Anda di halaman 1dari 6

EXECUTIVE SUMMARY

Konsep pendekatan klaster dilakukan secara bertahap mulai dari identifikasi


industri yang akan dibangun, diagnosis terhadap pengembangan komoditi yang
bersangkutan, kolaborasi antara pelaku usaha, implementasi kegiatan dengan
koordinasi pembina, dan evaluasi hasil pelaksanaan kegiatan. Partisipasi seluruh
stakeholders dengan komunikasi, koordinasi dan komitmen semua pelaksana di
lapangan menjadi kunci sukses pendekatan klaster ini dalam pembinaan dan
pengembangan industri, khususnya IKM di daerah. Untuk mengetahui hasil
pelaksanaan program pembinaan dan pengembangan perlu dilakukan evaluasi
terhadap pelaksanaan pengembangan klaster IKM dan sekaligus mengukur
keberhasilan pelaksanaan pembinaan di lapangan.
Sejak tahun 2005 hingga 2010, Ditjen IKM telah melakukan kegiatan tahapan
pengembangan klaster IKM mulai dari kegiatan (1). Diagnosis, (2). Sosialisasi, (3).
Kolaborasi, (4). Implementasi dan (5). Monitoring dan Evaluasi. Di tahun 2011 ini,
sesuai dengan tahapan kegiatan pengembangan klaster, dilakukan tahap
Monitoring dan Evaluasi ntuk mengetahui hasil pelaksanaan program pembinaan
dan pengembangan perlu dilakukan evaluasi terhadap pelaksanaan
pengembangan klaster IKM dan sekaligus untuk mengukur keberhasilan
pelaksanaan pembinaan di lapangan. Dalam kegiatan ini, dan sesuai pendekatan
klaster, akan dilihat efektivitas stakeholder dalam pengembangan klaster IKM
tertentu.
Lokasi kegiatan evaluasi dilaksanakan di 5 (lima) provinsi IKM wilayah II
hingga tingkat kabupaten/kota. Kelima lokasi tersebut adalah Provinsi Jawa Barat,
Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur dan Bali. Sedangkan klaster yang dikaji
adalah klaster makanan ringan, garam rakyat, minyak atsiri, batu mulia dan
perhiasan, gerabah dan keramik hias, industri kreatif (kerajinan dan barang seni),
kerajinan kayu, bordir dan fesyen.
Tujuan pelaksanaan kegiatan adalah mengetahui :
1. Posisi klaster IKM sebelum dan sesudah pelaksanaan pembinaan oleh Ditjen
IKM
2. Kendala pengembangan klaster IKM saat ini.
3. Memberikan rekomendasi dalam bentuk strategi pengembangan klaster di
masa yang akan datang.
Dalam menentukan posisi klaster, klaster-klaster tersebut dianalisis dengan
menggunakan konsep, variabel, sub variabel dan indikator dari penelitian Arthurs
et.al (2009) yang diperlihatkan pada Tabel 1. Indikator dinilai dengan melakukan
survey ke klaster-klaster IKM di lokasi kajian. Kuesioner penelitian dibentuk dalam
4 (empat) jenis yang disebarkan ke responden-responden yang melingkupi suatu
klaster IKM tertentu. Justifikasi atas pengisian kuesioner tersebut ditentukan dalam
skala 1 – 5. Skala 1 menunjukkan kondisi yang terburuk hingga skala 5
menunjukkan kondisi yang terbaik di setiap lokasi.

Tabel 1. Uraian Variabel hingga Indikator Penelitian

Konsep Variabel Sub Variabel Indikator


Akses memperoleh SDM Terampil
SDM
SDM Lokal
Kualitas Transportasi Lokal
Faktor Transportasi
Kualitas Transportasi Antar Daerah
Pendukung
Kualitas Penduduk Lokal
Iklim Usaha Biaya Hidup
Kebijakan dan Hambatan
Dukungan Kontribusi UPT
Inovasi Kontribusi Perguruan Tinggi
Kondisi
Kebijakan dan Program Pemerintah
Saat Ini Stakeholder
Organisasi Dukungan Organisasi Masyarakat
Pendukung
Pendukung IKM Unggulan
Ketersediaan bahan dan peralatan
Pemasok Ketersediaan layanan bisnis
Ketersediaan modal
Jarak dari pesaing
Aktivitas Lokal
Lingkungan Jarak dari konsumen
Persaingan Kemampuan pengembangan bisnis
Kapabilitas IKM
Kemampuan pengembangan produk
Jumlah IKM dalam kluster
Kondisi Kritis Jumlah IKM yang Berubah Fungsi
Ukuran IKM dalam kluster
Signifikansi
Struktur IKM
Tanggung Jawab
Tanggung jawab IKM
Cakupan Orientasi eksport
Kesadaran Internal
Kinerja Interaksi Identitas
Pengakuan Eksternal
Saat Ini Antar Pelaku
Keterlibatan Lokal
Usaha Hubungan
Hubungan Internal
Pembelanjaan R&D
Inovasi Inovasi relative
Perubahan Pengembangan Produk Baru
Jumlah IKM Baru
Pertumbuhan
Pertumbuhan IKM
Sumber : Arthurs et.al (2009)
Setelah dilakukan penilaian terhadap kondisi dengan menggunakan
kuesioner-kuesioner tersebut, pengolahan data dilakukan dengan tabulasi
sehingga diperoleh nilai-nilai dalam absis dan ordinat yang mengindikasikan posisi
klaster dalam suatu diagram seperti terlihat pada Gambar 1. Dalam gambar
tersebut diperlihatkan beberapa posisi klaster IKM yaitu Klaster Tidak Aktif,
Menuju Klaster Aktif, Klaster Aktif, Menuju Klaster Dinamis dan Klaster Dinamis.
Dengan posisi tersebut dapat diketahui kondisi eksisting suatu klaster sehingga
perbaikan yang dapat diberikan dapat disesuaikan dengan kondisi eksistingnya.
Beberapa ciri posisi klaster tersebut dapat disampaikan sebagai berikut:

I. Klaster tidak aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a. Produk tidak berkembang (cenderung mempertahankan produk yang
sudah ada).
b. Teknologi tidak berkembang (memakai teknologi yang ada, biasanya
tradisional, tidak ada investasi untuk peralatan dan mesin).
c. Pasar lokal (memperebutkan pasar yang sudah ada, tidak
termotivasi untuk memperluas pasar, ini mendorong terjadinya
persaingan pada tingkat harga bukan kualitas) dan tergantung pada
perantara/pedagang antara.
d. Tingkat keterampilan pelakunya statis (keterampilan turun temurun).
e. Tingkat kepercayaan pelaku dan antar pelaku rendah (modal
sosialnya rendah, mendorong saling menyembunyikan informasi
pasar, teknis produksi dsb).
f. Informasi pasar sangat terbatas (hanya perorangan atau kelompok
tertentu yang mempunyai akses terhadap pembeli langsung).

II. Klaster Aktif memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a. Produk berkembang sesuai dengan permintaan pasar (kualitas).
b. Teknologi berkembang untuk memenuhi kualitas produk di pasar.
c. Pamasaran lebih aktif mencari pembeli.
d. Terbentuknya informasi pasar.
e. Berkembangnya kegiatan bersama untuk produksi dan pasar
(misalnya pembelian bahan baku bersama, kantor pemasaran
bersama dst).

III. Klaster Dinamis memiliki ciri-ciri sebagai berikut :


a. Terbentuknya spesialisasi antar perusahaan dari klaster (misalnya:
untuk industri logam ada spesialisasi pengecoran, pembuatan
bentuk, pemotongan dsb).
b. Klaster mampu menciptakan produk baru yang dibutuhkan
pasar/konsumen.
c. Teknologi berkembang sesuai dengan inovasi produk yang
dihasilkan.
d. Berkembangnya kemitraan dengan industri terkait baik dalam
pengembangan produk, pengembangan teknologi maupun menjadi
bagian industri terkait.
e. Berkembangnya kelembagaan klaster.
f. Berkembangnya informasi pasar.
Gambar 1. Pengelompokkan Posisi Klaster

Dari hasil kajian yang telah dilakukan, maka rekapitulasi yang diperoleh untuk
masing-masing klaster IKM ditampilkan di bawah ini.

KLASTER NAMA WILAYAH

KLASTER TIDAK AKTIF

KAB.SLEMAN
MAKANAN RINGAN KAB.BANTUL
KOTA DENPASAR

KAB.SUMENEP
GARAM RAKYAT KAB.CIREBON
KAB.INDRAMAYU

MENUJU KLASTER AKTIF

KOTA CIREBON
KAB. KUNINGAN
MAKANAN RINGAN
KOTA KUDUS
KOTA MAGELANG

KAB.PATI
GARAM RAKYAT
KAB.REMBANG
KLASTER NAMA WILAYAH

BATU MULIA KOTA GEDE-YOGYAKARTA

KERAJINAN DAN SENI KAB.CILACAP

KLASTER AKTIF

KAB.BANDUNG
MAKANAN RINGAN
KAB.SIDOARJO

KERAJINAN DAN SENI KAB.BANGLI

KERAJINAN KAYU KAB.GIANJAR BALI

KAB.PEKALONGAN
FESYEN
KAB.PACITAN

MENUJU KLASTER DINAMIS

MAKANAN RINGAN KAB.CIAMIS

KAB.GARUT
MINYAK ATSIRI KAB.BANYUMAS
KAB.BLITAR

BATU MULIA BANGIL-KAB.PASURUAN

KAB.PURWAKARTA
GERABAH DAN KERAMIK KAB.TABANAN
KOTA MALANG

KAB.TASIKMALAYA
KERAJINAN DAN SENI
KAB.PEKALONGAN

KAB.JEPARA
KERAJINAN KAYU
KAB.PASURUAN

KAB.BANDUNG
KAB.TASIKMALAYA
FESYEN
KAB.JEPARA
KAB.BANGKALAN

KLASTER DINAMIS

BATU MULIA CELUK-KAB.GIANJAR


KLASTER NAMA WILAYAH

GERABAH DAN KERAMIK KAB.BANTUL

Dari memperhatikan hasil-hasil tersebut, maka dapat dianalisis kondisi klaster-


klaster IKM tersebut dengan menggunakan SWOT. Dari hasil analisis SWOT dapat
dilihat kekuatan, kelemahan, potensi dan ancaman setiap klaster IKM. Analisis
tersebut kemudian menjadi dasar rekomendasi yang disampaikan. Secara umum,
rekomendasi yang diberikan kepada klaster-klaster tersebut adalah meliputi pada
Optimalisasi/Pendirian Kelembagaan Klaster, Peningkatan Teknologi Proses,
Peningkatan Kompetensi SDM, Pengembangan Pasar dan Pemodalan IKM.
Dengan demikian masih diperlukan koordinasi yang sangat intensif diantara para
stakeholder dalam pengembangan klaster IKM. Meskipun telah ada beberapa
klaster IKM yang dapat dikategorikan ke dalam klaster dinamis, namun sebagian
besar klaster masih berada dalam posisi aktif yang memperlihatkan posisi
berkembang. Dengan kondisi klaster secara umum ini maka peran serta
pemerintah daerah dan pusat dalam menyampaikan perbaikan-perbaikan guna
meningkatkan posisi klaster di masa yang akan datang.

Anda mungkin juga menyukai