Anda di halaman 1dari 46

BLE – 06 = POLA PENGEBORAN

PELATIHAN
AHLI PELEDAKAN
PEKERJAAN KONSTRUKSI

DEPARTEMEN PEKERJAAN UMUM


BADAN PEMBINAAN KONSTRUKSI DAN SUMBER DAYA MANUSIA
PUSAT PEMBINAAN KOMPETENSI DAN PELATIHAN KONSTRUKSI
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

KATA PENGANTAR

Pelaksanaan pekerjaan konstruksi dengan berbagai macam kegiatan selalu berhadapan


dengan kenyataan yang harus diatasi dan diselesaikan dengan baik, misalnya pekerjaan
konstruksi bendungan memerlukan batuan pengguruk pembentuk bendungan yang sangat
banyak, konstruksi saluran irigasi terpaksa harus melintasi gunung yang perlu terowongan,
pekerjaan konstruksi jalan harus melintasi gunung yang perlu penanganan khusus dan
dipotong.
Menghadapi kenyataan medan lokasi dan kondisi yang ada sedemikian rupa, kiranya perlu
suatu upaya penyelesaian konstruksi yang melibatkan para ahli, antara lain Ahli peledakan
yang dimanfaatkan untuk memotong gunung atau membuat terowongan dibawah gunung
atau dibawah dataran tinggi untuk saluran irigasi atau untuk jalan.

Modul BLE – 06 = Pola Pengeboran, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan untuk
melatih atau membentuk ahli peledakan yang bermutu, mampu dan mau melakukan
pekerjaan pengeboran secara efektif, efisien dan aman dalam lingkungan kerjanya.

Dimaklumi bahwa modul ini masih banyak kekurangan dan perlu koreksi dan sumbang saran
untuk penyempurnaan, maka bagi semua pihak yang berkepentingan dengan penuh
harapan berkenan menyampaikan saran dan pendapatnya untuk penyempurnaan.

Terima kasih.

ii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

LEMBAR TUJUAN

JUDUL PELATIHAN : AHLI PELEDAKAN

TUJUAN PELATIHAN :
A. Tujuan Umum Pelatihan
Setelah mengikuti peserta diharapkan mampu :
Merencanakan, menyiapkan, melaksanakan dan mengevaluasi peledakan pada lokasi
peledakan yang mengacu kepada teknologi dan peraturan perundang-undangan yang
berwawasan keselamatan, kesehatan, keamanan dan pelestarian lingkungan hidup
sesuai dengan tujuan yang ditetapkan.

B. Tujuan Khusus Pelatihan


Setelah mengikuti pelatihan peserta mampu :
1. Menerapkan peraturan perundang-undangan / ketentuan-ketentuan yang berkaitan
peledakan
2. Menguasai lokasi medan peledakan
3. Merencanakan pola pengeboran dan peledakan
4. Menyiapkan dan mengawasi pelaksanaan kegiatan pengeboran
5. Menyiapkan, mengawasi dan melakukan pelaksanaan peledakan
6. Mengevaluasi setiap hasil peledakan dan membuat laporan

Seri / Judul Modul = BLE – 06 : Pola Pengeboran

TUJUAN INSTRUKSIONAL UMUM (TIU)


Setelah selesai mengikuti modul ini, peserta mampu melakukan pengeboran dilokasi medan
peledakan secara tepat dan akurat sesuai dengan desain pola pengeboran yang ditentukan.

TUJUAN INSTRUKSIONAL KHUSUS (TIK)


Setelah modul ini diajarkan peserta mampu :
1. Melakukan penyiapan lokasi peledakan
2. Melakukan persiapan pengeboran dan membuat jenjang dan lantai kerja
3. Melaksanakan pengeboran sesuai pola pengeboran

iii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..................................................................................................... i


LEMBAR TUJUAN ........................................................................................................ii
DAFTAR ISI ................................................................................................................. iii
DESKRIPSI SINGKAT DAN DAFTAR MODUL ............................................................ iv
DAFTAR GAMBAR ...................................................................................................... v
PANDUAN PEMBELAJARAN ...................................................................................... vi

BAB 1 PENDAHULUAN
1.1 Umum ......................................................................................................... 1-1
1.2 Peranan Ahli Peledakan ............................................................................. 1-1

BAB 2 PENYIAPAN LOKASI PELEDAKAN


2.1 Jalan masuk ke lokasi peledakan ............................................................... 2-1
2.2 Pembersihan Permukaan .......................................................................... 2-1
2.3 Pembuatan Site Plan .................................................................................. 2-1
2.4 Penyediaan Fasilitas dan Utilitas ................................................................ 2-2
2.5 Tindakan Pengamanan ............................................................................... 2-2
2.6 Drainase Lingkungan .................................................................................. 2-3

BAB 3 OPERASI PENGEBORAN


3.1 Persiapan ..................................................................................................3-1
3.2 Desain Pola Pengeboran ........................................................................... 3-2
3.2.1 Pola Pengeboran pada Areal Terbuka ............................................ 3-2
3.2.2 Pola Pengeboran pada Areal Bawah Tanah (Terowongan) ........... 3-3
3.3 Pembuatan Jenjang dan Lantai Kerja ........................................................ 3-7
3.3.1 Pengukuran sudut vertikal ............................................................... 3-8
3.3.2 Pelaksanaan Profiling ...................................................................... 3-8
3.4 Persiapan Pengeboran di Bawah Tanah .................................................. 3-11
3.4.1 Pengamanan sebelum pengeboran di bawah tanah ..................... 3-11
3.4.2 Menandai titik lubang bor .............................................................. 3-12

BAB 4 OPERASI PENGEBORAN


4.1 Pengeboran ............................................................................................... 4-1
4.1.1 Pemilihan Alat Bor .......................................................................... 4-1
4.2 Teknik Pengeboran .................................................................................... 4-3
iv
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

4.3 Pengertian Lanjutan ................................................................................... 4-7


4.4 Saluran Udara ............................................................................................ 4-8
4.4.1 Wagon drill, Crawler drill ..................................................................4-8
4.4.2 Jack Hammer, Leg Drill....................................................................4-8
4.4.3 Saluran Udara Induk........................................................................ 4-9
4.5 Pelumasan .................................................................................................4-9
4.6 Pengeboran Basah.................................................................................... 4-10
4.7 Lubang Ular (snake hole) .......................................................................... 4-10
4.8 Lubang Miring............................................................................................ 4-11
4.9 Pengeboran Sekunder............................................................................... 4-12
4.10 Alat Pengail ............................................................................................... 4-13
4.11 Peledakan Sekunder ................................................................................. 4-13

RANGKUMAN
DAFTAR PUSTAKA

BAB 4 RANGKUMAN
4.1 Rangkuman ................................................................................................ 4-1
4.2 Penutup ...................................................................................................... 4-2

DAFTAR PUSTAKA ......................................................................................................

v
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

DESKRIPSI SINGKAT
PENGEMBANGAN MODUL PELATIHAN

1. Kompetensi kerja yang disyaratkan untuk jabatan kerja „Ahli Peledakan“ dibakukan
dalam SKKNI (Standar Kompetensi Kerja Nasional Indonesia) yang didalamnya sudah
dirumuskan uraian jabatan, unit-unit kompetensi yang harus dikuasai, elemen
kompetensi lengkap dengan kriteria unjuk kerja (performance criteria) dan batasan-
batasan penilaian serta variabel-variabelnya.

2. Mengacu kepada SKKNI, disusun SLK (Standar Latihan Kerja) dimana uraian jabatan
dirumuskan sebagai Tujuan Umum Pelatihan dan unit-unit kompetensi dirumuskan
sebagai Tujuan Khusus Pelatihan, kemudian elemen kompetensi yang dilengkapi dengan
Kriteria Unjuk Kerja (KUK) dikaji dan dianalisis kompetensinya yaitu kebutuhan :
pengetahuan, keterampilan dan sikap perilaku kerja, selanjutnya dirangkum dan
dituangkan dalam suatu susunan kurikulum dan silabus pelatihan yang diperlukan.

3. Untuk mendukung tercapainya tujuan pelatihan tersebut, berdasarkan rumusan


kurikulum dan silabus yang ditetapkan dalam SLK, disusunlah seperangkat modul-modul
pelatihan seperti tercantum dalam „DAFTAR MODUL“ dibawah ini yang dipergunakan
sebagai bahan pembelajaran dalam pelatihan „Ahli Peledakan“.

DAFTAR MODUL

No. Kode Judul Modul

1. BLE – 01 Etos Kerja dan Etika Profesi

2. BLE – 02 Peraturan Perundang-Undangan Terkait Peledakan

3. BLE – 03 Manajerial Dalam Kegiatan Peledakan

4. BLE – 04 Karakteristik Material yang akan Diledakan

5. BLE – 05 Perencanaan Peledakan

6. BLE – 06 Pola Pengeboran

7. BLE – 07 Pola Peledakan

8. BLE – 08 Evaluasi Peledakan dan Pelaporan

vi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

DAFTAR GAMBAR

No. No. Gambar Judul Gambar

1. Gb. 2-1 Keselamatan dan Keamanan Lalu Lintas

2. Gb. 3-1 Pola pengeboran pada areal terbuka

3. Gb. 3-2 Sketsa dasar center cut

4. Gb. 3-3 Sketsa dasar wedge cut

5. Gb. 3-4 sketsa dasar drag cut

6. Gb. 3-5 Sketsa dasar bum cut

7. Gb. 3-6 Variasi bum cut

8. Gb. 3-7 Kompas geologi tipe brunton

9. Gb. 3-8 Beberapa kenampakan profil bidang bebas

10. Gb. 3-9 Ilustrasi teknik proffing

11. Gb. 3-10 Pola pengeboran di bawah tanah

12. Gb. 3-11 Pembuatan jenjang dan lantai kerja

13. Gb. 4-1 Peralatan pengeboran

14. Gb. 4-2 Jarak pengeboran

15. Gb. 4-3 Pengeboran dan peledakan berjenjang

16. Gb. 4-4 Compresor udara

17. Gb. 4-5 Lubang ular (snake hole)

18. Gb. 4-6 Lubang miring

19. Gb. 4-7 Pengeboran brangkal

vii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

PANDUAN PEMBELAJARAN

A. BATASAN
No. Item Batasan Uraian
Keterangan
1. Seri / Judul BLE – 06 = Pola Pengeboran

2. Deskripsi Materi ini dikembangkan untuk membekali


peserta pelatihan tentang „ Pola
Pengeboran“ yang merupakan mata
pelatihan „Inti Keahlian“ yang harus
dikuasai untuk dipraktekkan dalam
pelaksanaan tugas sebagai ahli
peledakan, sehingga tingkat
kompetensinya dapat diukur secara jelas
dan lugas yaitu : mampu dan mau
melakukan pengeboran sesuai jumlahnya
(volumenya), kualitasnya dan dapat
selesai dalam tempo yang ditentukan.
Selain modul BLE-06 : Pola Pengeboran
ini, masih ada modul-modul lainnya yang
merupakan unsur-unsur dalam satu
kesatuan paket pelatihan yang juga harus
dikuasai dan diterapkan dalam
pelaksanaan tugas.

3. Tempat kegiatan Didalam ruang kelas lengkap dengan


fasilitasnya
4. Waktu 4 jam pembelajaran (1 jp = 45 menit) atau
pembelajaran
sampai tercapainya minimal kompetensi
yang telah ditentukan khususnya untuk
domain kognitif (pengetahuan)

viii
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

B. PROSES PEMBELAJARAN

Kegiatan Instruktur Kegiatan Peserta Pendukung

1. Ceramah pembukaan :  Mengikuti penjelasan pengantar


 Menjelaskan/ pengantar TIU, TIK dan pokok/ sub pokok
modul bahasan
 Menjelaskan TIK dan  Mengajukan pertanyaan, apabila
TIU, pokok/ sub pokok kurang jelas
bahasan OHT1
 Merangsang motivasi
dan minat peserta untuk
mengerti dan dapat
membandingkan
pengalamannya
 Waktu = 10 menit

2. Penjelasan Bab I
Pendahuluan  Mengikuti penjelasan dan
 Umum terangsang untuk berdiskusi OHT2
 Peranan Ahli Peledakan  Mencatat hal-hal penting
 Waktu = 10 menit  Mengajukan pertanyaan bila
perlu

3. Penjelasan Bab 2
 Penyiapan lokasi  Mengikuti penjelasan dan
peledakan terangsang untuk berdiskusi
 Jalan masuk  Mencatat hal-hal penting
 Pembersihan permukaan  Mengajukan pertanyaan bila OHT3
 Site plan perlu
 Fasilitas dan utilitas
 Pengamanan
 Drainase lingkungan
 Waktu = 45 menit

ix
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

4. Penjelasan
Bab 3 Persiapan
Pengeboran  Mengikuti penjelasan dan
 Persiapan terangsang untuk berdiskusi
 Pembuatan profil  Mencatat hal-hal penting OHT4

 Persiapan pengeboran di  Mengajukan pertanyaan bila


bawah tanah perlu
 Jenjang dan lantai kerja
 Waktu : 40 menit

5. Penjelasan Bab 4 Operasi


Pengeboran
 Pemilihan Alat Bor  Mengikuti penjelasan dan
 Teknik Pengeboran terangsang untuk berdiskusi
 Pengerjaan Lanjutan  Mencatat hal-hal penting
 Saluran udara  Mengajukan pertanyaan bila
 Pelumasan perlu OHT5
 Pengeboran basah
 Lubang ular
 Lubang miring
 Pengeboran sekunder
 Alat pengail
 Waktu = 50 menit

Rangkuman
 Rangkuman Peserta diberi kesempatan
 Diskusikan bertanya jawab/ diskusi dan
OHT6
 Penjajakan, penyerapan, ditanya oleh instruktur secara lisan
pembelajaran maupun tertulis
 Penutup
 Waktu = 25 menit

x
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

MATERI SERAHAN

xi
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

BAB 1
PENDAHULUAN

1.1 Umum
Kondisi geografi dan geologi di Indonesia cukup banyak variabelnya dan perlu
kematangan berfikir, bersikap dan bertindak dalam pemanfaatan dan pelestarian
sumber daya yang ada secara berdaya guna dan berhasil guna.
Khususnya dalam rangka membangun prasarana dan sarana yang diperlukan untuk
mewujudkan cita-cita pembangunan nasional demi peningkatan kesejahteraan
masyarakat, sering dihadapkan pada kondisi riil yang perlu ditangani secara
professional dan proporsional dan produknya berfungsi dengan baik.

Keadaan riil yang dimaksud disini adalah suatu kondisi pegunungan atau dataran tingi
yang harus ditembus atau dipotong dan memerlukan keahalian tertentu yaitu ahli
terowongan dan pemotongan gunung dengan cara peledakan untuk meledakan
gunung diperlukan ahli peledakan yang mahir dan penuh tanggung jawab serta
mempunyai dedikasi yang cukup tinggi.

1.2 Peranan Ahli Peledakan


Ahli peledakan merupakan suatu profesi yang diperlukan untuk mendukung lancarnya
pembangunan prasarana (infrastruktur) yang diperlukan untuk memacu petumbuhan
ekonomi termasuk distribusi serta arus barang dan jasa secara efektif dan efisien.

Sebagai contoh nyata pembangunan jalan, jalan rel, saluran irigasi sering dihadapkan
pada kondisi sulit yang harus diatasi, agar rencana distribusi dan arus barang dan jasa
yang efektif dan efisien dapat dicapai secara maksimal.
Apabila kondisi sulit ini memang harus diatasi dengan perhitungan akan lebih
menguntungkan dalam jangka panjangnya, maka mengapa tidak dilakukan.
Menghadapi kenyataan ini dan untuk mengatasinya ternyata ahli peledak sangat
diperlukan untuk pemecahan masalah.

Memang diakui profesi peledakan terbatas pasarnya, namun apabila Negara tambah
maju dengan bertambahnya pembangunan infrastruktur pembuatan terowongan
memotong gunung termasuk penambangan mineral dan batu bara tentunya akan lebih
banyak lagi peluang pasar yang perlu ditekuni ahli peledakan.

1-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

BAB 2
PENYIAPAN LOKASI PELEDAKAN

2.1 Penyediaan Jalan Masuk


Pada umumnya sumber batu atau rencana pembangunan yang memerlukan peledakan
diketemukan di daerah pedalaman yang biasanya agak jauh dari jaringan jalan umum.
Tetapi bilamana kebetulan ada yang dekat dengan jaringan jalan adalah suatu
keuntungan.
Dalam perencanaan pembuatan jalan masuk dari jaringan jalan umum atau dari pusat
mendistribusikan peralatan peledakan ke tempat sumber batu atau lokasi peledakan
perlu suatu pertimbangan yang cukup ekonomis dan aman, yaitu :
 Cukup datar / kurang tanjakan
 Sedikit jurang
 Cukup keras bila perlu dengan perkerasan
 Sependek mungkin
 Tidak melintasi daerah ramai

2.2 Pembersihan Permukaan


Dalam melakukan pembersihan, pemotongan pohon-pohon, maupun penggalian tanah,
batu yang berserakan dapat dilakukan sebagai berikut. Bilamana tertutup dengan
tanah atau batu-batu yang berserakan, maka lebih dahulu batu itu disingkirkan atau
dikumpulkan. Selanjutnya bila perlu batu yang berserakan ini dapat dipergunakan
untuk perkerasan jalan masuk. Dan bilamana sumber batu tertutup tanah, bisa
diadakan pengupasan tanah tersebut. Jika ada bulldozer adalah suatu alat yang tepat
untuk pengupasan tanah. Kupasan tanah ini bisa dipergunakan untuk pengurukan dan
meratakan permukaan lapangan untuk tempat pembuatan timbunan bahan mentah.
Jika pengambilan batu perlu mengadakan penggalian, maka kupasan itu ditibun pada
tempat tertentu untuk pengurukan kembali penggalian yang telah selesai diambil
batunya.

2.3 Pembuatan Site Plan


Didalam pembentukan daerah untuk kegiatan peledakan ini adalah menyangkut
penyediaan tempat guna pembuatan tata letak kegiatan yaitu :
- Tempat untuk merencanakan, mengatur dan mengendalikan kegiatan peledakan.

2-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

- Tempat untuk pembuatam timbunan bahan-bahan yang tidak terpakai atau


memerlukan pengerjaan lebih lanjut sebelum diproses menjadi batiuan yang dapat
dipergunakan untuk pekerjaan konstruksi.
- Tempat untuk pembuatan timbunan bahan-bahan yang sedang diproses dan
menunggu pengangkutan lebih lanjut, misalnya bahan-bahan itu sedang atau telah
diproses dalam pemecahan, penyaringan maupun pencucian.

2.4 Penyediaan Fasilitas Utilitas


Dalam pembuatan site plan kegiatan peledakan biasanya membutuhkan :
- Sumber arus listrik
- Sumber tekanan udara
- Sumber air
Dimana :
- Aliran listrik bisa dipersiapkan untuk penerangan tenaga penggerak peralatan yang
dioperasikan dan penerangan lingkungan.
- Udara biasanya dipersiapkan untuk menggerakkan atau pengoperasian peralatan
pengeboran (drilling) yang memerlukan compressor udara.
- Dan air dipersiapkan untuk mengadakan pencucian bahan-bahan yang kotor
maupun kebutuhan para karyawan.
- Bisa juga dipersiapkan untuk penyiraman daerah kegiatan peledakan, karena
kemungkinan banyak debu-debu yang bertaburan atau untuk penyiraman lubang
pengeboran.
Tentu saja untuk memenuhi kebutuhan seperti diatas perlu diusahakan dan disediakan:
- Mesin diesel dan generator (bilamana tidak ada sumber tenaga listrik lainnya).
- Compressor udara
- Unit pompa air (bilamana tidak ada sumber air yang bisa langsung dipergunakan
yaitu misalnyua air ledeng, sungai dan lain-lainnya).

2.5 Tindakan Pengamanan


Kegiatan peledakan biasanya cukup menarik perhatian dan kebanyakan orang tidak
dapat menahan nafsu untuk melihat dari dekat batu-batu yang berhamburan akibat dari
suatu ledakan. Maka dengan itu semua jalan masuk umum ke lokasi peledakan harus
dipagar, dberi pintu gerbang dan diberi rumah jaga. Ini adalah fasilitas utama yang
perlu dilaksanakan demi keselamatan dan keamanan.
Fasilitas lain untuk menjaga keamanan dan keselamatan adalah :
- Alat sirine untuk dibunyikan setiap kali persiapan peledakan maupun akan
dimulainya peledakan.

2-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

- Tanda-tanda lalu lintas untuk menunjukkan bahan dalam quarry akan diadakan
peledakan
- Serta tanda-tanda lalu lintas yang jelas dan tepat peringatan para sopir-sopir
pengangkut bahan. Karena biasanya sopir-sopir cukup berani mengemudikan
kendaraannya sehingga kurang memperhatikan keselamatan lain pihak.

Gb. 2.1 Keselamatan dan Keamanan Lalu Lintas

2.6 Drainase (pengeringan)


Lokasi kegiatan yang cukup baik adalah bilamana selalu gampang serta aman
dimasuki segala peralatan yang diperlukan dalam segala musim yang ada, yaitu :
- Bilamana diumusim hujan tidak becek, tidak licin dan tidak ambles bila dilalui
peralatan / kendaraan.
- Untuk mencapai lokasi peledakan yang demikian itu maka perlu sekali dibuat
saluran-saluran pengeringan yang lancar dan dibuat tanggul-tanggul untuk
menghalangi masuknya air dari tempat lain ke dalam lokasi peledakan.

2-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

BAB 3
PERSIAPAN PENGEBORAN

3.1 Persiapan
Walaupun semua tingkat pengembangan pekerjaan pendahuluan belum dapat
diselesaikan, usaha kegiatan pembuatan terowongan pemotongan gunung dan
penambangan batu dapat berproduksi.
Kepala kegiatan peledakan atau kepala quarry bersama pegawai-pegawainya dapat
menyempurnakan teknik-teknik selanjutnya yang masih selalu harus dipelajari.
Khususnya untuk quarry didalam tahap pertama memproduksi bahan, biasanya batu-
batu yang dihasilkan masih banyak bercampur dengan tanah maupun batu-batu lapuk.
Biarpun demikian batu lapuk dan tanah ini dapat dipisahkan dan dimanfatatkan untuk
pembuatan daerah penimbunan dengan jalan menggusur dan meratakan. Bila
kelapukan batu itu masih memungkinkan untuk bisa dipergunakan sebagai perkerasan
jalan masuk, maka batu lapuk itu bisa diolah dan diangkut lalu disebarkan pada
permukaan jalan masuk tersebut.
Sebenarnya operasi memproduksi bahan batuan, sangat tergantung dan ditentukan
oleh :
 Banyaknya bahan yang diperlukan
Suatu pelaksanaan perawatan, peningkatan dan pembangunan jalan atau
pekerjaan lainnya yang memerlukan batuan akan diketahui jumlah volume
kebutuhan batuan tersebut. Selain dari pada itu perkembangan pembangunan juga
akan menentukan kebutuhan batuan. Sehubungan dengan itu pelaksanaan operasi
memprodusi bahan supaya disesuaikan dengan jumlah volume bahan yang
diperlukan.
 Lama berlangsung proyek / pekerjaan
Cepat dan lambatnya pelaksanaan suatu proyek / pekerjaan yang menggunakan
batuan akan ditentukan pula oleh tersedianya bahan batuan. Jelas bahwa bila
penyediaan bahan batuan terlambat pelaksanaan proyek/ pekerjaan juga akan
terhambat, maka dengan itu proses memproduksi batuan juga perlu disesuaikan
dengan lama berlangsungnya proyek.
 Sumber pengambilan bahan
Pada sumber pengambilan bahan inilah yang mempunyai pengaruh besar dalam
pelaksanaan operasi memproduksi bahan batuan.

3-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Karena banyaknya bahan batuan yang diperlukan akan bisa dipenuhi bilamana
sumber batu tersedia cukup banyak bahan yang dapat diproduksi.
Begitu pula berlangsungnya suatu proyek atau pekerjaan yang memerlukan batuan
akan tetap lancar dan terpenuhi, bilamana sumber batu dapat memenuhi bahan batuan
yang diperlukan.
Dengan demikian, maka dalam merealisasi pembangunan suatu sumber batu akan
selalu diperlukan.
Dengan demikian, maka dalam merealisasi pembangunan suatu sumber batu akan
selalu ditentukan oleh hal-hal seperti tersebut diatas.

3.2 Desain Pola Pengeboran


Mengingatkan kembali bahwa terdapat perbedaan dalam rancangan pola pengeboran
untuk tambang bawah tanah dan terbuka. Perbedaan tersebut dipengaruhi oleh
beberapa faktor, antara lain luas area, volume hasil peledakan, suplai udara segar, dan
keselamatan kerja. Tabel 1.1 memperlihatkan beberapa alasan atau penyebab yang
membedakan pola pengeboran di tambang bawah tanah dan terbuka.

Tabel 1.1. Penyebab yang membedakan pola pengeboran di areal bawah tanah dan terbuka

Faktor Areal bawah tanah Areal terbuka


Luas area Terbatas, sesuai dimensi bukaan Lebih luas karena terdapat
yang luasnya dipengaruhi oleh dipermukaan bumi dan dapat
kestabilan bukaan tersebut. memilih area yang cocok
Volume hasil peledakan Terbatas, karena dibatasi oleh luas Lebih besar, bisa mencampai
permukaan bukaan, diameter mata ratusan ribu meterkubik per
bor dan kedalaman pengeboran, peledakan, sehingga dapat di-
sehingga produksi kecil. rencanakan target yang besar.
Suplai udara segar Tergantung pada jaminan sistem Tidak bermasalah karena dila-
ventilasi yang baik. kukan pada udara terbuka
Keselamatan kerja Kritis, diakibatkan oleh: ruang yang Relatif lebih aman karena selu-
terbatas, guguran batu dari atap, ruh pekerjaan dilakukan pada
tempat untuk penyelamatan diri area terbuka.
terbatas.

3.2.1 Pola Pengeboran pada Areal Terbuka


Keberhasilan suatu peledakan salah satunya terletak pada ketersediaan bidang
bebas yang mencukupi. Minimal dua bidang bebas yang harus ada. Peledakan
dengan hanya satu bidang bebas, disebut crater blasting, akan menghasilkan
kawah dengan lemparan fragmentasi ke atas dan tidak terkontrol. Dengan
mem-pertimbangkan hal tersebut, maka pada tambang terbuka selalu dibuat
minimal dua bidang bebas, yaitu (1) dinding bidang bebas dan (2) puncak

3-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

jenjang (top bench). Selanjutnya terdapat tiga pola pengeboran yang mungkin
dibuat secara teratur, yaitu: (lihat Gambar 1.1)

1) Pola bujursangkar (square pattern), yaitu jarak burden dan spasi sama
2) Pola persegipanjang (rectangular pattern), yaitu jarak spasi dalam satu baris
lebih besar dibanding burden
3) Pola zigzag (staggered pattern), yaitu antar lubang bor dibuat zigzag yang
berasal dari pola bujursangkar maupun persegipanjang.

3m 3m

3m 2,5 m

Bidang bebas Bidang bebas


a. Pola bujursangkar b. Pola persegipanjang

3m 3m

2,5 m
3m

Bidang bebas
Bidang bebas
c. Pola zigzag bujursangkar d. Pola zigzag persegipanjang

Gb. 3.1. Pola pengeboran pada areal terbuka

3.2.2 Pola Pengeboran Pada Bukaan Bawah Tanah (Terowongan)


Mengingat ruang sempit yang membatasi kemajuan pengeboran dan hanya
terdapat satu bidang bebas, maka harus dibuat suatu pola pengeboran yang
disesuaikan dengan kondisi tersebut. Seperti telah diuraikan sebelumnya
bahwa minimal terdapat dua bidang bebas agar proses pelepasan energi
berlangsung sempurna, sehingga batuan akan terlepas atau terberai dari
induknya lebih ringan. Pada bukaan bawah tanah umumnya hanya terdapat
satu bidang bebas, yaitu permuka kerja atau face. Untuk itu perlu dibuat
tambahan bidang bebas yang dinamakan cut. Secara umum terdapat empat

3-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

tipe cut yang kemudian dapat dikembangkan lagi sesuai dengan kondisi batuan
setempat, yaitu:
1) Center cut disebut juga pyramid atau diamond cut (lihat Gambar 1.2). Empat
atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke arah satu titik,
sehingga berbentuk piramid. Puncak piramid di bagian dalam dilebihkan
sekitar 15 cm (6 inci) dari kedalaman seluruh lubang bor yang ada. Pada
bagian puncak piramid terkonsentrasi bahan peledak kuat. Dengan
meledakkan center cut ini secara serentak akan terbentuk bidang bebas
baru bagi lubang-lubang ledak disekitarnya. Center cut sangat efektif untuk
betuan kuat, tetapi konsumsi bahan peledak banyak dan mempunyai efek
gegaran tinggi yang disertai oleh lemparan batu-batu kecil.

Gb. 3.2. Sketsa dasar center cut

2) Wedge cut disebut juga V-cut, angled cut atau cut berbentuk baji: Setiap
pasang dari empat atau enam lubang dengan diameter yang sama dibor ke
arah satu titik, tetapi lubang bor antar pasangan sejajar, sehingga terbentuk
baji (lihat Gambar 1.3). Cara mengebor tipe ini lebih mudah disbanding
pyramid cut, tetapi kurang efektif untuk meledakkan batuan yang keras.

3-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Gb. 3.3. Sketsa dasar wedge cut

3) Drag cut atau pola kipas: Bentuknya mirip dengan wedge cut, yaitu
berbentuk baji. Perbedaannya terletak pada posisi bajinya tidak ditengah-
tengan bukaan, tetapi terletak pada bagian lantai atau dinding bukaan. Cara
membuatnya adalah lubang dibor miring untuk membentuk rongga di lantai
atau dinding. Pengeboran untuk membuat rongga dari bagian dinding
disebut juga dengan fan cut atau cut kipas. Beberapa pertimbangan pada
penerapan pola drag cut :
 Sangat cocok untuk batuan berlapis, misalnya shale, slate, atau batuan
sedimen lainnya.
 Tidak efektif diterapkan pada batuan yang keras.
 Dapat berperan sebagai controlled blasting, yaitu apabila terdapat
instalasi yang penting di ruang bawah tanah atau pada bukaan dengan
penyangga kayu.

3-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Gb. 3.4. Sketsa dasar drag cut

4) Burn cut disebut juga dengan cylinder cut (Gambar 1.5): Pola ini sangat
cocok untuk batu yang keras dan regas seperti batupasir (sandstone) atau
batuan beku. Pola ini tidak cocok untuk batuan berlapis, namun demikian,
dapat disesuaikan dengan berbagai variasi. Ciri-ciri pola burn cut antara
lain:
 Lubang bor dibuat sejajar, sehingga dapat mengebor lebih dalam
dibanding jenis cut yang lainnya
 Lubang tertentu dikosongkan untuk memperoleh bidang bebas mini,
sehingga pelepasan tegangan gelombang kompresi menjadi tarik dapat
berlangsung efektif. Disamping itu lubang kosong berperan sebagai
ruang terbuka tempat fragmentasi batuan terlempar dari lubang yang
bermuatan bahan peledak.
Walaupun banyak variable yang mempengaruhi keberhasilan peledakan
dengan pola burn cut ini, namun untuk memperoleh hasil peledakan yang
memuaskan perlu diperhatikan beberapa hal sebagai berikut:
 Pola lubang harus benar-benar akurat dan tidak boleh ada lubang bor
yang konvergen atau divergen, jadi harus benar-benar lurus dan sejajar.
 Harus digunakan bahan peledak lemah (low explosive) untuk
menghindari pemadatan dari fragmen batuan hasil peledakan di dalam
lubang yang kosong.
 Lubang cut harus diledakkan secara tunda untuk memberi kesempatan
pada fragmen batuan terlepas lebih mudah dari cut.

3-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Gb. 3.5. Sketsa dasar burn cut

180 210
80 75
500 500
75 35
35

210 mm 250 mm 200 250 mm 160

a. GRONLUND CUT b. MICHIGAN CUT c. CAT HOLE DENGAN 75


mm (3 inci) LUBANG
KOSONG
100 170

60
150

300

140

d. TRIANGULAR BURN CUT


DENGAN LUBANG 35 mm

e. BULLOCK CUT 90

520

Gb. 3.6. Variasi burn cut (Langerfors,1978)

3.3 Pengukuran dan Membuat Profil


Untuk melakukan profiling diperlukan meteran panjang yang digulung dan alat
pengukur sudut. Sebagai pengukur sudut gunakan kompas geologi, misalnya kompas
tipe “Brunton”, tipe “Silva”, atau jenis kompas geologi lainnya yang sejenis yang dapat
mengukur sudut vertikal.

3-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

3.3.1 Pengukuran sudut vertikal


Kompas pengukur sudut yang akan diuraikan berikut ini adalah tipe Brunton
(lihat Gambar 1.1). Kompas Brunton dapat mengukur sudut horizontal (azimuth)
maupun vertikal (kemiringan). Namun, dalam pekerjaan profiling kompas hanya
digunakan untuk mengukur sudut vertikal saja. Pada bagian belakang kompas
terdapat engkol pemutar vernier sudut vertikal yang akan menunjukkan sudut
vertikal. Langkah-langkah pengukuran sudut vertikal sebagai berikut:

1) Posisikan sisi kompas pada bidang miring yang akan diukur besar sudutnya
2) Putar engkol di bagian belakang atau punggung kompas, sehingga vernier
sudut vertikal serta nivo tabung bergerak
3) Seimbangkan gelembung udara pada nivo tabung, yaitu dengan
memposisikan gelembung udara tersebut tepat ditengah-tengah
4) Angka sudut vertikal antara 0 – 90 terletak di bawah vernier sudut vertikal
yang sekaligus sebagai penunjuknya. Baca dan catatlah angka sudut
vertikal tersebut.

Gb. 3.7 Kompas geologi tipe brunton

3.3.2 Pelaksanaan Profiling


Area yang akan diledakkan pada suatu tambang terbuka sudah ditentukan oleh
Supervisor atau Pengelola Peledakan demikian pula dengan spasi, burden dan
jumlah baris (raw). Juru Ledak harus memperhatikan bentuk profil bidang bebas
sepanjang area yang akan diledakkan karena bentuk ini akan mempengaruhi
fragmentasi hasil peledakan dan ada kemungkinan berpotensi terjadinya batu

3-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

terbang (fly rock). Bentuk profil bidang bebas yang dikehendaki, yaitu yang
mempunyai profil relatif rata dari bagian atas (crest) sampai ke bawah (toe)
seperti terlihat pada Gambar 2.a. Ketika dijumpai suatu kondisi bidang bebas
yang ekstrim tidak rata, misalnya melengkung ke dalam (Gambar 2.b) atau
menjorok ke arah luar (Gambar 2.c), maka profiling harus dilaksanakan.
Tujuannya agar lubang ledak mempunyai burden yang sama sepanjang dinding
bidang bebas, atau kemiringan lubang ledak sejajar dengan kemiringan relatif
bidang bebas. Dengan demikian kunci dari profiling adalah mendapatkan
kemiringan relatif bidang bebas atau garis kemiringan semu bidang bebas yang
ekstrim tidak rata tersebut. Arah pengeboran selanjutnya dibuat dengan sudut
kemiringan sesuai atau sejajar dengan kemiringan relatif bidang bebas.

Gb. 3.8 Beberapa kenampakan profile bidang bebas

Profiling dapat dilakukan dengan cara manual atau menggunakan instrument


pengukur, misalnya theodolit, electronic distance measurement dan alat ukur
laser (lihat Gambar 1.3.b). Uraian di bawah ini terbatas hanya untuk pekerjaan
profiling secara manual yang hanya menggunakan alat meteran panjang dan
kompas geologi untuk mengukur sudut (lihat Gambar 1.3.a). Langkah-langkah
pekerjaan profiling manual adalah sebagai berikut:
1) Tarik meteran dari bagian atas jenjang (crest ) menuju suatu titik tertentu
pada lantai jenjang dan tentukan serta catat panjangnya (pada Gambar
1.3.a dilukiskan oleh garis AC). Diperlukan minimal dua orang, yaitu satu
orang memegang meteran di bagian crest dan satu orang lagi di lantai

3-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

jenjang. Utamakan keselamatan kerja terutama bagi petugas yang berada di


bagian crest.
2) Ukur kemiringan garis AC menggunakan kompas dengan mengikuti
prosedur yang telah diuraikan sebelumnya. Pengukuran sudut diupayakan
pada bentangan meteran yang benar-benar lurus, oleh sebab itu diperlukan
satu orang lagi untuk mengukur sudut kemiringan garis AC. Catat
kemiringannya.
3) Ukur dan catat panjang mendatar dari titik C menuju toe atau titik D pada
Gambar 1.3.a.
4) Serahkan seluruh catatan hasil pengukuran ke Supervisor atau Pengelola
Peledakan agar ditentukan kemiringan relatif bidang bebas atau garis AD
pada Gambar 1.3.a.
5) Informasikan kemiringan garis AD kapada Juru bor, demikian juga dengan
geometri peledakan lainnya hasil olahan Supervisor.

a. Profiling manual dan cara pengukurannya

b. Profiling menggunakan alat ukur laser yang dilengkapi perangkat lunak

Gb. 3.9 Ilustrasi teknik proffing pada peledakan

3-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

3.4 Persiapan Pengeboran di Bawah Tanah


Berbagai jenis lubang bukaan di bawah tanah yang dibuat menggunakan operasi
pengeboran dan peledakan, diantaranya terowongan (tunnel), drift, level, sumuran
vertikal (shaft), raise, dan aktifitas penambangan. Pekerjaan penting yang harus
dilakukan oleh Juru Ledak sebelum pengeboran dilaksanakan, yaitu :
a. pengamanan area yang akan diledakkan untuk menjaga keselamatan kerja selama
pengeboran berlangsung, dan
b. memberi tanda atau titik-titik lubang bor disertai spesifikasinya, yaitu diameter,
kedalaman, dan kemiringan.
Namun, pada praktiknya pekerjaan di atas biasa dilakukan bersama antara Juru ledak
dan Juru Bor dengan maksud untuk saling mengontrol demi keselamatan kerja secara
menyeluruh.

3.4.1 Pengamanan sebelum pengeboran di bawah tanah


Siklus pekerjaan pengeboran dan peledakan di bawah tanah dirangkum dalam
beberapa tahapan sebagai berikut:
 Pengeboran lubang ledak (blasthole drilling)
 Pengisian lubang ledak (charging)
 Peledakan (blasting)
 Ventilasi (ventilation)
 Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan dan penyemenan
dinding (scaling and grouting) bila diperlukan
 Pemuatan dan pengangkutan (loading and hauling)
 Mempersiapkan pengeboran untuk siklus baru (setting up of the new round)

Pengamanan dinding lubang bukaan hasil peledakan (scaling) pada bagian


atap dan dinding kanan-kiri, sebaiknya dilakukan oleh Juru Ledak setelah udara
di dalam lubang bukaan benar-benar bersih dan nyaman. Tahapan
pengamanan tersebut adalah sebagai berikut:

1) Siapkan dan gunakan tongkat dengan panjang tertentu (scaling bar)


sebagai alat untuk menjatuhkan batu yang menggantung pada bagian atap
dan dinding kanan-kiri lubang bukaan yang masih memungkinkan
diupayakan untuk dijatuhkan secara manual.
2) Seandainya terdapat bagian atap atau dinding lubang bukaan yang perlu
penyemenan (grouting) atau pemasangan baut batuan (rock bolt) untuk
memperkuat stabilitasnya, segera laporkan ke Supervisor atau Pengelola

3-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Peledakan untuk ditindak lanjuti agar siklus pembuatan terowongan atau


yang lainnya tidak terhambat.
3) Lakukan pemeriksaan akhir untuk seluruh atap dan dinding, setelah yakin
tidak ada batu yang menggantung, laporkan hasilnya ke Supervisor bahwa
kondisi lubang bukaan hasil peledakan aman.
Dalam melakukan pekerjaan pengamanan di atas Juru Ledak biasanya berdiri
di atas tumpukan hasil peledakan dan bergerak dari belakang ke arah permuka
kerja.

3.4.2 Menandai titik lubang bor


Titik lubang bor umumnya ditandai menggunakan cat semprot atau yang sejenis
dan tidak mudah luntur oleh air karena pada bukaan bawah tanah selalu
terdapat air. Tidak jarang Juru Ledak harus berkoordinasi langsung dengan
Juru Bor apabila sulit memberi tanda terhadap titik-titik lubang bor. Yang perlu
diperhatikan adalah spesifikasi lubang bor yang meliputi bentuk cut, spasi,
diameter, kemiringan, dan kedalaman lubang harus diinformasikan kepada Juru
Bor.

Terdapat suatu alat pemberi tanda posisi lubang bor di bawah tanah secara
elektonis, baik pada pembuatan terowongan maupun sumuran, yang
dinamakan projektor pola pengeboran (Gambar 1.4). Alat ini beroperasi
menggunakan baterai dan dapat memberikan bayangan pola pengeboran pada
permuka kerja sesuai dengan yang direncanakan. Cara menggunakannya
adalah:

 Letakkan projektor pola pengeboran di atas tripod atau kendaraan bawah


tanah.
 Tentukan dua titik sebagai acuan pada permuka kerja (lihat Gambar 1.4.a
dan 1.4.b).
 Pola pengeboran untuk satu siklus (round) diproyeksikan pada permuka
kerja dengan mengacu pada dua titik tersebut di atas (lihat Gambar 1.4.c).
 Bayangan titik-titik pola pengeboran yang nampak di permuka kerja
kemudian difokuskan agar nampak jelas, kemudian titik-titik tersebut dicat
dan siap dilakukan pengeboran (lihat Gambar 1.4.d).

3-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

a b c d
. . . .

Gb. 3.10 Pola Pengeboran dibawah Tanah (Terowongan)

3.5 Pembuatan Jenjang dan Lantai Kerja


Sebelum kegiatan peledakan berjalan dengan lancar, ekonomis, seperti yang telah
direncanakan, pembuatan jenjang atau dikenal juga dengan nama Benches perlu
dibuat dahulu, agar dapat terbentuk lantai kerja, sehingga pengeboran dapat
dilaksanakan dengan ekonomis dan aman.
Pertimbangan-pertimbangan untuk pembuatan jenjang ini adalah sebagai berikut :
 Ketinggian yang tepat dalam pembuatan jenjang akan dapat dilakukan pengeboran
dengan kedalaman yang cukup memenuhi syarat, serta bisa dipergunakan
peralatan pengeboran yang cocok.
 Jenjang cukup dalam dari permukaan, sehingga didapat permukaan lantai kerja
yang cukup lebar dan dapat diperoleh bahan cukup banyak pada tiap-tiap jenjang
serta ruang kerja yang cukup luas.
 Panjang jenjang memberikan kemungkinan pelaksanaan pengeboran, peledakan
dan pengambilan batu-batu yang terus menerus.
 Tempat lalu lintas dari alat-alat pemuat, alat-alat pengeboran, pengangkut bahan
dan para pekerjaan pada tiap-tiap jenjang.
Tetapi pertimbangan diatas perlu diimbangi juga dengan peralatan yang cukup. Jika
terpaksa sangat terbatas dan untuk pemuat, pendorong maupun pengankutan tak
memungkinkan lagi untuk dipindahkan ketiap-tiap jenjang perlu dipikirkan lebih lanjut,
supaya produksi bahan tetap berjalan lancar.
Apabila mungkin jalan masuk ketiap-tiap jenjang supaya dibuat untuk dapat dilalui jeep
melalui permukaan jenjang. Bila wagen drill, crawer drill digunakan, maka jalan masuk
ini kebutuhan pokok. Namun dalam segala macam keadaan jalan masuk ke tiap-tiap
jenjang selalu diperlukan.

3-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Misalnya saja permukaan lantai kerja direncanakan dan dibuat agak miring dan tidak
begitu dalam. Sehingga sewaktu diadakan peledakan batu-batu ledak bisa runtuh ke
lantai kerja paling bawah dan batu ledak yang belum bisa runtuh kebawah bisa diungkit
menggunakan tenaga manusia dengan usaha lebih ringan, karena permukaan agak
miring. Pekerjaan pelaksanaan dalam pembuatan jenjang-jenjang ini dapat
dilaksanakan seperti terlihat dalam gambar.

Lereng asli
7m

Lantai Kerja
Tinggi Jenjang 7m

7m
Jenjang

Gb. 3.11 Pembuatan Jenjang dan Lantai Kerja


Adapun demikian diharapkan setelah selesai pengeboran lalu diisi bahan peledak dan
selanjutnya diledakan akan didapatkan permukaan yang sesuai dengan yang
direncanakan. Cara pengeboran untuk pembuatan jenjang ini dapat dilakukan dengan
pengeboran miring atau horizontal.
Setelah diadakan pembuatan jenjang ini akan didapat suatu permukaan lantai kerja
yang elevasinya berbeda atau tinggi yang tertentu.

Tetapi ingat tinggi jenjang yang direncanakan haruslah ditentukan berdasarkan :


 Cara peledakan primer apa yang akan dilaksanakan nantinya.
 Alat pengangkut hasil ledakan primer
 Alat pengeboran yang tersedia

Diharapkan pelaksanaan pembuatan jenjang dan lantai kerja ini betul-betul


direncanakan dan diperhitungkan, karena hasil dari pembuatan jenjang dan lantai kerja
ini akan sangat menentukan kelancaran pengeboran selanjutnya.
Janganlah sekali-kali melakukan pengeboran semaunya sendiri atau hanya mencari
mudahnya, tanpa memikirkan perkembangan selanjutnya, karena sikap itu sangat
menyulitkan pekerjaan selanjutnya.

3-14
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Tinggi permukaan jenjang cukup praktis bilamana direncanakan kurang lebih 3 kali
panjang batang bor, yaitu kalau panjang batang bor = 3m, maka tinggi permukaan
jenjang kira-kira 9 m menjadi batasnya.
Dapat juga peledakan yang terdahulu, hasil ledakannya tidak diangkat dahulu tetapi
atasnya diratakan dengan bulldozer sehingga bilamana alat bor yang dipergunakan
wagon drill atau crawler drill bisa melakukan pengeboran mendatar diseparuh
permukaan atas jenjang.
Lalu diisi bahan peledak bisa didorong dengan bulldozer dan harus diangkut dan
ditaruh dahulu ketempat yang memungkinkan.
Biasanya bahan-bahan yang diperoleh dari permukaan peledakan atau pembuatan
jenjang ini, sebagian dapat dipergunakan walaupun masih mengandung batu lapuk.
Dan batu yang bermutu dibawah standar harus diangkut secara terpisah kedalam
proses pemecahan, selanjutnya batu hasil pemecahan ini dapat dipergunakan untuk
perkerasan jalan masuk ke sumber batu yang biasanya cukup merupakan jalan krikil
atau makadam basah.

3-15
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

BAB 4
OPERASI PENGEBORAN

4.1 Pengeboran
4.1.1 Pemilihan Alat Bor
Batu besar, brangkal, gunung-gunung batu perlu dipecahkan dengan
menggunakan bahan peledak kedalam ukuran yang dapat dipakai.
Untuk memakai jumlah peledak yang tepat dan hasilnya sesuai dengan yang
diinginkan, pengeboran kedalam batu perlu dilakukan.
Banyak jenis-jenis mesin bor yang dapat dipergunakan untuk keperluan ini dan
jenis bor itu antara lain ialah :
 Jack hammer drill, leng drill yang biasa dipergunakan lubang dangkal
maupun dalam berdiameter kecil dan pengeboran sekunder pada brangkal.
 Crawler drill, wagon drill untuk pengeboran lubang dalam berdiameter
besar.

Lag Drill

Wagon Drill

Crawler drill

Jack Hammer
Gb. 4.1 Peralatan Pengeboran

4-1
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Pemilihan jenis bor yang akan digunakan pada suatu quarry tergantung pada
beberapa faktor antara lain :
1. Keadaan daerah
Permukaan yang amat kasar tak teratur atau serakan yang tersebar akan
membutuhkan jack hammer tanpa memperhatikan faktor-faktor lain.
2. Derajat pemecahan
Yang sangat tergantung pada ukuran pemecah batu (stone crusher).
Apabila ukuran maksimum yang dapat diterima oleh pemecah primer 30 cm,
maka produksi brangkal berukuran 60-90 cm membutuhkan pengeboran
dan peledakan sekunder atau pemecahan tangan. Jadi penghematan dalam
peledakan primer dapat menghapus pengerjaan sekunder yang berlebih-
lebihan.
3. Ukuran dan sifat permanen sumber batu (quarry)
Apabila perkiraan umur quarry hanya 2-3 tahun saja, maka tidak perlu ada
rencana pengembangan yang mahal untuk membuat jenjang-jenjang quarry
yang lebar dan tinggi guna keperluan wagon drill, crawler drill
4. Penyediaan air
Lubang dalam berdiameter kecil lebih efisien bila disiram oleh air dari pada
udara. Persediaan air yang kurang, akan membatasi kedalaman lubang dan
jenis bor yang dapat dipilih.
5. Derajat pemecahan atau peretakan formasi batu
Pada batu berserat (fissured) berat, terutama kwarsa, lapisan batu atau batu
kapur yang lapuk, pengeboran lubang panjang relatif kurang efektif.
Biasanya lubang yang dibor dari batu-batu tersebut sulit untuk diisi bahan
peledak dan sering sebagian tidak meledak, mungkin juga bisa terjadi sama
sekali tak ada yang meledak. Jika letak sumber batu (quarry) sudah
ditentukan dan sebagian besar pekerjaan pemeriksaan sudah dilaksanakan,
semua fakor-faktor diatas akan diketahui.

Seri pertama dari percobaan ledakan akan memberikan gambaran dari


jumlah peledak yang dibutuhkan per meter kubik atau ton batu pecah yang
baik. Sebelum penentuan terakhir dalam pemilihan bor, fakta dasar dibawah
ini perlu diperhitungkan :
 Lubang-lubang dangkal lebih mahal dari pada lubang-lubang dalam
ditinjau dari sudut ongkos pengeboran atau penggunaan peledak.

4-2
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

 Lubang berdiameter kecil diletakkan berdekatan dan karena celah kecil


ini, pemecahan yang merata serta ukuran batu yang lebih kecil dapat
diperoleh.
 Lubang berdiameter besar akan lebih ekonomis, asalkan pemecahan
primer stone crusher dapat menampung hasilnya tanpa pengerjaan
sekunder yang berlebih-lebihan.

Keputusan untuk memakai wagon drill atau crawler drill untuk membuat
lubang-lubang bor berukuran sedang dan besar atau memakai jenis bor
lainnya untuk lubang-lubang bor kecil, relative tergantung sekali dari sifat
batu serta jumlah pemecahan sekunder yang diharapkan, mungkin akan
lebih ekonomis.
Untuk memakai wagon drill atau crawler drill, selanjutnya dengan memakai
tenaga kerja yang besar untuk pemecahan sekunder.
Hal ini membuka lapangan kerja bagi sejumlah tenaga.

4.2 Teknik Pengeboran


Mengingat bahwa batang bor yang diberikan kepada Indonesia kebanyakan
panjangnya merupakan perkalian unit foat dan pelor dinamit dalam perkalian unit
pounds, maka untuk sementara unit-unit ukuran yang dipakai dalam rumus ini
menggunakan pounds dan feet. Tetapi ada juga yang telah menggunakan satuan
meter dan kilogram.
a. Rumus Empiris
Beberapa rumus empiris telah dibuat untuk memudahkan perhitungan dan
perencanaan pola pengeboran. Salah satu diantaranya adalah :
W xDxH
LQ 
100
Dimana :
LQ = muatan peledak per lubang dalam pound
W = burden dalam feet
D = spasi dalam feet, dan
H = dalam lubang, feet
Burdden =adalah jarak dari lubang ke permukaan batu yang tegak lurus (jarak
antara baris satu dengan lainnya).

4-3
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Gb. 4.2 Jarak Pengeboran

Spasi : adalah jarak lubang-lubang yang sejajar dengan permukaan batu


Dalam : adalah dalam penuh yang dibor (lihat gambar).
Sebagai contoh, apabila pada hasil percobaan untuk lubang dangkal berdiameter
kecil menunjukkan bahwa jarak optimum.
Burden = 4 ft
Spasi = 4 ft
Maka untuk lubang sedalam 15 ft, muatan peledak per lubang :
4 x 4 x15
LQ   2,4 lbs
100
Tergantung dari bor yang digunakan dan ukuran pelor dinamit yang ada, ada
kemungkinan jumlah peledak tersebut tidak dapat diisikan semua, maka lubang
yang lebih besar atau ukuran pelor dinamit yang lain harus digunakanatau burden
dan spasi diatur untuk mencocokkan dengan diameter yang ada.
Untuk menghindari keluarnya tenaga ledakan dari lubang, penutupan (steming)
pada bagian atas lubang perlu dilakukan, kurang lebih setebal 1 kali sampai 2 kali
burden.
Jelaslah disini bahwa lubang dangkal adalah cara yang kurang ekonomis. Apabila
muatan hanya menempati sebagian kecil dari lubang, maka pemisahan pengisian
muatan menjadi dua tingkat atau lebih dan disertai penutupan perlu dilakukan untuk
menghindari terbentuknya brangkal-brangkal yang besar. Perhitungan yang masak
juga diperlukan, karena itu perlu dilakukan untuk mendapatkan kombinasi dari
burden, spasi, dalam dan diameter lubang, terhadap jumlah dinamit yang ada.
Biasanya perencanaan pola pengeboran ditujukan untuk menghasilkan batu pecah
dari peledakan mencapai ukuran tertentu, misalnya ukuran maksimum bisa masuk
pada pengisian pemecah primer pada pemecah batu. Untuk mencapai tujuan ini

4-4
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

sebenarnya ada beberapa cara, tetapi ditekankan hasil percobaan itulah bisa ditarik
kesimpulan.
Biasanya untuk mendapatkan batu pecah hasil peledakan berukuran kecil-kecil bisa
dengan jalan :
Memperpendek jarak burden maupun spasi pengeboran, serta penggunaan jumlah
peledak yang benar.
Hal diatas hanyalah merupakan bimbingan dalam perencanaan pola pengeboran.
Rumus yang dipakai mempunyai ketelitian hanya pada kedalaman yang ideal,
namun penggunaan yang disertai pemikiran masak dapat menolong untuk
mendapatkan pola pengeboran dan muatan sesuai dengan yang dikehendaki.
Walaupun begitu, harus diingat bahwa setiap permukaan batu selalu berbeda dan
pada setiap sumber batu percobaan-percobaan harus dilakukan untuk
mendapatkan jawaban yang tepat.

b. Rumus Lain
Rumus-rumus lain yang bisa juga dilaksanakan dan cukup praktis adalah:
Lg=HxDxWxC ………………………… kg
Dimana :
H = dalamnya pengeboran dalam meter
D = jarak-jarak antara lubang-lubang dalam satu baris …. ....dalam meter
W = jarak titik pengeboran dengan tepi jenjang atau jarak antara tiap-tiap baris
dalam meter
C = koefisien batu
Lg = banyaknya bahan peledak dalam ..................kg

Dimana :
C = dapat ditentukan sebagai berikut :
C = Fn.g.e.d

Dan :
Fn = (1+1/w – 0,4)3
g = berat jenis batu yang akan diledakan
e = faktor yang tergantung dari pada baik tidaknya penyumbatan,
apabila tidak dapat dilaksanakan penyumbatan dengan baik dan r
rapat (e) dapat diambil = 1.
d = faktor yang tergantung dari keadaan bahan peledak lama atau
baru, bila bahan peledak sudah lama d = 1

4-5
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

w = jarak antara lubang dengan permukaan bebas atau sama dengan


burden
w = untuk coyota adalah jari-jari terkecil yang menyinggung permukaan
lereng asli.

Disini koefisien C haruslah diusahakan selalu diselidiki dan dipelajari sampai


mendekati kebenaran.
Karena koefisien batu = C ini tergantung dari :
 Macam batu :
Yaitu macam batu yang akan diledakan. Hal ini mungkin bisa terjadi satu
gunung, satu susunan lapisan batu koefisiennya bisa berbeda, karena
komposisi dan kekerasan serta B.D nya berlainan.
 Maksud dan tujuan :
Yaitu maksud dan tujuan kita meledakan batu untuk menghasilkan :
- batu pecah besar-besar
- batu pecah yang bisa masuk pada pemecah primer di stone crusher
- butir-butir kecil yang langsung bisa dipergunakan untuk pekerjaan
- dan untuk melemparkan batu

bila ditinjau rumus empiris diatas nyata ada satuan yang kurang seimbang,
misalnya feet bisa menemukan pound (lb), meter bisa menemukan kilogram
(kg).
Disini supaya dimengerti bahwa rumus empiris itu menyangkut dua bahan yang
berbeda dan mempunyai sidat-sifat tertentu yaitu :
- batu yang akan diledakan
- bahan peledak untuk meledakan batu
Jadi rumus diatas merupakan usaha mencari perbandingan baha peledak yang
digunakan untuk meledakan suatu volume batu sehingag tujuan peledakan bisa
dipenuhi.

Uraian Rumus
Rumus untuk menentukan C didapat dari hasil percobaan, jadi sukar untuk
dapat menguraikan darimana asalnya Fn seperti ditulis diatas. Teta[i dari rumus
tersebut dapat dimengerti bahwa kebutuhan bahan peledak berbanding
langsung dengan Berat Jenis (BD), dipengaruhi oleh baik tidaknya
penyumbatan dan dipengaruhi juga oleh keadaan bahan peledak.

4-6
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Maka dengan itu diharapkan pengertian bahwa rumus-rumus yang telah ditulis
itu bukanlah rumus yang pasti (eksak), tetapi bisa untuk dasar-dasar pedoman
merencanakan pola pengeboran yang ideal denga jalan mengadakan
percobaan yang selanjutnya diperiksa hasil percobaan, lalu disesuaikan dengan
meledakan batu.

4.3 Pengerjaan Lanjutan


Apabila permukaan quarry atau penambangan batu bara cukup panjang, maka bila
dibagi menjadi tiga bagian :
 Pada bagian pertama pengerjaan pengeboran dan peledakan telah dilakukan.batu
yang menumpuk dilantai quarry dikerjakan dengan mengangkut ke pemecah prime
stone crusher.
 Bagian kedua sudah dibor dan siap untuk keperluan peledakan
 Bagian ketiga sudah dibersihkan dari batu-batu yang leaps dan siap dibor

Dengan ini, pengeboran, peledakan, pengeboran sekunder dan pemuatan dapat


belangsung kontinu dalam keadaan aman. Sehingga pengerjaan di lantai kerja atas
dan lantai kerja bawah tidak mungkin terjadi pada waktu yang sama. Hal yang serupa
dapat dilakukan dalam pembentukan jenjang-jenjang pada permukaan batu yang
tinggi, sehingga lantai kerja yang cukup lebar dapat diperoleh untuk bisa direncanakan
langkah-langkah pengerjaan yang kontinu.
Misalnya :
Pada bagian pertama pekerjaan peledakan telah selesai. Pada bagian kedua sudah
dibor dan siap untuk diledakan. Dan pada bagian ketiaga siap untuk memulai
pengeboran dan seterusnya.

4 2

5 3

Gb. 4.3 Pengeboran dan Peledakan Berjenjang

4-7
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

4.4 Saluran Udara


Bor-bor quarry dikerjakan oleh tekanan udara karena itu harus disediakan udara dalam
jumlah dan tekanan yang memadai. Tiga metode dasar yang bisa digunakan dalam
quarry akan dibahas disini dan pemilihan salah satu metode sebagian besar tergantung
dari jenis bor yang digunakan dan model untuk instalasi.
4.4.1 Wagon drill, crawler drill
Mesin ini biasanya membutuhkan udara tekanan cukup besar karena itu
biasanya membawa compressor sendiri. Yang dapat ditempatkan dekat pada
posisi pengeboran. Pengaturan semacam ini sangat ideal karena panjang
saluran udara dapat diperpendek sehingga kehilangan tekanan dan kerusakan
saluran dapat dihindari.

4.4.2 Jack Hammer, Leg Drill


Jenis ini relatif kecil dan kebanyakan bekerja dengan efisiensi maksimum pada
tekanan udara 85 psi. Kemampuanya pada berbagai tekanan dalam bentuk
efisiensi adalah sebagai berikut :
Tekanan Udara pada Bor
Efisiensi (%) Keterangan
(p.s.i)
Dibawah 65 40% Tidak relatif
65 65%
75 85%
85-100 100%
Diatas 100 - Keausan yang besar

Disampng tekanan yang tepat, jumlah udara juga penting dan umumnya
sebuah mesin bor ukuran kecil membutuhkan 60 cfm. Jadi sebuah compressor
kapasitas 125 cfm, dapat menjalankan dua mesin bor, asalkan salurannya tidak
terlalu panjang dan mesinnya dalam keadaan baik. Mesin bor yang rusak dapat
memakai sampai 120 cfm (cubic feet per minute) udara.
Penggunaan saluran udara yang panjang melewati permukaan quarry menuju
ke mesin bor adalah pemborosan, karena batu-batu dapat merusak saluran ini
pada waktu pemindahan bor. Dengan menempatkan compressor diatas
permukaan atau pada jenjang akan terdapat tiga macam keuntungan :
 Saluran udara pendek dan tekanan yang baik
 Kerusakan saluran lebih sedikit
 Udara yang masuk compressor lebih bersih

4-8
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

4.4.3 Saluran Udara Induk


Pada quarry yang relative permanent dan dimana daerahnya memungkinkan
penggunaan saluran induk adalah hal yang baik. Saluran induk biasanya
terbuar dari pipa air 3 inci dilengkapi dengan katup dan kopling pelepas pada
titik-titik pemakaian tertentu. Instalasi semacam ini membutuhkan modal dan
penggunaan compressor besar.

Gb. 4.4 Compresor Udara

4.5 Pelumasan
Hal yang tidak boleh dilupakan untuk pengeboran batu yang efisien adalah pelumasan
yang baik, artinya mesin bor harus dilumas dengan jumlah bahan pelumas dan waktu
yang tepat.
Alat pelumas yang menggunakan kompresi udara harus didekatkan pada mesin bor
tidak lebih dari 5 meter. Alat pelumas bekerja otomatis dan bekerja sebagai reservoir
yang menyemprotkan kabut pelumas pada bagian-bagian bor yang bergerak. Jumlah
pelumasan dapat diatur, tergantung dari jenis dan kapasitas bor. Pegangan yang baik
dari derajat pelumasan yang betul dapat dilihat pada leher bor yang sedang bekerja.
Leher bor harus kelihatan berminyak setelah bekerja sebentar yang menunjukkan
bahwa minyak betul-betul meresap. Leher kering menunjukkan kurangnya pelumasan.
Adanya pelumasan yang baik dapat pula ditentukan dari adanya minyak yang dibaca
oleh udara yang keluar dari bor. Pada permulaan setiap kelompok kedua, kurang lebih
70 ml. Minyak harus dituangkan kedalam pipa masuk mesin bor, sebelum
menghubungkan dengan saluran udara. Ini akan meniadakan keterbelakangan
pelumasan diantara permukaan gerakan bor dan kerjanya alat pelumas. Saluran udara
harus harus „ditiup bebas“ sebentar sebelum dihubungkan pada mesin bor.
Pengalaman akan menujukkan kapan diperlukan pengisian kembali.
Skrup pengatur pada alat peluma harus dibuka dan diatur pada waktu minyak sudah
masuk kedalam bor. Bor akan berhenti tanpa pelumas dan tempat minyak dapat diisi
tanpa menghentikan pengeboran. Kelihatannya pengerjaan pelumasan bor batu ini

4-9
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

berlebih-lebihan, tetapi hal ini perlu dilakukan demi untuk pengeboran yang cepat.
Kekurangan atau kesalahan pelumasan menyebabkan aus gesekan yang akan
menimbulkan panas dan menyebabkan kesulitan.
Retakan rambut terjadi akibat kepanasan pada bagian-bagian seperti batang spiral dan
piston-piston yang berakhir dengan kerusakan total bagian-bagian tersebut. Piston bor
batu, rata-rata bolak balik 2000 kali per menit dan bagian-bagian lain yang bergerak
dengan derajat yang sama, sehingga aus gesekan merupakan hal yang penting.
Bagian-bagian mata bor mengalami aus gesekan yang besar dan apabila terdapat
minyak yang cukup untuk pelumasan pada bagian tersebut maka keausan dapat
berkurang dan leher mata bor yang berminyak menunjukkan adanya pelumas. Jadi
untuk memperpanjang umur peralatan, maka perhatikan hal-hal sebagai berikut :
a. Jagalah bagian yang bergerak untuk tetap bersih
b. Pelumasan yang teratur dan benar

4.6 Pengeboran Basah


Keuntungan-keuntungan dapat diperoleh dengan penggunaan air untuk penyiraman
lubang yang dapat dilakukank pada pengeboran lubang dalam dan berdiameter kecil.
Pengeboran basah juga sangat baik untuk lapisan batu berserat, akibat pelapukan
seperti sering terjadi pada kwarsa, lapisan batu dan lapisan batu kapur. Bahan lapukan
dari celah-celah dapat menahan pengisian peledak. Bila air digunakan, krikil / serbuk
dari bahan-bahan yang bisa menghalangi pengisian peeldak dapat dihilangkan. Jika
tersedia air dalam jumlah yang cukup banyak, penggunaan saluran pokok dapat
dilakukan.

4.7 Lubang Ular (snake hole)


Untuk membantu peledakan yang sempurna dari peledakan primer, perlu dibuat
lubang-lubang horizontal agak miring kurang lebih bersudut 00 - 400 terhadap
permukaan jenjang. Dengan adanya snake hole ini peledakan diharapkan bisa
mengungkit dan menghampar maju kedepan (tidak tertimbun tinggi). Dalam
pelaksanaan pengeboran snake hole harus terletak diantara lubang-lubang vertikal
untuk peledakan primer yaitu untuk menghindari bertemunya lubang vertikal dan
lubang snake hole.

4-10
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Lantai Kerja
Permukaan

Snake hole

Snake hole

Gb. 4.5 Lubang Ular


4.8 Lubang Miring
Disamping kebaian pengerjaan yang aman, teknik pengeboran miring kadang-kadang
berguna dalam memperbaiki pemecahan pada tumit jenjang. Perbaikan ini tergantung
dari formasi batu.
Dalam beberapa hal arah dan sifat dari lapisan-lapisan batu membuat pengeboran
miring tidak praktis dan keadaan ini hanya dapat ditentukan menurut kondisinya.
Ketelitian sudut kemiringan pengeboran haruslah diperhatikan dan pemasangan yang
hati-hati dari mesin bor perlu diperhatikan juga.
B = burden sebenarnya (true burden)
B’ = burden semu (apparent burden)
 = Sudut kemiringan kolom lubang ledak

B α B

T T

B
H H
L
L PC
PC

J J

a. Lubang ledak vertikal b. Lubang ledak miring

Gb.4.6 Lubang ledak vertikal dan miring


0
Karena kesalahan 2 dari sudut kemiringan dapat menambah atau mengurangi burden
dengan 3 ½ ft. Untuk lubang 100 ft. Perbedaan pada sudut pengeboran dan pelebaran
dari lubang dapat menyebabkan ledakan yang tidak berimbang dan garis permukaan
yang tidak rata ditambah dengan hasil ledakan yang jelek. Lubang-lubang harus lurus

4-11
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

tanpa penyimpangan yang menyolok dan semua lubang harus diperiksa


keseluruhannya sebelum pengisian.
Sudut pengeboran optimum hanya dapat ditentukan dengan percobaan. Sudut 450
dapat dipakai tetapi semakin besar sudutnya semakin besar problem perencanaan
yang tepat dari pengeboran lubang. Sudut antara 100 dan 250 dari as vertikal
memberikan kesulitan minimum pada pengeboran dan ini cukup untuk mencegah
adanya overhang (penggantungan). Pada permukaan vertikal yang tinggi, bahaya dari
batu yang lepas menjadi persoalan, terutama apabila batu banyak yang patah. Salah
satu penanggulangan bahaya ini adalah pengerjaan permukaan dengan profil miring.
Dengan peledakan yang terkendalikan, garis permukaan dan kemiringan pengeboran
dapat dibentuk kira-kira sesuai dengan denah pengukuran dari lubang ledakan. Jadi
untuk mendapatkan kemiringan yang cukup pada permukaan, lubang ledakan harus
dibor dengan sudut tertentu.

4.9 Pengeboran Sekunder


Pengeboran sekunder diperlukan untuk brangkal-brangkal yang tidak dapat dimasukan
dipemecah stone crusher. Brangkal-brangkal besar terbentuk pada permukaan
pengembangan quarry atau kesalahan-kesalahan dalam peledakan. Untuk keperluan
pengeboran sekunder dibutuhkan jackhammer ringan dan compresor kecil aau bisa
juga dengan leg drill.
Lubang harus dibuat sampai melewati pusat brangkal, melalui diameter yang terbesar.
Lubang secukupnya harus ditinggalkan untuk penutupan guna meyakinkan pemecahan
brangkal.

Gb. 4.7 Pengeboran Brangkal

4-12
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

4.10 Alat Pengail


Mata bor dapat lepas pada lubang batu berserat berat atau akibat perawatan yang
kurang baik, lubang menjadi tidak berguna kecuali bila mata bor diambil kembali.
Walaupun sebagian lubang dapat diisi dan diledakan bersama lubang-lubang yang lain
simetris permukaan akan rusak dan resiko masuknya mata bor kedalam pemecah
stone crusher akan timbul. Untuk permukaan kembali yang lepas dapat diusahakan
dengan menggunakan tombak yang terbuat dari besi beton 3/4“ sepanjang 4 meter.
Besi ini dibubut konis menyerupai tombak dan disambungkan pada bambu-bambu
berukuran 120 cm dengan skrup kuningan atau soket, selanjutnya alat inilah yang
disebut alat pengail.

4.11 Peledakan Sekunder


Brangkal-brangkal besar harus dipecahkan lagi dan pada zaman pengangkutan
tangan, „tembakan letup“ merupakan cara umum.
Pada waktu ini dimana mekanis digunakan, „tembakan-plester“ lebih terkenal.
1. Tembakan letup (pop shooting)
Untuk keperluan ini, lubang ledakan sedalam 12 inchi cukup untuk memecahkan
brangkal yang besar. Muatan tergantung dari ukuran batu dan untuk brangkal
berukuran 3 ft x 3 ft x 2 ft membutuhkan kira-kira 1 ½ ons pelor dinamit. Tembakan
dapat diledakan oleh sumbu pengaman dapat dinyalakan oleh sumbu penyala atau
tali penyala plastik. Apabila tali penyala plastik digunakan, tembakan yang banyak
dapat diledakan dengan satu penyalaan pada jaringan. Serta bila penyalaan listrik
dipakai, detonator listrik dihubungkan seri dan tembakan diledakan berurutan.
Keberatan bor terus menerus dan pemidahan alat mekanis ketempat yang aman,
karena terjadi penebaran batu.
2. Tembakan Plester (plester shooting)
Tembakan plester memberikan cara pemecahan batu dalam keadaan dimana
pengeboran sulit dilakukan. Muatan satu atau dua pelor dinamit primer, detonator
dan sumbu pengaman atau detonator listrik diletakan pada permukaan brangkal.
Kemudian muatan ditutup dengan lempung yang ditekan keposisinya dengan
tangan. Sebelum diplester sebaiknya permukaan batu dibasahi dahulu. Muatan
yang digunakan adalah gelatin plester atau macam lain dan tali penyala plastik
dapat digunakan untuk menyalakan beberapa tembakan-tembakan dalam satu
waktu.

4-13
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

RANGKUMAN

Bab 1 :
1. Modul BLE – 06 : Pola Pengeboran, merupakan salah satu modul/ materi pelatihan agar
peserta mampu melakukan pengeboran dilokasi peledakan secara tepat dan akurat
sesuai dengan desain pola pengeboran yang ditentukan.
2. Setelah pelatihan selesai dilaksanakan peserta diharapkan mampu :
1. Melakukan penyiapan lokasi peledakan
2. Melakukan penyiapan peralatan dan perlengkapan
3. Membuat jenjang dan lantai kerja
4. Melaksanakan pengeboran sesuai pola pengeboran
5. Memeriksa hasil pengeboran secara teliti dan menyeluruh

Bab 2
Peserta dituntut mampu dan mau melakukan pembuatan site plan, penyediaan fasilitas
drainase dan utilitas dan tindakan pengamanan peledakan.

Bab 3
1. Sebelum melakukan pengeboran, lebih dahulu dilakukan pengukuran dan membuat profil
2. Aktivittas pengeboran terdiri dari :
- Pengeboran diareal terbuka
- Pengeboran diareal bawah tanah
3. Pola pengeboran diareal terbuka terdiri dari :
 Pola bujur sangkar
 Pola zig-zag bujur sangkar
 Pola persegi panjang
 pola zig-zag persegi panjang
4. Pola pengeboran pada areal dibawah tanah, minimal harus dibuat 2 (dua) bidang bebas
untuk proses pelepasan energi sehingga material ledakan/ batuan akan terlepas atau
terberai dari asalnya lebih bebas dan ringan.
5. Untuk membuat 2 bidang bebas atau lebih dapat dilakukan dengan model :
 Center cut atau piramid/ diamond cut
 Wedge cut, disebut juga v-cut
 Drag cut atau pola kipas
 Bum cut dapat disebut cylinder cut
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

Bab 4
1. Pemilihan alat bor tergantung dari beberapa faktor antara lain : keadaan lokasi
pengeboran (daerah), derajat pemecahan, ukuran dan sifat permanen sumber batu, serta
derajat pemecahan atau peretakan formasi
2. Pada kegiatan operasional pengeboran harus tersedia utilitas dan fasilitas pendukung
antara saluran induk udara, pelumasan dan saluran air untuk pengeboran basah.
Pelatihan Ahli Peledakan Pekerjaan Konstruksi Pola Pengeboran

DAFTAR PUSTAKA

1. Modul-modul Pelatihan : Juru Ledak Penambangan Bahan Galian, PUSDIKLAT


Teknologi Mineral dan Batubara, Badan Diklat Energi dan Sumber Daya Mineral,
Departemen ESDM (Energi dan Sumber Daya Mineral)

2. Sugiri : Penambangan Batu dari Gunung, Proyek Diklat Bina Marga Ditjend Bina Marga
Departemen Pekerjaan Umum, Jakarta, 1976

3. Anon, 1988, ANFO Type Blasting Agents, ICI Australia Operation, Pty. Ltd. Explosive
Division, 10 p.

4. Anon., 1980, Blasters’ Handbook, Du Pont, 16th ed, Sales Development Section,
Explosives Products Division, E.I. du Pont de Nemours & Co.(Inc), Wilmington,
Delaware, pp. 31 – 86.

5. Anon, 1988, Blasting Explosives and Accessories, ICI Australia Operation, Pty. Ltd.
Explosive Division, pp. 1 – 17.

6. Anon, 2001, Technical Information, Dyno Nobel.

7. Anon, 1988, Technical Information, Dyno Westfarmer.

8. Anon, 2004, Technical Information, PT. Dahana, Indonesia.

9. Gustafsson, Rune, Blasting Technique, Dynamit Nobel Wien, Austrian Edition, 1981

10. Gutafsson, R, 1973, Swedish Blasting Technique, Gothenburg. Sweden, pp. 15 - 30.

11. Jimeno, C.L., Jimeno, E.L., and Carcedo, F.J.A 1995, Drilling and Blasting of Rocks,
A.A. Balkema, Rotterdam, Brookfield, Netherlands. Pp. 98 - 122.

12. Manon, J.J., 1978, Explosives: their classification and characteristics. E/MJ Operating
Handbook of Underground Mining, New York, USA. pp. 76 - 80.

13. White, T. E and Robinson, P, 1988, Modern Commercial Explosives & Accessories,
“Explosives Engineering Handbook”, Institute of Explosives Engineers, pp. 3 –11.

Anda mungkin juga menyukai