PPK Epilepsi

Anda mungkin juga menyukai

Anda di halaman 1dari 5

PANDUAN STROKE ISKEMIK

PRAKTIK KLINIS
No. Dokumen No. Revisi Halaman

………………… ………………….. 1/1


Tanggal terbit Ditetapkan Direktur,
RSUD SUNGAI RUMBAI

………………….
dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001

PENGERTIAN Definisi Konseptual


Kelainan otak yang ditandai dengan kecenderungan
untuk menimbulkan bangkitan epileptik yang terus
menerus , dan konsekuensi neurobiologis, kognitif,
psikologis, dan sosial
Definisi Operasional
Penyakit otak yang ditandai oleh gejala atau kondisi
sebagai berikut :
a. Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi
atau dua bangkitan refleks yang berselang lebih
dari 24 jam
b. Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu
bangkitan reflek dengan adanya kemungkinan
bangkitan berulang dengan risiko rekurensi
sama dengan dua bangkitan tanpa provokasi
(setidaknya 60%), yang dapat timbul hingga 10
tahun ke depan (Bangkitan refleks adalah
bangkitan yang muncul akibat induksi oleh
faktor pencetus tertentu seperti stimulasi visual,
auditorik, somatosensitif, dan somatomotorik)
c. Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi
Auto dan allo-anamnesis dari orang tua atau saksi mata
ANAMNESIS mengenai hal hal dibawah ini
a) Gejala dan tanda sebelum, selama, dan pasca
bangkitan :
 Sebelum bangkitan/gejala prodromal:
o Kondisi fisik dan psikis yang
mengindikasikan akan terjadinya bangkitan,
misalnya perubahan perilaku, perasaan lapar,
berkeringat, hipotermi, mengantuk, menjadi
sensitif, dan lain-lain.
 Selama bangkitan/iktal:
o Apakah terdapat aura, gejala yang dirasakan
pada awal bangkitan
o Bagaimana pola/bentuk bangkitan, mulai dari
deviasi mata, gerakan kepala, gerakan tubuh,
vokalisasi, otomatisasi, gerakan pada salah
satu atau kedua lengan dan tungkai, bangkitan
tonik/klonik, inkontinensia, lidah tergigit,
pucat, berkeringat, dan lain-lain. (Akan lebih
baik bila keluarga dapat diminta untuk
menirukan gerakan bangkitan atau merekam
video saat bangkitan)
o Apakah terdapat lebih dari satu pola
bangkitan?
o Apakah terdapat perubahan pola dari
bangkitan sebelumnya?
o Aktivitas penyandang saat terjadi bangkitan,
misalnya saat tidur, saat terjaga, bermain
video game, berkemih, dan lain-lain.
 Pasca bangkitan/ post iktal:
o Bingung, langsung sadar, nyeri kepala, tidur,
gaduh gelisah, Todd’s paresis.
b) Faktor pencetus : kelelahan, kurang tidur, hormonal,
stress psikologis, alkohol.
c) Usia awitan, durasi bangkitan, frekuensi bangkitan,
interval terpanjang antar bangkitan, kesadaran antar
bangkitan.
d) Terapi epilepsi sebelumnya dan respon terhadap OAE
sebelumnya:
 Jenis obat anti epilepsi (OAE)
 Dosis OAE
 Jadwal minum OAE
 Kepatuhan minum OAE
 Kadar OAE dalam plasma
 Kombinasi terapi OAE.
e) Penyakit yang diderita sekarang, riwayat penyakit
neurologik, psikiatrik maupun sistemik yang mungkin
menjadi penyebab maupun komorbiditas.
f) Riwayat epilepsi dan penyakit lain dalam keluarga
g) Riwayat saat berada dalam kandungan, kelahiran, dan
tumbuh kembang
h) Riwayat bangkitan neonatal/ kejang deman
i) Riwayat trauma kepala, stroke, infeksi susunan saraf
pusat (SSP), dll.
Pemeriksaan fisik umum
PEMERIKSAAN Untuk mencari tanda-tanda gangguan yang berkaitan
FISIK dengan epilepsi, misalnya:
 Trauma kepala,
 Tanda-tanda infeksi,
 Kelainan kongenital,
 Kecanduan alkohol atau napza,
 Kelainan pada kulit (neurofakomatosis)
 Tanda-tanda keganasan.

Pemeriksaan neurologis
Untuk mencari tanda-tanda defisit neurologis fokal
atau difus yang dapat berhubungan dengan epilepsi.
Jika dilakukan dalam beberapa menit setelah
bangkitan maka akan tampak tanda pasca bangkitan
terutama tanda fokal yang tidak jarang dapat menjadi
petunjuk lokalisasi, seperti:
 Paresis Todd
 Gangguan kesadaran pascaiktal
 Afasia pascaiktal
 Setidaknya ada dua kejang tanpa provokasi atau
KRITERIA dua bangkitan refleks yang berselang lebih dari 24
DIAGNOSIS jam
 Satu bangkitan tanpa provokasi atau satu
bangkitan reflek dengan adanya kemungkinan
bangkitan berulang dengan risiko rekurensi sama
dengan dua bangkitan tanpa provokasi (setidaknya
60%), yang dapat timbul hingga 10 tahun ke depan
(Bangkitan refleks adalah bangkitan yang muncul
akibat induksi oleh faktor pencetus tertentu seperti
stimulasi visual, auditorik, somatosensitif, dan
somatomotorik)
 Dapat ditegakkannya diagnosis sindrom epilepsi

DIAGNOSIS KERJA
EPILEPSI (Kode ICD X : G40.9)

 Sinkop
DIAGNOSIS  Bangkitan Non Epileptik Psikogenik
BANDING
 Aritmia Jantung
 Sindroma hiperventilasi atau serangan panik
a) Laboratorium :
PEMERIKSAAN  Darah Hematologi Lengkap
PENUNJANG  Ureum, kreatinin
 SGOT/SGOT
 Profil lipid
 GDP/GD2PP
 Faal hemostasis
 Asam urat
 Albumin
 Elektrolit (Natrium, Kalium, Kalsium,
Magnesium)
 Lumbal Pungsi
 EKG
 Kadar Obat Anti Epilepsi dalam darah
b) Pemeriksaan Radiologi
 Rontgen Thoraks
 BMD
 MRI otak
c) Elektrodiagnosis
 EEG rutin
 EEG deprivasi tidur
 EEG monitoring
d) Pemeriksaan Neurobehavior (Fungsi Luhur)
a. Terapi Medikamentosa (sesuai indikasi, tipe
kejang dan sindrom epilepsi)
 Fenitoin 4-6 mg/kgBB bid
 Carbamazepin XR 15-18 mg/kgBB bid
 Asam valproate 20-60 mg/kgBB od/bid
 Levetiracetam 20-40 mg/kgBB bid
 Topiramat 3-9 mg/kgBB bid
 Lamotrigin 100-400 mg bid
 Oxcarbazepin 300-900 mg bid
 Zonisamid 100-300 mg tid
 Clonazepam 2-8 mg bid
 Clobazam 10-30 mg tid
TERAPI
 Fenobarbital 2-4mg/kgBB bid
 Gabapentin 300-900mg tid
 Pregabalin 150-600mg b/tid
b. Terapi Non Farmakologis
 Fisioterapi
 Psikoterapi
 Behavior Cognitive Therapy
c. Tindakan Intervensi/Operatif
 Hipokampektomi, sesuai indikasi
 Amigdalohipokampektomi, sesuai indikasi
 Temporal lobektomi, sesuai indikasi
 Lesionektomi, sesuai indikasi

 Edukasi mengenai minum obat secara teratur


 Edukasi mengenai penghindaran faktor pencetus
EDUKASI
 Edukasi kontrol ulang secara teratur
 Edukasi epilepsi pada kehamilan
Quo ad vitam : dubia ad bonam
PROGNOSIS Quo ad sanationam : dubia ad bonam
Quo ad fungsionam : dubia ad bonam
Diagnosis : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)
TINGKAT EVIDENS Terapi : I / II/ III/ IV (referensi no 1-4)

1. Guideline Epilepsi 2015, Kelompok Studi Epilepsi


PERDOSSI 2015.
2. Fisher RS, Acevedo C, Arzimanoglou A, Bogacs A,
Cross JH, et al. A practical clinicical definition of
epilepsy. Epilepsia. 2014; 55 (4): 475-82.
3. Glauser T, Ben-Menachem E, Bourgeois B, Cnaan
A, Guerreuiro C, et al. Updated ILAE evidence
review of antiepileptic drug efficacy and
effectiveness as initial monotherapy for epileptic
seizures and syndromes. Epilepsia. 2013; **(*): 1-
13.
4. Krumholz A, Wiebe S, Gronseth GS, Gloss DS,
Sanchez AM, et al. Evidence-based guideline:
Management of unprovoked first seizure in adult.
KEPUSTAKAAN
Neurology. 2015; 85:1705-13.
5. Patsalos PN, Berry DJ, Bourgeois BFD, Cloyd JC,
Glauser TA, et al. Antiepileptic drugs-best practice
guideline for therapeutic drug monitoring: A
position paper by the subcommission on
therapeutic drug monitoring, ILAE Commission on
Therapeutic Strategies. Epilepsia. 2008; 49 (7):
1239-76.
6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia
Nomor 5 tahun 2014 tentang Panduan Praktik
Klinis bagi Dokter di Fasilitas Pelayanan Kesehatan
Primer
7. Standar Kompetensi Dokter Spesialis Neurologi
Indonesia, 2015

DIREKTUR RSUD SUNGAI RUMBAI

dr. SUJITO
NIP. 197908212008041001

Anda mungkin juga menyukai