Anda di halaman 1dari 10

PENGERTIAN

Sistem pencernaan makanan dimulai didalam mulut dimana makanan dihaluskan


sambil diaduk dengan ludah yang mengandung suatu enzim amilase yaitu ptialin,
yang berfungsi menguraikan karbohidrat. Setelah itu ditelan dan adukan dilanjutkan
dengan gerakan peristaltik ke lambung dengan bantuan getah lambung yang terdiri
dari asam lambung dan pepsin, yaitu suatu enzim proteolitik yang disekresi oleh
selaput lendir lambung.

Pencernaan dilanjutkan didalam usus yang dibantu oleh enzim-enzim pencernaan


yang dihasilkan oleh pancreas dan mukosa usus. Setelah terbentuk zat-zat gizi yang
sangat halus dan mudah diserap oleh tubuh maka sisa makanan masuk ke usus besar
dan diolah oleh flora normal usus hingga siap untuk dibuang.

Di seluruh lambung usus inilah dapat timbul pelbagai gangguan penyakit baik yang
disebabkan oleh terganggunya produksi enzim pencernaan maupun yang
disebabkan oleh infeksi-infeksi usus oleh kuman dan cacing.

ANTASIDA

Pengertian
Antasida (anti = lawan, acidus = asam) adalah basa-basa lemah yang digunakan
untuk menetralisir kelebihan asam lambung yang menyebabkan timbulnya penyakit
tukak lambung atau sakit maag, dengan gejala nyeri hebat yang berkala.

Tujuan pengobatan adalah menghilangkan gejala, mempercepat penyembuhan, dan


mencegah komplikasi lebih lanjut.

Farmakodinamik antasida yang absorbable sedikit berbeda dengan yang


non-absorbable. Antasida absorbable dinetralkan secara langsung oleh asam
lambung. Ciri khasnya adalah onset kerja obat yang cepat guna memberikan efek
terapeutik yang diharapkan. Namun, masa kerja obat ini pendek. Tingkat keasaman
lambung, atau pH akan meningkat hingga 7 atau lebih dalam waktu sekitar 15─20
menit. Keadaan tersebut dapat menstimulasi hipersekresi asam lambung secara
sekunder, yang disebut sebagai sindrom rebound. Hal ini biasanya terjadi pada jenis
obat Antasida yang mengandung natrium hidrogen karbonat. Namun, jarang sekali
terjadi pada jenis obat Antasida yang mengandung Kalsium karbonat.

Jenis antasida non-absorbable memiliki keunggulan dibandingkan dengan antasida


yang dapat diabsorpsi, yaitu lebih sedikit efek samping sistemik.
Kapasitas buffer untuk menetralkan asam lambung juga lebih tinggi. Jenis ini
mampu mengabsorpsi pepsin, sehingga aktivitas enzim proteolitik asam lambung
akan berkurang. Selain daripada itu, jenis ini juga menggabungkan lisolesitin dan
asam empedu, yang mana memiliki efek merusak pada mukosa gaster.

Jenis antasida non-absorbable memiliki fungsi sitoprotektif melalui aktivasi sintesis


prostaglandin, dimana obat ini menstimulasi sekresi musin dan bikarbonat, dan
memperbaiki mikrosirkulasi. Jenis antasida ini memiliki fungsi ambient yang
membentuk suatu lapisan protektif pada permukaan mukosa gaster, memiliki
kemampuan untuk mengikat faktor pertumbuhan epitelial dan menempatkannya
pada daerah defek ulseratif, serta secara efektif menstimulasi proliferasi sel dan
angiogenesis.

Mekanisme utama obat antasida non-absorbable adalah berhubungan dengan


absorpsi asam hidroklorida yang dihasilkan oleh lambung. Onset kerja obat dimulai
sekitar 10─30 menit setelah menelan pil. Selanjutnya, obat ini tidak lagi
memberikan efek terapeutik. Aktivitas obat dalam menetralkan asam lambung
berakhir ketika pH normal tercapai, yaitu sekitar 3,0─4,0.

Efisiensi obat antasida dievaluasi oleh kapasitas menetralkan asam lambung, atau
yang disebut sebagai acid neutralizing capacity (ANC). ANC diukur dalam mEq
kadar asam hidroklorida yang dapat dinetralkan oleh dosis standar Antasida. Untuk
menaikkan pH sekitar 3,5 biasanya dibutuhkan waktu sekitar 15 menit. ANC sangat
bervariasi, dan tidak sama pada berbagai jenis obat-obat Antasida. Pada dosis harian
Antasida secara rata-rata, biasanya akan memberikan efek menetralkan asam
lambung sekitar 200 hingga 400 mEq. ANC dianggap rendah apabila kadarnya
<200 mEq/hari, dan dianggap tinggi apabila kadarnya lebih daripada 400 mEq/hari.

Farmakodinamik obat-obat Antasida juga tergantung dari komposisi kationnya,


seperti:
 Kation Aluminium adalah kandungan jenis Antasida yang terbaik
menetralkan asam hidroklorida, karena jenis Antasida ini memiliki fungsi
sitoproteksi yang tinggi dan mampu mengikat asam empedu secara efektif. Namun,
obat ini menjadikan motilitas usus menurun, sehingga menyebabkan konstipasi

 Kation garam Magnesium, memiliki kerja yang berlawanan dengan kation


Aluminium dalam soal motilitas usus. Obat jenis ini memiliki efek laksatif yang
ringan.

 Kombinasi Aluminium dan Magnesium hidroksida memberikan onset kerja


obat yang lebih cepat dalam memberikan efek terapeutik terhadap gangguan
lambung. Hal ini terjadi karena terdapatnya komponen Magnesium hidroksida. [1]

Farmakokinetik

Farmakokinetik antasida bergantung pada kandungan obatnya.

Absorpsi

Tiap kandungan obat Antasida berbeda daya absorpsi. Untuk kandungan


Magnesium hitungannya adalah secara inversi proporsional terhadap dosis, yaitu
50% dengan diet yang terkontrol, dibandingkan dengan 15─30% pada pemberian
dosis tinggi.

Untuk kandungan Kalsium bioavailabilitas adalah 25─35%. Makanan akan


meningkatkan absorpsi obat 10─30%. Onset kerja obat tergantung pada lamanya
pengosongan lambung. Waktu puncak obat dalam plasma adalah 20─60 menit
dalam keadaan puasa. Apabila obat dikonsumsi satu jam setelah makan, maka kadar
puncak dicapai hingga 3 jam kemudian.

Distribusi

Tiap kandungan obat Antasida berbeda distribusi obat. Untuk kandungan


Magnesium dapat ditemukan sekitar 50─60% pada tulang. Sekitar 1─2%
didistribusikan kedalam cairan ekstraseluler. Obat berikatan dengan protein, 30%
dengan albumin. Untuk kandungan Kalsium, obat berikatan dengan protein
sebanyak 45%.
Eliminasi

Renal clearance pada obat Antasida yang mengandung kalsium adalah 50─300 mg
per hari. Obat Antasida yang dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke urine.
Sedangkan obat Antasida yang tidak dapat diabsorpsi, akan diekskresikan ke feses.

Penggolongan.
Berdasarkan mekanisme kerjanya, obat-obat antasida dapat digolongkan menjadi
dua yaitu.

1) Anti Hiperaciditas
Obat dengan kandungan aluminium dan atau magnesium ini bekerja secara kimiawi
dengan mengikat kelebihan HCl dalam lambung. Magnesium atau aluminium tidak
larut dalam air dan dapat bekerja lama di dalam lambung sehingga tujuan
pemberian antasida sebagian besar dapat tercapai.
Sediaan yang mengandung magnesium dapat menyebabkan diare (bersifat pencahar)
sedangkan sediaan yang mengandung aluminium dapat menyebabkan konstipasi
(sembelit) maka biasanya kedua senyawa ini dikombinasikan.

Persenyawaan molekul antara Mg dan Al disebut hidrotalsit. (aluminium hidroksida,


magnesium karbonat, magnesium trisilikat, kompleks aluminium magnesium
hidrotalsit).g
Obat dengan kandungan natrium bikarbonat merupakan antasida yang larut dalam
air, dan bekerja cepat. Tetapi bikarbonat yang terabsorbsi dapat menyebabkan
alkalosis bila digunakan dalam dosis berlebih, terlepasnya CO2 dapat menyebabkan
sendawa.
Obat dengan kandungan bismut dan kalsium dapat membentuk lapisan pelindung
pada luka di lambung tetapi sebaiknya dihindari karena bersifat neurotoksik
sehingga dapat menyebabkan encefalopatia (kerusakan otak dengan gejala
kejang-kejang dan kekacauan) juga cenderung menyebabkan konstipasi. Kalsium
dapat menyebabkan sekresi asam lambung berlebih, kelebihan menyebabkan hiper
kalsemia.

2) Perintang reseptor H2 (antagonis reseptor H2)


Semua antagonis reseptor H2 menyembuhkan tukak lambung dan duodenum
dengan cara mengurangi sekresi asam lambung sebagai akibat hambatan reseptor
H2. Contoh perintang reseptor H2 adalah ratinidin dan simetidin sekarang dikenal
senyawa baru famotidin dan nizatidin.
Pengobatan dengan obat-obatan antasida bertujuan untuk mengurangi rasa sakit,
membuat penderita lebih tenang dan dapat beristirahat, juga agar penderita tidak
mengalami kembung. Antasida sering dikombinasikan dengan:
a) Anti kolinergik, yaitu zat yang menekan produksi getah lambung dan
melawan kejang- kejang (contohnya ekstrak belladonae).
b) Obat penenang / sedativ, yaitu untuk menekan stress karena dapat memicu
sekresi asam lambung (contohnya klordiazepoksida)
c) Spasmolitik, yaitu untuk melemaskan ketegangan otot lambung – usus
dan mengurangi kejang-kejang (contohnya papaverin)
d) Dimetikon (dimetilpolisiloksan) berfungsi memperkecil gelembung gas
yang timbul sehingga mudah diserap dengan demikian dapat dicegah
masuk angin, kembung, dan sering buang angin (flatulensi).

Obat generik, indikasi, kontra indikasi dan efek samping.


1. Aluminium Hidroksida

Indikasi Nyeri radang lambung dan usus 12 jari.


Kontra indikasi Hipofosfatemia.
Efek samping -
Sediaan Antasida DOEN (generik ) tablet, suspensi,
tablet kunyah.
Cara penyimpanan Pada suhu kamar.

2. Simetidin
Indikasi Tukak lambung dan usus 12 jari sindrom
Zollinger-Ellison
Kontra indikasi -
Efek samping Pusing, ruam kulit,mengubah kebiasaan
buang air besar
Sediaan Cimetidin (gererik) tablet 200mg

3. Famotidin
Indikasi lihat simetidin
Kontra indikasi -
Efek samping lihat simetidin
Sediaan Famotidin (generik) tablet 20mg, 40 mg

4. Ranitidin
Indikasi Tukak lambung, usus 12 jari, tukak akibat
anti inflamasi non steroid
Kontra indikasi -
Efek samping lihat simetidin
Sediaan Ranitidin (generik) tablet 150mg, 300mg.

Spesialite obat-obat antasida.


NO GENERIK DAGANG PABRIK
1 Aluminium hidroksida Alukol PIM
2 Kombinasi Al(OH)3 Maag tab Erela
dan MG(OH)
Aludona
3 Simetikon/Dimetichone Diloxan Bernofarm
(Dimethylpolosiloxane) Disflatyl Pharos
Aeroson Soho
4 Antasida Maalok Rhone P
Antasida DOEN Indo Farma

NO GENERIK DAGANG PABRIK


5 Simetidin Corsamet Corsa
Ulsikur Kalbe farma
6 Famotidin Facid Kalbe farma
Famos Dankos
Gaster Novartis
7 Ranitidin Zantac Glaxo
(Ranitidini) Wellcome
Rantin Kalbe Farma

ANTIMETIK

Antimetik atau antimuntah adalah obat yang dapat mengatasi muntahdan


mual.Antimuntah biasanya diberikan untuk mengobati penyakit mabuk kendaraan.

A) Obat Antihistamin:
Hidrosizin (vistaril,Atarax) Prometazin (phenerga) untuk mual muntah
post op, vertigo.
B) Obat koligernik ; skopolamin (Transderma Scop) untuk mabok perjalanan.

Efek samping dan reaksimerugikan antihistamin dan koligernik:


 Efek samping merugikan: mengantuk
 Reaksi merugikan: mulut kering, penglihatan kabur akibat dilatasi pupil,
takikardia ( pada pemkaian kolinergik) dan konstipasi
 Obat ini tak boleh dipakai klien glikoma, karena dapat terjadi dilatasi pupil
(midriasis)

C) Antimetik fetotiazine:

1. Fetotiazin piperazin, untuk mual muntah yang berat post op, anastetik, terapi
antineoplastik dan penyakit akibat radiasi
2. Klorpromazin (thorazine), pemakaian utama untuk psikosis, tapi juga untuk
mengobati muntah
3. Perfenazin (trilafon), untuk mual muntah akibat terapi obat anti kanker
4. Flufenazin(prolixin), untuk mual muntah post op, pengobatan antineoplastik
dan terapi radiasi.

Efek samping dn reaksi yang merugikan:


 Sedang sedang
 Hipotensi
 Efek SSP (gelisah, lemah, agitasi)
 Gejala antikolinergik ringan ( mulut kering, retensi air kemih,
konstipasi).

D) Antimetik kannabinoid

 Kandungan aktif marijuana,disetujui untuk pemakaian kliniknya tahun


1985 untuk menghilangkan mual dan muntah karena pengobatan kanker.
 Ada 2 jenis kannabinoid yaitu dronabinol ( marinol ) dan nabilon
( cesamat )
 Indikasi: mual dan muntah akibat kemoterapi
E) Antimetik lainnya
 Misal: emete-con, reglan, vontrol dan tigan.
 Obat-obat tersebut tidak bekerja sekuat antihistamin, antikolinergik dan
fenotiazid
 Efek terapi: mencegah mual dan muntah akibat anestesia dan pembedahan.

Efek samping dan reaksi yang merugikan pada antimetik secara keseluruhan:
Mengantuk, gelisah, anoreksia, mulut kering dan penglihatan kabur, disritmia
jantung dan meningkatkan tekanan darah.

OBAT-OBAT ANTIDIARE

 Diare (tinja cair berulang-ulang) adalah gejala dari gangguan intestinal


 Penyebab:
1. Makanan ( pedas, busuk)
2. Toksin bakteri atau virus
3. Reaksi obat
4. Pemakaian laksatif
5. Sindroma malabrosbsi
6. Stres dan kecemasan
7. Tumor usus
8. Penyakit inflamasai usus (kolitis ulserativa atau crohn)

 Cairan usus kaya akan air, natrium, kalium, bikarbonat, diare dapat
menimbulkan kehiloangan elektrolit dan dehidrasi ringan-berat
 Berkurangnya bikarbonat, klien berada dalam asidosis metabolik
 Klien dengan diare, harus menjauhi makanan yang mengandung lemak dan
produk dari susu
Tindakan non farmakologi:
Minum air dan cairan oral, seperti gatorade, pedialyte atau ricolyte (anak-anak),
di Indonesia dikenal dengan oralit dan cairan intravena. obat antidiare dipaki
bersama pengobatan non farmakologi.
 Mengurangi hiperosmorilitas ( peningkatan peristaltik)
 Temukan penyebabnya, untuk diobati/diperbaiki
 Klasifikasi antidiare:
A. OPIUM
 Menurunkan motilitas usus, sehingga mengurangi peristaltik
 Konstipasi merupakan efek samping yang sering timbul
 Contoh:tingtur optium
 Biasanya diberikan dengan antidiare lain
 Lama kerja kira kira 2 jam

B. OBAT YANG BERKAITAN DENGAN OPIUM (AGEN OPIUM RELATED)


 Difenoksilat (lomotil) dan loperamid (imodium) merupakan obat sinetik
yang secara kimiawi berkaitan dengan narkotik meperidin (demerol)
 Menurunkan motilitas usus, mual, muntah, kantuk, distensi abdominal
(perut kembung).
 Pada pemakain lama: takikardia, ileus paralitik, retensi urine, penurunan
sekresi dan ketergantungan fisik

C) ADSORBEN
 Antidiare adsorben: kaolin & pektin

D) ANTIDIARE KOMBINASI
 Prepectolin yang mengandung paregorik (opiat) dan kaopectate (adsorben)

KONSTIPASI

 Penimbunan bahan tinja yang keras didalm usus besar


 Keluhan yang sering dan utama pada lansia
 Kurangnya masukan cairan dan kebiasaan makan yang buruk

Penyebab lain:
 Pengerasan tinja, obstraksi usus, pemakaian laksatif kronik, gangguan
neurologik, menunda keinginan bab, kurang olahraga dan efek obat-obat
tertentu.

Tindakan non farmakologi:


1. Konsumsi makanan mengandung serat dan air
2. Olah raga
3. Bab secara teratur, bab normal 1-3 sehari
Tindakan farmakologik:
1. Laksaktif dan atartik dipakai untuk mengeluarkan tinja
2. Laksat
3. Ktif melunakan tinja dan katartik menyebabkan tinja lunak sampai berair
dengan sedikit kram (rasa nyeri)

EFEK SAMPING DAN EFEK YANG MERUGIKAN


 LAKSATIF KONTAK: mual, muntah, diare, nyeri perut, kelemahan dan
air kemih berwarna mereah kecoklatan
 EMOLIEN: mual ,muntah, diare dan nyeri perut, obat ini tidak diberikan
pada anak anak lansia dan klien penyakit berat
 KONTRAINDIKASI: PENYAKIT INFORMASI SALURAN
gastrointestinal seperti apendixitis, kolitis ulserativa, kehamilan, kolonspatik
atau obstruksi usus.

Anda mungkin juga menyukai