Anda di halaman 1dari 23

Ketegangan Jelang Prosesi Pemakaman Syuhada Tenggulun

Ahad, 09-11-2008 | 10:16:28 WIB

Setelah jenasah turun dari helikopter, mobil ambulan menjemput untuk mengantar ke rumah keluarga Hj.
Tariyem. Dikawal oleh tiga aparat kepolisian, mobil meluncur tenang disertai hujan gerimis lembut yang
sekali lagi menjadi saksi kebesaran Allah s.w.t. kepada para syuhada ini.

Begitu mendekati rumah, pihak keluarga sudah siap untuk mengambil jenasah dan membawanya ke dalam
rumah. Tiba-tiba aparat Dalmas merangsek masuk untuk ikut dalam prosesi pemakaman jenasah.
Ketegangan pun terjadi. Pasalnya pihak Laskar Umat Islam tak mengijinkan instansi pembunuh Mujahid
ini turut campur. Saling dorong pun tak bisa dihindarkan.

Akhirnya, Laskar Islam berhasil menahan dan mengusir aparat Dalmas yang memaksa merangsek masuk
mendekati rumah, jauh dari pagar batas. Perimeter aman pun dijaga ketat oleh pihak Laskar. Sehingga
pihak keluarga dapat dengan tenang menjalankan prosesi pemakaman dua Syuhada mereka.

Hingga berita ini diturunkan, pihak keluarga masih menunggu kedatangan Ust. Abu Bakar Ba’asyir untuk
memimpin upacara pemakaman. Diketahui pimpinan Jama’ah Anshar Tauhid ini masih dalam perjalanan
menuju Lamongan. (far/rofx/MD)

Surat Wasiat Imam Samudera


Ahad, 09-11-2008 | 10:24:10 WIB

Peka media. Itulah predikat yang pantas untuk disematkan kepada ketiga Mujahid Bali, Imam Samudera,
Amrozi, dan Mukhlaas. Terutama Imam Samudera yang tidak henti-hentinya menggunakan media cetak
dan elektronik untuk menyampaikan pesan-pesan mereka.

Bahkan saat ini, setelah Imam Samudera syahid dibunuh oleh aparat pemerintah, beliau masih memikirkan
untuk membuat surat wasiat yang ditujukan kepada seluruh kaum Muslimin. Surat wasiat ini dibagikan
kepada khalayak ramai yang melayat dan memberi penghormatan terakhir kepadanya di Kampung Lopang
Gede, Kelurahan Lopang, Kecamatan Serang, Banten. Berikut surat wasiat yang dibagikan dalam secarik
kertas HVS.

"Saudara, aku wasiatkan kepada antum dan seluruh umat Islam yang telah mengazzamkan dirinya kepada
jihad dan mati syahid untuk terus berjihad dan bertempur melawan setan akbar, Amerika dan Yahudi
laknat.

Saudaraku, jagalah selalu amalan wajib dan sunnah harian antum semua. Sebab dengan itulah kita
berjihad dan sebab itulah kita mendapat rizki mati syahid. Janganlah anggap remeh amalan sunnah akhi,
sebab itulah yang akan menyelamatkan kita semua dari bahaya futur dan malas hati.

Saudaraku, jagalah salat malammu kepada Allah Azza Wajalla. Selalulah isi malam-malammu sujud
kepada-Nya dan pasrahkan diri antum semua sepenuhnya kepada kekuasaannya. Ingatlah saudaraku,
tiada kemenangan melainkan dari Allah semata.

Kepada antum semua yang telah mengikrarkan dirinya untuk bertempur habis-habisan melawan anjing-
anjing kekafiran, ingatlah perang belum usai. Janganlah takut cercaan orang-orang yang suka mencela,
sebab Allah di belakang kita. Janganlah kalian bedakan antara sipil kafir dengan tentara kafir, sebab yang
ada dalam Islam hanyalah dua, adalah Islam atau kafir.

Saudaraku, jadilah hidup antum penuh dengan pembunuhan terhadap dengan orang-orang kafir. Bukanlah
Allah telah memerintahkan kita untuk membunuh mereka semuanya, sebagaimana mereka telah
membunuh kita dan saudara kita semuanya. Bercita-citalah menjadi penjagal orang-orang kafir. Didiklah
anak cucu antum semua menjadi penjagal dan teroris bagi seluruh orang-orang kafir. Sungguh saudaraku,
predikat itu lebih baik bagi kita daripada predikat seorang muslim, tetapi tidak peduli dengan darah
saudaranya yang dibantai oleh kafirin laknat. Sungguh gelar teroris itu lebih mulia daripada gelar ulama.
Namun mereka justru menjadi penjaga benteng kekafiran."(far/MD)

1
Mendung Dan Bunyi Petir Iringi Pemakaman Imam Samudra
Ahad, 09-11-2008 | 11:04:36 WIB

Cuaca mendung dan bunyi petir mengiringi pemakaman Imam Samudra di TPU Lopang Gede, Serang,
Banten. Sekitar pukul 10.30 WIB, Ahad (9/11), jenazah Imam Samudra ditutup tanah merah.
"Allahu akbar, Lailahaillallah," diteriakkan ratusan pelayat yang sebagian besar dari Jamaah Ansharut
Tauhid, Forum Umat Islam, dan FPI.
Bahkan cercaan dan makian terhadap polisi sempat dilontarkan. "Jangan sampai jenazah disentuh polisi.
Polisi kafir," teriak beberapa pelayat.
Tak berapa lama berselang setelah liang lahat selesai ditutup, tampak ibunda Imam Samudra, Embay
Badriah keluar dari kerumunan dan bergegas pulang ke rumahnya. Kesedihan tampak menggurat di wajah
tuanya.
Prosesi pemakaman Imam Samudra selesai sekitar pukul 11.00 WIB, Ahad (9/11). Tak seperti lazimnya
kuburan pada umumnya, makam Imam Samudra tak diberi nisan penanda.
Di atas tanah merah penutup makam Imam Samudra, hanya tampak setangkai batang daun yang
ditancapkan. Tidak tampak ada pembatas. Puluhan pelayat yang datang terlambat menyempatkan diri
menggelar shalat jenazah di atas kuburan.
Saat akan mengakhiri prosesi pemakaman, seorang pelayat mengingatkan wasiat Imam Samudra. "Jika
ingin masuk surga laksanakan wasiat Imam Samudra," ucap orang tersebut yang kemudian disambut
teriakan takbir.
Tak berapa lama kemudian, ratusan massa yang berkerumun di sekitar makam berangsur-angsur bubar.
Penjagaan polisi yang semula ketat tidak terlihat lagi. (fkr/inlh)

Wasiat Amrozi dan Ustadz Mukhlas


Ahad, 09-11-2008 | 11:05:11 WIB

Saat ini pihak keluarga telah selesai memeriksa kondisi jenasah syuhada Amrozi dan Mukhlaas. Ustad
Ja’far sebagai perwakilan keluarga memberikan keterangan kepada para pelayat dan pendukung Amrozi
akan wasiat yang diberikan oleh syuhada berdua yang sekaligus menjadi urut-urutan prosesi pemakaman
untuk hari ini (Ahad, 9/11).

Berikut wasit Amrozi dan Ustad Mukhlas:


Jenasah meminta untuk dibawa kerumah agar diurus oleh keluarga.
Kemudian jenasah dibawa untuk disholatkan di masjid Al Muttaqin, yang berdekatan dengan rumah
syuhada, yang dipimpin oleh Ulama Umat Islam, dalam hal ini dipimpin oleh pimpinan Jama’ah Anshar
Tauhid, Ustad Abu Bakar Ba’asyir.
Kemudian dibawa ke masjid pondok Al Islam untuk memberi kesempatan kepada takziyin yang belum
sempat mensholatkan.
Baru kemudian jenasah dimakamkan di tanah keluarga yang berjarak sekitar 200 meter kearah timur dari
pondok Al Islam Lamongan.

Hingga kini Ustadz Abu Bakar Ba’asyir yang didaulat oleh keluarga menjadi imam sholat jenazah masih
dalam perjalanan dari Jember menuju kediaman syuhada Tenggulun ini.(far/rofx/MD)

Amnesti International Sesalkan Eksekusi Mati


Ahad, 09-11-2008 | 11:32:04 WIB

Pahlawan kesiangan. Kalimat itu pantas disematkan kepada organisasi Internasioanl ini, Amnesti
International. Kelompok hak asasi manusia yang bermarkas di London ini mengutuk dan mengatakan
bahwa hukuman mati merupakan pelanggaran hak asasi manusia. Meski mereka mengutuk aksi yang
dilakukan Imam Samudera dan kawan-kawan, namun mereka juga menolak keras eksekusi hukuman mati
terhadap mereka, Ahad sekitar pukul 00.15 WIB.
Hal aneh kemudian langsung menyeruak. Pertanyaannya, kemana mereka selama ini. Padahal vonis
hukuman mati telah lama didengungkan. Tidak ada suara atau tekanan dari organisasi internasional ini.
Padahal mereka melakukan upaya sungguh-sungguh dan sepenuh hati jika itu menyangkut kepentingan
Barat.
Sikap yang sama juga ditunjukkan oleh pemerintah yang dikenal menjadi anjing penjaga Amerika wilayah
Asia Tenggara, Australia. Pemerintahan benua Kangguru ini berharap Indonesia tidak lagi menjalankan
eksekusi hukuman mati, dan menganggap bahwa hukuman itu melanggar hak asasi manusia. Padahal
sebelumnya pemerintah Australia mendesak keras agar eksekusi hukuman mati segera dijalankan untuk
2
menenangkan warganya. Bahkan desas-desus di kalangan jurnalis mengatakan bahwa dana sebesar Rp. 3
milyar digelontorkan kepada aparat penegak hukum untuk menjalankan agenda pembunuhan kepada trio
mujahid Bali.
Penolakan pemerintah Australia patut dicurigai, sebab saat ini ada beberapa warganya yang telah divonis
mati atas kasus narkoba yang menunggu agenda pelaksanaannya. Padahal jelas-jelas ketiga warga
Kangguru ini telah merugikan Indonesia dengan menggelar transaksi barang haram melalui pintu Bali dan
tempat wisata lainnya.
Hal senada dengan pemerintah Australia ditegaskan oleh Direktur Asia-Pasifik Amnesti International, Sam
Zarifi, bahwa ketiga orang itu telah "melakukan kekejaman yang luar biasa," namun dengan menjalankan
hukuman mati keatasnya yang disetujui oleh negara merupakan pelanggaran hak asasi manusia untuk
menumpas pelanggaran hak asasi lainnya.
Tapi penyesalan Amnesti Internasional maupun pemerintah Australia jelas dimaksudkan bukan untuk
kebaikan pemerintah Indonesia, namun untuk kepentingan sekulerisasi dan liberalisasi di Indonesia dengan
produk budaya mereka. (far/MD)

Warning Australia, Tak Punya Firasat Lebaran Terakhir


Trio terpidana mati bom Bali I, Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas, mengaku tak
gentar pada hukuman mati. Mereka juga tak yakin akan benar-benar dieksekusi tahun ini seperti yang
dijanjikan Kejaksaan Agung.
Berikut wawancara khusus wartawan Jawa Pos Farouk Arnaz, bergantian dengan CNN dan SCTV, di
Lapas Batu Nusakambangan. Wawancara dilakukan pada hari pertama Lebaran (Rabu, 1 Oktober), usai
salat id.
Bagaimana kabarnya?
Amrozi (A): Semakin baik, semakin gemuk, senantiasa gembira, dan kalau ada kesempatan mau nikah lagi.
Jatah saya kan empat, ini baru dua. Semua baik-baik saja. Cuma bedanya, di sini tidak boleh kumpul
dengan (kedua) istri saya -Siti Khoiriyah dan Rohmah. Di dalam sini juga tidak ada yang pernah sakit.
Alhamdulillah. Puasa Daud juga jalan terus. (Selama ditahan, Amrozi cs tidak memakan nasi jatah lapas.
Mereka menganggapnya haram karena berasal dari pemerintah. Mereka membayar sendiri katering dari
seorang petugas lapas).
Mukhlas (M): Alhamdulillah. Kabar baik. (Dalam bom Bali I, Mukhlas bertindak sebagai pemimpin,
namun menolak dikaitkan dengan Jamaah Islamiyah. Menurut dia, istilah itu hanya karangan polisi. Suami
Parida binti Abbas itu menyebut dirinya sebagai anggota tidak langsung Al Qaidah).
Sebagai tradisi, saya mohon maaf bagi semua muslim di Indonesia. Tapi, minta maaf ini bukan untuk bom
Bali ya. Untuk bom Bali itu, amal saleh saya yang akan saya pertanggungjawabkan dengan Allah.
Imam Samudra (IS): Untuk semua muslim, saya ucapkan taqobbalallahu minna waminkum. Mohon maaf
lahir dan batin.
Apa yang dilakukan pada Ramadan kemarin?
(A): Hanya khatam Alquran dua kali karena sibuk baca dan nulis. Saya sudah buat buku dan insya Allah
segera naik cetak. Judulnya nanti, rahasia dulu. (Di antara ketiga orang itu, baru Imam Samudra yang
menulis buku, Aku Melawan Teroris, 2004)
(M): (Menyitir Alquran) sama seperti muslim lainnya. Cuma, di dalam penjara ada kelebihan yang tidak
dirasakan di luar. Di antaranya, khatam Alquran dalam 12 jam. Mulai subuh sampai sebelum buka.
Awalnya saya tidak percaya, ternyata bisa.
Dalam sebulan ini saya juga sudah menulis. Ada 60 macam. Ada yang bentuk buku, makalah, dan surat-
surat. Kapan diterbitkan, wallahu a'lam. Isinya macam-macam. Ada wasiat kepada muslimin, tentang jihad,
tentang JBB atau jihad bom Bali, juga biografi.
Ini tidak untuk mengimbangi buku adik saya, Ali Imron, dan adik ipar saya, Nasir Abbas (Ali Imron
menulis buku Ali Imron sang Pengebom dan Nasir menulis Membongkar Jamaah Islamiyah. Kedua buku
itu menguliti bom Bali dan berisi penyesalan atas tragedi tersebut. Kedua buku itu berbeda dari buku Imam
yang mengukuhkan sikapnya dalam bom Bali).
Untuk buku Ali Imron, alhamdulillah. Tapi, yang perlu dikoreksi tentang penyesalannya terhadap bom Bali.
Tapi, saya hargai, itu pendapat dia. Memang, soal bom Bali, ada perbedaan antar ulama. Ada yang
mengatakan itu jihad, itu jahat, dan itu kriminal. Tapi, bagi saya, itu adalah jihad berdasarkan syariat yang
saya baca.
Operasi bom Bali (12 Oktober 2002) itu ada hubungannya dengan (pengeboman) WTC (11/9/2001), ada
hubungannya dengan peledakan bom Marriott di Pakistan (19/9/2008), dan jihad di tempat lain. Pokoknya,
kepentingan Amerika dan sekutunya halal untuk dihancurkan. Di mana saja.
Pesan Anda kepada muslim pada bulan Syawal ini?

3
(M): Bersabarlah karena tak lama lagi Islam akan menang. Sekarang Amerika dan sekutunya mulai kolaps,
baik ekonomi, militer, dan sebagainya. Jiwa mereka sudah rapuh. Alhamdulillah. Ini kegembiraan bagi
kami, bagi sahabat-sahabat kami, terutama Syekh Usamah bin Laden.
Mereka yang ada di Iraq, Afghanistan, Pakistan, Chechnya, dan Somalia mudahan-mudahan mendengar
salam kami. Juga titip salam untuk perdana menteri Australia yang baru, namanya siapa itu? (Dijawab
Kevin Rudd), jangan memerangi orang Islam.
(A): Untuk umat Islam, agar memahami Islam yang sebetulnya. Sedangkan untuk orang Australia, jangan
datang ke Bali lagi. Sebab, saya yakin akan dibom lagi.
Bagaimana jika ini adalah Lebaran terakhir Anda?
(A): Siapa yang bisa menjamin ini yang terakhir? Tak pernah ada firasat, apakah ini nanti juga duhur dan
asar terakhir, kita kan juga tak tahu. Sebagaimana Sampeyan juga tak bisa menjamin hidup Sampeyan?
(IS) : Siapa yang bilang begitu? Lima puluh ribu tahun sebelum Allah menciptakan langit dan isinya, Allah
telah menetapkan takdir.
Kalau dieksekusi apakah akan ada pembalasan?
(A): Insya Allah. Saya sudah janjikan itu. Kalau ada eksekusi, saya yakin kawan saya akan balas! Saya
yakin, tapi ini bukan instruksi khusus. (Kawan saya) yang di Indonesia dan juga di luar (negeri). Mereka itu
banyak, sebanyak pasir di laut.
Yang akan dibalas adalah mereka yang terkait dengan eksekusi ini. Baik pengeboman maupun
pembunuhan. Mulai jaksa, hakim, hingga eksekutornya. Mosok aku kasih tahu (detailnya). Nanti kalau
sudah masuk koran, bisa bocor dong (lalu tertawa). Saya tak akan rela pokoknya dan akan saya tuntut di
dunia dan akhirat.
(M): Saudara-saudara kami di mana-mana, terutama amir kami dalam jihad yang saya kenal sejak 1986,
Syekh Usamah bin Laden. Dia berkewajiban untuk melakukan qisash kepada presiden sampai aparat
bawah. Begitu juga saudara-saudara kami yang lain, wajib melakukan balas dendam. Pembunuhan mujahid
itu kriminal yang terbesar, lebih dari zina.
(IS): Ini serius. Kami tidak pernah main-main dalam beragama. Dalam Islam. Apakah bom Bali itu main-
main?

Anda ingin dikenang seperti apa jika memang jadi dieksekusi, sebagai mujahid?
(M): Itu semua bukan menjadi tujuan saya. Tujuan saya adalah berperang untuk menjunjung kalimat Allah.
Jihad fi sabilillah. Mau namanya harum, itu bukan urusan kami. Yang jelas, kami tidak akan minta grasi
karena itu akan ada lima dosa. Dosa syirik, dosa haram, dosa dihinakan, akan dicela, dan kami tidak mau
ditipu.
(IS): (Masih sama seperti jawabannya pada Januari 2008). Lupakan saja karena apa yang saya lakukan
hanyalah melaksanakan firman Allah. Kami ini hanya secuil debu. Kami bukan selebriti.
(A): Tak kepikiran soal itu. Namun, konsekuensi perjuangan seperti ini cuma dua. Kalau tidak mati, ya
dihukum. Tapi, bukan berarti kami dihukum lalu kalah. Saya ingin anak-anak saya nanti paham Islam dan
melanjutkan perjuangan saya. (Kalau) Mahendra (anak pertama Amrozi, Red) masih begitu sekarang (suka
ngebut), mungkin mengikuti jejak Abinya yang dulu juga trek-trekan (tertawa).
Bagaimana perjuangan akan dilanjutkan setelah Anda dieksekusi?
(A): Insya Allah terus. Tidak akan pernah berhenti. Seperti kami yang di penjara menang, mati menang,
dibuang menang. Yang kalah itu, jika kita condong pada kebatilan dan condong pada orang thogut dan
orang kafir. Tapi, kami tidak pernah kalah. Sampai mati saya akan tetap semangat! Bila ada kesempatan,
saya akan mengebom lagi orang-orang yang tidak jelas itu.
(M): Mujahid yang tegar, yang sabar, dan istikamah, maka dia akan untung terus. Menang terus. Akan ada
sebelas kemenangan. Misalnya, menang dalam prinsip, menang dalam melawan setan, menang terus.
Dieksekusi menang, dipenjara menang, diborgol menang, disiksa menang. Gak ada rugi. Insya Allah
khusnul khatimah ketemu bidadari.
Soal dimakamkan di mana, belum terpikir lagi. Kami sudah wasiatkan semua diserahkan keluarga. Mulai
presiden sampai eksekutornya. Soal cara (eksekusi kami), ya tentu terserah mereka. Mau ditembak, mau
disuntik mati, di-qisash (pancung), terserah. Yang penting, kami tidak boleh setuju dengan eksekusi. Haram
hukumnya karena itu dikutuk Allah.
Tolong bedakan antara penyelundup narkoba dihukum mati, maling dihukum mati, dengan kami (dihukum
mati). Kalau narkoba dihukum mati, itu pelanggaran dia, jadi tidak ada risiko. Tapi, mujahid dihukum mati,
itu ada konsekuensinya. Allah bilang (menyitir Alquran), mereka yang membunuh orang beriman dengan
sengaja, maka mereka akan kekal selama-lamanya di neraka. Kecuali kalau kami ini diadili di pengadilan
Islam, ulama-ulama yang mengadili, dan diputuskan qisash, ya sudah.
Ada permintaan terakhir karena akan dieksekusi akhir tahun ini?
(A): Tidak ada permintaan terakhir. Jangan dipelintir. Kata siapa akan ada eksekusi akhir tahun ini?
(Dijawab dari Jaksa Agung Hendarman Supandji, Red). Oh, dia itu insya Allah mati duluan. Saya tak
pernah khawatir dan takut. Nyawa saya itu tidak ada hubungannya dengan eksekusi. Tak ada hubungannya
4
dengan grasi dan dengan jaksa. Mudah-mudahan keluarga tetap sabar dan ini dijadikan catatan hidup.
Semua anak cucu saya akan membalas.
(M): Ini semakin meyakinkan saya bahwa umur benar-benar di tangan Allah. Ayatnya sangat jelas, ajal itu
tidak bisa disegerakan dan tidak bisa ditunda. Digertak-gertak untuk dieksekusi, tak menggerakkan bulu
kami satu pun karena itu adalah ketentuan Allah. Meski demikian, kita harus antisipasi, dengan kaji
hukum-hukumnya.
Jadi, tidak ada penyesalan?
(A): Tidak ada. Mereka itu (para korban) targetnya, sudah diniati, kenapa harus menyesal? Bahkan,
gembiranya lebih dari lelaki melamar perempuan dan perempuannya mau. Salah sendiri mereka ada di
sana. Islam akan menang dan kafir akan kalah. (Amrozi juga tidak menyesal, meski dipancing dengan dua
foto yang dibawa wartawan CNN yang menunjukkan ledakan di Bali).
Alhamdulillah (sambil memegang foto itu). Tapi, bukan berarti saya gembira (dengan adanya muslim yang
juga jadi korban). Yang muslim bukan target kami. Ada pun urusannya, kami doakan. Untuk yang muslim,
yang tidak ikut maksiat di situ, saya doakan diberi sabar dan semoga ikut syahid. Kalau untuk yang kafir,
kurang banyak (korbannya).
(IS): Untuk korban yang muslim, kami meminta maaf karena mereka bukan target kami. Misalnya, bapak
cari makan untuk istrinya, insya Allah itu syahid. Tapi, tidak untuk orang kafir. Foto yang ditunjukkan
(CNN) itu tidak berbobot. (Imam tidak mau melihat foto tersebut). Seperti ada pesan tertentu dari sponsor
untuk memojokkan mujahidin.
Kalau kami jawab tidak menyesal, maka akan dibilang, ''Lihat, Imam Samudra tidak menyesal.'' Tapi, kalau
dibilang menyesal, dia akan bilang, ''Berarti dia memang salah.'' Jadi, ini pelintiran. Mengapa mereka tidak
membawa juga foto anak-anak dan perempuan muslim tak berdosa di Iraq, Palestina, dan Afghanistan yang
dibunuh oleh Amerika dan sekutunya?
Kami tidak menafikan adanya perbedaan pandang dalam pengeboman di Bali. Jangankan soal bom, dalam
soal salat tarawih misalnya, ada yang beda rakaatnya. Itu biasa. Tapi, semua mazhab sudah sepakat bahwa
darah dan harta orang kafir adalah halal, apalagi setelah mereka terbukti menyerang negara Islam. Kami
akan berhenti jika mereka berhenti memerangi Islam.
Seperti umat Islam lain, pada hari Lebaran itu, Amrozi cs juga merasakan ketupat serta opor ayam yang
dipesan dari petugas lapas langganan mereka. Amrozi dan Imam tampak mengenakan baju baru. Tak sedih
tak dikunjungi keluarga? ''Anda kan keluarga saya juga, sesama muslim,'' kata Imam.
Kalapas Batu Sudiyanto dan Kadiv Pemasyarakatan Kanwil Depkum dan HAM Jateng Bambang Winahyo
memberi kesempatan khusus kepada Jawa Pos menyusul persetujuan dari Jampidum Abdul Hakim
Ritonga. Itu pun setelah Amrozi cs setuju diwawancarai dengan sejumlah persyaratan khusus. (nw)

Amrozi Cs Telah di Doorrr.


Ditulis pada Nopember 10, 2008 oleh Abdul Ghofur
Pemerintah akhirnya tak mau menodai hari Pahlawan 10 Nopember.
Sekitar pukul 00.15 WIB, Ahad (9/11), tiga terpidana mati Amrozi, Ali Gufron, dan Imam Samudera
menjalani eksekusi mati dengan cara ditembak. Terpidana dihadapkan dengan regu tembak dengan jumlah
12 anggota Brigade Mobil setiap regu.
Eksekusi bertempat di Bukit Nirbaya Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah, atau sekitar empat kilometer
dari LP Batu. Usai eksekusi, jenazah diperiksa tim dokter untuk memastikan ketiga terpidana telah
meninggal.
Selanjutnya jenazah dibawa ke LP Batu untuk dimandikan. Menurut Kepala Pusat Penerangan Hukum
Kejaksaan Agung, Jasman Panjaitan, pihak keluarga yang diwakili Ali Fauzi ikut memandikan jenazah.
Saat ini, pasukan Brimob disiagakan di Solokuro, Tenggulun, Kabupaten Lamongan, Jawa Timur. Mereka
berjaga-jaga di sekitar kampung terpidana mati kasus Bom Bali I Amrozi dan Ali Gufron. Diperkirakan
2.000 personel bersiaga di tempat itu.
Pasukan yang ada di Tenggulun dilengkapi dengan mobil perintis dan sejumlah ambulan. Pasukan ini akan
mengamankan proses evakuasi jenazah Amrozi dan Ali Gufron saat dibawa pulang ke Solokuro yang
dilakukan pagi ini.
Sementara itu, ratusan santri menyesaki rumah Amrozi. Suasana haru langsung terasa di kediaman kakak-
beradik Amrozi dan Ali Gufron begitu terdengar kabar eksekusi telah dilaksanakan.
Pihak keluarga akan langsung menyiapkan pemakaman setelah jenazah tiba. Jenazah akan disemayamkan
di rumah duka terlebih dahulu setelah itu dibawa ke Masjid Baitul Muttaqin dan dimakamkan di Tempat
Pemakaman Umum Desa Tenggulun.
Penjagaan ketat juga terlihat di sekitar kediaman Imam Samudra di Lopang Gede, Kelurahan Lopang,
Serang, Banten. Setiap kendaraan diperiksa saat memasuki kawasan tersebut.

5
Warga sekitar dan simpatisan terus mengalir mendatangi kediaman Imam Samudera. Sejumlah warga pun
sudah menggali lubang lahat tak jauh dari rumah Imam Samudra. Namun wartawan dihalangi mengambil
dari jarak dekat dan menggunakan lampu kamera.
Istri Imam Samudera, Zakiah Derazat, menyampaikan permintaan maaf kepada warga setempat. Keluarga
Imam Samudra menyatakan akan melakukan perlawanan hukum atas kematian Imam Samudera. Keluarga
hingga kini masih menunggu kedatangan jenazah Imam Samudera yang diperkirakan tiba pukul 08.00
WIB.
Peningkatan pengamanan juga terus dilakukan di Pulau Jawa. Kepolisian Sukoharjo, Jawa Tengah,
misalnya, terus merazia kendaraan yang masuk ke wilayah tersebut.
Ini dilakukan karena sejumlah pelaku terorisme di Tanah Air justru tertangkap di Sukoharjo. Bahkan,
Sukoharjo tercatat pernah menjadi tempat penyimpanan berbagai bahan peledak yang akan digunakan para
teroris di sejumlah wilayah di Indonesia.
Razia serupa digelar di Mojokerto, Jatim. Operasi berlangsung di Jalan Gajah Mada yang merupakan pintu
gerbang masuk arah kota. Polisi menghentikan dan memeriksa semua kendaraan yang melewati jalur
tersebut.
Pelaksanaan eksekusi mati terhadap Amrozi cs seolah menjawab semua pertanyaan. Meski menentang
eksekusi mati, namun waktu itu datang juga. Eksekusi telah dilaksanakan dan maut menjemput ketiga
terpidana yang menyandang predikat teroris paling berbahaya karena dianggap terbukti mendalangi
peledakan Bom Bali I pada 12 Oktober 2002 yang menewaskan lebih dari 200 orang.
Amrozi “si penyuplai bahan bom” dikenal cuek dan seakan tak peduli pada kasusnya. Itulah sifat yang
dimiliki Amrozi Bin Nurhasyim. Karena sikapnya itu, Amrozi dikenal sebagai smiling assasin atau
pembunuh yang tersenyum. Sikap cueknya juga sempat membuat hakim kesal karena anak kelima dari 13
bersaudara ini menolak bersaksi.
Amrozi ditangkap di rumahnya di Desa Tenggulun. Amrozi yang dibantu Ali Imron bertugas membeli
bahan peledak dan mobil L-300 yang diketahui digunakan untuk membawa peralatan pengeboman.
Terpidana mati lainnya, Ali gufron alias Muklas. Dia adalah kakak kandung Amrozi dan Ali Imron. Muklas
yang fasih berbahasa Arab dan Inggris itu menjadi figur penting bagi kedua adiknya. Muklas rela
meninggalkan bangku kuliah dan pergi ke Afghanistan untuk bergabung dengan kaum Mujahidin. Muklas
mengakui terlibat serangkaian peledakan bom di Indonesia selama 2001. Pada Bom Bali I, Muklas bertugas
pencari dana untuk pembuat bom.
Yang terakhir adalah Abdul Aziz alias Imam Samudera. Pria asal Kampung Lopang Gede yang dikenal
keranjingan internet ini sempat tinggal di Malaysia dan Afghanistan. Di negara itulah, Imam Samudera
diduga belajar soal senjata api dan bom. Imam Samudera ditangkap tanpa perlawanan di sebuah bus
Pelabuhan Merak. Dia diketahui perancang pengebomam Bom Bali I.

Din Doakan Arwah Amrozi Cs


INILAH.COM, Jakarta - Eksekusi mati Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra menjadi sebuah
pelajaran yang sangat berharga bagi semua pihak. Ketua Umum Muhammadiyah Din Syamsuddin
pun mendoakan arwah trio terpidana mati bom Bali tersebut.

"Kita berharap mereka mendapat rahmat dari Allah, diampungi segala dosa-dosanya, dan diterima
arwahnya. Kalau saya pribadi, dari Muhammadiyah, tetap memandang pentingnya dakwah Islamiyah.
Bahkan jihad sebagai ajaran Islam yang sangat mulia. Tetapi dakwah dan jihad tetap dalam prinsip Islam,"
kata Din di Kantor PP Muhammadiyah, Menteng, Jakarta, Senin (10/11).

Islam, lanjut dia, mengedepankan kasih sayang. Itu sebabnya Muhammadiyah menolak segala bentuk
kekerasan dan terorisme. Memetik pelajaran yang bisa diambil dari peristiwa ini, umat Islam diajak
kembali kepada kehidupan kita sebagai umat, yakni berpegang teguh pada ajaran-ajaran dan tetap pada
misi Islam.

"Kedamaian itu kita kedepankan. Marilah kita tidak bosan-bosan berdakwah, berjihad dengan penuh
kesabaran. Dari dulu saya tetap berprinsip jangan pernah mengaitkan aksi-aksi teroris dengan Islam.
Karena Islam agama yang menekankan kasih sayang. Oleh karena itu tidak perlu ada sikap, perkataan, dan
ucapan yang sinis terhadap Islam dan umat Islam," tandas Din.[sss]

6
TPM ANCAM KE PENGADILAN HAM INTERNASIONAL
Solo (Espos) Tim Pengacara Muslim (TPM) mengancam akan membawa kasus dugaan pelanggaran HAM
dalam pelaksanaan eksekusi tiga terpidana mati bom Bali I, Amrozi cs ke Pengadilan HAM Internasional.

Dalam jumpa pers di Solo, Senin (10/11), Koordinator TPM Mahendradatta menegaskan, eksekusi terhadap
Amrozi, Imam Samudra dan Mukhlas dilakukan secara sepihak tanpa sama sekali melibatkan pengacara dan
keluarga terpidana. Hal itu, tuding dia, tidak sesuai dengan UU No 2 PNPS Tahun 1964 tentang Tata Cara
Pidana Mati.
”Ada hak normatif dan opsional. Hak normatif itu wajib dipenuhi. Sedangkan hak opsional itu tidak wajib.
Dalam kenyataan, hak normatif ada yang tidak dipenuhi,” tandas Mahendradatta.
Dia menyatakan, diskriminasi dalam pelaksanaan eksekusi mati terpidana bom Bali I sangat jelas. Eksekusi
Amrozi cs berbeda dengan eksekusi terhadap terpidana mati kasus yang lain. Mahendradatta mencontohkan,
dalam eksekusi mati kasus lainnya seperti terpidana Sumiarsih, Tibo cs hingga bandar Narkoba dari Nigeria,
mereka diberi kesempatan untuk bertemu dengan keluarga masing-masing. Namun, untuk tiga terpidana bom
Bali I sama sekali tidak diberi kesempatan bertemu untuk kali terakhir. ”Ada upaya menutupi sesuatu dan ini
sangat diskriminatif. Kalau alasan itu dilakukan demi keamanan, maka itu tidak lain adalah negara tirani
karena demi keamanan negara akhirnya hukum dilanggar,” tegas Mahendradatta.
Wakil Ketua Dewan Pembina TPM Ahmad Michdan SH menambahkan, desakan pembentukan tim pencari fakta
(TPF) independen tidak hanya terkait dengan dugaan pelanggaran HAM saat eksekusi, namun juga menyelidiki
kembali fakta bom Bali I yang belum terungkap. ”Kami mendesak DPR dan Komnas HAM melakukan
penyelidikan dan investigasi. Kemudian juga harus diungkap fakta-fakta yang ditutup-tutupi dalam kasus ini.”
Ahmad Michdan mengungkapkan, pihaknya berharap TPF tidak hanya melibatkan Komisi III DPR, namun juga
Komnas HAM dan juga Komisi I DPR. Dia menandaskan, pembentukan tim investigasi harus diprioritaskan
untuk mengungkap semua fakta yang selama ini ditutup-tutupi, termasuk perbedaan temuan bahan peledak
bom Bali I oleh Puslabfor Mabes Polri dengan dakwaan terhadap tiga terpidana.
Dia mengatakan, sebelum eksekusi dilakukan, pihaknya telah melayangkan surat permohonan untuk menemui
terpidana. Bahkan, pihaknya juga telah melayangkan surat ke Komnas HAM.
”Komnas HAM melayangkan surat ke Menteri Hukum dan HAM, Kapolri dan Jaksa Agung agar memberikan
akses kepada TPM untuk melakukan pendampingan. Namun itu semua tidak digubris. Makanya kami meminta
ada tim investigasi,” papar Michdan.
Pada bagian lain, terkait dengan teror bom melalui telepon dan SMS terkait dengan eksekusi Amrozi cs, Polri
menangkap dua orang yang diduga sebagai pelaku. Kabareskrim Komjen Pol Susno Duaji mengatakan,
pengirim SMS berisi teror ancaman bom ditangkap di Kalimantan Timur dan Lebak, Banten.
“Orang yang ditangkap di Kalimantan itu berinisial HJ sedangkan tersangka lainnya, DM diringkus di Cimandiri,
Lebak, Banten,” katanya. - Oleh : dni/Ant

Wajah Imam Seperti Masih Hidup


Melihat foto wajah Imam Samudra di www.inilah.com edisi 10/11 pukul 13.39, pada berita berjudul
Foto Wajah Samudra Berkafan Beredar, orang yang telah menjalani hukuman mati itu seperti
masih hidup. Tidak terlihat pucat dan tidak kaku.

Foto wajah salah satu terpidana mati bom Bali yakni Imam Samudra yang telah dikafani beralaskan tikar
bambu itu diedarkan oleh www.arrahmah.com di internet. Foto itu terlihat hidup mungkin karena
pencahayaan saat pengambilan gambar sangat bagus.

Saya perhatikan tidak ada rekayasa dalam foto tersebut. Artinya bisa dikatakan foto itu 100% asli.

7
Amrozi Cs Tidak Mati
Amrozi tersenyum.. Amrozi tidak
mati ..Amrozi tidak mati .. Amrozi
Syahid...Amrozi Syahiiiid..... teriak
Ust. Ja'far ( saudara Amrozi ),
kemudian disambut dengan
teriakan takbir ribuan masa di luar
rumah keluarga syuhada Amrozi
yang sejak pagi menunggu jenazah
para syuhada.

Alloh swt. berfirman :


"Janganlah kamu mengira
bahwa orang-orang yang gugur
di jalan Allah itu mati; bahkan
mereka itu hidup disisi Tuhannya dengan mendapat rezki.” (QS Ali Imran, 3: 169)

Pernah juga diriwayatkan Abdullah bin Hiraam RA, pergi ke hari uhud dan dia memperoleh
kemulian menjadi syahid di jalan Allah. Dan ada anaknya Jabir RA yang berkata: ‘Ketika
ayahku terbunuh di medan Uhud, ketika menyingkap wajahnya, aku mulai menangis. Para
Shahabat mencoba untuk mencegahku menangis, dimana Rasulullah SAW tidak
mencegahku, dan bibiku juga menangis.

Kemudian Rasulullah SAW berkata kepadanya, ‘apakah kamu menangis atau tidak Malaikat
sedang meneduhinya dengan sayap-sayap mereka sampai kalian mengambilnya.’ Sungguh,
ini adalah harga Syahadah, ‘Apakah kamu menangis atau tidak, Malaikat meneduhinya
sampai kamu mengambilnya.’ Ya tentu saja, mereka berbicara kebenaran, ‘Kami tidak akan
menyerah.’

Ya tentu saja, “Kami tidak akan menyerah”; mereka telah beruntung


memperdagangkan jiwa mereka dan sebagai imbalannya, mereka dibayar dengan
Jannah.

Sungguh, masing-masing dari mereka adalah orang-orang besar dalam Ummat ini, ya
Ummat. Dan ada Sa’ad bin Abi Waqqas yang berkata bahwa Abdullah bin Jahsh berkata
kepadanya, ‘Haruskah kalian tidak berdoa?’ kemudian mereka pada satu sisi dan Sa’ad
berkata, ‘Yaa Allah, jika aku menghadapi seorang musuh, biarkan dia sangat kasar, bengis
dan brutal, untukku memeranginya dan dia memerangi aku; dan berikanlah aku
kemenangan atasnya sampai aku membunuhnya.’ Kemudian Abdullah bin Jahsh berkata
‘amin’ dan kemudian (Abdullah bin Jahsh) terus berkata, ‘Yaa Allah kirimkanlah kepadaku
seorang-laki-laki yang kasar, bengis dan brutal, dengan begitu aku bisa memeranginya
hanya untukMu, dan dia memerangi aku, kemudian menangkapku dan memotong hidung
dan telingaku, jika dengan demikian aku bertemu denganMu besok Yaa Allah, dan Engkau
bertanya kepadaku, ‘Siapa yang memotong telinga dan hidungmu?’ Aku akan menjawab,
hanya untukMu dan RasulMu.’ Dan Allah akan menjawab, ‘Kau berkata benar.’ Kemudian
Sa’ad berkata, ‘Wahai anakku doa Abdullah Bin Jahsh lebih baik dari doaku! Sungguh, aku
melihatnya pada hari terakhir dengan telinga dan hidungnya menggantung di atas seutas
benang.’ (Zaad ul Ma’aad)

Mereka adalah orang-orang yang membasmi singgasana syirik. Mereka adalah orang-orang
yang telah murni dengan darah mereka, membela negeri Islam. Mereka adalah orang-orang
yang berpakaian sabar pada saat berperang ditengah ringkikan kuda, suara pedang dan
terpaan debu dan kepala-kepala. Sungguh, orang yang bodoh adalah orang yang mencegah
seruan jihad untuk dihidupkan kembali di abad ini. Orang yang bodoh adalah mereka yang
mencegah pemuda untuk berjihad di Iraq, Palestina, Chechnya dan Afghanistan. Apakah
mereka tidak mengetahui bahwa sejarah kita terukir dengan darah pendahulu kita? Apakah
mereka tidak mengetahui bahwa Allah SWT telah membeli kehidupan orang-orang beriman
dengan kemenangan mereka Huur ul ‘Ayn?

Sungguh, Dia SWT menunjuk kepada mereka yang kendur dalam ketaatan mereka dengan
8
mencela dan memperingati mereka, ketika Dia SWT berfirman, “Hai orang-orang yang
beriman, apakah sebabnya bila dikatakan kepadamu:

"Berangkatlah (untuk berperang) pada jalan Allah" kamu merasa berat dan ingin tinggal di
tempatmu? Apakah kamu puas dengan kehidupan di dunia sebagai ganti kehidupan di
akhirat? Padahal kenikmatan hidup di dunia ini (dibandingkan dengan kehidupan) diakhirat
hanyalah sedikit. Jika kamu tidak berangkat untuk berperang, niscaya Allah menyiksa kamu
dengan siksa yang pedih dan digantinya (kamu) dengan kaum yang lain, dan kamu tidak
akan dapat memberi kemudharatan kepada-Nya sedikitpun. Allah Maha Kuasa atas segala
sesuatu.” (QS At Taubah, 9: 38-39),

Dan disini kita melihat fakta kesucian Allah SWT yang dilanggar. Kemudian rumah dan
kalimat Allah dikotori, kehormatan wanita-wanita Muslim dilanggar. Fasad (kerusakan) telah
tersebar dan kejahatan berlaku dimana-mana. Kemudian apa yang kita lakukan untuk itu?
Adakah diantara kita yang tidak menginginkan Dien Allah menjadi dominan?! Siapakah yang
sudah berdarah-darah, diantara kita, untuk menyampaikan dien Allah?! Siapakah yang
mengangkat tangannya untuk berdoa kepada Allah di tengah malam sampai dia menjadi
lelah untuk mendukung saudara-saudaranya Mujahidin dan lemah lagi miskin?! Dan
sekarang seseorang dari kita akan takut untuk berkata dengan suara yang keras, pada saat
menjadi seorang Imaam, ‘Yaa Allah dukunglah Mujahidin di…’ Dia akan takut berkata
demikian pada saat berdiri di atas mimbar Rasulullah SAW! Kemudian dia akan ketakutan
untuk mengatakan ini pada saat dia menjadi Imam Mihrab dan di dalam rumah Allah! Dia
takut mengucapkan ini di dalam Ka’bah!

Kita tidak mempunyai alasan apapun bila kesucian Allah telah dilanggar, walaupun
sekejap mata (bahkan sampai nafas terakhir, kita tidak mempunyai alasan untuk
membolehkan kesucian Allah dilanggar). Maka dengarlah perkataan terakhir dari
Sa’ad bin Ar Rabii RA; Ibnu Hisyam meriwayatkan dalam Sirah, setelah perang
Uhud, dimana Rasulullah SAW bertanya, ‘Siapa yang bisa menemukan Sa’ad bin Ar
Rabii’ apakah dia gugur atau hidup? Seorang lelaki Anshar berkata, ‘Aku akan
mencari Sa’ad Yaa Rasulullah.’ Kemudian dia mencari [untuk beliau SAW] dan
menemukannya dalam keadaan mengenaskan terluka diantara kematian
mengambil nafas terakhirnya. Kemudian aku berkata kepadanya bahwa Raulullah
SAW memerintahkanku untuk mencarimu jika kami masih hidup ataupun gugur.
Dia berkata, ‘Aku diantara kematian, maka sampaikanlah salamku kepada
Rasulullah SAW dan katakan kepadanya, semoga Allah membalasnya dengan
sebaik-baik balasan dimana Allah memberikan seorang Nabi untuk apa yang dia
bawab kepada Ummatnya, dan sampaikan salamku kepada orang-orangmu dan
katakan kepada mereka bahwa Sa’ad Bin Ar Rabii mengatakan kepada kalian
bahwa kalian tidak punya alasan di depan Allah jika Nabimu SAW diperlakukan
kejam dan walaupun sekejap mata.’ Orang Ansaari, aku tidak meninggalkannya
sampai dia wafat, dan kemudian aku datang kepada Rasulullah SAW dan
mengatakan kepadanya apa yang terjadi.

Sungguh, ‘Kita tidak mempunyai alasan di depan Allah jika Nabi kita dihina dan kalian telah
mengedipkan mata.’ Setelah semua ini, apakah kalian ingin mematikan nur (cahaya) jihad,
setelah dinyalakan dan dikobarkan pada masa Shahabat? Dan setelah semua ini, jihad akan
redup setelah dia bersinar?! Apakah setelah semua ini dimana cabang jihad layu setelah dia
melambai? Dan apakah setelah semua ini dimana kebaikan jihad akan menjadi susut setelah
ini dahulu begitu bersinar?! Apakah setelah semua ini dimana pintu jihad akan terkunci dan
tidak terbuka? Dan kudanya telah dihentikan kemudian tidak lagi ditunggangi, dan tangan-
tangan hina kuffar telah diperluas atas ummat Muslim dan tidak pernah dipotong. Dan
pedang telah disarungkan dan tidak pernah dibuka lagi melawan musuh-musuh Millah dan
Dien. Apakah setelah ini semua, lidah akan menjadi terdiam untuk mengatakan kebenaran
kemudian jihad tidak lagi dibicarakan?! Yaa Allah jagalah kami untuk tetap beriman, Yaa Allah
kuatkanlah Imaan dalam hati kami!

Maka Tuba (kabar gembira dan jannah) bagi seseorang yang menjaga dirinya di jalan jihad,
pengorbanan dan tetap teguh pada saat sukar. Dan berita gembira kepada kalian wahai
ksatria, wahai seseorang yang memerangi orang-orang kufur, dari Yahudi dan tentara Salib,
dimana mereka menduduki negeri kita. Tuba bagi kalian, sebagaimana kami melihat kalian
berbaris dan bersorak ‘kami tidak akan pernah menyerah.’ Tuba bagi kalian, pintu jannah
telah terbuka, piala telah diset, tahta telah diangkat dan Huur ul Ain telah muncul. Tuba bagi
kalian yang telah memperdagangkan hidup dengan hidup yang abadi. Tuba bagi seseorang
yang telah diberikan kemenangan Syahid dan yang telah mendapat kedudukan Syahid, yang

9
tidak akan pernah haus lagi, dan perdangangan mereka telah menguntungkan, kemudian
mereka menjadi sangat bahagia diantara orang-orang yang bahagia. Allah SWT berfirman,

“Mereka dalam keadaan gembira disebabkan karunia Allah yang diberikan-Nya


kepada mereka, dan mereka bergirang hati terhadap orang-orang yang masih
tinggal di belakang yang belum menyusul mereka, bahwa tidak ada kekhawatiran
terhadap mereka dan tidak (pula) mereka bersedih hati.” (QS Ali Imran, 3: 170)

Yaa Allah berikanlah kami kemenangan! Yaa Allah berikanlah kami kemenangan! Yaa Allah
dukunglah Mujahidin di mana saja mereka berada. Yaa Allah binasakanlah agresor Yahudi
dan tentara salib. Yaa Allah jagalah kami agar tetap pada haq dan jihad hanya untukMu
semata.

Semoga Allah menerima dari kalian Amrozirh,Mukhlaz rh,Imam Samudra rh. dan dari kami
wahai mujahidin, wahai seseorang yang melindungi negeri dan mempertahankan
kehormatan ummat Muslim dan kehormatan Ummat. Wahai seseorang yang berperang
untuk meninggikan panji Islam dan murni dari noda nasionalisme, patriotisme, demokrasi
dan syirik[Alj/bbs]

10
Awan Berbentuk Lafal Allah di Atas Rumah Amrozy dan
Ustad Mukhlas
Redaksi Muslimdaily menerima kiriman foto
dari seorang pentakziyah yang menghadiri
pemakaman As Syshid Amrozy dan Ustad
Mukhlas. Dalam foto yang diambil dari depan
rumah Hj. Tariyem ibunda Ustad Mukhlas dan
Amrozy menggunakan kemera handphone
tersebut memperlihatkan awan yang
membentuk lafalz Allah.

Kejadian ini muncul setelah ketiga burung


besar menghilang. Kemudian langit yang saat
itu terang benderang tiba-tiba berubah
menjadi mendung dan para pentakziyah mulai
menunjuk-nunjuk langit di atas, melihat awan
yang membentuk lafal Allah tersebut.

Reporter Muslimdaily tidak sempat mengambil gambar kejadian tesebut karena lokasinya terletak diatas
rumah yang kami tempati, jadi terhalang genteng rumah. Namun anggota TPM bapak Achmad Michdan
yang setelah menyolatkan jenazah kemudian duduk-duduk bersama kru Muslimdaily di rumah salah satu
kerabat ustad Mukhlas melihat sendiri kejadian itu dan menceritakan kepada kami.

Foto ini kami terima hari Ahad setelah ada seorang kerabat keluarga yang menghubungi kami dan
memberitahukan kalau dia mempunyai foto kejadian tersebut kemudian mengirimkan ke redaksi
Muslimdaily via e-mail.[MD]

MUI: Amrozi Cs Bukan Mati Syahid


Minggu, 09 November 2008 | 13:40 WIB

TEMPO Interaktif, Jakarta: Majelis Ulama Indonesia menilai pelaku bom Bali I Amrozi cs bukan mati
syahid. Perjuangan yang mereka anggap jihad dinilai tak tepat.

"Itu kan pandangan dia, tapi para ulama menganggap cara seperti itu tidak tepat," kata Ketua MUI
Maaruf Amin saat dihubungi, Minggu (9/11).

Maaruf mengatakan perjuangan Amrozi cs dengan teror bukan cara yang tepat dalam perjuangan
Islam. Perjuangan dalam Islam, kata dia, dilakukan dengan dakwah.

"Kecuali di daerah perang dan Indonesia tidak sedang dalam perang," katanya.

Amrozi, Muklas, dan Imam Samudra dieksekusi mati dini hari tadi dengan cara ditembak. Mereka
bertanggung jawab dalam ledakan yang menewaskan 202 orang di Bali.

Sebelum eksekusi Imam Samudra menuliskan surat wasiat untuk dibacakan ke publik. Isinya antara
lain menyebutkan gelar teroris lebih mulia daripada ulama yang tidak peduli dengan saudaranya yang
dibunuh oleh kafir.

"Para ulama menilai itu tidak tepat," ujarnya.

Maaruf juga menilai hukuman mati merupakan hukuman setimpal karena mereka juga telah
membunuh. Islam. kata dia, tak melarang hukuman mati jika tak ada cara lain.

11
MEREKAPUN TETAP TERSENYUM
Tiada kata yang terucap melainkan kalimat takbir, Allahu Akbar, atas kondisi jenasah
ketiga syuhada Bali. Betapa tidak, ketiga syuhada tersebut sangat jelas
menampakkan tanda-tanda sebagai syahid seperti yang biasa ditemui di kancah
peperangan, meski mereka 'tidak sedang berperang' melawan musuh Islam.

Setelah beberapa lama menunggu, akhirnya Kantor Berita Islam Muslimdaily.net


mendapat ijin dari pihak keluarga, yang diwakili oleh Bp. Ali Fauzi, untuk
mempublikasikan photo dua mujahid Bali yakni Amrozi dan Ust. Mukhlas. Bp Ali Fauzi
berpesan agar photo ini disebarluaskan untuk memberikan bukti nyata atas misteri
dan polemik yang terjadi ke atas Mujahid Bali, terutama Syuhada Tenggulun, terkait
status mereka, apakah mati syahid atau tidak. Disamping itu memberikan hikmah
nyata kepada seluruh kaum Muslimin bahwa perjuangan Islam yang mereka lakukan
benar-benar ikhlas untuk tingginya kalimat Allah, dan bukan sekedar untuk aksi
pamer.

Sebagaimana syuhada yang gugur dalam medan jihad, photo kedua syuhada
Tenggulun terlihat tersenyum dengan barisan gigi yang terlihat rapi. Apalagi yang
terjadi dengan Amrozi. Senyuman khas "The Smiling Bomber" yang seiring dengan
kedua mata yang terbuka, terlihat seakan-akan bertemu dengan sesuatu yang
membuat kagum. Mungkin sepasang bidadari yang menyambut ramah.

Kondisi tak jauh berbeda terjadi dengan jenasah Ust. Mukhlas. Ulama yang jago
berorasi ini memperlihatkan senyuman dengan mata yang juga terbuka. Wajah
bersih pun menjadi pertanda yang lain. Wajah bersih yang juga dimiliki oleh sang
"Mujahid Hacker," Imam Samudera alias Abdul Azis. Imam memperlihatkan wajah
tampan dan bersih, persis dengan kondisi Ust. Mukhlas.

Disamping analisis photo ketiga Mujahid Bali tersebut, keterangan dari lapangan
makin memperkuat bukti bahwa ketiga pelaku aksi jihad tersebut adalah para
Mujahidin, mereka telah memiliki niat yang tulus dan menemui kematian sebagai
seorang syuhada. Berikut adalah bukti dan persaksian dari lapangan.

1. Salah satu pelayat yang kebetulan ikut hadir di kediaman Hj. Tariyem adalah
Ust. Abdul Rachim Ba'asyir (putra ust. Abu Bakar Ba'asyir), menyaksikan
bahwa ketika keranda jenasah masuk dan kain penutup keranda dibuka, sontak
tercium bau wangi yang menyebar ke seluruh ruangan. Kejadian ini sempat
membuat keheranan para pelayat, karena didalam ruangan yang sempit
tersebut udara sangat pengap dan pengunjung berjubel dalam satu ruangan.
Bila merupakan wangi dari minyak wangi, tak akan mampu mengalahkan bau
badan para pengunjung dan tidak akan dapat memberikan aroma dengan
kadar wangi yang sama." Allahu Akbar. Itu bukan bau minyak wangi. Bukan.
Tapi bau wangi dari asy syahid," kata beliau.
2. Selain itu, masih menurut Ust, Abdul Rachim, ketika kain penutup wajah dari
Ust. Mukhlas di buka, terlihat jelas bulir-bulir keringat menempel di bagian
muka. Kondisi yang sama yang terjadi dengan mereka yang masih hidup dan
dalam kondisi kegerahan. Seakan Ust. Mukhlas merasakan kegerahan yang
sama yang dengan kegerahan yang dialami oleh para pelayat beliau.
3. Sebagaimana dilansir oleh beberapa media nasional, seperti detik.com,
nampak jelas terlihat fenomena datangnya tiga burung hitam di atas kediaman
syuhada. Ketiga burung ini jelas bukan burung Gagak seperti yang banyak
diberitakan di media, karena memiliki leher yang panjang. Mereka datang
begitu saja berputar-putar selama kurang lebih tujuh menit, dan kemudian
pergi berpencar. Dua burung hitam terbang ke arah Timur, mereka
merepresentasikan diterimanya amalan jihad Ust Mukhlas dan Amrozi, dan
satu burung hitam terbang ke Barat, sebagai pertanda syahid atas diri 'Mujahid

12
Hacker' Imam Samudera. Fenomena datangnya burung hitam ini sempat
membuat suasana haru dengan teriakan takbir para pelayat.
4. Seperti penuturan adik kandung Imam Samudera, Lulu Jamaludin, kakaknya
menampakkan keanehan ketika akan dimasukkan dalam liang lahat. Bau wangi
juga tercium dari jenasah Imam. Selain itu luka bekas tembakan peluru tajam
terus menerus mengalirkan darah segar. Aliran darah ini keluar seperti yang
terjadi dengan seseorang yang masih hidup ketika terluka. Masih menurut Lulu
juga, wajah kakaknya lebih bersih dan tampan dari biasanya.
5. Kabar terakhir baru saja diterima oleh salah satu kru muslimdaily.net.
Beberapa hari yang lalu, tepatnya tiga hari setelah pemakaman Amrozi dan
Ust. Mukhlas, keluarga Hj. Tariyem meminta beberapa orang untuk menjaga
makam. Hal ini dilakukan untuk menghindari dan menjaga hal-hal yang tidak
diinginkan. Beberapa diantara mereka yang ikut jaga adalah Sumarno, Baror,
Rosyidin, Mashudi dan beberapa santri pondok Al Islam Tenggulun Lamongan.
Mereka mengatakan mencium bau wangi keluar dari dalam kubur (makam).
Bau wangi yang sama saat mereka pertama kali membuka kain penutup
jenasah syuhada. Namun, bau wangi ini bukan seperti bau dari minyak wangi
yang biasa mereka pakai atau dipakai oleh orang kebanyakan.

Jelas sudah keterangan yang diberikan Allah s.w.t. lewat kebesaran-Nya. Meski
banyak pihak yang membantah, memberikan suara sumbang, dan menggalang opini
massa untuk memojokkan status para Mujahid Bali, serta membuat makar melalui
kaki tangan aparat pemerintah, namun Allah berkehendak lain. Dan siapakah sebaik-
baik pembuat makar ? (far/MD)

Gelar Syuhada Amrozi Cs, Tidak Perlu Label MUI Sabtu, 15-11-
2008 | 17:10:44 WIB

Bola panas peristiwa pembunuhan Amrozi Cs. masih bergulir kencang. Polemik hingga kini belum
berhenti, dan media pun masih melirik untuk mengeksplorasi berita. Sedang di kalangan masyarakat
bawah, banyak yang menyatakan pro, simpati, dan dukungan terhadap Amrozi Cs, terlepas dari salah atau
tidaknya mereka di mata hukum, dan sebagian juga mengkhawatirkan ekses dari dibunuhnya para pelaku
bom Bali tersebut akan berakibat yang lebih buruk. Namun ada pandangan menarik dari salah salah satu
tokoh yang kebetulah ikut serta dalam pemakaman di Lamongan. Beliau adalah Ustadz Abdul Rachim
Ba'asyir yang sehari-hari menjadi pengajar di Pondok Pesantren Al Mukmin Ngruki sekaligus menjadi
Ketua Sariyyah Da'wah dan I'lam Jamaah Ansharut Tauhid, sebuah jamaah Islam yang baru-baru ini
diproklamasikan oleh Ust. Abu Bakar Ba'asyir. Berikut petikan wawancaranya.

Semenjak gonjang-ganjing tanggal eksekusi mati ketiga Mujahid Bali beredar luas, media seakan
teralihkan ke masalah tersebut. Dan kini ketika foto jenasah Amrozi Cs beredar, seolah media
berebut untuk mendapatkan dan menampilkannya dalam media mereka. Menurut pandangan ustad
bagaimana ?

Ya itu biasa persaingan media. Itu persaingan sehat dan wajar di dunia media. Cuma kita sayangkan kalau
ada pihak yang punya keinginan untuk mencari keuntungan - bila hal ini terjadi - seperti menjual foto itu
demi keuntungan pribadi, maka ini akan menjadi preseden tidak baik.

SBY berkomentar bahwa eksekusi Amrozi Cs dengan dukungan yang luar biasa dari masyarakat itu
adalah akibat dari pengaruh mass media yang terlalu mengekspose beritanya. Terkesan pemerintah
kewalahan menghadapi opini media soal dukungan kepada mereka ? Pendapat anda ?

Ya... itu kan respon wajar dari masyarakat. Bagi ana (saya) pemerintah kuwalat dalam masalah ini. Toh
eksekusi mereka itu tak sepi dari keinginan pemerintah untuk cari keuntungan, dan sepertinya memang
sudah dapat. Nah... mosok mau hasilnya gak mau resikonya.. itu urek (curang) namanya. Yang perlu
digaris-bawahi adalah jawaban opini ini datangnya bukan dari manusia tapi langsung dari Rabbul 'Alamin
melalui karomah yang memang biasanya Allah turunkan pada para syuhada. Nah, hal inilah yang
nampaknya tidak diprediksi oleh pemerintah sebelumnya, bahwa Allah itu bisa turunkan karomah. Mereka
'kan orang-orang sekuler yang gak percaya sama hal-hal begini. Bahkan mungkin mereka nilai hal ini
13
seperti ini tahayul. Namun bagi para Mujahidin sudah sangat faham dengan hal ini karena pemandangan
karomah itu hal wajar terjadi di dunia Mujahid dan Syuhada. Sebenarnya Ust. Abu Bakar Ba'asyir sendiri
juga sudah sempat mengingatkan ketika beliau diwawancara oleh berbagai media bahwa kalau pemerintah
ngotot ingin eksekusi, pasti akan ada hal-hal yang di luar dugaan pemerintah akan terjadi. Atau dalam
bahasa lain beliau sebutkan "saya khawatir kalau ada bala' yang turun."

Respon masyarakat ini apakah bukti jika masyarakat telah menerima syariat jihad ?

Menurut ana (saya) belum sejauh itu. Masyarakat masih butuh bimbingan lagi. Kita tau 'kan sejauh mana
parahnya kejahiliyahan masyarakat kita ini. Memang karomah itu pada prinsipnya, seperti yang
diterangkan oleh syaikh abdullah azzam - komandan sekaligus guru para Mujahidin di dunia-red,
diturunkan kepada masyarakat yang imannya lemah dan tujuannya memang untuk meningkatkan nilai iman
mereka. Maka biasanya mereka yang bisa melihat hal ini akan mengambil iktibar dan imannya akan
meningkat. Tapi kalau hatinya buta, ya sudah, akan tetap buta bahkan akan terus melawan hingga Allah
s.w.t. akan turunkan bala' attau azabnya. Karomah itu Allah s.w.t. berikan kepada hamba-hambanya yang
Sholih. Kalau para anbiya itu namanya mukjizat, tapi secara fungsi kedua hal itu sama, yaitu untuk
meningkatkan keimanan. Nah, lihat saja pada kisah-kisah para nabi. Selama ini kaum yang sudah diberi
petunjuk berbagai mukjizat lalu mereka tetap tidak mau beriman, ya ujungnya bakal dihancurkan. Tapi bagi
mereka yang mengambil iktibar akan diselamatkan. Begitu juga karomah ini, fungsinya sama, tinggal
bagaimana kita aja, mau ngeyel terus atau mau mengambil iktibar. Masing-masing akan ada konsekuensi
dan hasilnya sendiri-sendiri.

Lantas bagaimana dengan sikap MUI yang mengambil pendapat tidak populer dengan menolak
mendukung opini bahwa mereka adalah syuhada ?

Menurut saya para ulama di MUI bukan tidak tahu tentang hal ini. Tapi mungkin ada suatu tekanan bagi
mereka hingga mereka tidak berani mengeluarkan pernyataan yang sejujurnya. Hal ini terlihat bahwa di
beberapa kalangan MUI sendiri berbeda pendapat. Saya dengar Kyai Cholil Ridwan tetap menganggap
mereka syuhada. Begitu pula dengan beberapa kyai MUI di daerah, bahkan juga berpendapat demikian. Ini
buktinya bahwa pernyataan resmi MUI itu sarat tekanan atau kepentingan pihak-pihak tertentu. Tapi
apapun alasannya, yang perlu digarisbawahi adalah bahwa para syuhada tidak butuh label MUI. Biarlah
label MUI itu cukuplah untuk produk makanan yang akan dijual di pasar saja lah.

Apakah anda mencium aroma perang media antar media sekuler dan Islam, dan MUI adalah salah
satu korban dari perang media tersebut ?

Bagi ana (saya), peperangan ini bukan perang antar media. Namun peperangan yang terjadi justru antara
kekufuran dan keimanan. Media hanya terompet-terompet yang berbunyi nyaring yang lebih
menyemarakkan lagi genderang perang ideologi itu. Toh masing-masing media itu juga ternyata membawa
berbagai kepentingan dan pesan tertentu. Ada yang kepentingannya duniawi, dan ada yang ukhrawi. Jadi
wajar donk kalau kemudian ada tarik menarik antara kepentingan-kepentingan tersebut.

Wah berarti saat ini kondisi aktivis Islam berada di atas angin dong ?

Ya ini sebuah pertolongan Allah s.w.t. yang sedang turun bagi mereka. Maka seharusnya kalangan aktivis
Islam benar-benar harus pandai menggunakan kesempatan ini untuk lebih mengajak umat ke arah jalan
yang lurus dan benar. Bukan malah dijadikan ajang provokasi yang nantinya menjerumuskan orang yang
punya niat baik tapi polos ke dalam gurita intelijen yang jahat. Ini harus benar-benar diwaspadai.

Menurut anda apa yang wajib kita manfaatkan dalam momentum syahidnya ketiga Mujahid bali ini
?

Pertama, mengingat kematian. Bahwa kematian itu hanya sekali dan kitalah yang memilih di mana
kematian kita itu akan kita lalui. Apakah di jalan Allah s.w.t. atau di jalan syetan. Kedua, betapa besarnya
Rahmat Allah s.w.t. ini. Di mana kita lihat Allah s.w.t masih ingin mengingatkan bangsa ini dengan
karomah-karomah. Padahal bangsa ini sudah begitu nakal dan kelewat batas, yang seharusnya sudah
diazab, tapi masih saja Allah s.w.t. mau memberi peringatan. Maka hal ini harus disyukuri. Dalam arti
diambil hikmahnya sebaik mungkin. Ketiga, hendaknya hal ini dijadikan sebagai peringatan yang
mengingatkan bangsa ini, bahwa permainan Dajjal benar-benar sedang menari-nari dihadapan mata
mereka. Di mana kebaikan telah digambarkan sebagai keburukan, dan keburukan digambarkan sebagai

14
kebaikan hingga kita sebagai umat Islam harus waspada terhadap permainan busuk ini supaya tidak tersesat
dan termasuk golongan orang yang merugi. (far/MD)

Video 3 burung karomah mengelilingi jenazah alm


Amrozi cs !!!
Nopember 15, 2008 — kiranadimas
Ada Kejadian aneh seputar pemakaman Amrozi cs. Kira-kira jam sembilan pagi, tiga ekor burung berwarna
hijau datang dan mengitari atas rumah keluarga Amrozi ketiga Mujahid Indonesia tersebut. Inilah Karomah
nyata yang diberikan Allah SWT kepada ketiga syuhada yang bisa disaksikan oleh ribuan masa yang hadir
dengan kasat mata.
Awal mula kemunculan burung (burung Karomah) tersebut bersama kedatangan helikopter pembawa
syuhada 2 ekor dari arah timur, dan satu ekor dari arah barat. Kemudian mereka bergabung lalu berputar-
putar tepat di atas rumah Assyahid Ust Muklas dan Amrozi.
Usai berpisahnya kawanan burung karomah tersebut 2 ketimur dan 1 kebarat terlihat lafat Alloh dari awan
di langit diatas rumah Amrozi.
“Itulah 3 mujahidku,” teriak salah satu pelayat yang berada di rumah Tenggulun. Menurut keterangan
kontributor Muslimdaily.net, Rofiq, kedatangan tiga burung tersebut menambah haru suasana. Lebih dari 7
menit burung tersebut berputar-putar di atas rumah. Seakan memberikan persaksian bahwa mereka adalah
syuhada.
Tak berapa lama kemudian ketiga burung tersebut terbang berpisah meninggalkan rumah Hj. Tariyem.
Bisa anda saksikan di link ini: http://www.youtube.com/watch?v=w9xhi75Zo-w

Ali Imron dan Nasir Abas soal Eksekusi Amrozi Cs (2-Habis)


Jaga Perasaan Adik, Pilih Salat Gaib untuk Almarhum

Meski masih kakak ipar Mukhlas dan Amrozi, tak mudah bagi Nasir Abas menyikapi eksekusi mati atas
dua pelaku bom Bali I itu. Meski pernah mendapat pendidikan yang sama, secara "ideologi" mereka punya
pandangan berbeda.
NASIR Abas adalah juru dakwah yang sibuk. Karena itu, saat Jawa Pos minta waktu untuk bertemu, dia
pun harus melihat jadwal kegiatannya dulu. "Ok. Insya Allah kita jumpa di sana. Tak usah ke bandara,"
kata Nasir Abas dalam SMS yang dikirimkan Sabtu (15/11) lalu.
Siang di akhir pekan itu Nasir harus terbang ke suatu kota di Indonesia. Agendanya memberikan ceramah
tentang bagaimana jihad yang benar dalam membela agama, negara, dan bangsa seperti diatur Islam.
Kakak ipar mendiang Ali Ghufron alias Mukhlas dan Amrozi itu awalnya memang menawarkan untuk
bertemu di bandara sebelum dirinya terbang. "Kita pindah lokasinya (menyebut sebuah tempat di tengah
Kota Jakarta, Red). Tapi, jangan telat ya," kata Nasir dalam lanjutan SMS.
Cuaca yang kurang bersahabat di Jakarta belakangan ini tak menghalangi antusiasme lekaki kelahiran
Singapura, 6 Mei 1969 itu untuk berbicara tentang konsep jihad menurut Islam.
"Apakah yang saya lakukan saat ini (dakwah ke komunitas-komunitas) hanya untuk polisi? Bukan," kata
pria berkacamata itu.
Pria yang pada 1987-1990 digembleng di Akademi Militer Mujahidin, Afghanistan, dan pernah satu
kelompok dengan Amrozi cs itu mengaku telah bergabung bersama-sama masyarakat Indonesia. Dulu dia
mengakui bersama polisi karena berstatus tahanan.
"Kini saya sudah bebas. Saya sayang dengan bangsa dan umat Islam Indonesia. Saya memberikan
pemahaman bukan hanya soal jihad, tapi soal perdamaian, etika, dan akhlaq," kata kakak kandung Parida
Abas, istri mendiang Mukhlas.
Aktivitas Nasir Abas inilah -termasuk Ali Imron, kendati lebih terbatas- yang dianggap menghalangi
pembenaran Amrozi cs terhadap aksi mereka pada tragedi bom Bali. Buntutnya, pada akhir 2004 Mukhlas
menyatakan Nasir telah kafir dan keluar dari Islam. Nasir juga dianggap musuh Islam karena berpihak
dengan musuh. Surat senada ditulis Mukhlas pada akhir 2007 juga meminta Parida memutuskan hubungan
dengan Nasir.
Nasir mengaku tidak terkait dengan bom Bali dan tidak mengetahui perencanaan bom yang menelan 202
korban tewas itu. Namun, dia mengenal Mukhlas sejak lama. Mantan ketua mantiqi tsalis III Jamaah
Islamiyah (JI) itu berkenalan dengan Mukhlas pada 1987 di Harbiy Sonjay, sekolah militer milik Tanzim
Ittihad-e-Islamiy di Pakistan. Mukhlas adalah angkatan kedua sekolah itu.
15
Pada Juli 1990, Nasir bertemu lagi dengan Mukhlas di Malaysia. Saat itu dia terbang dari Afghanistan
untuk pernikahan sang ustad dengan adik kandungnya (Paridah).
Lalu apa komentarnya tentang eksekusi dua adik iparnya, Mukhlas dan Amrozi, serta mantan muridnya di
akademi Mujahidin, Imam Samudra? Nasir mengakui, dia dan istrinya (Ummi Husna) merasa sedih. "Saya
teringat dan terkenang masa lalu. (Tapi) saya harus menerima ini adalah takdir walaupun eksekusi ini
dilakukan dengan direncanakan. Saya tidak perlu meratapi, menyesali, dan menangisi," kata Nasir yang
sempat ditahan karena kasus pemalsuan dokumen dan imigrasi itu. Dia tidak pernah diadili dalam kasus
bom Bali.
Meski sedih, dia punya alasan mengapa tidak datang bertakziah di makam Mukhlas dan Amrozi di
Tenggulun, Solokuro, Lamongan, Minggu pekan lalu (9/11). "Saya sebenarnya juga sudah lama ingin
datang. Termasuk (membesuk) ke Nusakambangan. Tapi, karena Paridah di Tenggulun, padahal dia
dilarang suaminya bertemu dengan saya, (maka) saya tak ingin bertemu Paridah (di sana) sehingga dia
merasa berdosa," katanya.
Nasir mengaku tak mempunyai masalah apa pun dengan keluarga besar Tenggulun. "Saya hanya berpikir
apakah mesti berkunjung? Apakah wajib dan afdol hadir? Mengurus jenazah itu fardu kifayah (bisa
diwakili muslim yang lain, Red). Lalu mengapa harus mempermasalahkan kalau saya tidak hadir? Apakah
saya berdosa?" lanjutnya.
Alasan lain, kata dia, menjaga perasaan keluarga Tenggulun maupun pendukung dan simpatisan Amrozi cs.
Sebab, masih banyak di antara mereka yang belum memahami keadaan dan sikap Nasir selama ini.
"Saya tidak bermaksud suuzon (berprasangka buruk) pada mereka yang beda pendapat dengan saya. Tapi,
saya harus mengambil jalan tengah agar situasi tidak semakin keruh," sambungnya. Namun, Nasir
mengakui, di dalam hati kecilnya dia ingin datang ke Tenggulun.
Soal mengapa dirinya tidak pernah besuk ke Lapas Batu, Nusambangan, tempat Amrozi cs ditahan sebelum
dieksekusi mati, Nasir juga punya alasan. "Itu sikap protes saya ke Ustad Mukhlas mengapa melarang adik
saya, Paridah, bertemu dengan saya," tegasnya.
Nasir mengakui bahwa Mukhlas memang sempat memberi lampu hijau kepadanya untuk datang ke
Nusakambangan. "Kabar yang disampaikan pada saya (Mukhlas mengatakan) ahlan wa sahlan jika Nasir
mau bertemu dengan saya. Lalu mengapa saya bertemu dengan Paridah dilarang, tapi bertemu dengan dia
tidak? Ini jawaban saya mengapa saya tidak pernah ke Nusakambangan," bebernya.
Hal lain yang disampaikan mantan pelatih di kamp Hudaybiyah, Moro, Filipina, itu adalah soal beredarnya
foto jenazah ketiga orang pelaku bom Bali itu di internet. Di internet foto itu, termasuk wajah Amrozi yang
tampak tersenyum, disebutkan sebagai pertanda mujahid yang syahid. Nasir tidak setuju dengan pendapat
seperti ini.
Menurut dia, wajah jenazah tidak bisa menentukan apakah orang itu syahid atau tidak. "Soal mati syahid,
kita tidak boleh menentukan. Lalu bagaimana pejuang Islam yang gugur di medan perang dengan wajah
yang terkoyak dan tidak tersenyum? Apakah itu lantas tidak syahid?" katanya balik bertanya.
Dia berharap masyarakat berhenti mengultuskan seseorang. Dia juga mengkritik adanya peziarah yang
sampai mengambil dan menyimpan tanah kubur milik para pelaku bom Bali itu. Menurut dia, itu tindakan
yang keliru dan kurang pengetahuan.
"Namun, kalau ada keluarga dan kelompok yang berbangga (dengan ketiga orang yang telah dieksekusi),
biarkan saja. Tapi, yang saya khawatir, foto-foto berkafan itu apakah tidak menambah beban mental anak-
anaknya?" katanya.
Meski jauh, Nasir mengaku selalu mendoakan Mukhlas, Amrozi, dan Imam Samudra. Dia juga melakukan
salat gaib pada hari ketika ketiganya menghadapi regu tembak.

'Ali Imron Doakan Kesyahidan Dua Saudaranya, Amrozi dan Muklas'


Jum'at, 14-11-2008 | 20:46:34 WIB

Ustadz Ali Fauzi mengungkapkan bahwa dalam komunikasi terakhir yang terjalin dengannya, Ali Imron
mendoakan kesyahidan Amrozi dan Muklas. Selain itu Ali Imron juga mendoakan agar seluruh kesalahan
dan dosa dua saudaranya tersebut diampuni oleh Allah SWT.
Namun, sampai saat ini pihak keluarga belum bisa berkomunikasi dengan Ali Imron sejak Komunikasi
terputus sejak 2 hari sebelum eksekusi terhadap Amrozi Cs dilaksanakan. Padahal sebelumnya komunikasi
dengan terpidana seumur hidup kasus bom Bali I ini berjalan dengan baik.
"Ali imron tidak bisa melakukan komunikasi dengan keluarga sejak 2 hari sebelum eksekusi terjadi. Nggak
tahulah apa yang dikehendaki oleh Mabes Polri," kata ustadz Chozin.
Selama ini, kalangan media banyak menyebut bahwa keluarga Amrozi dan Muklas dikesankan membenci
ulah Ali Imron yang "menyesalkan" aksinya. Ali Imron sering dikesankan sudah bermusuhan dengan
Amrozi dan Muklas karena mengalami perubahan prinsip yang kemudian dianggap sebagai akibat
tertangkapnya Amrozi dkk.

16
"Meskipun banyak perbedaan diantara mereka dan kami, namun selama masih muslim, pihak keluarga
masih memperlakukan Ali Imron sebagaimana saudara biasa. Tidak ada permasalahan diantara kami,"
demikian ungkap Ali Fauzi kepada muslimdaily.net, Jumat (14/11/2008) maghrib.
Sementara itu, Ustadz Chozin, anggota keluarga yang lain, juga mengungkapkan hal yang sama.
"Bagi saya, walaupun tidak ada maupun ada dalam lingkungan keluarga, Ali Imron tetap ada di hati kami,"
kata Chozin. (fkr/MD)

BERITA EKSEKUSI AMROZI MENDUNIA


Jakarta - Berita dieksekusinya Amrozi cs cepat menyebar ke seluruh penjuru dunia, tak terkecuali di dunia
maya. Di situs berbagi video YouTube misalnya, video terkait eksekusi ketiga pelaku bom bali 1 ini marak
diserbu pengguna internet.
Ada banyak video yang mengisahkan gerombolan teroris Amrozi, Muklas dan Imam Samudera ini di
YouTube. Mulai dari dari detik-detik hari eksekusi hingga kisah di balik tragedi bom pada tahun 2002 itu.
Menurut pantauan detikINET, Senin (10/11/2008), video yang tersaji tak hanya berasal dari potongan-
potongan berita stasiun televisi tanah air, namun juga berasal dari sejumlah media internasional.
Beberapa video bahkan menjadi hits di YouTube, dengan mampu menarik hingga ribuan penonton dari
seluruh dunia. Di antaranya berjudul 'Bali bombers executed by firing', 'Bali Bombers Executed' serta
'Dibalik tragedi Bom Bali'.
Dengan ini terbukti bahwa eksekusi dari ketiga terpidana mati ini tak hanya menarik masyarakat tanah air
ataupun segintir orang yang terkait langsung dengan tragedi ini. Pengakses dunia maya di seluruh dunia
pun tertarik untuk mencari tahu. ( ash / fyk )

Foto kain kafan almarhum Imam Samudra


Nopember 12, 2008 — kiranadimas
Saya kira itu belum tentu benar. Itu bisa saja rekayasa foto,” kata Kadiv Humas Mabes Polri Abubakar
Nataparawira dalam jumpa pers di Mabes Polri, Jl Trunojoyo, Jakarta Selatan, Senin (10/11/2008).
Mengenai foto wajah almarhum Imam Samudra dalam balutan kain kafan setelah eksekusi beredar di
internet polisi tidak mau begitu saja mempercayai keotentikan gambar tersebut.
Gambar wajah terakhir Imam Samudra setelah eksekusi tersebut pertama kali muncul di situs
www.arrahmah.com. Dalam situs tersebut, foto dipakai untuk ilustrasi berita berjudul “As Syahid Imam
Samudra Bergabung dengan Kafilah Syuhada. Foto itu juga ditempeli tulisan eksklusif
www.arrahmah.com.

Radar Solo dan Momen yang Mustahil Terulang


Pesankan Jihad lewat Media Massa
Aawal tahun 2008 untuk kali pertama saya berkesempatan bertemu dengan tiga terpidana mati tersebut.
Saya bertandang ke Nusakambangan bersama rombongan Tim Pengacara Muslim (TPM) Jawa Tengah.
Berkat bantuan mereka pula saya akhirnya bisa menyeberang ke Nusakambangan, dan masuk ke lembaga
pemasyarakatan di mana Amrozi, Imam Samudra, dan Ali Ghufron alias Mukhlas ditahan.
Jujur, ketika kaki saya melangkah melalui pintu Lapas Kelas I Batu, Nusakambangan, saya sempat grogi.
Tak terlalu yakin dengan apa yang saya lakukan. Maklum saja, yang hendak saya temui saat itu bukan
narapidana sembarangan, tapi orang-orang yang membuat dunia gempar dengan aksi pengeboman Paddy's
club dan Sari Club. Ratusan nyawa melayang dan ratusan lainnya terluka karenanya.
Yang terbayang di benak saya saat itu adalah ketiganya bakal memberi sambutan tak mengenakan, karena
saya adalah wartawan. Saya juga membayangkan mereka akan menyambut saya dengan orasi-orasi Islami,
yang mungkin akan sulit saya pahami dan saya terjemahkan.
Tapi, tuntutan profesi mengalahkan bayangan-bayangan di kepala saya. Langkah pasti pun saya tapakkan
melewati pintu masuk LP Batu. Tak sampai lima menit setelah itu yang hendak saya temui muncul.
Ketiganya datang bersamaan.
Di bawah penjagaan ketat sipir-sipir penjara mereka digiring menuju ruang pertemuan yang berada tak jauh
dari penjagaan LP Batu. Saat itu juga saya mendapat sambutan yang 180 derajat berbeda dengan apa yang
sempat melintas di benak saya sebelumnya.
Ketiganya begitu ramah. Ketiganya memperlakukan saya bak seseorang yang telah lama mereka kenal.
Bahkan, sambil bersalaman dan mengucap salam ketiganya memeluk dan mencium saya, sama seperti
mereka lakukan kepada Achmad Michdan, koordinator TPM yang ada di rombongan.
Perlakuan itu semula saya anggap terjadi karena mereka belum tahu bahwa saya adalah wartawan. Tapi,
ternyata perlakuan mereka tetap sama, bahkan lebih hangat saat Khalid Syaefullah, anggota rombongan
17
lain, memberitahukan status profesi saya kepada mereka.Bahkan, Imam samudra yang saat itu duduk
paling dekat dengan saya langsung mengulurkan tangan, mengajak salaman lagi sembari merangkul
pundak saya. "Kalau Antum (Anda) wartawan, suarakan yang benar. Jangan sampai menyiarkan
kebohongan. Kalau Antum dari Jawa Pos tetap jadi Jawa Pos. Jangan sampai jadi Bohong Pos. Jihad saya
melalui perang, tapi jihad Antum melalui berita," kata Imam Samudra saat itu.
Dalam suasana keramahan dan kekeluargaan yang berlangsung selama 30 menit itu, ketiganya berulangkali
mengatakan bahwa apa yang mereka lakukan di Bali enam tahun lalu itu adalah sebuah perang melawan
bangsa kafir. Jihad di jalan Islam adalah dasar yang mereka jadikan pembenar atas aksinya.
Mereka mengaku sama sekali tak menyesali. Malah, Amrozi saat itu menyatakan yang dia sesali adalah
jumlah korban dari bangsa --yang menurut mereka bangsa kafir-- yang terlalu sedikit. Harusnya, kata dia
sambil tersenyum ketika itu, yang mati dalam aksi itu adalah seribu orang bangsa kafir. "Kurang banyak
(kalau cuma puluhan warga Australia dan sekutu AS lainnya yang tewas). Harusnya seribu," kata Amrosi
waktu itu.
Soal adanya korban kaum muslim dalam kejadian itu, mereka mengatakan di luar kesengajaan. Meski
demikian, mereka sepakat menolak bahwa bom Bali terjadi tidak sesuai dengan rencana. Menurutnya,
ledakan itu sudah sesuai dengan skenario. Hanya saja terjadi sedikit error sehingga timbul korban dari
kaum Muslim.
"Kalau memang mereka di sana dalam keadaan bekerja, insya Allah mereka mati syahid. Saya sudah
membayar itu dengan puasa kafarat (pengganti). Saya yakin, cepat atau lambat keluarga korban akan
mendukung kami," ujar Imam Samudra.
Terkait rencana ekseskusi mati yang menanti, ketiganya saat itu kompak mengatakan kematian mereka
bukan di tangan siapa-siapa, selain Allah SWT. Dari pertemuan bersama ketiganya di ruang pertemuan LP
Batu, saya juga sempat bertemu dan berbicara secara intens dengan Mukhlas dan Imam Samudra, masing-
masing dilakukan empat mata.
Selama satu jam saya berbincang, sama sekali tak melihat rona-rona kekhawatiran bahwa regu tembak bisa
datang setiap saat untuk mengakhiri hidup mereka. Yang saya lihat saat itu adalah sebuah keteguhan dan
kepasrahan.
Mereka mengaku menyerahkan hidup mereka kepada Sang Pencipta. Mereka juga mengaku siap
diekseskusi kapan saja. Bagi mereka, kematian bukan apa-apa. "Kematian bisa datang kapan saja, melalui
cara apa saja, dan menimpa siapa saja. Kematian menurut mereka adalah rahasia Allah. Nyawa saya tidak
ada kaitannya dengan eksekusi. Nyawa saya milik Allah," tegas kata Amrozi, berulang-ulang.
(tej/bersambung)

Radar Solo dan Momen yang Mustahil Terulang


Tampaknya, Mereka Pilih Melawan dengan Hati
Sejak bertemu sampai sekarang, masih membekas di pemahaman saya bahwa Amrozi, Imam Samudra, dan
Mukhlas memang orang-orang yang sangat paham dan teguh memegang keyakinannya.
DIANTARA ketiga terpidana mati bom Bali I, Imam Samudra yang paling lantang bersuara ketika bertemu
koran ini, akhir Januari lalu. Tidak ada keraguan dari kata-katanya, nada bicaranya meledak-ledak, serta
lebih terkonsep dibanding Amrozi dan Mukhlas.
Kata-kata yang keluar dari mulut pria yang bersama asli Abdul Azis memang lebih fokus dan sesekali
menohok, tanpa tedeng aling-aling. Saya tak akan mungkin melupakan salah satu ucapan Imam Samudra
sesaat sebelum saya mewancarainya.
Saat itu, selain saya di ruang Kabid Administrasi dan Kamtib Lapas Batu, Nusakambangan, Mudianto, ada
dua pria bertubuh tegap. Keduanya sudah berada di ruang itu sebelum Imam masuk.
Rambut salah satu pria itu gondrong dan dikucir ke belakang. Satu lagi menutupi rambut berubannya
dengan topi. Sesaat setelah masuk, Imam membuat kedua pria itu salah tingkah. Hanya beberapa detik
setelah duduk di kursi, matanya tajam menatap keduanya secara bergantian.
Pria dengan rambut terkucir yang duduk di kursi mencoba beradu pandang dengan terpidana mati di
depannya. Tapi, itu hanya berlangsung beberapa detik saja. Selanjutnya, dia membuang pandangannya ke
sudut lain di ruang itu.
Tiba-tiba saja, sambil terus menatap pria berkucir itu, Imam menanyakan asal usul mereka. Karena tak
langsung menjawab, Imam langsung menyambung kata-katanya dengan pertanyaan. "Anda dari Polres
(Cilacap) kan. Anda juga kan," tanyanya, sembari terus memandangi keduanya bergantian.
Merasa ketahuan, dua pria berkaos itu mengaku bahwa mereka adalah polisi. Kata-kata Imam selanjutnya
benar-benar mengejutkan. "Anda-anda nggak mungkin bisa bohongi saya. Saya telah empat kali mimpi
ketemu... (Imam menyebut dua jenis binatang). Setiap pagi setelah saya mimpi, kalau nggak ketemu
dengan polisi pasti saya ketemu dengan orang pengadilan. Saya nggak bohong. Saya hanya ngasih tahu,"
katanya enteng sembari tersenyum.
18
Dua polisi yang ketahuan itupun tercekat mendengar ucapan Imam Samudra. Seandainya yang
mengucapkan kata itu bukan sang terpidana mati, bisa jadi mereka bakal naik pitam. Tapi, siang itu
keduanya terlihat tak berdaya. Keduanya pun tersenyum kecut sambil membuang mukanya yang merona
merah.
Banyak yang diceritakan Imam Samudra saat itu. Tapi, yang masih tersimpan di kepala saya adalah kalimat
bahwa mati syahid adalah cita-cita yang dia pilih sejak berusia 17 tahun. Bahkan, dia berharap sudah
menjadi syuhada di umur 25 tahun. "Tapi sampai sekarang malah masih hidup. Pada umur 25 itu saya
malah menikah, 3 tahun setelah saya pulang dari Afghanistan," ujarnya.
Impian mati syahid itu akan tercapai jika dia dieksekusi mati, dan dia benar-benar dieksekusi Minggu dini
hari lalu. Eksekusi itu akan membuatnya masuk ke surga dan bertemu dengan bidadari-bidadari yang kini
telah menunggunya. "Insya Allah yang mengeksekusi saya nanti tidak akan tenang hidupnya. Kalau tidak
dia sendiri, keluarganya akan celaka," imbuhnya.
Saat itu, Imam Samudra menjanjikan perlawanan di hari eksekusinya. Dia tidak akan menyerah begitu saja
di hadapan regu tembak. "Saya tidak mau seperti kambing congek. Saya tidak akan diam begitu saja ketika
diborgol atau sewaktu di depan regu tembak. Saya akan melawan semampu saya," katanya.
Dia mencontohkan, jika tangannya masih bisa dipakai melawan, dia akan menggunakan tangannya.
Seandainya tidak bisa, dia akan menggunakan kaki atau bagian tubuh yang lainnya untuk melawan regu
tembak. Kalau memang semuanya tidak bisa dilakukan, minimal dia akan melakukan perlawanan dengan
hatinya. "Allahu Akbar," ucapnya kemudian.
Ternyata, kabar dari rekan grup Jawa Pos, Imam memilih meneriakkan takbir 5 kali ketika dijemput. Tidak
memakai penutup mata ketika akan ditembak, dan meneriakkan sekali takbir sesaat sebelum ketua regu
tembak memberikan aba-abanya.
Baginya, kematiannya karena jihad bukanlah apa-apa. Imam menyebut dia hanyalah setitik debu di antara
jutaaan mujahidin di seluruh dunia, yang saat ini masih berjuang di jalan Allah. "Semua demi membela
muslim dari ketertindasan. Siapapun yang menyakiti muslim pasti akan dihukum oleh Allah. Makanya bagi
para polisi yang ada di sini, saya pesan jangan sakiti Muslim," nasehatnya, yang tentu saja hanya didengar
oleh dua orang polisi yang menunggui.
"Saya pesan jangan mau kalau disuruh menangani para mujahidin. Kalau mau, saya sumpah hidup anda
tidak akan tenang. Kalau ngurusi rampok boleh. Lakukan itu bersama doa saya," sambungnya, sambil
melihat ke arah dua polisi itu.
Setelah berbincang dengan Imam Samudra, Mukhlas dan Amrozi juga bertemu saya. Keyakinan keduanya
tak jauh beda dengan Imam. Hanya, pembawaan Mukhlas sedikit berbeda. Nada bicara lebih kalem dan
sangat agamis. Saat itu, dia mengaku menemui banyak kebahagian di penjara itu. Bahkan, lebih dari
kebahagiaan yang dia rasakan ketika bertemu dengan istrinya di malam pertama.
"Makanya saya ceria. Kebahagiaan di sini adalah kebahagiaan ruh yang berhubungan dengan Allah.
Sedang kebahagiaan saat bertemu istri adalah kebahagiaan jasmani," ujarnya, sambil mengelus jenggotnya
yang mulai memutih.
Kebahagiaan itu karena selama di dalam penjara Mukhlas bisa lebih banyak berkomunikasi dengan Yang
Maha Pencipta. Di penjara, lanjutnya, setiap hari bisa terus menerus membaca dan melafalkan ayat-ayat
Alqur'an. Juga, bisa lebih khusuk ibadah.
"Jadi, hakim telah membuat saya lebih bahagia dengan putusannya. Hakim salah telah memenjarakan
kami. Di sini, kami jarang mendengar ada pemurtadan terhadap Islam. Itu membuat kami bahagia,"
katanya.
Sedangkan Amrozi terlihat lebih pendiam dibanding kakaknya Mukhlas, dan Imam Samudra. Dia juga
lebih lucu dibandingkan keduanya. Salah satunya ketika saya menanyakan permintaan terakhirnya jika
nanti dieksekusi. "Apa ya. Kalau boleh saya minta keluar. Saya ingin berjihad," katanya datar sambil
tersenyum.
Saat itu, Amrozi tidak memikirkan eksekusinya. Setengah bercanda, dia mengatakan hal yang dia pikirkan
terkadang justru tidak terjadi. "Saya nggak mau memikirkan itu, belum terpikirkan apa-apa. Yang jelas, di
manapun dan kapanpun saya ingin mati syahid. Tidak lebih. Saya juga mau kematian saya itu dikenang.
Tapi, terserah kalau ada yang mau mengenang," ujarnya, disambung senyum lebar.
Hingga eksekusi tiba Minggu (10/11) dinihari lalu, dua kali saya mengunjungi mereka. Kunjungan kedua
saya lakukan 14 Mei lalu. Saat itu, fokus kunjungan saya adalah menemui Amrozi, yang dua hari
sebelumnya menikahi lagi mantan istrinya.
Saat itu. Amrozi mengaku beruntung. Dia menganggap di saat kondisinya serba terbatas secara fisik, dia
masih mampu menunaikan salah satu sunah nabi, yaitu berpoligami. Keberuntungan lain adalah
kebersediaan mantan istri pertamanya untuk menerima dia yang terpenjara.
Bahkan, untuk lebih memberi kesan, Amrozi sengaja mewasiatkan agar wakilnya di pernikahan, Ali
adiknya Fauzin, mengenakan baju loreng tentara. "Baju itu simbol keberanian mujahidin. Saya adalah
mujahid. Jadi, selain diwakili oleh adik saya, baju loreng itu simbolisasi kehadiran saya sebagai seorang
mujahidin," kata Amrozi.
19
Amrozi juga berharap Hendra, anaknya dari istri yang dinikahinya lagi, akan mengikuti jejaknya menjadi
mujahidin. Tapi, dia tidak mengharuskan anaknya menjadi martir pengeboman. "Mungkin saja di saat dia
memutuskan menjadi mujahidin, ada cara baru melawan kaum kafir," tandasnya.
Sekarang, ketiganya telah berpulang. Saya mendapat kabar bahwa peluru telah ditembakan ke tubuh
Amrozi dkk Minggu pukul 00.22. Sebuah pesan singkat dikirimkan seorang teman dari satuan keamanan
yang bertugas di wilayah Cilacap. Inalillahi wainna ilaihi roji'un. Telah yahid 3 ikhwan syuhada kita Ali
Imron (Mukhlas), Amrozi, dan Imam Samudra di Nusakambangan. Semoga arwah mereka ditempatkan
Allah SWT sesuai dengan amal ibadahnya," ujar teman saya itu.
Saat itu juga saya langsung tercenung. Saya teringat pertemuan-pertemuan dengan mereka yang selalu
dihiasai dengan kata mujahiddin, jihad fisabilillah, syahid, dan syuhada. Hati saya langsung bertanya
apakah benar Imam Samudra dkk melawan ketika senjata hendak ditembakkan kepadanya.
Apakah benar malam itu yang datang menjemput arwah ketiganya adalah bidadari-bidadari surga. Hingga
sekarang saya belum mendapat jawaban atas itu, kecuali kabar dari teman bahwa mereka hanya berbekal
takbir hingga akhir hayatnya. Malam itu, saya menyempatkan diri berdoa. Saya berharap ketiganya benar-
benar menemui syahid seperti yang mereka harapkan.
Saya juga berharap mereka benar-benar disambut bidadari-bidadari surga dan menjadi syuhada. Teguhnya
keyakinan mereka mengajari saya untuk meyakini sesuatu yang menurut kita benar sekuat hati. Selamat
jalan Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudra. Semoga kebaikan menanti kalian di kehidupan selanjutnya.
(tej)[

Gus Dur Ragukan Eksekusi Amrozi Cs


JAKARTA - Mantan Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU)
Abdurahman Wahid atau Gus Dur meragukan eksekusi mati terhadap trio bomber
Bali I.
"Saya itu malah bertanya dalam hati. Apa betul Amrozi dihukum tembak. Jangan-
jangan enggak," kata Gus Dur saat ditanya soal eksekusi Amrozi cs, usai acara
Kongkow bersama Gus Dur di Utan Kayu, Jakarta, Sabtu (15/11/2008).
Lalu setengah berkelakar, Gus Dur malah meyakini bahwa tri bomber ini akan
muncul kembali di saat yang tertentu. "Nanti dia akan muncul sendiri pada
waktunya," ujarnya, yang disambut tawa wartawan dan orang-orang yang
mendengarkannya. (uky)

Dorce: “Wajib Hukumnya Layat Samudra”


Artis Dorce Gamalama ikut melayat di rumah Imam Samudra di Desa Lopang Gede, Serang,
Dorce yang berjaket coklat, celan jins dan kerudung hijau, mengatakan bahwa sebagai muslim dirinya tidak
melihat ada kesalahan atau tidak pada diri Imam Samudra.
Ia melayat jenazah Imam Samudra itu bukan karena ia sebagai pendukung terpidana mati kasus bom Bali I
itu, tapi ia ke Serang karena sesama muslim wajib untuk melayat saudaranya yang meninggal.
"Salah atau tidak salah itu hanya Allah yang tahu," katanya kepada INILAH.COM di Lopang Gede,
Serang, Minggu (9/11).
Menurut dia, melayat jenazah sesama muslim wajib hukumnya. "Ini hukumnya sama saja jika kita
diundang ke pernikahan seseorang," ujarnya.
Ia juga mengatakan dirinya waktu peristiwa bom di Bali juga datang. "Dan di sini saya juga datang,"
katanya seraya memohonkan agar arwah Imam Samudra diterima oleh Allah SWT.[tra]

RUMAH AMROZI JADI TEMPAT WISATA


DESA Tenggulun, Kecamatan Solokuro, Lamongan, Jawa Timur, mendadak berubah
ramai, bak daerah tujuan wisata akhir pekan ini. Ratusan orang bergelombang
mendatangi desa yang berjarak sekitar 20 km dari pusat kota Lamongan ini.
Pendatang ternyata hanya ingin mengetahui tanah kelahiran Amrozi dan Ali Ghufron
alias Mukhlas, dua dari tiga terpidana kasus Bom Bali I yang akan dieksekusi.
Selain dengan mobil bak terbuka, pengunjung juga mengendarai motor,
berboncengan dengan anak dan istri. Biasanya, mereka datang sejak pagi hari dan
pulang menjelang sore. ”Saya hanya ingin melihat desa kelahiran Amrozi, ” kata Ny
Karti, warga dari luar kecamatan
Pengunjung yang mempunyai ponsel berkamera memotret rumah itu. banyak di

20
antara mereka tampak berpose dengan latar belakang rumah Amrozi.
Karang Taruna Tenggulun pun berinisiatif mengatur parkir mobil dan motor yang
masuk Tenggulun. Tak tangung-tanggung, tarif parkir mobil dipatok Rp 10.000. Tarif
itu berlaku 24 jam.
Kepala Desa Tenggulun, Abu Sholeh, mengatakan bahwa pemberlakuan parkir ini
merupakan putusan rapat aparat desa. Khusus mobil yang membawa peralatan
pemancar mini untuk penyiaran, desa mematok tarif iuran Rp 200.000
Banyaknya pendatang juga dibarengi dengan banyaknya pedagang dari luar
Tenggulun. Ahmad yang berasal dari Jombang berdagang burung peking di seberang
Ponpes Al Islam. Ahmad membawa motor dengan sangkar besar, berisi ratusan
burung.
”Lumayan, mulai laku meski belum ramai,” kata Ahmad. Ia menjual burung Rp 1.000
per ekor atau Rp 3.000 lengkap dengan sangkar kecilnya.(Surya/tig)

ADA-ADA AJA, Misteri Angka 911


Dalam sejarah konspirasi, segala tanggal kejadian tidak lepas dari sebuah rencana matang yang sudah
sangat-sangat diperhitungkan, sekarang mari kita bertanya-tanya:
 WTC meledak bulan 9 tanggal 11 tahun 2001: 9 11 2001 (tanggal versi amerika)
 Bom Bali I meledak bulan 10 tanggal 12 tahun 2002: 10 12 2002
 WTC + 1 = Bom Bali I. Coba perhatikan 9+1 = 10, 11+1 = 12, 2001+1 = 2002
 Eksekusi mati Imam Samudra, Amrozi, Mukhlas = 9 November 2008 = 9 11 2008 (tanggal versi
indonesia)
 semua kejadian diatas berhubungan dengan angka 911
Begitupun dengan Amrozi, Mukhlas, dan Imam Samudera. Ketiga pelaku pengeboman di Bali pada 12
Oktober 2002 ini telah dieksekusi pada tanggal 9 November kemarin. Dalam eksekusi tersebut, muncul
pula angka 911, karena pada tanggal 9 dan bulan 11.
“Itu (waktu eksekusi Amrozi Cs) atas permintaan dari Pemerintah Australia kepada Pemerintah Indonesia.
Jadi sengaja dibalik antara bulan dan tanggalnya saja. Setting waktunya jelas,” tegas pengamat intelijen
El Chaidar di Jakarta, Senin (10/11/2008).

21
SENYUM nya

Amrozi-Mukhlas di Muslim Daily.COM

Afwan Foto hitam putih jenazah mukhlas (sebelah kiri) dan amrozi (kanan)

INILAH.COM, Jakarta - Setelah foto Imam Samudra tayang di arrahmah.com, giliran foto Amrozi
dan Mukhlas yang tayang di situs muslimdaily.net. Foto kakak beradik Tenggulun itu terlihat bak
orang tidur.
Dalam artikel berjudul 'Misteri Tanda Syahid Amrozi Cs Terkuak', foto tersebut memperlihatkan wajah
Mukhlas dan Amrozi dengan mata setengah terbuka serta bibir yang memperlihatkan barisan gigi
keduanya.
Dituliskan pula dalam artikel tersebut kesaksian orang yang bertakziah di rumah ibu Hj Tariyem, ketika
keranda jenazah masuk dan kain penutup keranda dibuka, sontak tercium bau wangi yang menyebar ke
seluruh ruangan.
Kejadian ini sempat membuat keheranan para pelayat, karena di dalam ruangan yang sempit tersebut udara
sangat pengap dan pengunjung berjubel dalam satu ruangan. Bila merupakan wangi dari minyak wangi, tak
akan mampu mengalahkan bau badan para pengunjung dan tidak akan dapat memberikan aroma dengan
kadar wangi yang sama.
"Allahu Akbar. Itu bukan bau minyak wangi. Bukan. Tapi bau wangi dari asy syahid," ujar Abdul Rachim,
salah seorang tamu yang melihat ketika kafan dibuka.
Ditambahkan Rachim, ketika kain penutup wajah Mukhlas di buka, terlihat jelas bulir-bulir keringat
menempel di bagian muka. Kondisi yang sama yang terjadi dengan mereka yang masih hidup dan dalam
kondisi kegerahan. Seakan Mukhlas merasakan kegerahan yang sama yang dengan kegerahan yang dialami
oleh para pelayat beliau.
Pengelola Muslimdaily.net mengaku telah menerima izin dari pihak keluarga Amrozi, yakni Ali Fauzi,
untuk mempublikasikan foto tersebut. Muslim daily net.

TAPI KITA PUNYA MUSUH, berikut komentar


musuh Allah, rasulNya dan Musuh kaum muslimin :
Btw, congratz buat Amrozi dkk karena Anda sudah lancar memasuki neraka tanpa birokrasi2 yg rumit!
Moga2 72 gay yang dijanjikan selalu memperkosa Anda tiap menit. Seharusnya si stupid *ucking Amrozi
dkk itu setelah ditembak dicincang dulu sampe kecil2, baru diblender, dimixer, kasi tepung+gula, baru
dikasi makan ke babi2 hutan, nah babi2 hutan itu ditembak lagi, lalu dipanggang, lalu dimakan oleh si
stupid gay Abu Bakar Baasyir! (http://www.indonesia.faithfreedom.org/forum/)

22
Maka, mari kita siapkan ilmu, bekal dan apa saja untuk mengcounter mereka, + jangan lupa berdoa, moga
kita tetap istiqomah melawan mereka dan tidak berada dalam barisan mereka hingga titik darah terakhir.
Amin.

23

Anda mungkin juga menyukai