Anda di halaman 1dari 21

Referat

PEMERIKSAAN GINEKOLOGI

Oleh :
Asmaul Husna 1840312648

Shylvia Helmanda 1840312714

Pembimbing :
Prof. Dr. dr. Hj. Yusrawati, Sp.OG (K)

BAGIAN OBSTETRI DAN GINEKOLOGI

FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS ANDALAS

RSUP. DR. M. DJAMIL PADANG

2020
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Pemeriksaan ginekologi merupakan suatu prosedur klinik yang dilakukan


secara bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,
Pemeriksaan ginekologi berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada
tidaknya kelainan pada bagian tersebut. Pemeriksaan ini merupakan rangkaian dari
suatu prosedur pemeriksaan yang lengkap sehingga hasil pemeriksaan ini terfokus
pada tampilan genitalia eksterna dan upaya untuk mengetahui arah, besar, konsistensi
uterus dan serviks, kondisi adneksa, parametrium dan organ-organ disekitar genitalia
interna (rongga pelvik).1
Pemeriksaan ginekologik pada seorang perempuan memerlukan perhatian
khusus dari dokter pemeriksa. Perempuan cenderung menunjukkan gejala kecemasan,
kegelisahan, rasa takut dan rasa malu. Oleh karena itu diperlukan pengertian
(simpati), kesabaran dan sikap yang menimbulkan kepercayaan dari pemeriksa..
Untuk mengurangi rasa malu hendaknya anamnesis tanpa hadirnya orang lain, waktu
melakukan pemerisaan hendaknya dibantu perempuan, misal suster.2
Organ reproduksi perempuan sangat rentan untuk terserang penyakit yang
berbahaya, terutama jika terlambat dideteksi. Maka dari itu pentingnya deteksi dini.
Simpatomatologi penyakit ginekologi berkisar 3 gejala pokok. Yaitu perdarahan,
rasa nyeri dan benjolan. Oleh karena itu, pemeriksaan ginekologi sangat penting
dilakukan, dan akan sangat baik apabila dilakukan secara berkala dan rutin.
1.2 Tujuan Penulisan
Case Report Session ini bertujuan untuk mengetahui mengenai pemeriksaan
ginekologi.
1.3 Metode Penulisan
Penulisan Case Report Session ini menggunakan tinjauan kepustakaan yang
merujuk kepada berbagai literatur

2
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara


bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,
berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada
bagian tersebut. Anamnesis merupakan kunci keberhasilan diagnosis dan tatalaksana.
Beberapa peneliti penyebutkan bahwa anamnesis yang tepat akan mengarahkan ke
anamnesis dan tatalaksana yang tepat, bahkan dapat mengidentifikasi 90% penyakit.3

2.1. ANAMNESIS 1,4


Dalam anamnesis, pasien perlu diberi kesempatan untuk menyampaikan
keluhan-keluhannya secara spontan, lalu kemudian ditanyakan mengenai gejala-
gejala tertentu yang mengarah kesuatu diagnosis.2

1. Identitas pasien 3
Umumnya yang ditanyakan adalah usia pasien, status pernikahan, dan pekerjaan.
2. Keluhan Utama2,3
a. Perdarahan
Perdarahan yang bersifat tidak normal sering dijumpai. Oleh Karena
itu, perlu ditanyakan apakah perdarahan ada hubungannya dengan siklus haid
atau tidak, banyaknya dan lama perdarahan. Apakah sedang mengalami
menoragia, hipermenorea, polimenorea hipomenorea, oligomenorea atau
metroragia.
Perdarahan yang didahului dengan haid yang terlambat biasanya
disebabkan abortus, kehamilan mola, atau kehamilan ektopik. Tetapi
kemungkinan perdarahan karena polip, erosi portio dan karsinoma serviks
tidak dapat disingkirkan begitu saja tanpa pemeriksaan yang teliti.
Perdarahan sewaktu atau setelah koitus merupakan gejala karsinoma
servik uteri atau bisa juga karena polips servik uteri, erosi porsio uteri atau

3
vulnus traumatikum postkoitum (hymen robek disertai perdarahan dari arteri
kecil dari koitus pertama atau pada permukaan forniks posterior.
Perdarahan saat menopause perlu dipertimbangkan adanya
kegasanasan dari genitalia perempuan. Metroragia merupakan gejala penting
dari karsinoma serviksa dan kasrsionam korpus uteri. Selain itu perdarahan
monopouse dapat juga disebabkan oleh karunkula uretralis, vaginitis, polips
serviks uteri atau erosi portio.
b. Fluor albus (leukorea)
Leukorea sering mengganggu penderita baik fisik atau mental. Sifat
dan banyaknya keputihan bisa memberi petunjuk etiologinya. Hal yang perlu
ditanyakan adalah sudah berapa lama keluhan itu, terus-menerus atau pada
waktu-waktu tertentu, banyaknya, warnanya, baunya disertai rasa gatal/nyeri
atau tidak.
Secara fisiologik dapat dijumpai pada waktu ovulasi, waktu menjelang
dan setelah haid, rangsangan seksual, atau dalam kehamilan. Tetapi, bila
wanita merasa terganggu, berganti celana beberapa kali sehari, disertai
gatal/nyeri merupakan tanda-tanda keadaan yang patologis.
Sebagai contoh yaitu fluor albus karena trikomoniasis dan kandidiasis
maupun diabetes mellitus umumnya terasa gatal.
c. Rasa nyeri
Nyeri di perut, panggul, pinggang atau alat kelamin luar dapat
merupakan gejala kelainan ginekologik. Dalam penilaian derajat nyeri,
diperlukan keterampilan dari dokter dalam membedakan nyeri yang
sebenarnya tau nyeri berupa pura-pura (simulasi) untuk menarik perhatian.
Dismenorea dapat dirasakan di perut bawah atau di pinggang, bersifat
seperti mulas-mulas, ngilu atau ditusuk-tusuk. Endometriosis hampir selalu
disertai dismenorea. Dispareuni yaitu rasa nyeri waktu bersenggama dapat
disebabkan kelainan organik atau faktor psikologik. Sebab-sebab organik
seperti introitus vagina atau vagina terlampau sempit, peradangan atau
perlukaan.

4
Nyeri perut dapat disebabkan kelainan letak uterus, neoplasma,
peradangan. Nyeri pinggang bagian bawah diderita oleh wanita yang
mengalami parametritis akibat fibrosis di ligamentum kardinal dan
sakrouterinum.
Anamnesis nyeri dapat sangat kompleks meliputi lamanya, terus
menerus atau berkala, rasa nyerinya (ditusuk-tusuk atau mules atau ngilu),
hebatnya, lokasinya dan faktor yang memperberat serta yang mengurangi rasa
nyeri.
d. Miksi
Kelainan dalam miksi sering menyertai kelainan ginekologik. Keluhan
biasanya berupa inkontinensia, nokturia, oliguria/anuria, makrohematuria,
disuria dan hesitancy (ketidak mampuan dalam memulai miksi). Hal yang
perlu ditanyakan adalah rasa nyeri waktu kencing, seringnya kencing, retensio
urine, kencing tidak lancar atau tidak tertahan. Penderita uretritis dan sistitis
merasa nyeri waktu kencing atau sesudah kencing disertai pula rasa tidak enak
atau nyeri didaerah simfisis. Retensio urine dijumpai pada retrofleksi uteri
gravid inkarserata pada kehamilan 16 minggu, mioma uteri dan kista ovarii
besar. Inkontensia urine merupakan fistula vesikovaginalis. Apabila fistulanya
kecil, penderita baru ngompol kalau kandung kemihnya penuh.
Sering buang air kecil dapat dijumpai saat hamil tua atau pasien
prolaps uteri dengan tekanan intraabdominal yang meningkat.
e. Defekasi
Beberapa penyakit yang berasal dari rectum dan kolon sigmoid sering
menimbulkan kesulitan dalam diagnosis penyakit ginekologik. Hal yang perlu
ditanyakan adalah apakah ada kesulitan defekasi, apakah defekasi disertai rasa
nyeri ataukah beraknya encer disertai lendir, nanah, atau darah.
3. Riwayat pernikahan (berapa dan tahun)
4. Riwayat Obstetrik
Hal yang perlu ditanyakan adalah riwayat kehamilan-kehamilan
sebelumnya, abortus, persalinan normal, operasi, anak hidup atau tidak. Infeksi

5
nifas dan kuretase dapat menjadi sumber infeksi panggul menahun dan
kemandulan,gangguan haid.
5. Riwayat Ginekologi
Riwayat penyakit/kelainan ginekologik serta pengobatannya dapat
memberi keterangan penting terutama operasi yang telah dialami.
6. Riwayat Haid
Perlu diketahui menarche, siklus haid teratur atau tidak, banyak darah
yang keluar waktu haid, lamanya haid, disertai nyeri atau tidak dan menopause,
apakah haid penderita terlambat atau mengalami amenorea.
7. Riwayat Penyakit Dahulu
Hal yang perlu ditanyakan adalah kondisi kesehatan sebelumnya, apakah
pernah menderita tromboemboli, kelainan darah, diabetes, hipertensi, tuberculosis
dan lainnya. Pernah atau tidaknya tes HIV juga perlu ditanyakan untuk kebutuhan
konseling. Riwayat penggunaan obat-obatan, nikotin dan alcohol perlu ditanyakan
juga.
8. Riwayat penyakit keluarga

2.2 Pemeriksaan Fisik1,2


1. Pemeriksaan Umum
Pemeriksaan ginekologik harus lengkap, karena dari pemeriksaan umum
sering didapat keterangan-keterangan yang menuju diagnosis. Pada pemeriksaan
fisik, inspeksi harus dilakukan sejak pasien masuk ke dalam kamar periksa.
Keadaan umum pasien, postur dan kesadaran harus diinspeksi dengan akurat.
Pemeriksaan fisik umum harus dilakukan untuk memperoleh data mengenai tanda
vital, kondisi organ vital (jantung dan paru), tanda anemia serta kelainan organ
lain dari kepala hingga kaki. Berilah perhatian khusus terhadap tanda yang
berhubungan dengan kelainan ginekologi serta organ yang memiliki hubungan
terdekat dengan kelainan ginekologi.4
Apakah penderita terlampau gemuk (obesitas), atau terlampau kurus
(cachexia), dan sudah berapa lama keadaan demikian. Dilakukan pemeriksaan

6
secara sistematik mulai dari ujung kepala hingga ujung kaki. Kalau perlu
dilengkapi dengan pemeriksaan laboratorium, miksal Hb, leukosit, laju endap
darah, pemeriksaan air kencing, dll.
2. Pemeriksaan Payudara
Mempunyai arti penting karena berhubungan dengan diagnostik kelainan
endokrin, kehamilan dan karsinoma mammae. Pemeriksaan dilakukan dengan
inspeksi dan palpasi.

Gambar 2.1 Inspeksi pada payudara

Gambar 2.2 Palpasi payudara

3. Pemeriksaan abdomen
Penderita harus tidur telentang dan tenang
 Inspeksi.
Perhatikan bentuk, pembesaran/cekungan, pergerakan pernapasan, kondisi
kulit, dan parut operasi .Masing masing kelainan memberikan petunjuk apa yang

7
harus diperhatikan misalnya pembesaran kedepan dengan batas jelas nisa
kehamilan atau tumor. Atau pembesaran kesamping bisa curigai ada cairan bebas
disebut asites.

Gambar 2.3 perbesaran perut kedepan dengan batas tegas dapat pada kehamilan
atau tumor

Gambar 2.4 pembesaran perut kesamping tanda adanya cairan bebas (asites)

 Palpasi.
Sebelum pemeriksaan dilakukan, harus yakin bahwa kandung kemih dan
rektum kosong karena kandung kemih penuh teraba seperti kista dan rektum terisi
menyulitkan pemeriksaan. Kalau perlu pasien BAK/BAB terlebih dahulu atau
dilakukan kateterisasi atau diberi klisma. Jelaskan pemeriksaan pada penderita.
Kedua tungkai ditekuk sedikit dan disuruh bernafas dalam. Palpasi abdomen

8
dengan seluruh telapak tangan dan jari-jari dari atas atau daerah yang tidak
dikeluhkan nyeri.
Pada pemeriksaan tumor, jelaskan besarnya, batasna dan dapat digerakkan
atau tidakdan konsistensi. Konsistensi dapat padat kenyal, padat lunak dan padat
keras.tumor padat kenyal dan berbenjol-benjol biasanya mioma uteri.

 Perkusi.
Dapat ditentukan pembesaran yang disebabkan tumor atau cairan bebas
dalam rongga perut. Pada tumor, perkusi pekak terdapat di bagian menonjol saat
pasien tidur telentang. Daerah pekak ini tidak akan berpindah walaupun pasien
dipindah baringkan. Perkusi pada cairan bebas. Cairan mengumpul pada bagian
yang paling rendah, sedang usus-usus mengambang di atasnya. Apabila pasien
telentang, maka perkusi timpani di bagian atas perut melengkung ke ventral dan
pekak sisi kanan dan kiri. Keadaan berubah bila pasien berbaring miring ke
kanan, cairan berpindah dan mengisi bagian kanan dan ventral. Daerah timpani
pun berpindah tempat. Tumor yang disertai dengan cairan bebas menunjuk ke
arah keganasan.

 Auskultasi.
Detak jantung dan gerakan janin terdengar pada kehamilan yang cukup
tua, sedang bising uterus dapat terdengar pada uterus gravidus dan mioma uteri
yang besar. Bising usus penting untuk diagnostik peritonitis dan ileus.

2.3 Pemeriksaan Ginekologik


Status ginekologik yaitu catatan-catatan dan hasil pemeriksaan yang diperoleh
dengan cara khusus (pemeriksaan ginekologik). Agar hasilnya baik, pasien harus
berbaring dalam posisi tertentu dan diperlukan alat-alat tertentu. Ada 3 posisi pasien:1

 Posisi litotomi
Diperlukan meja ginekologi dengan penyangga kedua tungkai. Pasien
berbaring diatasnya sambil lipat lutunya diletakkan pada penyangga dan
tungkainya fleksi santai sehingga berbaring dengan posisi mengangkang.

9
Dengan penerangan yang memadai, vulva, anus, dan sekitarnya tampak jelas
dan pemeriksaan bimanual dan spekulum dapat dilakukan dengan mudah.
Pemeriksa berdiri atau duduk didepan vulva. Pemeriksaan inspekulo
sebaiknya duduk dan pemeriksaan bimanual sebaiknya berdiri. Pemeriksaan
bimanual bisa juga tanpa meja ginekologik. Pasien tidur telentang sambil
kedua tungkai dilipat lutut dan agak mengangkang. Pemeriksa berdiri di
sebelah kanan pasien, sambil 2 jari tangan dimasukkan ke dalam vagina dan
tangan kiri diletakkan di perut.

2.5 Gambar Posisi Litotomi


 Posisi miring
Penderita diletakkan di pinggir tempat tidur miring ke sebelah kiri,
paha dan lututnya ditekuk dan kedua tungkai sejajar.

Gambar 2.6 Posisi Miring

10
 Posisi Sims
Posisi hampir sama dengan letak miring, hanya tungkai kiri hampir
lurus, tungkai kanan ditekuk ke arah perut dan lututnya diletakkan pada alas,
sehingga panggul membentuk sudut miring dengan alas, lengan kiri di
belakang badan dan bahu sejajar dengan alas. Penderita berbaring setengah
tengkurap.

Gambar 2.7 Posisi Sims


Alat-alat dan perlengkapan:1
1. Sarung tangan
2. Spekulum Sims dan cocor bebek
3. Cunam kapas untuk membersihkan vagina dan porsio uteri
4. Kateter Nelaton dan logam
5. Kapas sublimat atau lisol
6. Kaca benda untuk pemeriksaan gonorea dan sitologi vaginal
7. Spatel ayre dan etil alkohol 95% untuk sitologi vaginal
8. Kapas lidi untuk pemeriksaan gonorea, trikominiasis dan kandidiasis
9. Botol kecil berisi larutan fisiologis
10. Tenekulum
11. Sonde uterus
12. Cunam biopsi
13. Mikrokuret
14. Gunting

11
Pemeriksaan yang dilakukan:

a. Pemeriksaan genitalia eksterna


Dengan litotomi genitalia eksterna tampak jelas. Perhatikan bentuk, warna,
dan pembengkakan dari genitalia eksterna, perineum, anus, dan sekitarnya.
Apakah ada darah atau fluor albus. Apakah himen masih utuh, klitoris masih
normal, dan juga pertumbuhan rambut pubis.1,2
Selain itu juga dilakukan perabaan glandula Bartholini dengan jari-jari dari
luar kemudian diteruskan dengan perabaan antara 2 jari di dalam vagina dan ibu
jari diluar. Dicari apakah ada Bartholinitis, abses, atau kista. Dalam keadaan
normal kelenjar Bartholin tidak dapat diraba

b. Pemeriksaan dengan spekulum


Pemeriksaan ini dilakukan dengan menggunakan spekulum dan hanya
dilakukan apabila pasien telah menikah atau pernah melakukan koitus. Spekulum
yang sering digunakan adalah spekulum Sims atau Graeves. Spekulum Sims
memberikan visualisasi yang lebih baik, tetapi harus menggunakan 2 tangan,
sementara Graeves hanya membutuhkan 1 tangan, sementara tangan lainnya dapat
melakukan hal lain. Pada beberapa keadaan, Sims dapat digunakan dengan
bantuan orang lain.
Pemasangan spekulum adalah benar apabila serviks terlihat dengan jelas.
Bila serviks terhalang discharge, bersihkan dengan menggunakan cairan saline
atau cairan disinfektan. Sebelumnya, perhatikan discharge, dan catat jumlah,
konsistensi, warna dan baunya. Setelah serviks tervisualisasi dengan jelas,
lakukan assessment terhadap serviks secara hati-hati tentang, antara lain, warna
mukosanya (hiperemia, anemia, livide) serta abnormalitas seperti erosi,
ektropion, laserasi, sikatrik, granulasi, teleangiektasi, polip dan tumor. Setelah
pemeriksaan selesai, spekulum ditarik secara perlahan dan memutar untuk
memungkinkan inspeksi dinding vagina, dengan menandai warna, petechiae,
varises, granulasi, ulserasi, ulkus, fistula, aksentuasi yang disebabkan oleh
kelemahan dinding vagina (sistokel dan rektokel) dan tumor.

12
Gambar 2.8 Inspekulo

Gambar 2.9 Macam-macam Porsio

c. Pemeriksaan dalam (vaginal touché)


Himen yang masih utuh atau kaku merupakan kontraindikasi untuk
dilakukan pemeriksaan dalam pervaginam. Jika tidak, sebaiknya 2 jari
dimasukkan ke dalam vagina. Diperiksa apakah intoitus vagina dan vagina
sempit atau luas, apakah dinding vagina licin atau kasar, apakah teraba polip,
tumor atau benda asing, apakah ada kelainan bawaan apakah puncak vagina
teraba kaku oleh jaringan parut atau karsinoma servisis uteri.1,2
Juga dilakukan perabaan kavum Douglas dengan menempatkan ujung jari
di forniks posterior. Penonjolan forniks posterior dapat disebabkan oleh :1
a. Terkumpulnya feses/skibala di dalam rektosigmoid

13
b. Korpus uterus dalam retrofleksio
c. Abses di kavum Douglas
d. Hematokel retrouterina pada kehamilan ektopik terganggu
e. Kutub bawah tumor ovarium atau mioma uteri
f. Tumor rektosigmoid

Perabaan serviks dan tentukan:1


 Arah porsio
Apabila uterus dalam anteversiofleksio, maka porsio bagian depanlah yang
teraba lebih dahulu oleh jari karena portio menghadap agak kebelakang.
Sebaliknya pada uterus dalam letak retroversiofleksio, portio bagian belakang
atau ostium uteri eksternum yang teraba lebih dahulu karena portio
menghadap kedapan.
 Bentuk, apakah bulat atau terbelah melintang
Pada nullipara portio bentuknya konis atau silindris dan ostium uteri
eksternum kecil dan bulat. Setelah terjadi robekan pada persalinan, portio
menjadi lebih besar dan mempunyai bentuk lain, yaitu yang lazim disebut
terbelah melintang dan terdiri dari bibir depan dan bibir belakang.
 Besarnya dan konsistensi serviks
Gadis muda mempunyai portio yang masih kecil kira-kira sebesar ujung jari
kelingking atau lebih kecil lagi dan berbentuk konis. Pada multipara portio
dapat mencapai sebesar ibu jari. Apabila portio lebih besar lagi maka
kemungkinan neoplasma harus dipertimbangkan, misalnya mioma atau
karsinoma eksofitik. Konsistensi servik yang normal kenyal dan elastis teraba
seperti buah rambutan yang telah dikupas kulitnya. Mioma teraba kenyal
keras, sedang karsinoma teraba keras apabila masih kecil dan rapuh apabila
sudah besar.
 Apakah kanalis servikalis dapat dilalui oleh jari, terutama ostium uteri
internum. Dalam menghadapi kehamilan muda dengan perdarahan selalu
harus diperiksa apakah kanalis servikalis tertutup atau terbuka.

14
d. Pemeriksaan Bimanual
Pemeriksaan genitalia interna dilakukan dengan kedua tangan, 2 atau 1 jari
dimasukkan dalam vagina atau satu jari ke dalam rektum, sedang tangan lain
diletakkan di dinding perut. Untuk memperoleh hasil yang baik, penderita
berbaring dalam letak litotomi, kemudian pasien diberitahu, pasien harus
santai, tidak boleh meregangkan perutnya. Pemeriksa memakai sarung tangan
dan berdiri atau duduk di depan vulva.1

Gambar 2.10 Pemeriksaan Bimanual

Perabaan korpus uteri


Pemeriksaan dilakukan bimanual. Mula-mula jari-jari dimasukkan
sedalam-dalamnya. Pada uterus dalam anteversiofleksio ujung jari ditempatkan
di forniks anterior dan mendorong lekukan uterus keatas belakang. Lalu tangan
luar ditempatkan diperut bawah tidak langsung diatas simfisis, melainkan agak
keatas atau lebih jauh lagi keatas. Dipegang fundus uteri dan permukaan
belakang korpus. Dengan demikian korpus dicekap betul antara kedua tangan
dengan tangan luar mendorong korpus kebawah dan dari belakang kedepan.1,2,3
Yang harus diperhatikan pada perabaan bimanual secara berturut-turut :1
o Letaknya: anteversiofleksio, retroversiofleksio, anteversio, retroversion, atau
lurus.
o Bentuknya. Bentuk uterus bulat agak lonjong dengan fundus uteri lebih
besar daripada bagian bawah.
o Besarnya dan konsistensinya. Uterus wanita sebesar telur ayam dan kenyal.
Pembesaran uterus dapat disebabkan oleh kehamilan dan neoplasma.
15
o Permukaannya. Permukaan uterus biasanya rata, termasuk uterus gravidus
dan uterus dengan karsinoma korporis uteri. Permukaan yang tidak rata dan
berbenjol-benjol menunjuk kearah mioma uteri.
o Gerakannya. Uterus normal dapat digerakkkan dengan mudah kesegala arah.

Perabaan parametrium dan adneksum1


Jari-jari dimasukkan sedalam-dalamnya, jikalau perlu perineum didorong
kedalam sehingga ujung jari bias mencapai 2-5 cm lebih dalam. Pemeriksaan
sebaiknya dimulai disisi yang tidak terasa nyeri atau yang tidak ada tumornya.
Parametrium dan tuba normal tidak teraba. Ovarium normal hanya dapat diraba
pada wanita kurus dengan dinding perut yang lunak, besarnya seperti ujung jari
atau ujung ibu jari dan kenyal. Setiap kali parametrium dan atau tuba dapat
diraba berarti suatu kelainan.1
Penebalan parametrium sampai ketulang panggul yang disertai rasa nyeri
merupakan gejala parametritis. Pada karsinoma servisis uteri, penebalan
parametrium tidak disertai rasa nyeri.Pembesaran ovarium dapat disebabkan oleh
peradangan, retensi dan neoplasma. Pada pelvio peritonitis daerah sekitar uterus
teraba sebagai tahanan lunak tanpa batas-batas yang jelas dan sangat nyeri. Juga
gerakan portio dirasakan nyeri. Pada abses douglas dan hematoma retrouterina
teraba tahanan lunak dikavum douglas dengan batas-batas yang lebih jelas.1

Gambar 2.11 pemeriksaan adneksa

16
e. Pemeriksaan Rektal
Dilakukan pada: 1
o Wanita yang belum pernah bersetubuh
o Pada kelainan bawaan seperti atresia himenalis atau atresia vaginalis,
o Hymen rigidus
o Vaginismus.

Gambar 2.12 pemeriksaan rektal


Pemeriksaan dalam narcosis
Pemeriksaan vaginoabdominal dan pemeriksaan in speculum perlu/harus
dilakukan dalam narcosis: 1
 Pada anak kecil
 Pada virgo dengan introitus vagina yang sempit atau pada hymen rigidus
 Vaginismus
 Apabila penegangan perut oleh penderita tidak dapat dihilangkan
 Apabila pada pemeriksaan biasa tanpa narcosis tidak diperoleh keterangan
yang cukup jelas.

Pemeriksaan Khusus
 Pemeriksaan labor biasa
Kadar Hb diperiksa pada wanita yang tampak pucat mengalami perdarahan,
pada wanita hamil, dan pada persangkaan kehamilan ekstrauterin terganggu.
Jumlah leukosit dan laju endap darah perlu diperiksa pada proses peradangan. Air
17
kencing diperiksa pada setiap wanita hamil (proteinuri) dan pada persangkaan
kelainan saluran kencing (sedimen).1
 Pemeriksaan sekret vulva dan vagina
Dilakukan terutama pada keluhan leukorea. Getah uretra diambil dari
orifisium urethrae eksternum dan getah servik dari ostium uteri eksternum. 1

 Pemeriksaan sitologi vagina


Bahan diambil dari dinding vagina atau dari serviks. Pemeriksaan sitologi
vagina dilakukan untuk kepentingan diagnosis dini karsinoma servisis uteri dan
karsinoma korporis uteri. Selain itu pemeriksaan sitologi vaginal dapat juga
dipakai untuk secara tidak langsung mengetahui fungsi hormonal.1

 Percobaan schiller
Apabila permukaan portio dipulas dengan larutan lugol, maka epitel portio
yang normal menjadi berwarna coklat tua, sedangkan daerah yang tidak normal
berwarna kurang coklat dan tampak pucat.1

 Kolposkopi
Penderita dalam letak litotomi, lalu dipasang speculum. Portio dibersihkan
dari lendir dengan larutan cuka 2% atau dengan larutan nitras argenti 5% atau
dilakukan percobaan schiller terlebih dahulu. Tampak jelas batas antara epitel
berlapis gepeng dari ektoserviks dan mukosa dari endoserviks. Apabila ada lesi
tampak jelas pula batas antara daerah yang normal dan yang tidak normal. Muara
kelenjar-kelenjar endoserviks dapat dilihat pula, dan dengan kenyataan ini dapat
jelas dibedakan antara erosio dan karsinoma. 1

 Eksisi percobaan dan konisasi


Dilakukan pada setiap portio yang tidak utuh, didahului atau tidak oleh
pemeriksaan sitologi vagina atau kolposkopi. Daerah yang dipotong adalah
perbatasan antara epitel yang tampak normal dan lesi.1

18
 Biopsy endometrium
Dilakukan untuk menentukan ada atau tidak adanya ovulasi. Waktu yang
paling baik ialah hari pertama haid untuk menghindari kemungkinan adanya
kehamilan muda yang tidak disangka.1

 Sonografi transvaginal.
Dipakai untuk memantau pertumbuhan folikel serta pengambilan ovum pada
pasien infertilitas dan merupakan pelengkap bagi sonografi abdominal. Sonografi
transvaginal dapat menilai bentuk, ukuran, dan letak organ/massa, akan tetapi
tidak dapat menilai mobilitas organ/massa tersebut dan tidak dapat dipakai pada
pasien yang masih virgo.1

 Histeroskopi
Dipakai untuk memeriksa rongga uterus, seperti kanalis servikalis, kavum
uteri serta ostium tuba uteri kiri dan kanan. Indikasi pemeriksaan :1
o Perdarahan abnormal dari uterus
o Pemeriksaan infertilitas
o Konfirmasi mioma atau polip endometrium
o Menentukan lokasi AKDR yang tertanam didalam kavum uteri
o Perlekatan dan kelainan kavum uteri
o Pemeriksaan parut uterus setelah tindakan pembedahan, seksio sesarea,
histerotomi dan miomektomi
o Melakukan biopsy intauterin dan lesi endoserviks.

Kontraindikasi pemeriksaan :1
 Perforasi uterus yang baru saja terjadi
 Kehamilan intrauterine dan peradangan pelvis aktif
 Perdarahan uterus yang masih aktif
 Stenosis serviks yang berat dan luas
 Hiperetrofleksi uteri fiksata

19
BAB III

KESIMPULAN
1. Pemeriksaan ginekologi adalah suatu prosedur klinik yang dilakukan secara
bimanual untuk menentukan atau mengetahui kondisi organ genitalia wanita,
berkaitan dengan upaya pengenalan atau penentuan ada tidaknya kelainan pada
bagian tersebut

2. Pemeriksaan yang dilakukan dimulai dari anamnesis, pemeriksaan fisik, dan


pemeriksaan penunjang

3. Pemeriksaan ginekologi dimulai dari inspeksi genitalia eksterna, pemeriksaan


dengan inspekulo, pemeriksaan dalam dan pemeriksaan bimanual

20
DAFTAR PUSTAKA

1. Wiknjosastro H, Saifuddin AB, Raachimhadhi T. Ilmu Kandungan, edisi ke-7,


Yayasan Bina Pustaka Sarwono Prawirohardjo, Jakarta, 2009: 132-163.

2. Mose JC, Alamsyah M, Hudono ST, Handayana, Hadisaputra W. Pemeriksaan


ginekologik dalam Ilmu kandungan edisi ke-3. Jakarta: PT Bina Pustaka
Sarwono Prawirohardjo. 2011: hlm 111-145.
3. Unkels R. Gynecological history taking and examination dalam gynecology for
less-resourced locations. Sapien Publishing. 2012.
4. Yusrawati, Muhammad S. Penuntun Skills Lab Blok 2.3 Reproduksi, edisi ke-3,
Fakultas Kedokteran Universitas Andalas, 2012.

5. Tahir AM, Farid RB, Jusuf EC. Buku Panduan Keterampilan Pemeriksaan
Ginekologi. Fakultas Kedokteran Hasanuddin. 2015

21

Anda mungkin juga menyukai