PENDAHULUAN
1
BAB II
PEMBAHASAN
2
respek maupun kepercayaan yang pantas diberikan kepada para elite
profesional ini.
Adapun poin-poin dari sejarah maupun perkembangan mengenai
etika profesi ini, sebagai berikut;
1. Etika Profesi Era 1940 – 1950an
a) Norbert Wiener
b) PD II à penelitian di bidang etika dan teknologi yang
memunculkan cybernetics atau the science of information
feedback systems.
c) 1948 à Buku Cybernetics : Control and Communication in the
Animal and the Machine (teknologi mampu memberikan
“kebaikan” sekaligus “malapetaka”)
d) 1950 à Buku The Human Use of Human Beings (beberapa
bagian pokok hidup manusia, prinsip hukum dan etika di bidang
komputer).
e) Dasar-dasar etika yang diberikan Wiener masih diabaikan.
3
keleluasaan pribadi melalui database komputer dan perkara
pengadilan mengenai kepemilikan perangkat lunak.
b) Etika komputer à suatu disiplin ilmu
c) Pertengahan 80an à James Moor à artikel “What is Computer
Ethics?”
d) Deborah Johnson à buku teks “Computer Ethics”
4
hak-hak asasi umumnya, hal itulah yang mendasari tumbuh kembangnya
etika di masyarakat kita.
Menurut Saondi dan Suherman (2012:90-91), etika adalah aturan
perilaku, adat kebiasaan manusia dalam pergaulan antarsesamanya dan
menegaskan mana yang benar dan mana yang buruk. Perkataan etika atau
lazim juga disebut etik, berasal dari kata Yunani ethos yang berarti
normal-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah dan ukuran-ukuran bagi tingkah
manusia yang baik, seperti yang dirumuskan oleh beberapa ahli berikut
ini:
O.P. Simorangkir: etika atau etik sebagai pandangan manusia dalam
berperilaku menurut ukuran dan nilai yang baik.
Sidi Gazalba dalam sistematika filsafat: etika adalah teori tentang
tingkah laku perbuatan manusia dipandangan dari segi baik dan
buruk, sejauh yang dapat ditentukan oleh akal.
H. Burhanudin Salam: etika adalah cabang filsafat yang berbicara
mengenai nilai dan norma moral yang menentukan perilaku manusia
dalam hidupnya.
Ada dua macam etika yang harus kita pahami bersama dalam
menentukan baik atau buruknya prilaku manusia:
a) Etika deskriftif, yaitu etika yang berusaha meneropong secara kritis
dan rasional sikap dan perilaku manusia dan apa yang dikejar oleh
manusia dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika
deskriftif memberikan fakta sebagai dasar untuk mengambil
keputusan tentang perilaku atau sikap yang mau diambil.
b) Etika normatif, yaitu etika yang berusaha menetapkan berbagai
sikap dan pola perilaku ideal yang seharusnya dimiliki oleh manusia
dalam hidup ini sebagai sesuatu yang bernilai. Etika normatif
memberikan penilaian sekaligus memberi norma sebagai dasar dan
kerangka tindakan yang akan diputuskan.
5
menilai baik atau buruknya suatu tindakan. Etika umum dapat
dianalogkan dengan ilmu pengetahuan yang membahas mengenai
pengertian umum dan teori-teori.
b) Etika khusus merupakan penerapan prinsip-prinsip moral dasar
dalam bidang kehidupan khusus. Penerapan ini bisa berwujud:
Bagaimana saya mengambil keputusan dan bertindak dalam bidang
kehidupan dan kegiatan khusus yang saya lakukan, yang disadari
oleh cara, teori dan prinsip-prinsip moral dasar. Namun, penerapan
itu dapat berwujud: Bagaimana saya menilai perilaku saya dan orang
lain dalam bidang kegiatan dan kehidupan khusus yang
dilatarbelakangi kondisi yang memungkinkan manusia bertindak etis:
cara bagaimana manusia mengambil suatu keputusan atau tindakan,
dan teori serta prinsip moral dasar yang ada dibaliknya. Etika ini
dibagi lagi menjadi dua bagian: etika individual dan etika sosial.
Etika individual, yaitu menyangkut kewajiban dan sikap manusia
terhadap dirinya sendiri; etika sosial, yaitu berbicara mengenai
kewajiban, sikap dan pola perilaku manusia sebagai anggota umat
manusia.
Dengan demikin, ruang lingkup dari etika sosial sangat luas sehingga
terbagi atau terpecah menjadi beberapa bagian ata bidang. Pembahasan
bidang yang paling aktual adalah sebagai berikut:
a) Sikap terhadap sesama
b) Etika keluarga
c) Etika profesi
d) Etika politik
e) Etika lingkungan
f) Etika ideologi
6
c) Tingkat ketiga, akibat atau hasil perbuatan tersebut, yaitu baik
atau buruk.
7
keahlian, yang didapat melalui pendidikan serta latihan tertentu,
menuntut persyaratan khusus, memiliki tanggung jawab serta kode etik
tertentu.
Menurut Saondi dan Suherman (2012:94) Profesional adalah orang
yang mempunyai profesi atau pekerjaan purna waktu dan hidup dari
pekerjaan itu dengan mengandalkan suatu keahlian yang tinggi. Atau
seorang profesional adalah seseorang yang hidup dengan mempraktikkan
suatu keahlian tertentu atau dengan terlibat dalam suatu kegiatan tertentu
yang menurut keahlian, sementara orang lain melakukan hal yang sama
sebagai sekadar hobi, untuk senang-senang, atau mengisi waktu luang.
Yang harus kita ingat dan pahami betul bahwa “pekerjaaan/profesi" dan
"professional” terdapat beberapa perbedaan:
Profesi
Mengandalkan suatu keterampilan atau keahlian khusus.
Dilaksanakan sebagai suatu pekerjaan atau kegiatan utama (purna
waktu)
Dilaksanakan sebagai sumber utama nafkah hidup.
Dilaksanakan dengan keterlibatan pribadi yang mendalam.
Profesional
Orang yang tahu akan keahlian dan keterampilannya.
Meluangkan seluruh waktunya untuk pekerjaan atau kegiatannya.
Hidup dari situ.
Bangga akan pekerjaannya.
8
f) Otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja
tertentu (tidak diatur oleh orang luar).
g) Menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan
unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan dengan layanan
yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang
diputuskannya, tidak dipindahkan ke atasan atau instansi yang lebih
tinggi). Mempunyai sekumpulan unjuk kerja yang baku.
h) Mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien, dengan penekanan
terhadap layanan yang akan diberikan.
i) Menggunakan administrator untuk memudahkan profesinya, relatif
bebas dari supervisi dalam jabatan.
j) Mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri.
k) Mempunyai asosiasi profesi dan atau kelompok ‘elit’ untuk
mengetahui dan mengakui keberhasilan anggotanya.
l) Mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan
atau menyangsikan yang berhubungan dengan layanan yang
diberikan.
m) Mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik dan
kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu
meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang
dilayaninya).
n) Mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila dibanding
dengan jabatan lainnya).
9
j) Jabatan ini mempunyai prestise yang tinggi dalam masyarakat, dan
oleh karenanya memperoleh imbalan yang tinggi pula.
10
c) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama
(bandingkan dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum
belaka).
Yang membedakan jabatan profesional dengan non-profesional
antara lain adalah dalam penyelesaian pendidikan melalui kurikulum,
yaitu ada yang diatur universitas/institut atau melalui pengalaman
praktek dan pemagangan atau campuran pemagangan dan kuliah.
Yang pertama, yakni pendidikan melalui perguruan tinggi disediakan
untuk jabatan profesional, sedangkan yang kedua, yakni pendidikan
melalui pengalaman praktek dan pemagangan atau campuran
pemagangan dan kuliah diperuntukkan bagi jabatan yang non-
profesional.
Anggota kelompok guru dan berwenang di departement
pendidikan dan kebudayaan berpendapat bahwa persiapan
profesional yang cukup lama amat perlu untuk mendidik guru yang
berwenang. Konsep ini menjelaskan keharusan memenuhi kurikulum
perguruan tinggi, yang terdiri dari pendidikan umum, profesional,
dan khusus, sekurang-kurangnya 4 tahun bagi guru pemula (S1 di
LPTK) atau pendidikan persiapan profeional di LPTK paling kurang
selama setahun setelah mendapat gelar akademik S1 di perguruan
tinggi non-LPTK.
11
banyak diatur oleh pihak pemerintah, atau pihak lain yang
menggunakan tenaga guru tersebut seperti yayasan pendidikan
swasta.
Dalam setiap jabatan profesi setiap anggota kelompok dianggap
sanggup untuk membuat keputusan profesional berhubungan dengan
iklim kerjanya. Para profesional biasanya membuat peraturan sendiri
dalam daerah kompetensinya, kebiasaan dan tradisi yang
berhubungan dengan pengawasan yang efektif tentang hal-hal yang
berhubungan dengan pekerjaan dan hal-hal yang berhubungan
dengan langganan (klien)nya.
12
2.2.1.3 Perkembangan Profesi Keguruan
Kalau kita mengikuti perkembangan profesi keguruan di
indonesia, jelas pada mulanya guru-guru Indonesia diangkat dari
orang-orang yang tidak berpendidikan khusus untuk memangku
jabatan guru. Menurut Nasution (1987) dalamSoetjipto dan Kosasi
(2007:27) secara jelas melukiskan sejarah pendidikan di indonesia
terutama dalam zaman kolonial Belanda, termasuk juga sejarah
profesi keguruan. Guru-guru yang pada mulanya diangkat dari orang-
orang yang tidak dididik secara khusus menjadi guru, secara
berangsur-angsur dilengkapi dan ditambah dengan guru-guru yang
lulus dari sekolah guru (Kweekschool) yang pertama kali didirikan di
Solo tahun 1852. Karena kebutuhan guru yang mendesak maka
Pemerintah Hindia Belanda mengangkat lima macam guru. yaitu:
a) Guru lulusan sekolah guru yang dianggap sebagai guru yang
berwenang penuh,
b) Guru yang lulus ujian yang diadakan untuk menjadi guru,
c) Guru bantu, yakni yang lulus ujian guru bantu,
d) Guru yang dimagangkan kepada seorang guru senior, yang
merupakan calon guru, dan
e) Guru yang diangkat karena keadaan yang amat mendesak yang
berasal dari warga yang pernah mengecap pendidikan.
13
persatuan guru, dan juga memiliki perwakilan di DPR / MPR.
Apakah para wakil dan organisasi ini telah mewakili semua
keinginan para guru, baik dari segi profesional ataupun
kesejahteraan? Apakah guru betul-betul jabatan profesional, karena
jabatan guru terlindungi, mempunyai otoritas tinggi dalam
bidangnya, dihargai dan mempunyai status yang tinggi dalam
masyarakat, semuanya akan tergantung kepada guru itu sendiri dan
unjuk kerjanya, serta masyarakat dan pemerintah yang memakai atau
mendapatkan layanan guru itu.
14
Dalam hal ini kode etik dapat menjaga pandangan dan kesan
dari pihak luar atau masyarakat, agar mereka jangan sampai
memandang rendah atau remeh terhadap profesi yang
bersangkutan. Oleh karenanya, setiap kode etik suatu profesi
akan melarang berbagai bentuk tindak-tanduk atau kelakuan
anggota profesi yang dapat mencemarkan nama baik profesi
terhadap dunia luar. Dari segi ini, kode etik juga disebut kode
kehormatan.
b) Untuk menjaga dan merawat kesejahteraan para anggotanya.
Yang dimaksud dengan kesehatan dan mental. Dalam hal
kesejahteraan lahir para anggota profesi kode etik umumnya
memuat larangan-larangan kepada para anggotanya untuk
melakukan perbuatan-perbuatan yang merugikan para
anggotanya. Dalam hal kesejahteraan batin para anggota profesi,
kode etik umumnya memberi petunjuk-petunjuk kepada para
anggotanya untuk melaksanakan profesinya. Kode etik juga
sering mengandung peraturan-peraturan yang bertujuan
membatasi tingkah laku yang tidak pantas atau tidak jujur bagi
para anggota profesi dalam berinteraksi dengan sesama rekan
profesi
c) Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi
Tujuan lain kode etik dapat juga berhubungan dengan
peningkatan kegiatan pengabdian profesi, sehingga bagi para
anggota profesi dapat dengan mudah mengetahui tugas dan
tanggung jawab pengabdiannya dalam melaksanakan tugasnya.
Oleh karena itu kode etik merumuskan ketentuan-ketentuan yang
perlu dilakukan para anggota profesi dalam menjalankan
tugasnya.
d) Untuk meningkatkan mutu profesi
Untuk meningkatkan mutu profesi kode etik juga memuat
norma-norma dan anjuran agar para anggota profesi selalu
berusaha untuk meningkatkan mutu pengabdian para anggotanya
e) Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi,
Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi, maka
diwajibkan kepada setiap anggota untuk secara aktif
berpartisipasi dalam membina organisasi profesi dan kegiatan-
kegiatan yang dirancang organisasi.
15
2.2.2.3 Penetapan Kode Etik
Menurut Soetjipto dan Kosasi (2007:32-33) Kode etik hanya
dapat ditetapkan oleh suatu organisasi profesi yang berlaku dan
mengikat para anggotanya. Penetapan kode etik lazim dilakukan
pada suatu kongres organisasi profesi. Dengan demikian, penetapan
kode etik tidak boleh dilakukan oleh orang secara perorangan,
melainkan harus dilakukan oleh orang-orang yang diutus untuk dan
atas nama anggota-anggota profesi dari organisasi tersebut. Dengan
demikian, jelaslah orang-orang yang bukan atau tidak menjadi
anggota profesi tersebut, tidak dapat dikenakan aturan yang ada
dalam kode etik tersebut. Kode etik suatu hanya akan mempunyai
pengaruh yang kuat dalam menegakkan disiplin di kalangan profesi
tersebut, jika semua orang yang menjalankan profesi tersebut
tergabung (menjadi anggota) dalam organisasi profesi yang
bersangkutan
Apabilasetiap orang yang menjalankan suatu profesi secara
otomatis tergabung di dalam suatu organisasi atau ikatan profesional,
maka barulah ada jaminan bahwa profesi tersebut dapat dijalankan
secara murni dan baik, karena setiap anggota profesi yang melakukan
pelanggaran yang serius terhadap kode etik dapat dikenakan sanksi.
16
adalah sebagai landasan moral dan pedoman tingkah laku setiap guru
warga PGRI dalam menunaikan tugas pengabdiannya sebagai guru,
baik di dalam maupun di luar sekolah dan dalam kehidupan sehari-
hari di masyarakat. Dengan demikian maka Kode Etik Guru
Indonesia merupakan alat yang sangat penting untuk membentuk
sikap profesional para anggota profesi keguruan. Kode Etika Guru
Indonesia ditetapkan dalam suatu kongres yang dihadiri oleh seluruh
utusan Cabang dan Pengurus Daerah PGRI dari seluruh penjuru
tanah air, pertama dalam Kongres XIII di Jakarta tahun 1973, dan
kemudian disempurnakan dalam Kongres PGRI XVI tahun 1989 juga
di Jakarta. Adapun kode etik Guru Indonesia yang telah
disempurnakan ini adalah sebagai berikut:
17
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
Sejarah Etika Dan Profesi, Etika Profesi Era 1940 – 1950an, Etika
Profesi Era 1960an, Etika Profesi Era 1970an, Etika Profesi Era 1980an, Etika
Profesi Era 1990an – sekarang. Kata etik (atau etika) berasal dari kata ethos
(bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak kesusilaan atau adat. Sebagai suatu
subyek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik. Profesi adalah kata serapan dari sebuah kata
dalam bahasa Inggris "Profess", yang dalam bahasa Yunani adalah"Επαγγελια",
yang bermakna: "Janji untuk memenuhi kewajiban melakukan suatu tugas khusus
secara tetap atau permanen".
Konsep Profesi Keguruan,
a) Jabatan yang melibatkan intelektual.
b) Jabatan yang menggeluti suatu batang tubuh ilmu yang khusus.
c) Jabatan yang memerlukan persiapan profesional yang lama (bandingkan
dengan pekerjaan yang memerlukan latihan umum belaka).
d) Jabatan yang memerlukan ‘latihan dalam jabatan yang bersinambungan.
e) Jabatan yang menjanjikan karier hidup dan keanggotaan yang permanen.
f) Jabatan yang menentukan baku (standarnya) sendiri.
g) Jabatan yang lebih mementingkan layanan di atas keuntungan pribadi.
h) Jabatan yang mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.
18
DAFTAR RUJUKAN
19