Anda di halaman 1dari 11

PENDAHULUAN

Manajemen lingkungan di dalam sebuah manajemen operasi tradisional perusahaan


dianggap bukan sebagai suatu prioritas dalam strategi korporasinya. Akibatnya
manajemen operasi tradisional memperlakukan masalah lingkungan utamanya sebagai
suatu serangkaian hambatan (Angell, 1999; Angell dan Klassen, 1999). Namun, dengan
berkembangnya kesadaran ramah lingkungan, permasalahan lingkungan telah menjadi
suatu perhatian utama (Pun, 2006; Inman, 2002; Chinander, 2001; Corbett dan
Kleindorfer, 2001; Angell dan Klassen, 1999; Newman dan Hanna, 1996). Manajemen
lingkungan dan manajemen operasi terintegrasi dalam lingkup kualitas, utamanya dalam
Total Quality Management yang berorientasi pada kepuasan konsumen dan continuous
improvement atau perbaikan berkelanjutan.
Pentingnya melakukan pengelolaan berkelanjutan merupakan suatu kemajuan pada
lingkungan sebagai suatu peningkatan kualitas lingkungan. Pengelolaan lingkungan
hidup merupakan suatu kewajiban setiap individu untuk tetap menjaga kelestarian tempat
hidup makhluk hidup ini. Usaha yang bisa dilakukan untuk mengelola lingkungan hidup
beragam cara. Mulai dari lingkungan terdekat dari diri sendiri dan dimulai saat ini juga.
Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan saat ini dampaknya akan dapat kita rasakan
sampai jangka panjang. Oleh karena itu pengelolaan ini haruslah dilakukan secara
berkelanjutan. Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan lingkungan hidup demi
pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan seimbang untuk menunjang
pembangunan yang berkesinambungan, maka perlu meningkatkan pemanfaatan potensi
sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan melakukan konversi, rehabilitasi dan
penghematan penggunaan dengan menerapkan teknologi ramah lingkungan, serta
mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-besarnya kemakmuran rakyat dengan
memperhatikan kelestarian fungsi dan keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan
yang berkelanjutan, kepentingan ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta, penataan
ruang, yang pengusahaannya diatur dengan undang-undang.

1
A. Konsep Manajemen Lingkungan

Konsep dan penjelasan tentang lingkungan cenderung semakin kompeks dan dinamik,
berkembang konsepsi tradisional yang cenderung sempit, yang mengartikan lingkungan
sekedar sebagai suatu kesatuan ekosistem alam menjadi keterkaitan yang integral antara
manusia dan sistem lingkungan.

Untuk mengkaji lingkungan harus dilihat secara konfrehensif sebagai satu kesatuan
yang saling berhubungan (interaction) dan saling ketergantungan (interdependency). Arti
dan cakupan yang terkandung dalam kajian lingkungan menekankan pada integrasi
dinamik dan kompleks antara lingkungan fisik alami dengan manusia dan sistem
sosialnya. Hal ini mempunyai konsekuensi, bahwa memahami lingkungan harus secara
holistik tidak terbatas pada aspek fisik-alami semata, tetapi juga aspek sosial, ekonomi,
budaya, serta politik masyarakat dalam suatu sistem waktu dan tempat yang khusus. Saat
ini banyak dipakai konsepsi ABC untuk menjelaskan tiga komponen lingkungan yang tak
terpisahkan yakni “Abiotik”, “Biotik”, serta “Culture”.

Suatu wilayah akan selalu terjadi hubungan (interaction) antara makhluk hidup
dengan lingkungan. Lingkungan memberikan materi dan energi bagi kehidupan makhluk
hidup, maka makhluk hidup akan tumbuh dan berkembang optimal. Sebaliknya bila tidak
sesuai dengan kebutuhan energi maka akan melakukan adaptasi, jika tidak mampu akan
mutasi/pindah atau musnah/mati.

Pegelolaan lingkungan mempunyai dua dimensi yaitu “keterpaduan” dan “konflik”.


Idealnya, berbagai instrumen pengelolaan lingkungan dapat dirumuskan secara terpadu
sehingga dapat mengakomodasi berbagai kelompok kepentigan. Dalam prakteknya,
pengelolaan lingkungan tidak dapat dilepaskan dari konflik. Oleh karenanya para
pengelola lingkungan harus mempunyai kapasitas untuk mengelola konflik dari berbagai
kepentingan yang saling bertentangan.

2
B. Pengelolaan Lingkungan Secara Berkelanjutan

Pembangunan berkelanjutan adalah pembangunan untuk memenuhi kebutuhan hidup


saat ini tanpa merusak atau menurunkan kemampuan generasi mendatang untuk
mernenuhi kebutuhan hidupnya (WCED, 1987 dalam Dahuri dkk., 2004). Selanjutnya
Bengen (2004b) berpendapat bahwa pembangunan berkelanjutan (sustainable
development) merupakan visi dunia internasional sudah saatnya juga merupakan visi
nasional. Visi pembangunan berkelanjutan tidak melarang aktivitas pembangunan
ekonomi, tetapi meganjurkannya dengan persyaratan bahwa laju (tingkat) kegiatan
pembangunan tidak melampaui daya dukung (carrying capacity) lingkungan alam.
Dengan demikian generasi mendatang tetap memiliki aset sumberdaya alam dan jasa-jasa
lingkungan (environmental services) yang sama atau kalau dapat lebih baik dari pada
generasi yang hidup sekarang.

Konsep pengelolaan lain yang berbasis Sosial-Ekosistem yang juga telah


diperkenalkan oleh Meffe et al., (2002) dalam INRR (2005) menggambarkan bahwa pada
dasarnya pendekatan ini mengintegrasikan antara pemahaman ekologi dan nilai-nilai
sosial ekonomi.

Dalam hal ini tujuan pengelolaan berbasis ekosistem adalah memelihara, menjaga
kelestarian dan integitas ekosistem sehingga pada saat yang sama mampu menjamin
keberlanjutan suplai sumberdaya untuk kepentingan sosial ekonomi manusia.

Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu kewajiban setiap individu untuk tetap
menjaga kelestarian tempat hidup makhluk hidup ini. Usaha yang bisa dilakukan untuk
mengelola lingkungan hidup beragam cara. Mulai dari lingkungan terdekat dari diri
sendiri dan dimulai saat ini juga. Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan saat ini
dampaknya akan dapat kita rasakan sampai jangka panjang. Oleh karena itu pengelolaan
ini haruslah dilakukan secara berkelanjutan. Menyadari perlunya dilakukan pengelolaan
lingkungan hidup demi pelestarian kemampuan lingkungan hidup yang serasi dan
seimbang untuk menunjang pembangunan yang berkesinambungan, maka perlu
meningkatkan pemanfaatan potensi sumber daya alam dan lingkungan hidup dengan
melakukan konversi, rehabilitasi dan penghematan penggunaan dengan menerapkan
teknologi ramah lingkungan, serta mendayagunakan sumber daya alam untuk sebesar-
besarnya kemakmuran rakyat dengan memperhatikan kelestarian fungsi dan

3
keseimbangan lingkungan hidup, pembangunan yang berkelanjutan, kepentingan
ekonomi dan budaya masyarakat lokal serta, penataan ruang, yang pengusahaannya diatur
dengan undang-undang.

Pengelolaan sumber daya alam berwawasan lingkungan hidup dan berkelanjutan


untuk menanggulangi masalah kerusakan yang terjadi pada lingkungan perlu diadakan
konservasi. Konservasi dapat diartikan sebagai upaya untuk memelihara lingkungan
mulai dari lingkungan keluarga, masyarakat sampai bangsa. Pengelolaan sumber daya
alam merupakan usaha secara sadar dengan cara menggali sumber daya alam, tetapi tidak
merusak sumber daya alam lainnya sehingga dalam penggunaannya harus memperhatikan
pemeliharaan dan perbaikan kualitas dari sumber daya alam tersebut. Adanya
peningkatan perkembangan kemajuan di bidang produksi tidak perlu mengorbankan
lingkungan yang dapat menimbulkan kerusakan lingkungan.

Apabila lingkungan tercemar maka akan berdampak buruk bagi kelanjutan dari
keberadaan sumber daya alam yang akhirnya dapat menurunkan kehidupan masyarakat.
Dalam pengelolaan sumber daya alam perlu diperhatikan keserasiannya dengan
lingkungan. Keserasian lingkungan merupakan proses pembentukan lingkungan yang
sifatnya relatif sama dengan pembentukan lingkungan. Pengelolaan sumber daya alam
agar berkelanjutan perlu diadakannya pelestarian terhadap lingkungan tanpa menghambat
kemajuan.

Pengelolaan daur ulang sumber daya alam. Tingkat pencemaran dan kerusakan
lingkungan dapat dikurangi dengan cara melakukan pengembangan usaha seperti
mendaur ulang bahan-bahan yang sebagian besar orang menganggap sampah, sebenarnya
dapat dijadikan barang lain yang bisa bermanfaat dan tentunya dengan pengolahan yang
baik. Pengelolaan limbah sangat efisien dalam upaya untuk mengatasi masalah
lingkungan. Langkah-langkah yang dapat dilakukan dalam pengelolaan limbah dengan
menggunakan konsep daur ulang adalah sebagai berikut:

1. Melakukan pengelompokan dan pemisahan limbah terlebih dahulu.


2. Pengelolaan limbah menjadi barang yang bermanfaat serta memilki nilai
ekonomis.
3. Dalam pengolahan limbah juga harus mengembangkan penggunaan teknologi.

4
Pelestarian Flora dan Fauna. Untuk menjaga kelestarian flora dan fauna, upaya yang
dapat dilakukan adalah mendirikan tempat atau daerah dengan memberikan perlindungan
khusus yaitu sebagai berikut:

1. Hutan Suaka Alam merupakan daerah khusus yang diperuntukan untuk


melindungi alam hayati
2. Suaka Marga Satwa merupakan salah satu dari daerah hutan suaka alam yang
tujuannya sebagai tempat perlindungan untuk hewan-hewan langka agar tidak
punah.
3. Taman Nasional yaitu daerah yang cukup luas yang tujuannya sebagai tempat
perlindungan alam dan bukan sebagai tempat tinggal melainkan sebagai tempat
rekreasi.
4. Cagar alam merupakan daerah dari hutan suaka alam yang dijadikan sebagai
tempat perlindungan untuk keadaan alam yang mempunyai ciri khusus termasuk
di dalamnya meliputi flora dan fauna serta lingkungan abiotiknya yang berfungsi
untuk kepentingn kebudayaan dan ilmu pengetahuan.

C. Upaya Peningkatan Kualitas Lingkungan


Secara nasional pemanfaatan kawasan hutan tersebut tertuang dalam Peraturan
Menteri Lingkungan Hidup dan Kehutanan No 83 Tahun 2016. Peraturan tersebut
diterbitkan untuk mendukung percepatan perluasan Perhutanan Sosial (PS) seluas 12,7
Juta Ha. Dalam peraturan tersebut dijelaskan bahwa Perhutanan Sosial (PS) merupakan
sistem pengelolaan hutan lestari yang dilaksanakan dalam kawasan hutan negara atau
hutan adat/hutan hak yang dilaksanakan oleh masyarakat setempat atau masyarakat
hukum adat sebagai pelaku utama untuk meningkatkan kesejahteraannya, keseimbangan
lingkungan dan dinamika sosial budaya dalam bentuk Hutan Desa, Hutan
Kemasyarakatan, Hutan Tanaman Rakyat, Hutan Rakyat dan Kemitraan Kehutanan.

Dari 70.000 desa di Indonesia, 30 ribuan desa berada di dalam dan sekitar kawasan
hutan dimana 70% penduduknya menggantungkan hidupnya dari sumberdaya hutan.
Banyak komunitas lokal di lingkungan kawasan hutan tersebut tidak memiliki akses legal
terhadap sumber daya hutan yang ada di sekitar mereka. Hingga saat ini hanya terdapat
kurang dari 1 juta hektar lahan dikawasan hutan yang secara legal telah dikelola oleh

5
komunitas lokal dan diberikan ijin pengelolaan hutannya oleh negara. Melalui jendela
hibah Kemakmuran Hijau bertujuan untuk mempercepat tarcapainya target perhutanan
sosial serta mengembangkan model-model pengelolaan hutan berbasis komunitas
berkelanjutan dan ekonomis serta mendukung inisiatif penanaman pohon di lahan milik
komunitas yang akan berkontribusi pada penyerapan karbon dan mendorong model-
model industri dan aktifitas bisnis yang berkelanjutan dan memberikan keuntungan pada
pada pengelola hutan skala kecil.
Upaya dilakukan oleh program ini adalah pendampingan langsung dan secara
bertahap ke masyarakat untuk mengelola hutan secara lestari dan sekaligus meningkatkan
ekonomi masyarakat. Diakui tidak mudah, mengubah mindset masyarakat, dibutuhkan
proses yang panjang terlebih praktik ini sudah dilakukan bertahun-tahun lamanya.
Apalagi beberapa program yang terdahulu, hanya memberikan bantuan langsung seperti
bibit tanpa ada pengenalan dan pendampingan lebih lanjut, setelah diberikan bantuan.
Masyarakat tidak dibekali dengan pengetahuan untuk mengelola hutan, memperoleh
manfaat ekonomi dari mengelola hutan tanpa merusaknya.Inilah yang saat ini sedang
dikerjakan oleh Gaia dB melalui beberapa pendekatan dan pemahaman kepada
masyarakat bahwa mereka memiliki kepentingan untuk menjaga hutan sebagai sumber
penghasilan mereka yang pada umumnya dari tanaman buah-buahan, selain itu Gaia juga
bersama masyarakat berusaha agar keberadaan keanekaragaman hayati di dalam hutan
tetap terjaga.
Secara umum focus dari investasi dari program Gaia adalah focus pada rehabilitasi
ekosistem hutan dengan mengembangkan agroforestry berbasis masyarakat, produksi
Hasil Hutan Bukan Kayu (HHBK) dari agroforestry untuk kebutuhan subsisten dan untuk
dijual, terakhir Gaia bersama masyarakat mengukur jumlah karbon yang dari setiap pohon
dengan standard Plan Vivo dan Sertifikasi Pengelolaan Hutan Berbasis Masyarakat
Lestari (PHBML). Untuk mencapai fokus ini Gaia telah melakukan serangkaian kegiatan
diantaranya memberikan bantuan bibit, pelatihan teknis pembibitan dan pembangunan
kebun bibit, pengukuran dan pemetaan areal rehabilitasi 100 Ha, penanaman dan Metode
SMART (Spatial Monitoring And Reporting Tools) Patrol merupakan tools atau
perangkat lunak yang dikembangkan oleh konsorsium lembaga non pemerintah (NGO’s)
yang berfungsi untuk mengolah data hasil patroli keanekaragaman hayati dilindungi
menjadi informasi yang terstruktur dan dapat digunakan guna menunjang upaya-upaya

6
pengembangan monitoring Tumbuhan dan Satwa Liar (TSL) yang dilindungi yang berada
di dalam kawasan hutan guna mendukung upaya konservasi alam, melakukan kajian
pengembangan usaha produksi dan pemasaran HHBK, terakhir melakukan uji coba
aplikasi Monitoring Reporting and Verification (MRV) Apps. Sebuah Aplikasi yang diuji
cobakan terinstall pada Smartphone berbasis Android. Aplikasi ini berfungsi sebagai alat
untuk mengumpulkan informasi database pohon di dalam kawasan hutan pada Areal
Rehabilitasi yang difasilitasi Gaia-dB. Informasi pohon yang dikumpulkan diantaranya;
Jenis pohon, ID Pohon (unique number), DBH Pohon, ID Persil, ID Pengelola
lahan/persil, titik koordinat, Blok area, status tanaman baru yang sudah ditanam, foto
pohon, dan informasi terkait lainnya akan terkoneksi langsung dengan Server data melalui
jaringan Internet. Ujicoba Aplikasi MRV yang dilakukan ini adalah upaya digitalisasi
database hasil pengukuran dan pemantauan pengukuran pohon atau MRV pada area
rehabilitasi melalui pengembangan Program REDD+ Skema Plan Vivo di HKm
Batukliang Utara dan HKm Aik Bual di Kecamatan Kopang Kabupaten Lombok Tengah.
Program yang tengah dijalankan oleh Gaia dB sejalan dengan program dari
pemerintah daerah dalam hal ini kewenangannya berada di Dinas Lingkungan Hidup
Provinsi Nusa Tenggara Barat. Melalui inovasi “Gempita Kreatif” Gerakan Membangun
Pengelolaan Hutan dan Lingkungan Hidup secara Kolaboratif dan Partisipatif.
Pemerintah sadar betul, untuk pengelolaan hutan lestari pemerintah membutuhkan
dukungan dan kerjasama multipihak (Pemerintah Pusat, Pemerintah Provinsi, Kab/Kota,
LSM, swasta, mitra pembangunan internasional, akademisi dan media) sehingga
tantangan pengelolaan hutan yang kerap ditemui di lapangan seperti konflik lahan, tingkat
kemiskinan yang berujung pada pada perambahan hutan, illegal logging dan kebijakan
yang seringkali tidak memperhatikan aspek pro poor, pro growth, dan pro environment.
Inisiatif menarik datang dari Desa Aik Bual, Desa penyangga air minum bagi Lombok
Tengah dan Kota Mataram, sehingga keberadaan hutan untuk menopang sumber mata air
menjadi vital. Aik Bual menjadi satu-satunya desa di Indonesia yang menginisiasi
terbitnya Peraturan Desa tentang Keanekaragaman Hayati, selain itu awiq-awiq desa
masih dipegang teguh oleh masyarakat seperti setiap pasangan yang akan menikah
diwajibkan menanam dan memelihara 1 batang pohon. Saat ini Desa Aik Bual telah
menjual karbon ke pihak luar difasilitasi oleh Gaia dB. Bapak Zulkarnain selaku kepala
desa bersama warganya mengembangkan Eko Wisata dari pengelolaan hutan yang

7
berkontribusi pada kesejahteraan warga dan pembangunan desa. Maka tidak heran, Aik
Bual mendapatkan juara 1 Lomba Desa di tingkat Kab Lombok Tengah dan juara 2 di
tingkat provinsi.
Harapan kedepan adalah melalui kegiatan rehabilitasi lahan di 5 Desa lokasi HKm
ini akan menjadi contoh model pengelolaan hutan yang lestari dan terjadinya
mekanisme pembayaran ekosistem jasa lingkungan (Payment Ecosystem Servises)
seperti yang sudah terjadi di 100 ha HKm Aik Bual. Sektor kehutanan tidak menutup
kemungkinan membuka peluang dalam rangka mengimplentasikan mekanisme program
REDD+ (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation), tidak hanya
mencakup pengurangan gas rumah kaca tetapi juga lebih menekankan peran dari
konservasi, serta bagaimana manajemen hutan yang berkelanjutan. Upaya ini akan
membantu menurunkan tingkat kemiskinan dan mencapai pertumbuhan ekonomi.
Proses penerapan REDD+ tidak semata-mata menitikberatkan pada peran
pemerintah atau pemerhati lingkungan, akan tetapi juga keterlibatan dan komitmen semua
pihak. Jika ini terpenuhi maka ada bentuk penghargaan yang diberikan kepada
masyarakat yang mengelolaa hutan. Seperti yang diungkapakan oleh pak Budy Setiawan
selaku Program Manager Gaia-dB ”Kalau kita melaksanakan program ini (REDD+),
masyarakat internasional siap memberikan reward/penghargaan kepada pihak yang bisa
membuktikan lewat kontribusinya mengurangi emisi dari kegiatan illegal logging serta
pengrusakan hutan lainnya”. Hal ini disampaikan pada Diskusi Hijau yang dilaksanakan
oleh Yayasan BaKTI, 20 Juli lalu di kantor Bappeda Nusa Tenggara Barat. Selain sharing
dari Gaia dB, Ibu Reni dari Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan juga sharing
mengenai dukungan kebijakan pengelolaan hutan di NTB. Diskusi ini sebagai wadah bagi
penerima hibah Kemakmuran Hijau untuk memaparkan temuan, praktik-praktik inovatif,
dan pembelajaran dari program yang tengah dijalankan kepada khalayak yang lebih luas
dengan harapan untuk memperoleh masukan, sharing pembelajaran dan peluang untuk
replikasi/adopsi di tempat lain.

8
Kesimpulan

Manajemen lingkungan adalah aspek-aspek dari keseluruhan fungsi manajemen


(termasuk perencanaan) yang menentukan dan membawa pada implementasi kebijakan
lingkungan (BBS 7750, dalam ISO 14001 oleh Sturm, 1998).
Manajemen lingkungan selama ini sebelum adanya ISO 14001 berada dalam
kondisi terpecah-pecah dan tidak memiliki standar tertentu dari satu daerah dengan daerah
lain, dan secara internasional berbeda penerapannya antara negara satu dengan lainnya.
Praktek manajemen lingkungan yang dilakukan secara sistematis, prosedural, dan dapat
diulang disebut dengan sistem manajemen lingkungan (EMS).
Pengelolaan lingkungan hidup merupakan suatu kewajiban setiap individu untuk
tetap menjaga kelestarian tempat hidup makhluk hidup ini. Usaha yang bisa dilakukan
untuk mengelola lingkungan hidup beragam cara. Mulai dari lingkungan terdekat dari diri
sendiri dan dimulai saat ini juga. Pengelolaan lingkungan hidup yang dilakukan saat ini
dampaknya akan dapat kita rasakan sampai jangka panjang. Oleh karena itu pengelolaan
ini haruslah dilakukan secara berkelanjutan.
Lalu dilakukanlah suatu upaya dari Gaia yang bertujuan untuk mengelola hutan secara
lestari dan sekaligus meningkatkan ekonomi masyarakat. Diakui tidak mudah, mengubah
mindset masyarakat, dibutuhkan proses yang panjang terlebih praktik ini sudah dilakukan
bertahun-tahun lamanya. Apalagi beberapa program yang terdahulu, hanya memberikan
bantuan langsung seperti bibit tanpa ada pengenalan dan pendampingan lebih lanjut,
setelah diberikan bantuan. Masyarakat tidak dibekali dengan pengetahuan untuk
mengelola hutan, memperoleh manfaat ekonomi dari mengelola hutan tanpa
merusaknya.Inilah yang saat ini sedang dikerjakan oleh Gaia dB melalui beberapa
pendekatan dan pemahaman kepada masyarakat bahwa mereka memiliki kepentingan
untuk menjaga hutan sebagai sumber penghasilan mereka yang pada umumnya dari
tanaman buah-buahan, selain itu Gaia juga bersama masyarakat berusaha agar keberadaan
keanekaragaman hayati di dalam hutan tetap terjaga.

9
Saran
Peranan pemerintah serta campur tangan masyarakat saat ini sangat penting dalam
menunjang keberhasilan program keberlanjutan dalam meningkatkan kualitas
lingkungan. Adanya kerjasama antara pemerintah dan masyarakat dapat membuktikan
suatu peningkatan kualitas lingkungan yang lebih baik lagi. Kualitas lingkungan yang
baik juga dapat dirasakan oleh seluruh masyarakat dan kesehatan juga dapat lebih terjaga.

10
REFERENSI

Purwanto, Andie T., Analisa Pengaruh Implementasi ISO 14001 Terhadap Indikator
Kinerja Lingkungan Kuantitatif dan Kualitatif Menggunakan Pengembangan Model EPE
ISO 14031, Thesis, Institut Teknologi Bandung, Indonesia, 2002

Hetty Herawati: Upaya Strategi Dalam Pengelolaan Lingkungan Hidup. 28 Januari 2012.
Available from:
https://hettyherawati2704.wordpress.com/2012/01/28/upaya-stategi-dalam-pengelolaan-
lingkungan-hidup/ diakses pada 10 Desember 2017

Yakin Addinul. 1997. Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan. Jakarta: Akademika


Presindo.

Pengetauan Hijau. Berita. Pengelolaan Kawasan Hutan Sebagai Upaya Peningkatan


Kualitas Lingkungan dan Peningkatan Kesejahteraan Kasyarakat.
Available from: http://www.pengetahuanhijau.com/en/berita/pengelolaan-kawasan-
hutan-sebagai-upaya-peningkatan-kualitas-lingkungan-dan-peningkatan diakses pada 10
Desember 2017

11

Anda mungkin juga menyukai