Kelas : Biologi
Tugas Ekologi
Asal usul
Harimau dipercaya merupakan keturunan hewan pemangsa zaman purba yang dikenal
sebagai Miacids. Miacids hidup pada akhir zaman Cretaceous kira-kira 70-65 juta tahun
yang lalu semasa zaman dinosaurus di Asia Barat (Andrew Kitchener, “The Natural
History of Wild Cats”). Harimau kemudian berkembang di kawasan timur Asia di China
dan Siberia sebelum berpecah dua, salah satunya bergerak ke arah hutan Asia Tengah di
barat dan barat daya menjadi harimau kaspia. Sebagian lagi bergerak dari Asia Tengah ke
arah kawasan pergunungan barat, dan seterusnya ke Asia Tenggara dan kepulauan
Indonesia, sebagiannya lagi terus bergerak ke barat hingga ke India.
Ciri-ciri
Habitat
Harimau sumatera hanya ditemukan di pulau Sumatera. Kucing besar ini mampu hidup di
manapun, dari hutan dataran rendah sampai hutan pegunungan, dan tinggal di banyak
tempat yang tak terlindungi. Hanya sekitar 400 ekor tinggal di cagar alam dan taman
nasional, dan sisanya tersebar di daerah-daerah lain yang ditebang untuk pertanian, juga
terdapat lebih kurang 250 ekor lagi yang dipelihara di kebun binatang di seluruh dunia.
Harimau sumatera mengalami ancaman kehilangan habitat karena daerah sebarannya
seperti blok-blok hutan dataran rendah, lahan gambut dan hutan hujan pegunungan
terancam pembukaan hutan untuk lahan pertanian dan perkebunan komersial, juga
perambahan oleh aktivitas pembalakan dan pembangunan jalan. Karena habitat yang
semakin sempit dan berkurang, maka harimau terpaksa memasuki wilayah yang lebih
dekat dengan manusia, dan seringkali mereka dibunuh dan ditangkap karena tersesat
memasuki daerah pedesaan atau akibat perjumpaan yang tanpa sengaja dengan
manusia.
Makanan
Harimau sumatera juga mampu berenang dan memanjat pohon ketika memburu
mangsa. Luas kawasan perburuan harimau sumatera tidak diketahui dengan tepat,
tetapi diperkirakan bahwa 4-5 ekor harimau sumatera dewasa memerlukan
kawasan jelajah seluas 100 kilometer di kawasan dataran rendah dengan jumlah
hewan buruan yang optimal (tidak diburu oleh manusia).
Reproduksi
Harimau sumatera dapat berbiak kapan saja. Masa kehamilan adalah sekitar 103 hari.
Biasanya harimau betina melahirkan 2 atau 3 ekor anak harimau sekaligus, dan paling
banyak 6 ekor. Mata anak harimau baru terbuka pada hari kesepuluh, meskipun anak
harimau di kebun binatang ada yang tercatat lahir dengan mata terbuka. Anak harimau
hanya minum air susu induknya selama 8 minggu pertama. Sehabis itu mereka dapat
mencoba makanan padat, namun mereka masih menyusu selama 5 atau 6 bulan. Anak
harimau pertama kali meninggalkan sarang pada umur 2 minggu, dan belajar berburu
pada umur 6 bulan. Mereka dapat berburu sendirian pada umur 18 bulan, dan pada
umur 2 tahun anak harimau dapat berdiri sendiri. Harimau Sumatera dapat hidup selama
15 tahun di alam liar, dan 20 tahun dalam kurungan.
Ancaman
Perdagangan bagian tubuh harimau di Indonesia saat ini semakin memprihatinkan.
Penemuan tentang perdagangan harimau tersebut tercermin dalam survei Profauna
Indonesia yang didukung oleh International Fund for Animal Welfare (IFAW)
pada bulan Juli - Oktober 2008. Selama 4 bulan tersebut Profauna mengunjungi 21
kota/lokasi yang ada di Sumatera dan Jakarta.
Harga bagian tubuh harimau yang dijual itu bervariasi. Untuk yang utuh dijual
seharga Rp. 5 juta per lembar sampai dengan 25 juta per lembar. Sedangkan taring
harimau ditawarkan seharga Rp. 400.000 hingga Rp. 1,1 juta.
Kebanyakan bagian tubuh harimau tersebut dijual di toko seni, penjual batu mulia,
dan penjual obat tradisional. Untuk perdagangan bagian tubuh harimau paling
banyak terjadi di Lampung.
Deforestasi dan degradasi hutan di Pulau Sumatera yang sangat besar akan
mengancam terhadap keanekaragaman hayati yang ada. Deforestasi dan degradasi
akan menyebabkan hilangnya hutan atau terpotong-potongnya hutan menjadi
bagian-bagian kecil dan terpisah. Alih fungsi hutan banyak digunakan untuk
perkebunan, hutan tanaman industri, pemukiman, industri, dll. Investigasi Eyes on
the Forest (2008) melaporkan bahwa pembuatan jalan logging oleh Asia Pulp &
Paper (APP) sepanjang 45 km yang membelah hutan gambut di Senepis Propinsi
Riau mengakibatkan penyusutan luas hutan dan memicu peningkatan konflik
manusia-harimau di kawasan tersebut. Perusakan habitat dan perburuan hewan
mangsa telah diketahui sebagai faktor utama yang menyebabkan turunnya jumlah
harimau secara dramatis di Asia.
Keberadaan harimau sumatera saat ini menjadi sebuah polemik tersendiri karena
mengakibatkan konflik antara manusia dan harimau. Rusaknya habitat alami
harimau sumatera mengakibatkan satwa ini tersingkir dari habitat alaminya,
sehingga menimbulkan gangguan terhadap manusia. Serangan harimau sumatera
terhadap manusia dan hewan ternak telah sering terjadi. Serangan harimau
sumatera yang menewaskan 3 ekor ternak sapi terjadi di Desa Talang Kebun
Kecamatan Lubuk Sandi Kabupaten Seluma Propinsi Bengkulu. Sementara itu
dalam kurun waktu dua tahun terakhir di Popinsi Sumatera Barat tercatat 26 kasus
konflik harimau dengan manusia, sebanyak 16 kasus menghilangkan nyawa
manusia dan sisanya memangsa ternak masyarakat.
Masih maraknya perdagangan bagian tubuh harimau tersebut sudah dilaporkan
Profauna ke Departemen Kehutanan melalui Dirjen PHKA pada bulan April 2009,
dengan harapan pemerintah bisa mengambil langkah-langkah tegas untuk
mengatasi perdagangan satwa langka yang dilindungi tersebut. Beberapa tindakan
nyata telah diambil pemerintah untuk memerangi perdagangan bagian tubuh
harimau di Jakarta.