BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Hidrosefalus
2.1.1 Definisi
Hidrosefalus adalah suatu kondisi dimana terdapat cairan
serebrospinal (CSS) yang berlebihan di dalam ventrikel otak. Cairan
serebrospinal merupakan cairan yang steril yang diproduksi oleh pleksus
Choroideus di dalam ventrikel. Cairan serebrospinal yang berlebihan
terjadi karena adanya ketidak seimbangan antara jumlah yang diproduksi
dengan laju absorpsi.2
2.1.2 Etiologi
Hidrosefalus dapat terjadi karena fanguan sirkulasi likuor di dalam
system ventrikel atau karena produksi likuor yang berlebihan.
Hidrosefalus obstruktif atau nonkomunikasns terjadi bila sirkulasi likuor
otak terganggu, kebanyakan disebabkan oleh stenosis akuaduktus Sylvius,
atresia foramen Magendi dan Luscka, malformasi vascular, atau tumor
baaan agak jarang menyebabkan hidrosefalus. Hidrosefalus komunikans
yang terjadi karena produksi berlebihan atau gangguan penyerapan juga
jarang ditemukan.2
Stenosis akuaduktus Sylvius pada bayi dan anak yang berumur
kurang dari dua tahun dapat disebabkan oleh infeksi intrauterine berupa
meningeoensefalitis virus atau bakteri, anoksia dan perdarahan intracranial
akbat cedera parietal.2
2.1.3 Patofisiologi
Sebagian besar cairan serebrospinl diproduksi oleh pleksus
koroideus di dalam ventrukular otak dan mengalir melalui foramen Monro
ke ventrikel III, kemudian melalui akuaduktur Sylvius ke ventrikel IV.
4
2.1.5 Diagnosis
Pengukuran kepala fronto-oksipital yang teratur pada bayi
merupakan tindakan terpenting untuk diagnosis dini. Pertumbuhan kepala
normal paling cepat terjadi pada tiga bulan pertama. Lingkar kepala akan
bertambah kira-kira 2 cm setiap bulannya. Pada tiga bulan berikutnya,
penambahan akan berlangsung lebih lambat.2
Pada foto rontgen polos kepala dari lateral, tampak kepala yang
membesar dengan disproporsi kraniofasial, tulang yang menipis,
dan sutura melebar.
Pada CT-scan kepala dapat terlihat jelas dilatasi pada seluruh
system ventrikel otak.
Pemeriksaan cairan cerebrospinal dengan pungsi ventrikel melalui
fontanel mayor dapat menunjukkan tanda peradangan dan
perdarahan yang baru atau lama. Pungsi juga dilakukan untuk
mengetahui tekanan ventrikel.
5
USG pada kepala juga dapat dilakukan melalui fontanel yang tetap
terbuka lebar sehingga dapat ditentukan adanya pelebaran
ventrikel, atau perdarahan dalam ventrikel.
2.1.6 Tatalaksana
Pengobatan kausal hanya mungkin dilakukan bila hidrosefalus
disebabkan oleh adanya sumbatan seperti pada tumor kistik yang
menyumbat system ventrikel atau perdarahan dalam ventrikel.2
Pengobatan hidrosefalus dapat melalui terapi medikamentosa dan
terapi pembedahan. Terapi medikamentosa digunakan hanya untuk
sementara selama menunggu intervensi bedah. Terapi ini tidak efektif
untuk terapi jangka panjang pada hidrosefalus kronik karena dapat
mengganggu metabolisme. Terapi konservatif berupa medikamentosa
bertujuan untuk mengurangi cairan dari pleksus khoroid (asetazolamid 100
mg/kg BB/hari; furosemid 0,1 mg/kg BB/hari) dan hanya bisa diberikan
sementara saja atau tidak dalam jangka waktu yang lama karena berisiko
menyebabkan gangguan metabolik. Terapi ini direkomendasikan bagi
pasien hidrosefalus ringan bayi dan anak dan tidak dianjurkan untuk
dilatasi ventrikular posthemoragik pada anak.2
Sedangkan pembedahan merupakan terapi definitif hidrosefalus
“gold standar” yaitu pemasangan VP shunting menggunakan kateter
silikon dipasang dari ventrikel otak ke peritonium. Kateter dilengkapi
katup pengatur tekanan dan mengalirkan CSS satu arah yang kemudian
diserap oleh peritonium dan masuk ke aliran darah. VP shunt digunakan
untuk meringankan atau mencegah komplikasi ini pada pasien
hidrosefalus. Ia bekerja berdasarkan prinsip untuk mengalirkan kelebihan
cairan serebrospinal (CSF) yang terakumulasi ke dalam rongga peritoneum
sehingga mengurangi tekanan CSF di otak. Pemasangan VP shunt dapat
dilakukan pada pasien yang berpotensi mengalami hidrosefalus transisi
dapat dilakukan pemasangan kateter ventrikular atau yang lebih dikenal
dengan drainase likuor eksternal. Keberhasilan operasi VP shunt
6
B. Anatomis
- Ventrikel kiri yang masih lambat
- Sisa sirkulasi janin
- Kanulasi vena dan arteri yang sulit
- Kepala dan lidah yang relatif lebih besar
- Bagian hidung yang lebih sempit
- Laring anterior dan cephalad epiglotis yang relatif lebih panjang
- Trakea dan leher yang lebih pendek
- Adenoid dan amandel yang lebih menonjol
- Otot interkostal dan diafragma yang lebih lemah
- Lebih tahan terhadap aliran udara
C. Farmakologis
- Biotransformasi hepar yang belum matang
- Mengurangi protein darah untuk pengikatan obat
- Peningkatan konsentrasi alveolar minimum
- Volume distribusi yang relatif lebih besar untuk obat yang larut
dalam air
- Persimpangan neuromuskuler yang belum matang
mudah lelah. Neonatus dan bayi memiliki alveoli lebih sedikit dan lebih
kecil, sebaliknya, tulang rusuk tulang rawan mereka membuat dinding dada
mereka sangat patuh. Kombinasi kedua karakteristik ini mendorong
kelemahan dinding dada selama inspirasi dan volume paru residual yang
relatif rendah. Hal itu mengakibatkan penurunan kapasitas residu fungsional
(FRC) membatasi cadangan oksigen selama periode apnea (misalnya, upaya
intubasi) dan predisposisi neonatus dan bayi mengalami atelektasis dan
hipoksemia.
Konsumsi oksigen neonatus dan bayi, 6 sampai 8 mL/kg/menit
dibandingkan 3 sampai 4 mL/kg/menit pada orang dewasa. Berbeda dengan
orang dewasa, hipoksia dan hiperkapnia dapat menekan pernapasan pada
pasien ini. Bayi baru lahir dan bayi, dibandingkan dengan anak-anak yang
lebih besar dan orang dewasa, kepala dan lidah secara proporsional lebih
besar, saluran hidung lebih sempit, anterior dan cephalad larynx (glotis pada
tingkat vertebra C4 versus C6 pada orang dewasa), epiglotis yang lebih
panjang, dan trakea dan leher yang lebih pendek. Tulang rawan krikoid
adalah titik tersempit dari jalan napas anak-anak di bawah 5 tahun; pada
orang dewasa, titik tersempit adalah glottis (pita suara). Satu milimeter
edema mukosa akan menghasilkan yang lebih besar penurunan luas
penampang trakea dan aliran gas pada anak-anak karena mereka diameter
trakea yang lebih kecil.1
9
Gambar 2.1. Perbandingan anatomi jalan napas pada pediatric dan dewasa
B. Sistem Kardiovaskular1
Ventrikel kiri pada anak-anak lebih nonkomplians dan serat-serat
kontraktil yang sedikit, namun kebutuhan metabolisme anak-anak tetap
lebih tinggi dari orang dewasa sehingga cardiac output juga harus tinggi
(anak-anak : 200 ml/kg/min , dewasa : 70 ml/kg/min), Cardiac output
ditentukan dari kadar volume kuncup dan detak jantung, karena
kontraktilitas ventrikel kiri yang rendah pada anak-anak maka kompensasi
dicapai melalui peningkatan detak jantung. Karena detak jantung yang
10
tinggi pada anak-anak maka pada saat induksi anestesi dapat terjadi
ventrikuler ekstra systole yaitu sebuah aritmia jantung yang dapat diatasi
dengan memperdalam anestesi.1
Di sisi lain anak-anak rentan terhadap peningkatan tonus
parasimpatis dan dapat dicetuskan oleh hypoxia ataupun stimulus
menyakitkan seperti pemasangan laryngoskopi ataupun intubasi, hal
tersebut dapat menurunkan cardiac output secara dramatis, hal ini dapat
diatasi dengan pemberian atropine, sedangkan bradycardia yang dicetus
oleh hypoxia dapat diatasi dengan pemberian oksigen dan ventilasi yang
baik.1
Tabel 2.2 Variasi Laju Nadi dan Tekanan Darah pada Pasien Anak
Usia Laju nadi Tekanan Tekanan
sistolik diastolik
Preterm (1000g) 130-150 45 25
Newborn 110-150 60-75 27
6 bulan 80-150 95 45
2 tahun 85-125 95 50
4 tahun 75-115 98 57
8 tahun 60-110 112 60
Volume darah pada bayi lebih tinggi daripada orang dewasa, hal
tersebut akan mempengaruhi jumlah cairan atau darah yang harus
ditransfusikan bila terjadi hypovolemia. Rumus ABL (Allowable Blood
Loss) digunakan untuk mencari jumlah cairan yang dibutuhkan dan
dihitung dengan rumus ( ABL: EBV X Ht 1−Ht 2 / Ht1 ) dengan EBV :
Estimated Blood Volume, HT1 : Hematocrit (atau bisa hemoglobin) awal
(normal pria: 42-52%, wanita : 37-47%), HT2 : Hematocrit (atau bisa
hemoglobin) akhir.1
11
E. Perbedaan Farmakologi1
Berbeda dengan penyesuaian berat dosis obat, perhitungan dosis obat
alometrik memperhitungkan perbedaan fisiologis yang berkaitan dengan
usia seperti kompartemen cairan intravaskuler pediatrik dan ekstraseluler
12
kurang dari 10 tahun; profilnya pada anak-anak yang lebih tua mirip
dengan profil orang dewasa. Midazolam memiliki pembersihan tercepat
dari semua benzodiazepin, tetapi pembersihannya secara signifikan
berkurang pada neonatus dibandingkan dengan anak yang lebih tua.
Dexmedetomidine telah digunakan secara luas untuk sedasi dan sebagai
suplemen untuk anestesi umum pada anak-anak. Pada pasien tanpa jalur
intravena, dexmedetomidine dapat diberikan secara intranasal (1-2 mcg /
kg) untuk sedasi.1
C. Anestesi Relaksan
Pelumpuh otot lebih jarang digunakan selama induksi anestesi pada
anak-anak dibandingkan pada orang dewasa. Di Amerika Utara banyak
anak-anak akan memiliki laryngeal mask airway (LMA) atau tabung
endotrakeal setelah menerima induksi inhalasi, penempatan kateter
intravena, dan pemberian berbagai kombinasi propofol, opioid, atau
lidokain. Semua relaksan otot umumnya memiliki onset yang lebih cepat
(hingga 50% lebih sedikit penundaan) pada pasien anak karena waktu
sirkulasi yang lebih pendek daripada pada orang dewasa. Pada anak-anak
dan orang dewasa, suksinilkolin intravena (1-1,5 mg / kg) memiliki onset
tercepat. Bayi diberi dosis suksinilkolin (2-3 mg / kg) dosis jauh lebih
besar daripada anak-anak yang lebih tua dan orang dewasa karena volume
distribusi yang relatif lebih besar (berdasarkan per kilogram).1
Bayi membutuhkan dosis relaksan otot nondepolarisasi yang jauh
lebih kecil daripada anak yang lebih besar (cisatracurium mungkin
pengecualian). Selain itu, berdasarkan berat badan, anak-anak yang lebih
tua memerlukan dosis yang lebih besar daripada orang dewasa untuk
beberapa agen penghambat neuromuskuler (misalnya, atracurium).1
Pemeriksaan Laboratorium
Beberapa pemeriksaan penunjang disarankan bagi beberapa pasien anak
dengan kondisi khusus. Pemeriksaan kadar Hb dilakukan apabila
diperkirakan akan ada banyak pendarahan pada saat operasi, bayi prematur,
penyakit sistemik dan penyakit jantung kongenital. Pemeriksaan kadar
elektrolit dapat dilakukan bila terdapat penyakit ginjal ataupun metabolik
18
lainnya dan pada kondisi dehidrasi. Pemeriksaan x-ray dapat dilakukan bila
terdapat penyakit paru-paru, scoliosis ataupun penyakit jantung.
Pemeriksaan penunjang lainnya dapat dilakukan sesuai penyakit pasien yang
ditemukan1
Puasa
Karena anak-anak lebih rentan mengalami dehidrasi daripada orang
dewasa, pembatasan cairan sebelum operasi selalu lebih lunak. Beberapa
penelitian telah mendokumentasikan pH lambung rendah (<2,5) dan volume
residu yang relatif tinggi pada pasien anak yang dijadwalkan untuk operasi,
menunjukkan bahwa anak-anak mungkin memiliki risiko aspirasi yang lebih
besar daripada yang diperkirakan sebelumnya. Insiden aspirasi dilaporkan
sekitar 1: 1000. Tidak ada bukti bahwa puasa yang berkepanjangan
mengurangi risiko aspirasi. Bahkan, beberapa penelitian telah menunjukkan
volume residu yang lebih rendah dan pH lambung yang lebih tinggi pada
pasien anak yang menerima cairan bening beberapa jam sebelum induksi.
Pedoman puasa pra operasi yang diproduksi oleh American Society of
Anesthesiologists menetapkan bahwa bayi dapat diberi ASI hingga 4 jam
sebelum induksi, dan susu formula atau cairan dan makanan "ringan" dapat
diberikan hingga 6 jam sebelum induksi.1
2. Persiapan anesthesia 1
Dari hasil kunjungan ini dapat diketahui kondisi pasien dan dinyatakan
dengan status anestesi menurut The American Society Of Anesthesiologist
(ASA).
- ASA I : Pasien dalam keadaan normal dan sehat.
- ASA II : Pasien dengan kelainan sistemik ringan sampai sedang baik
karena penyakit bedah maupun penyakit lain. Contohnya : pasien
batu ureter dengan hipertensi sedang terkontrol, atau pasien
appendisitis akut dengan lekositosis dan febris.
19
- ASA III : Pasien dengan gangguan atau penyakit sistemik berat yang
diakibatkan karena berbagai penyebab. Contohnya: pasien
appendisitis perforasi dengan septisemia, atau pasien ileus
obstrukstif dengan iskemia miokardium.
- ASA IV : Pasien dengan kelainan sistemik berat yang secara
langsung mengancam kehidupannya. Contohnya : Pasien dengan
syok atau dekompensasi kordis.
- ASA V : Pasien tak diharapkan hidup setelah 24 jam walaupun
dioperasi atau tidak. Contohnya : pasien tua dengan perdarahan basis
kranii dan syok hemoragik karena rupture hepatik.
- ASA VI : Pasien yang dinyatakan brain0dead, namun organnya akan
didonorkan.
STATIC :
- Scope : Laringoskop apakah lampunya cukup terang atau tidak, serta
Stethoscope.
- Tubes : ETT dipersiapkan dengan ukuran sesuai dan satu ukuran
dibawah dan diatasnya.
- Airway : alat untuk menahan lidah agar tidak jatuh yakni pipa
orofaringeal Guedel atau pipa nasofaringeal.
- Tapes : Plester untuk fiksasi ETT
- Introducer : kawat untuk dimasukan ke dalam ETT]
- Connector : penghubung antara ETT dengan sirkuit napas
- Suction : mesin pengisap untk membersihkan jalan napas.
3. Premedikasi
Tujuan pemberian premedikasi pada pasien anak sama dengan orang
dewasa yakni untuk menurangi ansietas pasien, mengurangi rasa nyeri yang
dialami, menurunkan dosis obat untuk induksi, serta mengurangi sekresi
jalan napas, namun pemberian pre-medikasi pada anak dapat memfasilitasi
perpisahan dengan orang tua dan memudahkan proses intubasi bila
dibutuhkan.4
Pasien yang kan di operasi biasanya diberikan premedikasi karena:4
- Diberikan sedatif untuk mengurangi ansietas (meskipun ini tidak
perlu diberikan pada anak yang berusia kurang dari 2 tahun).
- Diberikan sedatif untuk mempermudah kondukasi anestesi
- Diberikan analgetik jika pasien merasa sakit preoperative atau
dengan latar belakang analgesia selama dan sesudah operasi
21
4. Intra operatif
a. Induksi
Anestesi umum biasanya diinduksi oleh teknik intravena atau
inhalasi. Induksi dengan ketamin intramuskular (5-10 mg/kg)
dicadangkan untuk situasi tertentu, seperti yang melibatkan pasien
agresif, terutama yang mengalami gangguan mental, atau autis. Induksi
intravena biasanya lebih disukai ketika pasien datang ke ruang operasi
dengan kateter intravena fungsional atau akan memungkinkan kanulasi
vena terjaga.1
Induksi intravena
Urutan induksi yang sama dapat digunakan seperti pada orang
dewasa: propofol (2-3 mg / kg) diikuti oleh pelemas otot nondepolarisasi
(misalnya, rocuronium, cisatracurium, atracurium), atau suksinilkolin.
Kami merekomendasikan bahwa atropin diberikan secara rutin sebelum
suksinilkolin. Keuntungan dari teknik intravena termasuk ketersediaan
akses intravena jika obat darurat perlu diberikan dan kecepatan induksi
pada anak berisiko untuk aspirasi.1
Sebagai alternatif (dan sangat umum dalam praktik pediatrik),
intubasi dapat dilakukan setelah kombinasi propofol, lidokain, dan opiat,
dengan atau tanpa agen yang dihirup, menghindari kebutuhan akan agen
paralitik. Akhirnya, agen paralitik tidak diperlukan untuk penempatan
LMA, yang biasanya digunakan dalam anestesi anak.1
Induksi inhalasi
Banyak anak yang tiba di ruang operasi yang takut dengan jarum.
Untungnya, sevoflurane dapat membuat anak kecil pingsan dalam
beberapa menit. Ada banyak perbedaan antara anatomi orang dewasa
23
Intubasi
Seratus persen oksigen harus diberikan sebelum intubasi untuk
meningkatkan keselamatan selama intubasi. Untuk intubasi yang terjaga
pada neonatus atau bayi, preoksigenasi yang memadai dan insuflasi
oksigen berkelanjutan selama laringoskopi dapat membantu mencegah
hipoksemia. Oksiput bayi yang menonjol cenderung menempatkan
kepala dalam posisi tertekuk sebelum intubasi. Ini mudah diperbaiki
dengan mengangkat bahu sedikit ke atas dan meletakkan kepala di atas
bantal berbentuk donat. Pada anak yang lebih besar, jaringan tonsil yang
menonjol dapat menghambat visualisasi laring. Pisau laringoskop lurus
24
membantu intubasi laring anterior pada neonatus, bayi, dan anak kecil.
Tabung endotrakea yang melewati glotis mungkin masih menimpa
tulang rawan krikoid, yang merupakan titik tersempit dari jalan napas
pada anak-anak di bawah 5 tahun. Diameter yang sesuai di dalam tabung
endotrakeal dapat diperkirakan dengan rumus berdasarkan usia: 4 + Usia
/ 4 = Diameter tabung (dalam mm).1
Intubasi Neonatus lebih sulit karena mulut kecil, lidah besar-tebal,
epiglottis tinggi dengan bentuk “U”. Laringoskopi pada neonatus tidak
membutuhkan bantal kepala karena occiputnya menonjol. Sebaiknya
menggunakan laringoskop bilah lurus-lebar dengan lampu di ujungnya.
Hati-hati bahwa bagian tersempit jalan napas atas adalah cincin cricoid.
Waktu intubasi perlu pembantu guna memegang kepala. Intubasi
biasanya dikerjakan dalam keadaan sadar (awake intubation) terlebih
pada keadaan gawat atau diperkirakan akan dijumpai kesulitan.
Beberapa penulis menganjurkan intubasi sadar untuk bayi baru lahir
dibawah usia 10-14 hari atau pada bayi premature.1
Pipa trachea yang dianjurkan adalah dari bahan plastic, tembus
pandang dan tanpa cuff. Untuk premature digunakan ukuran diameter 2-
3 mm sedangkan pada bayi aterm 2,5-3,5 mm. idealnya menggunakan
pipa trachea yang paling besar yang dapat masuk tetapi masih sedikit
longgar sehingga dengan tekanan inspirasi 20-25 cmH2O masih sedikit
bocor. Sesuai anatomi jalan napas pasien anak, pada intubasi disarankan
menggunakan blade lurus, namun blade bengkok dapat digunakan bila
pasien memiliki berat 6-10 kg. Penggunaan ETT lebih disarankan jenis
tanpa cuff pada pasien berusia dibawah 8 tahun, serta usahakan terdapat
sedikit bocoran pada ETT.
25
5. Tahap Intraoperatif
Pemantauan pasien pediatrik dilakukan terus menerus pada denyut jantung
dan pernafasan, hal ini dapat dilakukan dengan stetoskop precordial atau
esophageal. Untuk mengukur tekanan darah gunakan manset tensimeter
khusu untuk anak. Rbalah denyut nadi dan periksalah warna dan perfusi
ekstremitas. Ukurlah produksi urin jik dipasng kateter. Pada akhir operasi,
periksalah temperature rektal untuk memastikan pasien tidak mengalami
hipotermi.4
a. Monitoring1
1) Pernapasan
Stetoskop precordial
Pada napas spontan, gerak dinding dada, dan bag reservoir
Warna ekstremitas
2) Sirkulasi
Stetoskop perikordial
Perabaan nadi
EKG dan CVP
3) Suhu
Rektal
26
4) Perdarahan
isi dalam botol suction
Beda berat kassa sebelum dan sesudah kena darah
Periksa Hb dan Ht secara serial
5) Air Kemih
Isi dalam kantong air kemih
meskipun penting pada semua pasien, sangat penting pada bayi baru lahir.
Monitor invasif (mis. Kanulasi arteri, kateterisasi vena sentral) membutuhkan
keahlian dan penilaian. Gelembung udara harus dihilangkan dari tabung
bertekanan dan volume flush yang kecil harus digunakan untuk menghindari
emboli udara, heparinisasi yang tidak diinginkan, atau kelebihan cairan.1
Keluaran urin merupakan indikator penting (tetapi tidak sensitif atau
spesifik) dari kecukupan volume intravaskular dan curah jantung. Monitor
volume stroke non-invasif baru-baru ini diuji pada bayi dan anak kecil.
Neonatus prematur atau kecil untuk usia kehamilan, dan neonatus yang telah
menerima nutrisi parenteral total atau yang ibunya menderita diabetes, rentan
terhadap hipoglikemia. Bayi-bayi ini harus sering melakukan pengukuran
glukosa darah: kadar di bawah 30 mg / dL pada neonatus, di bawah 40 mg /
dL pada bayi, dan di bawah 60 mg / dL pada anak-anak (dan di bawah 80
mg/dL pada orang dewasa) menunjukkan hipoglikemia yang memerlukan
perawatan segera . Pengambilan sampel darah untuk gas darah arteri,
hemoglobin, kalium, dan konsentrasi kalsium terionisasi dapat sangat
berharga pada pasien yang sakit kritis, terutama pada mereka yang menjalani
operasi besar atau yang mungkin menerima transfusi.1
- Defisit
Di samping cairan pemeliharaan , defisit cairan yang ada
misalnya karena puasa harus diganti. Pengganti defisit ini diberikan
50 % pada jam pertama, 25% pada jam kedua dan 25% sisanya pada
jam ketiga. Untuk mencegah terjadinya hiperglikemia dihindari
cairan yang banyak mengandung dekstrose. Defisit cairan preoperasi
biasanya diganti dengan cairan seimbang seperti ringer laktat atau ½
NS. Dibanding dengan ringer laktat, cairan garam fisiologis lebih
sering mengakibatkan asidosis hiperkloremik.
- Cairan Pengganti
Penggantian cairan dapat dibedakan menjadi mengganti darah
yang hilang dan mengganti cairan di rongga ketiga.
Mengganti darah
Darah yang hilang dapat diganti dengan cairan kristaloid
dengan perbandingan 3:1, atau larutan koloid dengan perbandingan
1:1 sampai mencapai hematokrit yang diperbolehkan. Di bawah
batas toleransi hematocrit darah yang hilang harus diganti dengan
darah. Batas hematokrit ini pada neonatus prematur dan sakit kira
kira 40 - 50 %, pada anak yang lebih besar 20- 26%.
Karena volume intra vaskuler yang kecil anak anak mudah
terjadi gangguan elektrolit (hiperglikemia, hiperkalemia, dan
29
6. Tahap Posoperatif
a. Pengakhiran anestesia.
Setelah pembedahan selesai, obat anestetika dihentikan
pemberiannya. Berikan zat asam murni 5-15 menit. Bersihkan rongga
hidung dan mulut dari lendir kalau perlu. Kalau menggunakan pelumpuh
otot, netralkan dengan prostigmin (0,04 mg/kg) dan atropin (0,02
mg/kg). Depresi napas oleh narkotika-analgetika netralkan dengan
naloksin 0,2-0,4mg secara titrasi
Ekstubasi pada bayi dikerjakan kalau bayi sudah sadar benar,
anggota badan. bergerak-gerak, mata terbuka, napas spontan adekuat.
Ekstubasi dalam keadaan anestesia ringan, akan menyebab kan batuk-
batuk, spasme laring atau bronkus. Ekstubasi dalam keadaan anestesia
dalam digemari karena kurang traumatis. Dikerjakan kalau napas
spontannya adekuat, keadaan umumnya baik dan diperkirakan tidak akan
menimbulkan kesulitan pasca intubasi. 1
- Laryngospasme
Laryngospasme adalah kontraksi otot otot laring yang kuat dan
terjadi secara tidak sadar karena stimulasi nervus laringeal superior.
Dapat dihindari dengan ekstubasi saat pasien sudah benar benar
sadar atau saat keadaan anestesi masih dalam. Ekstubasi diantara
kedua keadaan ekstrim ini berbahaya. ISPA juga meningkatkan
kejadian larigospasme saat bangun dari anestesi. 1
- Croup post intubasi
Croup terjadi karena edema glotis atau trakhea. Edema paling sering
terjadi pada cincin krikoid karena bagian ini paling sempit. Kejadian
croup lebih sedikit bila dipakai pipa endotrakhea yang tidak ber cuff
dan memungkinkan sedikit kebocoran pada 10- 25 cmH2O. Stridor
ini sering berkaitan dengan umur 1-4 tahun, usaha intubasi yang
berulang, pipa endotrakhea yang besar, pembedahan yang lama,
prosedur di kepala dan leher, dan gerak pipa yang berlebihan (batuk
gerak kepala). Dapat dicegah dengan pemberian deksametason 0,25-
0,5 mg/kg,IV. Pemberian inhalasi nebulizer epinefrin 0,25-0,5 ml
larutan 2,25% dalam 2,5 ml NS merupakam terapi yang efektif.
Komplikasi ini dapat terjadi mulai 3 jam post operasi.1
Setelah selesai anestesia dan keadaan umum baik, penderita
dipindahkan ke ruang pulih. Disini diawasi seperti di kamar bedah,
walaupun kurang intensif dibandingkan dengan pengawasan
sebelumnya. Untuk memindahkan penderita ke ruangan biasa dihitung
dulu. skomya menurut Lockhart (Skor Aldrete). 1
31