1
A. Konsep Manajemen Lingkungan
Konsep dan penjelasan tentang lingkungan cenderung semakin kompeks dan dinamik,
berkembang konsepsi tradisional yang cenderung sempit, yang mengartikan lingkungan
sekedar sebagai suatu kesatuan ekosistem alam menjadi keterkaitan yang integral antara
manusia dan sistem lingkungan.
Untuk mengkaji lingkungan harus dilihat secara konfrehensif sebagai satu kesatuan
yang saling berhubungan (interaction) dan saling ketergantungan (interdependency). Arti
dan cakupan yang terkandung dalam kajian lingkungan menekankan pada integrasi
dinamik dan kompleks antara lingkungan fisik alami dengan manusia dan sistem
sosialnya. Hal ini mempunyai konsekuensi, bahwa memahami lingkungan harus secara
holistik tidak terbatas pada aspek fisik-alami semata, tetapi juga aspek sosial, ekonomi,
budaya, serta politik masyarakat dalam suatu sistem waktu dan tempat yang khusus. Saat
ini banyak dipakai konsepsi ABC untuk menjelaskan tiga komponen lingkungan yang tak
terpisahkan yakni “Abiotik”, “Biotik”, serta “Culture”.
Suatu wilayah akan selalu terjadi hubungan (interaction) antara makhluk hidup
dengan lingkungan. Lingkungan memberikan materi dan energi bagi kehidupan makhluk
hidup, maka makhluk hidup akan tumbuh dan berkembang optimal. Sebaliknya bila tidak
sesuai dengan kebutuhan energi maka akan melakukan adaptasi, jika tidak mampu akan
mutasi/pindah atau musnah/mati.
2
B. Pengelolaan Lingkungan Secara Berkelanjutan
Dalam hal ini tujuan pengelolaan berbasis ekosistem adalah memelihara, menjaga
kelestarian dan integitas ekosistem sehingga pada saat yang sama mampu menjamin
keberlanjutan suplai sumberdaya untuk kepentingan sosial ekonomi manusia.
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu kewajiban setiap individu untuk tetap
menjaga kelestarian tempat hidup makhluk hidup ini. Usaha yang bisa dilakukan untuk
mengelola lingkungan hidup beragam cara. Mulai dari lingkungan terdekat dari diri
sendiri dan dimulai saat ini juga. Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan saat ini
dampaknya akan dapat kita rasakan sampai jangka panjang. Oleh karena itu pengelolaan
ini haruslah dilakukan secara berkelanjutan. Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan
lingkungan hidup demi pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan, maka perlu
meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konversi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan, serta mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan
3
keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan
ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta, penataan ruang, yang pengusahaannya diatur
dengan undang-undang.
Apabila lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari
keberadaan sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat.
Dalam pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan
lingkungan. Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang
sifatnya relatif sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam
agar berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat
kemajuan.
Pengelolaan daur ulang sumber daya alam. Tingkat pencemaran dan kerusakan
lingkungan dapat dikurangi dengan cara melakukan pengembangan usaha seperti
mendaur ulang bahan-bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah, sebenarnya
dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan pengolahan yang
baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk mengatasi masalah
lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah dengan
menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai berikut:
4
Pelestarian Flora dan Fauna. Untuk menjaga kelestarian flora dan fauna, upaya yang
dapat dilakukan adalah mendirikan tempat atau daerah dengan memberikan perlindungan
khusus yaitu sebagai berikut:
Dari 70.000 desa di Indonesia, 30 ribuan desa berada di dalam dan sekitar kawasan
hutan dimana 70% penduduknya menggantungkan hidupnya dari sumberdaya hutan.
Banyak komunitas lokal di lingkungan kawasan hutan tersebut tidak memiliki akses legal
terhadap sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka. Hingga saat ini hanya terdapat
kurang dari 1 juta hektar lahan dikawasan hutan yang secara legal telah dikelola oleh
5
komunitas lokal dan diberikan ijin pengelolaan hutannya oleh negara. Melalui jendela
hibah Kemakmuran Hijau bertujuan untuk mempercepat tarcapainya target perhutanan
sosial serta mengembangkan model-model pengelolaan hutan berbasis komunitas
berkelanjutan dan ekonomis serta mendukung inisiatif penanaman pohon di lahan milik
komunitas yang akan berkontribusi pada penyerapan karbon dan mendorong model-
model industri dan aktifitas bisnis yang berkelanjutan dan memberikan keuntungan pada
pada pengelola hutan skala kecil.
Upaya dilakukan oleh program ini adalah pendampingan langsung dan secara
bertahap ke masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari dan sekaligus meningkatkan
ekonomi masyarakat. Diakui tidak mudah, mengubah mindset masyarakat, dibutuhkan
proses yang panjang terlebih praktik ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya.
Apalagi beberapa program yang terdahulu, hanya memberikan bantuan langsung seperti
bibit tanpa ada pengenalan dan pendampingan lebih lanjut, setelah diberikan bantuan.
Masyarakat tidak dibekali dengan pengetahuan untuk mengelola hutan, memperoleh
manfaat ekonomi dari mengelola hutan tanpa merusaknya.Inilah yang saat ini sedang
dikerjakan oleh Gaia dB melalui beberapa pendekatan dan pemahaman kepada
masyarakat bahwa mereka memiliki kepentingan untuk menjaga hutan sebagai sumber
penghasilan mereka yang pada umumnya dari tanaman buah-buahan, selain itu Gaia juga
bersama masyarakat berusaha agar keberadaan keanekaragaman hayati di dalam hutan
tetap terjaga.
Secara umum focus dari investasi dari program Gaia adalah focus pada rehabilitasi
ekosistem hutan dengan mengembangkan agroforestry berbasis masyarakat, produksi
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari agroforestry untuk kebutuhan subsisten dan untuk
dijual, terakhir Gaia bersama masyarakat mengukur jumlah karbon yang dari setiap pohon
dengan standard Plan Vivo dan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Lestari (PHBML). Untuk mencapai fokus ini Gaia telah melakukan serangkaian kegiatan
diantaranya memberikan bantuan bibit, pelatihan teknis pembibitan dan pembangunan
kebun bibit, pengukuran dan pemetaan areal rehabilitasi 100 Ha, penanaman dan Metode
SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tools) Patrol merupakan tools atau
perangkat lunak yang dikembangkan oleh konsorsium lembaga non pemerintah (NGO’s)
yang berfungsi untuk mengolah data hasil patroli keanekaragaman hayati dilindungi
menjadi informasi yang terstruktur dan dapat digunakan guna menunjang upaya-upaya
6
pengembangan monitoring Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilindungi yang berada
di dalam kawasan hutan guna mendukung upaya konservasi alam, melakukan kajian
pengembangan usaha produksi dan pemasaran HHBK, terakhir melakukan uji coba
aplikasi Monitoring Reporting and Verification (MRV) Apps. Sebuah Aplikasi yang diuji
cobakan terinstall pada Smartphone berbasis Android. Aplikasi ini berfungsi sebagai alat
untuk mengumpulkan informasi database pohon di dalam kawasan hutan pada Areal
Rehabilitasi yang difasilitasi Gaia-dB. Informasi pohon yang dikumpulkan diantaranya;
Jenis pohon, ID Pohon (unique number), DBH Pohon, ID Persil, ID Pengelola
lahan/persil, titik koordinat, Blok area, status tanaman baru yang sudah ditanam, foto
pohon, dan informasi terkait lainnya akan terkoneksi langsung dengan Server data melalui
jaringan Internet. Ujicoba Aplikasi MRV yang dilakukan ini adalah upaya digitalisasi
database hasil pengukuran dan pemantauan pengukuran pohon atau MRV pada area
rehabilitasi melalui pengembangan Program REDD+ Skema Plan Vivo di HKm
Batukliang Utara dan HKm Aik Bual di Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah.
Program yang tengah dijalankan oleh Gaia dB sejalan dengan program dari
pemerintah daerah dalam hal ini kewenangannya berada di Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melalui inovasi “Gempita Kreatif” Gerakan Membangun
Pengelolaan Hutan dan Lingkungan Hidup secara Kolaboratif dan Partisipatif.
Pemerintah sadar betul, untuk pengelolaan hutan lestari pemerintah membutuhkan
dukungan dan kerjasama multipihak (Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kab/Kota,
LSM, swasta, mitra pembangunan internasional, akademisi dan media) sehingga
tantangan pengelolaan hutan yang kerap ditemui di lapangan seperti konflik lahan, tingkat
kemiskinan yang berujung pada pada perambahan hutan, illegal logging dan kebijakan
yang seringkali tidak memperhatikan aspek pro poor, pro growth, dan pro environment.
Inisiatif menarik datang dari Desa Aik Bual, Desa penyangga air minum bagi Lombok
Tengah dan Kota Mataram, sehingga keberadaan hutan untuk menopang sumber mata air
menjadi vital. Aik Bual menjadi satu-satunya desa di Indonesia yang menginisiasi
terbitnya Peraturan Desa tentang Keanekaragaman Hayati, selain itu awiq-awiq desa
masih dipegang teguh oleh masyarakat seperti setiap pasangan yang akan menikah
diwajibkan menanam dan memelihara 1 batang pohon. Saat ini Desa Aik Bual telah
menjual karbon ke pihak luar difasilitasi oleh Gaia dB. Bapak Zulkarnain selaku kepala
desa bersama warganya mengembangkan Eko Wisata dari pengelolaan hutan yang
7
berkontribusi pada kesejahteraan warga dan pembangunan desa. Maka tidak heran, Aik
Bual mendapatkan juara 1 Lomba Desa di tingkat Kab Lombok Tengah dan juara 2 di
tingkat provinsi.
Harapan kedepan adalah melalui kegiatan rehabilitasi lahan di 5 Desa lokasi HKm
ini akan menjadi contoh model pengelolaan hutan yang lestari dan terjadinya
mekanisme pembayaran ekosistem jasa lingkungan (Payment Ecosystem Servises)
seperti yang sudah terjadi di 100 ha HKm Aik Bual. Sektor kehutanan tidak menutup
kemungkinan membuka peluang dalam rangka mengimplentasikan mekanisme program
REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), tidak hanya
mencakup pengurangan gas rumah kaca tetapi juga lebih menekankan peran dari
konservasi, serta bagaimana manajemen hutan yang berkelanjutan. Upaya ini akan
membantu menurunkan tingkat kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi.
Proses penerapan REDD+ tidak semata-mata menitikberatkan pada peran
pemerintah atau pemerhati lingkungan, akan tetapi juga keterlibatan dan komitmen semua
pihak. Jika ini terpenuhi maka ada bentuk penghargaan yang diberikan kepada
masyarakat yang mengelolaa hutan. Seperti yang diungkapakan oleh pak Budy Setiawan
selaku Program Manager Gaia-dB ”Kalau kita melaksanakan program ini (REDD+),
masyarakat internasional siap memberikan reward/penghargaan kepada pihak yang bisa
membuktikan lewat kontribusinya mengurangi emisi dari kegiatan illegal logging serta
pengrusakan hutan lainnya”. Hal ini disampaikan pada Diskusi Hijau yang dilaksanakan
oleh Yayasan BaKTI, 20 Juli lalu di kantor Bappeda Nusa Tenggara Barat. Selain sharing
dari Gaia dB, Ibu Reni dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga sharing
mengenai dukungan kebijakan pengelolaan hutan di NTB. Diskusi ini sebagai wadah bagi
penerima hibah Kemakmuran Hijau untuk memaparkan temuan, praktik-praktik inovatif,
dan pembelajaran dari program yang tengah dijalankan kepada khalayak yang lebih luas
dengan harapan untuk memperoleh masukan, sharing pembelajaran dan peluang untuk
replikasi/adopsi di tempat lain.
8
Kesimpulan
9
Saran
Peranan pemerintah serta campur tangan masyarakat saat ini sangat penting dalam
menunjang keberhasilan program keberlanjutan dalam meningkatkan kualitas
lingkungan. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dapat membuktikan
suatu peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik lagi. Kualitas lingkungan yang
baik juga dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat dan kesehatan juga dapat lebih terjaga.
10
REFERENSI
Purwanto, Andie T., Analisa Pengaruh Implementasi ISO 14001 Terhadap Indikator
Kinerja Lingkungan Kuantitatif dan Kualitatif Menggunakan Pengembangan Model EPE
ISO 14031, Thesis, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2002
Hetty Herawati: Upaya Strategi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. 28 Januari 2012.
Available from:
https://hettyherawati2704.wordpress.com/2012/01/28/upaya-stategi-dalam-pengelolaan-
lingkungan-hidup/ diakses pada 10 Desember 2017
11