06-Pola Pengeboran PDF
06-Pola Pengeboran PDF
PELATIHAN
AHLI PELEDAKAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI
KATA PENGANTAR
Modul BLE – 06 = Pola Pengeboran, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan untuk
melatih atau membentuk ahli peledakan yang bermutu, mampu dan mau melakukan
pekerjaan pengeboran secara efektif, efisien dan aman dalam lingkungan kerjanya.
Dimaklumi bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dan sumbang saran
untuk penyempurnaan, maka bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penuh
harapan berkenan menyampaikan saran dan pendapatnya untuk penyempurnaan.
Terima kasih.
ii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
LEMBAR TUJUAN
TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi peledakan pada lokasi
peledakan yang mengacu kepada teknologi dan peraturan perundang-undangan yang
berwawasan keselamatan, kesehatan, keamanan dan pelestarian lingkungan hidup
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.
iii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
DAFTAR ISI
BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Umum ......................................................................................................... 1-1
1.2 Peranan Ahli Peledakan ............................................................................. 1-1
RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB 4 RANGKUMAN
4.1 Rangkuman ................................................................................................ 4-1
4.2 Penutup ...................................................................................................... 4-2
v
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN
1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli Peledakan“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.
2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.
DAFTAR MODUL
vi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
DAFTAR GAMBAR
vii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
PANDUAN PEMBELAJARAN
A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian
Keterangan
1. Seri / Judul BLE – 06 = Pola Pengeboran
viii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
B. PROSES PEMBELAJARAN
2. Penjelasan Bab I
Pendahuluan Mengikuti penjelasan dan
Umum terangsang untuk berdiskusi OHT2
Peranan Ahli Peledakan Mencatat hal-hal penting
Waktu = 10 menit Mengajukan pertanyaan bila
perlu
3. Penjelasan Bab 2
Penyiapan lokasi Mengikuti penjelasan dan
peledakan terangsang untuk berdiskusi
Jalan masuk Mencatat hal-hal penting
Pembersihan permukaan Mengajukan pertanyaan bila OHT3
Site plan perlu
Fasilitas dan utilitas
Pengamanan
Drainase lingkungan
Waktu = 45 menit
ix
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4. Penjelasan
Bab 3 Persiapan
Pengeboran Mengikuti penjelasan dan
Persiapan terangsang untuk berdiskusi
Pembuatan profil Mencatat hal-hal penting OHT4
Rangkuman
Rangkuman Peserta diberi kesempatan
Diskusikan bertanya jawab/ diskusi dan
OHT6
Penjajakan, penyerapan, ditanya oleh instruktur secara lisan
pembelajaran maupun tertulis
Penutup
Waktu = 25 menit
x
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
MATERI SERAHAN
xi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
BAB 1
PENDAHULUAN
1.1 Umum
Kondisi geografi dan geologi di Indonesia cukup banyak variabelnya dan perlu
kematangan berfikir, bersikap dan bertindak dalam pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna.
Khususnya dalam rangka membangun prasarana dan sarana yang diperlukan untuk
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, sering dihadapkan pada kondisi riil yang perlu ditangani secara
professional dan proporsional dan produknya berfungsi dengan baik.
Keadaan riil yang dimaksud disini adalah suatu kondisi pegunungan atau dataran tingi
yang harus ditembus atau dipotong dan memerlukan keahalian tertentu yaitu ahli
terowongan dan pemotongan gunung dengan cara peledakan untuk meledakan
gunung diperlukan ahli peledakan yang mahir dan penuh tanggung jawab serta
mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.
Sebagai contoh nyata pembangunan jalan, jalan rel, saluran irigasi sering dihadapkan
pada kondisi sulit yang harus diatasi, agar rencana distribusi dan arus barang dan jasa
yang efektif dan efisien dapat dicapai secara maksimal.
Apabila kondisi sulit ini memang harus diatasi dengan perhitungan akan lebih
menguntungkan dalam jangka panjangnya, maka mengapa tidak dilakukan.
Menghadapi kenyataan ini dan untuk mengatasinya ternyata ahli peledak sangat
diperlukan untuk pemecahan masalah.
Memang diakui profesi peledakan terbatas pasarnya, namun apabila Negara tambah
maju dengan bertambahnya pembangunan infrastruktur pembuatan terowongan
memotong gunung termasuk penambangan mineral dan batu bara tentunya akan lebih
banyak lagi peluang pasar yang perlu ditekuni ahli peledakan.
1-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
BAB 2
PENYIAPAN LOKASI PELEDAKAN
2-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
2-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
- Tanda-tanda lalu lintas untuk menunjukkan bahan dalam quarry akan diadakan
peledakan
- Serta tanda-tanda lalu lintas yang jelas dan tepat peringatan para sopir-sopir
pengangkut bahan. Karena biasanya sopir-sopir cukup berani mengemudikan
kendaraannya sehingga kurang memperhatikan keselamatan lain pihak.
2-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
BAB 3
PERSIAPAN PENGEBORAN
3.1 Persiapan
Walaupun semua tingkat pengembangan pekerjaan pendahuluan belum dapat
diselesaikan, usaha kegiatan pembuatan terowongan pemotongan gunung dan
penambangan batu dapat berproduksi.
Kepala kegiatan peledakan atau kepala quarry bersama pegawai-pegawainya dapat
menyempurnakan teknik-teknik selanjutnya yang masih selalu harus dipelajari.
Khususnya untuk quarry didalam tahap pertama memproduksi bahan, biasanya batu-
batu yang dihasilkan masih banyak bercampur dengan tanah maupun batu-batu lapuk.
Biarpun demikian batu lapuk dan tanah ini dapat dipisahkan dan dimanfatatkan untuk
pembuatan daerah penimbunan dengan jalan menggusur dan meratakan. Bila
kelapukan batu itu masih memungkinkan untuk bisa dipergunakan sebagai perkerasan
jalan masuk, maka batu lapuk itu bisa diolah dan diangkut lalu disebarkan pada
permukaan jalan masuk tersebut.
Sebenarnya operasi memproduksi bahan batuan, sangat tergantung dan ditentukan
oleh :
Banyaknya bahan yang diperlukan
Suatu pelaksanaan perawatan, peningkatan dan pembangunan jalan atau
pekerjaan lainnya yang memerlukan batuan akan diketahui jumlah volume
kebutuhan batuan tersebut. Selain dari pada itu perkembangan pembangunan juga
akan menentukan kebutuhan batuan. Sehubungan dengan itu pelaksanaan operasi
memprodusi bahan supaya disesuaikan dengan jumlah volume bahan yang
diperlukan.
Lama berlangsung proyek / pekerjaan
Cepat dan lambatnya pelaksanaan suatu proyek / pekerjaan yang menggunakan
batuan akan ditentukan pula oleh tersedianya bahan batuan. Jelas bahwa bila
penyediaan bahan batuan terlambat pelaksanaan proyek/ pekerjaan juga akan
terhambat, maka dengan itu proses memproduksi batuan juga perlu disesuaikan
dengan lama berlangsungnya proyek.
Sumber pengambilan bahan
Pada sumber pengambilan bahan inilah yang mempunyai pengaruh besar dalam
pelaksanaan operasi memproduksi bahan batuan.
3-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Karena banyaknya bahan batuan yang diperlukan akan bisa dipenuhi bilamana
sumber batu tersedia cukup banyak bahan yang dapat diproduksi.
Begitu pula berlangsungnya suatu proyek atau pekerjaan yang memerlukan batuan
akan tetap lancar dan terpenuhi, bilamana sumber batu dapat memenuhi bahan batuan
yang diperlukan.
Dengan demikian, maka dalam merealisasi pembangunan suatu sumber batu akan
selalu diperlukan.
Dengan demikian, maka dalam merealisasi pembangunan suatu sumber batu akan
selalu ditentukan oleh hal-hal seperti tersebut diatas.
Tabel 1.1. Penyebab yang membedakan pola pengeboran di areal bawah tanah dan terbuka
3-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
jenjang (top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin
dibuat secara teratur, yaitu: (lihat Gambar 1.1)
1) Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
2) Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris
lebih besar dibanding burden
3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang
berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.
3m 3m
3m 2,5 m
3m 3m
2,5 m
3m
Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang
3-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
tipe cut yang kemudian dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi batuan
setempat, yaitu:
1) Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut (lihat Gambar 1.2). Empat
atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik,
sehingga berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan
sekitar 15 cm (6 inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Pada
bagian puncak piramid terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan
meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk bidang bebas
baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut sangat efektif untuk
betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek
gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil.
2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap
pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke
arah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk
baji (lihat Gambar 1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding
pyramid cut, tetapi kurang efektif untuk meledakkan batuan yang keras.
3-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu
berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-
tengan bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara
membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga di lantai
atau dinding. Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian dinding
disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. Beberapa pertimbangan pada
penerapan pola drag cut :
Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan
sedimen lainnya.
Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.
Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat
instalasi yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan
penyangga kayu.
3-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat
cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau
batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian,
dapat disesuaikan dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara
lain:
Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam
dibanding jenis cut yang lainnya
Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini,
sehingga pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat
berlangsung efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai
ruang terbuka tempat fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang
bermuatan bahan peledak.
Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan
dengan pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang
memuaskan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor
yang konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar.
Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk
menghindari pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam
lubang yang kosong.
Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan
pada fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut.
3-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
180 210
80 75
500 500
75 35
35
60
150
300
140
e. BULLOCK CUT 90
520
3-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
1) Posisikan sisi kompas pada bidang miring yang akan diukur besar sudutnya
2) Putar engkol di bagian belakang atau punggung kompas, sehingga vernier
sudut vertikal serta nivo tabung bergerak
3) Seimbangkan gelembung udara pada nivo tabung, yaitu dengan
memposisikan gelembung udara tersebut tepat ditengah-tengah
4) Angka sudut vertikal antara 0 – 90 terletak di bawah vernier sudut vertikal
yang sekaligus sebagai penunjuknya. Baca dan catatlah angka sudut
vertikal tersebut.
3-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
terbang (fly rock). Bentuk profil bidang bebas yang dikehendaki, yaitu yang
mempunyai profil relatif rata dari bagian atas (crest) sampai ke bawah (toe)
seperti terlihat pada Gambar 2.a. Ketika dijumpai suatu kondisi bidang bebas
yang ekstrim tidak rata, misalnya melengkung ke dalam (Gambar 2.b) atau
menjorok ke arah luar (Gambar 2.c), maka profiling harus dilaksanakan.
Tujuannya agar lubang ledak mempunyai burden yang sama sepanjang dinding
bidang bebas, atau kemiringan lubang ledak sejajar dengan kemiringan relatif
bidang bebas. Dengan demikian kunci dari profiling adalah mendapatkan
kemiringan relatif bidang bebas atau garis kemiringan semu bidang bebas yang
ekstrim tidak rata tersebut. Arah pengeboran selanjutnya dibuat dengan sudut
kemiringan sesuai atau sejajar dengan kemiringan relatif bidang bebas.
3-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
3-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
3-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Terdapat suatu alat pemberi tanda posisi lubang bor di bawah tanah secara
elektonis, baik pada pembuatan terowongan maupun sumuran, yang
dinamakan projektor pola pengeboran (Gambar 1.4). Alat ini beroperasi
menggunakan baterai dan dapat memberikan bayangan pola pengeboran pada
permuka kerja sesuai dengan yang direncanakan. Cara menggunakannya
adalah:
3-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
a b c d
. . . .
3-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Misalnya saja permukaan lantai kerja direncanakan dan dibuat agak miring dan tidak
begitu dalam. Sehingga sewaktu diadakan peledakan batu-batu ledak bisa runtuh ke
lantai kerja paling bawah dan batu ledak yang belum bisa runtuh kebawah bisa diungkit
menggunakan tenaga manusia dengan usaha lebih ringan, karena permukaan agak
miring. Pekerjaan pelaksanaan dalam pembuatan jenjang-jenjang ini dapat
dilaksanakan seperti terlihat dalam gambar.
Lereng asli
7m
Lantai Kerja
Tinggi Jenjang 7m
7m
Jenjang
3-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Tinggi permukaan jenjang cukup praktis bilamana direncanakan kurang lebih 3 kali
panjang batang bor, yaitu kalau panjang batang bor = 3m, maka tinggi permukaan
jenjang kira-kira 9 m menjadi batasnya.
Dapat juga peledakan yang terdahulu, hasil ledakannya tidak diangkat dahulu tetapi
atasnya diratakan dengan bulldozer sehingga bilamana alat bor yang dipergunakan
wagon drill atau crawler drill bisa melakukan pengeboran mendatar diseparuh
permukaan atas jenjang.
Lalu diisi bahan peledak bisa didorong dengan bulldozer dan harus diangkut dan
ditaruh dahulu ketempat yang memungkinkan.
Biasanya bahan-bahan yang diperoleh dari permukaan peledakan atau pembuatan
jenjang ini, sebagian dapat dipergunakan walaupun masih mengandung batu lapuk.
Dan batu yang bermutu dibawah standar harus diangkut secara terpisah kedalam
proses pemecahan, selanjutnya batu hasil pemecahan ini dapat dipergunakan untuk
perkerasan jalan masuk ke sumber batu yang biasanya cukup merupakan jalan krikil
atau makadam basah.
3-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
BAB 4
OPERASI PENGEBORAN
4.1 Pengeboran
4.1.1 Pemilihan Alat Bor
Batu besar, brangkal, gunung-gunung batu perlu dipecahkan dengan
menggunakan bahan peledak kedalam ukuran yang dapat dipakai.
Untuk memakai jumlah peledak yang tepat dan hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan, pengeboran kedalam batu perlu dilakukan.
Banyak jenis-jenis mesin bor yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini dan
jenis bor itu antara lain ialah :
Jack hammer drill, leng drill yang biasa dipergunakan lubang dangkal
maupun dalam berdiameter kecil dan pengeboran sekunder pada brangkal.
Crawler drill, wagon drill untuk pengeboran lubang dalam berdiameter
besar.
Lag Drill
Wagon Drill
Crawler drill
Jack Hammer
Gb. 4.1 Peralatan Pengeboran
4-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Pemilihan jenis bor yang akan digunakan pada suatu quarry tergantung pada
beberapa faktor antara lain :
1. Keadaan daerah
Permukaan yang amat kasar tak teratur atau serakan yang tersebar akan
membutuhkan jack hammer tanpa memperhatikan faktor-faktor lain.
2. Derajat pemecahan
Yang sangat tergantung pada ukuran pemecah batu (stone crusher).
Apabila ukuran maksimum yang dapat diterima oleh pemecah primer 30 cm,
maka produksi brangkal berukuran 60-90 cm membutuhkan pengeboran
dan peledakan sekunder atau pemecahan tangan. Jadi penghematan dalam
peledakan primer dapat menghapus pengerjaan sekunder yang berlebih-
lebihan.
3. Ukuran dan sifat permanen sumber batu (quarry)
Apabila perkiraan umur quarry hanya 2-3 tahun saja, maka tidak perlu ada
rencana pengembangan yang mahal untuk membuat jenjang-jenjang quarry
yang lebar dan tinggi guna keperluan wagon drill, crawler drill
4. Penyediaan air
Lubang dalam berdiameter kecil lebih efisien bila disiram oleh air dari pada
udara. Persediaan air yang kurang, akan membatasi kedalaman lubang dan
jenis bor yang dapat dipilih.
5. Derajat pemecahan atau peretakan formasi batu
Pada batu berserat (fissured) berat, terutama kwarsa, lapisan batu atau batu
kapur yang lapuk, pengeboran lubang panjang relatif kurang efektif.
Biasanya lubang yang dibor dari batu-batu tersebut sulit untuk diisi bahan
peledak dan sering sebagian tidak meledak, mungkin juga bisa terjadi sama
sekali tak ada yang meledak. Jika letak sumber batu (quarry) sudah
ditentukan dan sebagian besar pekerjaan pemeriksaan sudah dilaksanakan,
semua fakor-faktor diatas akan diketahui.
4-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Keputusan untuk memakai wagon drill atau crawler drill untuk membuat
lubang-lubang bor berukuran sedang dan besar atau memakai jenis bor
lainnya untuk lubang-lubang bor kecil, relative tergantung sekali dari sifat
batu serta jumlah pemecahan sekunder yang diharapkan, mungkin akan
lebih ekonomis.
Untuk memakai wagon drill atau crawler drill, selanjutnya dengan memakai
tenaga kerja yang besar untuk pemecahan sekunder.
Hal ini membuka lapangan kerja bagi sejumlah tenaga.
4-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
sebenarnya ada beberapa cara, tetapi ditekankan hasil percobaan itulah bisa ditarik
kesimpulan.
Biasanya untuk mendapatkan batu pecah hasil peledakan berukuran kecil-kecil bisa
dengan jalan :
Memperpendek jarak burden maupun spasi pengeboran, serta penggunaan jumlah
peledak yang benar.
Hal diatas hanyalah merupakan bimbingan dalam perencanaan pola pengeboran.
Rumus yang dipakai mempunyai ketelitian hanya pada kedalaman yang ideal,
namun penggunaan yang disertai pemikiran masak dapat menolong untuk
mendapatkan pola pengeboran dan muatan sesuai dengan yang dikehendaki.
Walaupun begitu, harus diingat bahwa setiap permukaan batu selalu berbeda dan
pada setiap sumber batu percobaan-percobaan harus dilakukan untuk
mendapatkan jawaban yang tepat.
b. Rumus Lain
Rumus-rumus lain yang bisa juga dilaksanakan dan cukup praktis adalah:
Lg=HxDxWxC ………………………… kg
Dimana :
H = dalamnya pengeboran dalam meter
D = jarak-jarak antara lubang-lubang dalam satu baris …. ....dalam meter
W = jarak titik pengeboran dengan tepi jenjang atau jarak antara tiap-tiap baris
dalam meter
C = koefisien batu
Lg = banyaknya bahan peledak dalam ..................kg
Dimana :
C = dapat ditentukan sebagai berikut :
C = Fn.g.e.d
Dan :
Fn = (1+1/w – 0,4)3
g = berat jenis batu yang akan diledakan
e = faktor yang tergantung dari pada baik tidaknya penyumbatan,
apabila tidak dapat dilaksanakan penyumbatan dengan baik dan r
rapat (e) dapat diambil = 1.
d = faktor yang tergantung dari keadaan bahan peledak lama atau
baru, bila bahan peledak sudah lama d = 1
4-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
bila ditinjau rumus empiris diatas nyata ada satuan yang kurang seimbang,
misalnya feet bisa menemukan pound (lb), meter bisa menemukan kilogram
(kg).
Disini supaya dimengerti bahwa rumus empiris itu menyangkut dua bahan yang
berbeda dan mempunyai sidat-sifat tertentu yaitu :
- batu yang akan diledakan
- bahan peledak untuk meledakan batu
Jadi rumus diatas merupakan usaha mencari perbandingan baha peledak yang
digunakan untuk meledakan suatu volume batu sehingag tujuan peledakan bisa
dipenuhi.
Uraian Rumus
Rumus untuk menentukan C didapat dari hasil percobaan, jadi sukar untuk
dapat menguraikan darimana asalnya Fn seperti ditulis diatas. Teta[i dari rumus
tersebut dapat dimengerti bahwa kebutuhan bahan peledak berbanding
langsung dengan Berat Jenis (BD), dipengaruhi oleh baik tidaknya
penyumbatan dan dipengaruhi juga oleh keadaan bahan peledak.
4-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Maka dengan itu diharapkan pengertian bahwa rumus-rumus yang telah ditulis
itu bukanlah rumus yang pasti (eksak), tetapi bisa untuk dasar-dasar pedoman
merencanakan pola pengeboran yang ideal denga jalan mengadakan
percobaan yang selanjutnya diperiksa hasil percobaan, lalu disesuaikan dengan
meledakan batu.
4 2
5 3
4-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Disampng tekanan yang tepat, jumlah udara juga penting dan umumnya
sebuah mesin bor ukuran kecil membutuhkan 60 cfm. Jadi sebuah compressor
kapasitas 125 cfm, dapat menjalankan dua mesin bor, asalkan salurannya tidak
terlalu panjang dan mesinnya dalam keadaan baik. Mesin bor yang rusak dapat
memakai sampai 120 cfm (cubic feet per minute) udara.
Penggunaan saluran udara yang panjang melewati permukaan quarry menuju
ke mesin bor adalah pemborosan, karena batu-batu dapat merusak saluran ini
pada waktu pemindahan bor. Dengan menempatkan compressor diatas
permukaan atau pada jenjang akan terdapat tiga macam keuntungan :
Saluran udara pendek dan tekanan yang baik
Kerusakan saluran lebih sedikit
Udara yang masuk compressor lebih bersih
4-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4.5 Pelumasan
Hal yang tidak boleh dilupakan untuk pengeboran batu yang efisien adalah pelumasan
yang baik, artinya mesin bor harus dilumas dengan jumlah bahan pelumas dan waktu
yang tepat.
Alat pelumas yang menggunakan kompresi udara harus didekatkan pada mesin bor
tidak lebih dari 5 meter. Alat pelumas bekerja otomatis dan bekerja sebagai reservoir
yang menyemprotkan kabut pelumas pada bagian-bagian bor yang bergerak. Jumlah
pelumasan dapat diatur, tergantung dari jenis dan kapasitas bor. Pegangan yang baik
dari derajat pelumasan yang betul dapat dilihat pada leher bor yang sedang bekerja.
Leher bor harus kelihatan berminyak setelah bekerja sebentar yang menunjukkan
bahwa minyak betul-betul meresap. Leher kering menunjukkan kurangnya pelumasan.
Adanya pelumasan yang baik dapat pula ditentukan dari adanya minyak yang dibaca
oleh udara yang keluar dari bor. Pada permulaan setiap kelompok kedua, kurang lebih
70 ml. Minyak harus dituangkan kedalam pipa masuk mesin bor, sebelum
menghubungkan dengan saluran udara. Ini akan meniadakan keterbelakangan
pelumasan diantara permukaan gerakan bor dan kerjanya alat pelumas. Saluran udara
harus harus „ditiup bebas“ sebentar sebelum dihubungkan pada mesin bor.
Pengalaman akan menujukkan kapan diperlukan pengisian kembali.
Skrup pengatur pada alat peluma harus dibuka dan diatur pada waktu minyak sudah
masuk kedalam bor. Bor akan berhenti tanpa pelumas dan tempat minyak dapat diisi
tanpa menghentikan pengeboran. Kelihatannya pengerjaan pelumasan bor batu ini
4-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
berlebih-lebihan, tetapi hal ini perlu dilakukan demi untuk pengeboran yang cepat.
Kekurangan atau kesalahan pelumasan menyebabkan aus gesekan yang akan
menimbulkan panas dan menyebabkan kesulitan.
Retakan rambut terjadi akibat kepanasan pada bagian-bagian seperti batang spiral dan
piston-piston yang berakhir dengan kerusakan total bagian-bagian tersebut. Piston bor
batu, rata-rata bolak balik 2000 kali per menit dan bagian-bagian lain yang bergerak
dengan derajat yang sama, sehingga aus gesekan merupakan hal yang penting.
Bagian-bagian mata bor mengalami aus gesekan yang besar dan apabila terdapat
minyak yang cukup untuk pelumasan pada bagian tersebut maka keausan dapat
berkurang dan leher mata bor yang berminyak menunjukkan adanya pelumas. Jadi
untuk memperpanjang umur peralatan, maka perhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jagalah bagian yang bergerak untuk tetap bersih
b. Pelumasan yang teratur dan benar
4-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Lantai Kerja
Permukaan
Snake hole
Snake hole
B α B
T T
B
H H
L
L PC
PC
J J
4-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
4-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
RANGKUMAN
Bab 1 :
1. Modul BLE – 06 : Pola Pengeboran, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan agar
peserta mampu melakukan pengeboran dilokasi peledakan secara tepat dan akurat
sesuai dengan desain pola pengeboran yang ditentukan.
2. Setelah pelatihan selesai dilaksanakan peserta diharapkan mampu :
1. Melakukan penyiapan lokasi peledakan
2. Melakukan penyiapan peralatan dan perlengkapan
3. Membuat jenjang dan lantai kerja
4. Melaksanakan pengeboran sesuai pola pengeboran
5. Memeriksa hasil pengeboran secara teliti dan menyeluruh
Bab 2
Peserta dituntut mampu dan mau melakukan pembuatan site plan, penyediaan fasilitas
drainase dan utilitas dan tindakan pengamanan peledakan.
Bab 3
1. Sebelum melakukan pengeboran, lebih dahulu dilakukan pengukuran dan membuat profil
2. Aktivittas pengeboran terdiri dari :
- Pengeboran diareal terbuka
- Pengeboran diareal bawah tanah
3. Pola pengeboran diareal terbuka terdiri dari :
Pola bujur sangkar
Pola zig-zag bujur sangkar
Pola persegi panjang
pola zig-zag persegi panjang
4. Pola pengeboran pada areal dibawah tanah, minimal harus dibuat 2 (dua) bidang bebas
untuk proses pelepasan energi sehingga material ledakan/ batuan akan terlepas atau
terberai dari asalnya lebih bebas dan ringan.
5. Untuk membuat 2 bidang bebas atau lebih dapat dilakukan dengan model :
Center cut atau piramid/ diamond cut
Wedge cut, disebut juga v-cut
Drag cut atau pola kipas
Bum cut dapat disebut cylinder cut
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
Bab 4
1. Pemilihan alat bor tergantung dari beberapa faktor antara lain : keadaan lokasi
pengeboran (daerah), derajat pemecahan, ukuran dan sifat permanen sumber batu, serta
derajat pemecahan atau peretakan formasi
2. Pada kegiatan operasional pengeboran harus tersedia utilitas dan fasilitas pendukung
antara saluran induk udara, pelumasan dan saluran air untuk pengeboran basah.
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran
DAFTAR PUSTAKA
2. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976
3. Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division, 10 p.
4. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section,
Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington,
Delaware, pp. 31 – 86.
5. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 17.
9. Gustafsson, Rune, Blasting Technique, Dynamit Nobel Wien, Austrian Edition, 1981
10. Gutafsson, R, 1973, Swedish Blasting Technique, Gothenburg. Sweden, pp. 15 - 30.
11. Jimeno, C.L., Jimeno, E.L., and Carcedo, F.J.A 1995, Drilling and Blasting of Rocks,
A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield, Netherlands. Pp. 98 - 122.
12. Manon, J.J., 1978, Explosives: their classification and characteristics. E/MJ Operating
Handbook of Underground Mining, New York, USA. pp. 76 - 80.
13. White, T. E and Robinson, P, 1988, Modern Commercial Explosives & Accessories,
“Explosives Engineering Handbook”, Institute of Explosives Engineers, pp. 3 –11.