
keharmonisan dan silaturahmi antar warga.
2) Selalu melakukan interaksi social.
3) Memberikan motivasi dan dorongan kepada masyarakat untuk selalu menjaga kesehatan
jiwa mereka.
b. Promotif
Dilakukan dengan cara meningkatkan pengetahuan masyakat tentang gangguan jiwa
baik pengertian, tanda dan gejala, dan cara menghadapi orang yang mengalami gangguan
jiwa .
c. Kuratif
Memberikan pengobatan dan terapi dan berkolaborasi dengan tenaga kesehatan
lainnya seperti tenaga medis dan psikiatri.
d. Rehabilitative
Dilakukan dengan cara memberikan terapi sederhana pada pasien gangguan jiwa.
Namun bukan hanya pasien gangguan jiwa yang perlu di terapi namun lingkungan juga harus
diberi pengertian untuk dapat menerima seseorang yang sudah sembuh dari gangguan jiwa
dan tidak mengucilkannya.
e. Mejakelima ( meja V)
Pemberian makanan ( Snack) untuk pasien, ini dapat dilakukan oleh kader posyandu jiwa.
B. Tujuan
a. Umum
Menunjang percepatan penurunan angka gangguan jiwa di Indonesia melalui
pemberdayaan masyarakat.
b. Khusus:
a) Meningkatnya peran masyarakat dalam penyelenggaraan upaya kesehatan dasar
b) Meningkatnya peran lintas sektor dalam penyelenggaraan Posyandu
c) Meningkatnya cakupan dan jangkauan pelayanan kesehatan dasar
C. Sasaran
Sasaran Posyandu adalah seluruh masyarakat, utamanya adalah gangguan jiwa
D. Fungsi
a. Sebagai wadah pemberdayaan masyarakat dalam alih informasi dan keterampilan dari
petugas kepada masyarakat dan antar sesama masyarakat.
b. Sebagai wadah untuk mendekatkan pelayanan kesehatan dasar
E. Manfaat
1) Bagi masyarakat
a. Memperoleh kemudahan mendapatkan informasi dan pelayanan kesehatan dasar.
b. Memperoleh layanan secara professional dalam pemecahan masalah kesehatan.
c. Mendukung perbaikan perilaku , keadaangizi, dan kesehatan keluarga.
d. Mendukung perilaku hidup bersih dan sehat.
e. Mendukung pelayanan Keluarga Berencana.
f. Mendukung pemberdayaan keluarga dan masyarakat dalam penganekaragaman
pangan melalui pemanfaatan pekarangan.
2) Bagi Kader, Pengurus posyandu, dan Tokoh masyarakat
a. Mendapatkan informasi terlebih dahulu tentang upaya kesehatan
b. Dapat mewujudkan aktualisasi dirinya dalam membantu masyarakat menyelesaikan
masalahkesehatan.
3) BagiPuskesmas
a. Optimalisasi Fungsi Puskesmas sebagai pusat penggerak pembangunan berwawasan
kesehatan
b. Dapat lebih spesifik membantu masyarakat dalam pemecahan masalah kesehatan
sesuai kondisi setempat
c. Mendekatkan akses Yankesdas pada masyarakat
F. Lokasi
Posyandu berada di setiapdesa / kelurahan .Bila diperlukan dan memiliki kemampuan
,dimungkinkan untuk didirikan di RW , dusun .
G. Kedudukan
a. Kedudukan Posyandu Terhadap Pemerintah Desa / Kelurahan : Sebagai wadah
pemberdayaan masyarakat dibidang kesehatan dan sosial dasar lainnya yang secara
kelembagaan dibina oleh pemerintahan desa / kelurahan
b. Kedudukan posyandu Terhadap Kelompok Kerja ( Pokja ) Posyandu : Sebagai satuan
organisasi yang mendapat binaan aspek administrative , keuangan , dan program dari Pokja
c. Kedudukan Posyandu Terhadap Berbagai UKBM : Sebagai Mitra
d. Kedudukan Posyandu Terhadap Forum Peduli Kesehatan Kecamatan Sebagai satuan
organisasi yang mendapat arahan dan dukungan sumber daya dari Forum Peduli Kesehatan
kecamatan
e. Kedudukan Posyandu Terhadap Puskesmas sebagai wadah pemberdayaan masyarakat
dibidang kesehatan yang secara teknis medis dibina oleh Puskesmas
H. Pelaksana
Pelaksana Posyandu adalah kader yang difasilitasi petugas.
Kader Posyandudiharapkan :
a. Berasal dari anggota masyarakat setempat
b. Dapat membaca danmenulis huruf latin
c. Berminat dan bersedia menjadi kader
d. Bersedia bekerja secara sukarela
e. Memiliki kemampuan dan waktu luang
PENUTUP
A. Kesimpulan
CMHN adalah perawatan kesehatan jiwa yang bertujuan memajukan pelayanan
kesehatan jiwa, pasien yang tidak tertangani di masyarakat akan mendapat pelayanan lebih
baik pasca bencana . Dengan cara menciptakan kader-kader yang dapat membantu
masyarakat melalui pelatihan-pelatihan dan membuat Posyandu (PosKesehatanTerpadu) yang
diselenggarakan dari, oleh, dan untuk masyarakat dan dibantu oleh tenaga kesehatan.Jadi
posyandu merupakan kegiatan swadaya masyarakat dibidang kesehatan dengan
penanggungjawab kepala desa. Dan kegiatan ini membutuhkan peran serta masyarakat dari
tingkat Kabupaten, Dinas Kesehatan, Kecamatan, Kelurahan, RT/RW dan peran serta
Keluarga pacsa bencana .
B. Saran