Anda di halaman 1dari 98

ASUHAN KEBIDANAN KOMPREHENSIF PADA NY.

X
DI PUSKESMAS X

PROPOSAL PENELITIAN
Diajukan untuk Menyusun Karya Tulis Ilmiah
Program Studi Kebidanan Jenjang Diploma III
Fakultas Ilmu Kesehatan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Disusun Oleh:
1. Saidatul Fauziah (1610104061)
2. Putri Yunita (1610104066)
3. Syifa Annida (1610104070)
4. Mar atul Khusna Q. A (1610104071)

PROGRAM STUDI KEBIDANAN JENJANG DIPLOMA III


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS ‘AISYIYAH YOGYAKARTA
JUNI 2018*
KATA PENGANTAR
DAFTAR ISI
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kehamilan, persalinan, nifas, bayi baru lahir dan pemilihan alat kontrasepsi

merupakan proses fisiologis dan berksinambungan. Kehamilan dimulai dari

konsepsi sampai dengan lahirnya janin yang melibatkan perubahan fisik dan

emosi dari ibu setra perubahan sosial dalam keluarga (Saifuddin, 2009:54).

Pemeriksaan dan pengawasan secara komperehensif sejak masa kehamilan

mutlak diperlukan, karena gangguan kesehatan yang dialami oleh seorang

ibu yang sedang hamil bisa berpenaruh pada kesehatan janin dikandungan,

saat kelahiran hingga masa pertumbuhan. Namun, pada kenyataannya

pelayanan antenatal belum dilakukan secara komprehensif.


B.
Upaya penurunan AKI harus difokuskan pada penyebab langsung

kematian ibu yang terjadi 90% pada saat persalinan dan segera setelah

persalinan. Hal ini berdasarkan kenyataan bahwa lebih dari 90% kematian

ibu disebabkan komplikasi obstetri, yang sering tidak dapat diramalkan

pada saat kehamilan. Kebanyakan komplikasi itu terjadi pada saat atau

sekitar persalinan (Safuddin, 2009:62).


C.
Berdasarkan data profil kesehatan dari Dinkes Kabupaten Ponorogo

tahun 2015, jumlah AKI sebesar 108,3/100.000 KH (9 orang) ,AKB

sebanyak 14,3/1000 KH (119 bayi) (DINKES Kabupaten Ponorogo, 2015).

Berdasarhan hasil PWS KIA, data persalinan oleh nakes pada tahun 2015

tercatat 8296 (94%) . Untuk angka lahir hidup sebesar 8303 di tahun 2015.
BBLR tercatat 404 pada tahun 2015. Untuk cakupan K1 97% Dari target

99%, cakupan K4 pada tahun 2015 adalah 87% dari target 92%. Pelayanan

Neonatus atau KN, untuk KN1 97 % dan untuk cakupan KN Lengkap

sebesar 95%. Kunjungan ibu nifas pada tahun 2015 sebanyak 8006. Untuk

KB aktif sampai dengan bulan agustus 2015 mencapai 139515 pasien aktif

KB dari target 70% .

Adanya kesenjangan antara cakupan K1 dan K4 bisa diartikan

karena masih banyak ibu hamil yang telah melakukan kunjungan pertama

pelayanan antenatal tidak meneruskan hingga kunjungan ke-4 pada triwulan

ke tiga sehingga kehamilan lepas dari pemantauan petugas kesehatan.

Kondisi tersebut dapat mengakibatkan kematian pada ibu dan bayi yang

dikandungnya.

Salah satu upaya yang dapat dilakukan untuk meningkatkan

pelayanan kesehatan yang bersifat menyeluruh dan bermutu kepada ibu dan

bayi dalam lingkup kebidanan adalah melakukan asuhan kebidanan secara

komprehensif (continuity of care). Hal ini sesuai dengan rencana strategis

menteri kesehatan dari salah satu prioritas pembangunan kesehatan pada

tahun 2010 – 2014 adalah peningkatan kesehatan ibu, bayi, balita, dan

Keluarga Berencana (KB) (Kemenkes, 2010). Upaya lain yang dapat

dilakukan untuk memenuhi target yang belum tercapai dapat melakukan

upaya seperti tenaga kesehatan harus bekerja sama dengan kader desa, agar

kader desa aktif melaporkan ibu hamil kepada tenaga kesehatan yang ada di

desa tersebut, sehingga tenaga kesehatan bisa mendeteksi masalah


kesehatan yang ada di desa tersebut. Selain itu, mahasiswa juga bisa

melakukan asuhan yang berkelanjutan secara komperhensif terhadap ibu

hamil sampai dengan KB.

Continuity of care adalah suatu proses dimana tenaga kesehatan

yang kooperatif terlibat dalam manajemen pelayanan kesehatan secara terus

menerus menuju pelayanan yang berkualitas tinggi, biaya perawatan medis

yang efektif. Continuity of care pada awalnya merupakan ciri dan tujuan

utama pengobatan keluarga yang lebih menitik beratkan kepada kualiatas

pelayanan kepada pasien (keluarga) dengan dapat membantu bidan (tenaga

kesehatan). Asuhan yang berkelanjutan berkaitan dengan kualitas. Secara

tradisional, perawatan yang berkesinambungan idealnya membutuhkan

hubungan terus menerus dengan tenaga professional. Selama trisemester III,

kehamilan dan melahirkan sampai enam minggu pertama postpartum.

Penyediaan pelayanaan individual yang aman, fasilitasi pilihan informasi,

untuk lebih mendorong kaum wanita selama persalinan dan kelahiran, dan

untuk menyediakan perawatan komprehensif untuk ibu dan bayi baru lahir

selama periode postpartum (Estiningtyas, dkk.2013).

Berdasarkan uraian datas peneliti tertarik untuk memberikan asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care pada ibu hamil, bersalin, nifas, bayi

baru lahir serta KB. Pemberian asuhan kebidanan tersebut diharapkan dapat

memberikan kepastian bahwa seluruh pross yang dialami mulai dari hail

sampai dengan KB dapat berlangsung secara fisiologis tanpa ada

komplikasi.
B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu hamil normal ?

2. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu bersalin normal ?

3. Bagaimana asuhan kebidanan pada ibu nifas normal ?

4. Bagaimana asuhan kebidanan pada bayi baru lahir normal ?

5. Bagaimana asuhan kebidanan pada keluarga berencana ?

C. Tujuan

1. Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan asuhan secara Continuity Of Care dan

komprehensif kepada ibu mulai dari hamil trimester III, bersalin, nifas,

bayi baru lahir serta KB.

2. Tujuan Khusus

Setelah study kasus, diharapkan mahasiswa mampu :


1. Melakukan asuhan kebidanan pada kehamilan, meliputi

pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, merancanakan

asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, melakukan

evaluasi asuhan kebidanan, dan melakukan pendokumentasian

asuhan kebidanan secara continuity of care.

2. Melakukan asuhan kebidanan pada persalinan, meliputi

pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, merancanakan

asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, melakukan

evaluasi asuhan kebidanan, dan melakukan pendokumentasian

asuhan kebidanan secara continuity of care.


3. Melakukan asuhan kebidanan pada nifas, meliputi pengkajian,

merumuskan diagnose kebidanan, merancanakan asuhan

kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, melakukan evaluasi

asuhan kebidanan, dan melakukan pendokumentasian asuhan

kebidanan secara continuity of care.

4. Melakukan asuhan kebidanan pada bayi baru lahir, meliputi

pengkajian, merumuskan diagnose kebidanan, merancanakan

asuhan kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, melakukan

evaluasi asuhan kebidanan, dan melakukan pendokumentasian

asuhan kebidanan secara continuity of care.

5. Melakukan asuhan kebidanan pada KB, meliputi pengkajian,

merumuskan diagnose kebidanan, merancanakan asuhan

kebidanan, melaksanakan asuhan kebidanan, melakukan evaluasi

asuhan kebidanan, dan melakukan pendokumentasian asuhan

kebidanan secara continuity of care.

D. Manfaat

1. Manfaat Teoritis

Sebagai bahan kajian materi asuhan kebidanan serta dapat

mengaplikasikan materi yang telah diberikan dari kehamilan,

persalinan, nifas, bayi baru lahir, serta KB, dalam meningkatkan derajat

kesehatan ibu dan anak.

2. Manfaat praktis

a. Bagi instansi pendidikan


Menambah sumber refrensi (bahan bacaan) diperpustakaan asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care.

b. Bagi BPM

Untuk meningkatkan pelayanan atau kinerja bidan dalam pemberian

asuahn kebidanan secara Continuity Of Care.

c. Bagi Klien

Klien mendapatkan asuhan kebidanan yang sesuai dengan standart

pelayanan kebidanan dengan menggunakan pendekatan asuhan

kebidanan secara Continuity Of Care.

E. Keaslian Penelitian

1. Penelitian yang dilakukan oleh Restu Wijayanti 2016 di BPS Pipin

Heriyanti Yogyakarta yang berjudul Asuhan Kebidanan pada Ibu hamil

dengan Anemia Ringan di BPS Pipin Heriyanti Yogyakarta, dengan

menggunakan desain penelitian deskriptif analitik dan menggunakan

pendekatan cross sectional, yang dilakukan oleh 1 responden dengan

menggunakan metode pengumpulan data bentuk penelitian studi kasus,

subyek ibu hamil dengan anemia ringan di BPS Pipin Heriyanti

sebanyak satu orang, teknik pengumpulan dengan data wawancara dan

pengamatan (observasi) serta menggunakan teknik analisis data di

lapangan model miles huberman.

Hasil penelitian menunjukkan setelah dilakukan asuhan sebanyak tiga

kali, keadaan umum ibu baik, kesadaran compos mentis, mual muntah

dan pusing sudah berkurang, tekanan darah 110/70mmHg, respirasi


19x/m, nadi 80x/m, suhu 36,5C, berat badan 41kg, pemeriksaan fisik

muka tidak pucat, mata simetris, conjungtiva merah muda dan sklera

putih, kadar Hb naik dari 10,8 gr% menjadi 11,3 gr%.

Persamaan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini adalah pada

kasus ibu hamil dengan anemia ringan. Sedangkan perbedaan dengan

penelitian ini adalah subyek, tempat, dan waktu penelitian.

2. Penelitian yang dilakukan oleh Dina Christi 2017 di BPM Helen Tarigan
yang berjudul Asuhan Kebidanan Pada Ny. S Masa Hamil Sampai
Dengan Pelayanan Keluarga Berencana Di Bpm Helen Tarigan Jalan
Bunga Rinte Kecamatan Medan Selayang Tahun 2017. Penelitian ini
menggunakan pendekatan manajemen kebidanan. Subjek penelitian
pada kasus ini adalah Ny. S umur 24 tahun G2P1A0 dari hamil trimester
III, sampai dengan keluarga berencana fisiologis di BPM Helen Tarigan,
Medan Selayang.
Perbedaan dengan penelitian yang akan dilakukan saat ini terletak pada
subyek, waktu penelitian dan tempat penelitian. Sedangkan Persamaan
penelitian ini terletak pada masalah yang di teliti yaitu Asuhan
Kebidanan pada Ibu Hamil, Bersalin, Nifas, Bayi Baru Lahir hingga
Keluarga Berencana.
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

A. Konsep Dasar Kasus

1. Kehamilan

a. Pengertian

Kehamilan didefinisikan sebagai fertilisasi atau penyatuan

dari spermatozoa dan ovum dan di lanjutkan dengan nidasi atau

implantasi. Bila dihitung dari saat fertisasi hingga lahirnya bayi,

kehamilan normal akan berlangsung dalam waktu 40 minggu atau 9

bulan (Prawirohardjo, 2010).

Kehamilan adalah pertemuan antara sel sperma dan sel telur yang

terjadi melalui hubungan seksual antara laki – laki dan perempuan.

Pembuahan terjadi di dalam rahim ketika perempuan sedang berada

pada masa subur (Kissanti, 2008).

Kehamilan merupakan suatu perubahan dalam rangka melanjutkan

keturunan yang terjadi secara alami, menghasilkan janin yang

tumbuh di dalam rahim ibu, dan selanjutnya dapat dijelaskan tingkat

pertumbuhan dan besarnya janin sesuai usia kehamilan, pada setiap

dilakukan pemeriksaan kehamilan (Muhimah dan Safe’I, 2010).

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa kehamilan adalah

pertemuan sel sperma dan sel telur yang terjadi secara alami,

kemudian menghasilkan janin yang tumbuh di dalam rahim ibu.

Berlangsung selama 40 minggu atau 9 bulan.


b. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Ibu Hamil

1) Perubahan Fisiologis Selama Kehamilan

Menurut Sulistyawati (2012), perubahan fisiologis kehamilan

meliputi :

a) Uterus

Akan membesar di bawah pengaruh esterogen dan

progesteron.

b) Serviks Uteri

Akibat kadar estrogen yang meningkat dan adanya hiper

vaskularisasi maka konsistensi serviks menjadi lebih lunak.

c) Vulva dan Vagina

Adanya pengaruh hormone estrogen. Vulva dan vagina

menjadi hiper vaskularisasi sehingga tampak merah dan

kebiruan.

d) Ovarium

Permukaan kehamilan masih terdapat corpus luteum

graviditas sampai terbentuknya plasenta kira – kira

kehamilan 16 minggu. Luteum mengeluarkan hormone

estrogen dan progesterone yang lambat laun fungsinya di

ambil alih oleh plasenta.

e) Mamae

Mamae membesar dan tegang akibat hormone somatotropil.

f) Sirkulasi Darah
Bertambah besar volume darah ibu. Volume darah semakin

meningkat dimana jumlah serum darah lebih besar dari

pertumbuhan sel darah sehingga terjadi semacam

pengenceran (hemodilusi), dengan puncaknya pada usia

kehamilan 32 minggu. Serum darah (volume darah)

bertambah besar 25-30%, sedangkan sel darah bertambah

sekitar 20%. Peningkatan volume darah total termasuk di

dalamnya peningkatan volume plasma yang begitu

signifikan (50%) dibandingkan peningkatan sel darah merah

(18%) juga merupakan sebab peningkatan karbondioksida.

Darah yang diperlukan uterus meningkat dari 100 ml/min

pada akhir trimester pertama menjadi 500 ml/min selama

kehamilan. Proses hemodilusi pada kehamilan dan kadar

hemoglobin sering menyebabkan anemia fisiologis. Aliran

darah vena balik yang sulit pada daerah kaki kadang –

kadang dapat menyebabkan varises pada vena kaki dan

vulva.

g) Sistem Respirasi

Karena usus tertahan dan uterus yang membesar kearah

diafragma, sehingga diafragma kurang leluasa.

2) Perubahan dan Adaptasi Psikologis Selama Kehamilan

Menurut Sulistyawati (2012), perubahan dan adaptasi psikologis

kehamilan meliputi :
a) Perubahan Psikologis Trimester I (Periode Penyesuaian)

(1) Ibu merasa tidak sehat dan kadang merasa benci dengan

kehamilannya.

(2) Kadang muncul rasa penolakan, kekecewaan,

kecemasan, dan kesedihan. Bahkan kadang ibu berharap

agar dirinya tidak hamil.

(3) Ibu akan selalu mencari tanda – tanda apakah ia benar –

benar hamil. Hal ini dilakukan untuk meyakinkan

dirinya.

(4) Setiap perubahan yang terjadi dalam dirinya akan selalu

mendapat perhatian dengan seksama.

(5) Oleh karena perutnya masih kecil kehamilan merupakn

rahasia seorang ibu yang mungkin akan di

beritahukannya kepada orang lain atau mungkin

dirahasiakannya.

(6) Hasrat untuk melakukan hubungan seks berbeda – beda

pada tiap perempuan tetapi kebanyakan akan mengalami

penurunan.

b) Perubahan Psikologis Trimester II (Periode Kesehatan yang

Baik)

(1) Ibu merasa sehat, tubuh ibu sudah terbiasa dengan kadar

hormone yang tinggi.

(2) Ibu sudah bisa menerima kehamilannya.


(3) Merasakan gerakan janin.

(4) Merasa terlepas dari ketidaknyamanan dan

kekhawatiran.

(5) Libido meningkat.

(6) Menuntut perhatian dan cinta.

(7) Merasa bahwa bayi sebagai individu yang merupakan

bagian dari dirinya.

(8) Hubungan sosial meningkat dengan perempuan hamil

lainnya atau pada orang lain yang baru menjadi ibu.

(9) Ketertarikan dan aktivitas terfokus pada kehamilan,

kelahiran, dan persiapan untuk peran baru.

c) Perubahan Psikologis Trimester III (Periode Penantian

dengan Penuh Kewaspadaan)

(1) Rasa tidak nyaman timbul kembali, merasa dirinya jelek,

aneh, dan tidak menarik.

(2) Merasa tidak menyenangkan ketika bayi tidak lahir cepat

waktu.

(3) Takut akan rasa sakit dan bahaya fisik yang timbul pada

saat akan melahirkan, khawatir akan keselamatannya.

(4) Khawatir bayi akan melahirkan dalam keadaan tidak

normal, bermimpi yang mencerminkan perhatian dan

kekhawatiran.

(5) Merasa sedih karena akan terpisah dari bayinya.


(6) Merasa kehilangan perhatian.

(7) Perasaan mudah terluka (sensitive).

(8) Libido menurun.

c. Kebutuhan Dasar Ibu Hamil

1) Kebutuhan Fisik Dan Kebutuhan Psikologi

2) Ketidaknyamanan Selama Kehamilan Dan Penanganannya

2. Persalinan

a. Pengertian

Persalinan adalah proses membuka dan menipisnya serviks dan

janin turun ke dalam jalan lahir. Persalinan dan kelahiran normal

adalah proses pengeluaran janin yang terjadi pada kehamilan cukup

bulan (37-42 minggu), lahir spontan dengan presentasi belakang

kepala, tanpa komplikasi baik ibu maupun janin.

b. Tanda-Tanda Persalinan

1) Menurut Marmi (2011) tanda-tanda bahwa persalinan sudah

dekat:

a) Terjadi lightening

Menjelang minggu ke-36, tanda primigravida terjadi

penurunan fundus uteri karena kepala bayi sudah masuk

pintu atas panggul yang disebabkan: kontraksi Broxton Hiks,

ketegangan dinding perut, ketegangan Ligamentum

Rotundum, dan gaya berat janin dimana kepala ke arah


bawah. Masukknya bayi ke pintu atas panggul menyebabkan

ibu merasakan:

(1) Ringan dibagian atas, dan rasa sesaknya berkurang

(2) Bagian bawah perut ibu terasa penuh dan mengganjal

(3) Terjadinya kesulitan saat berjalan

(4) Sering kencing (follaksuria)

b) Terjadinya His Permulaan

Makin tua kehamilan, pengeluaran estrogen dan progesteron

makin berkurang sehingga produksi oksitosin meningkat,

dengan demikian dapat menimbulkan kontraksi yang lebih

sering, his permulaan ini lebih sering diistilahkan sebagai his

palsu. Sifat his palsu, antara lain:

(1) Rasa nyeri ringan dibagian bawah.

(2) Datangya tidak teratur.


(3) Tidak ada perubahan pada serviks atau tidak ada tanda-
tanda kemajuan persalinan.
(4) Durasinya pendek.
(5) Tidak bertambah bila beraktivitas.
2) Tanda-Tanda Timbulnya Persalinan (Inpartu)

Tanda-tanda inpartu:

a) Terjadinya His Persalinan

His adalah kontraksi rahim yang dapat diraba menimbulkan


rasa nyeri diperut serta dapat menimbulkan pembukaan
serviks kontraksi rahim dimulai pada 2 face maker yang
letaknya didekat cornuuteri. His yang menimbulkan
pembukaan serviks dengan kecepatan tertentu disebut his
efektif. His efektif mempunyai sifat: adanya dominan
kontraksi uterus pada fundus uteri, kondisi berlangsung
secara syncron dan harmonis, adanya intensitas kontraksi
yang maksimal diantara dua kontraksi, irama teratur dan
frekuensi yang sering, lama his berkisar 45-60 detik.
His persalinan memiliki ciri-ciri sebagai beriukut:
(1) Pinggangnya terasa sakit dan menjalar ke depan.
(2) Sifat his teratur, interval semakin pendek, dan kekuatan
semakin besar.
(3) Terjadinya perubahan pada serviks.
b) Keluarnya Lendir Bercampur Darah Pervaginam

Lendir berasal dari pembukaan yang menyebabkan lepasnya

lendir berasal dari kanalis servikalis. Sedangkan penegluaran

darah disebabkan robeknya pembuluh darah waktu serviks

membuka.

c) Dilatasi dan Effacement


Dilatasi adalah terbukanya kanalis servikalis secara
berangsur-angsur akibat pengaruh his. Effacement adalah
pendataran atau pemendekan kanlis servikalis yang semula
panjang 1-2 cm menjadi hilang sama sekali, sehingga hanya
ostium yang tipis seperti kertas.
c. Tahapan Persalinan (Kala I-IV)

Tahapan persalinan dibagi menjadi 4 fase atau kala, yaitu:

1) Kala I
Kala I disebut juga dengan kala pembukaan yang berlangsung
antara pembukaan nol sampai pembukaan lengkap (10 cm). pada
permulaan his, kala pembukaan berlangsung tidak begitu kuat
sehingga parturient masih dapat berjalan-jalan. Proses
pembukaan serviks sebagai akibat his dibagi menjadi 2 fase,
yaitu:
a) Fase laten
Berlangsung selama 8 jam. Pembukaan terjadi sangat lambat
sampai mencapai ukuran diameter 3 cm.
b) Fase aktif, dibagi dalam 3 fase, yaitu:
(1) Fase akselerasi, dalam waktu 2 jam pembukaan 3 cm tadi
menajdi 4 cm.
(2) Fase dilatasi maksimal, dalam waktu 2 jam pembukaan
berlangsung sangat cepat, dari 4 cm menjadi 9 cm.
(3) Fase deselerasi, pembukaan menjadi lambat sekali.
Dalam waktu 2 jam pembukaan 9 cm menjadi lengkap.
2) Kala II
Kala II disebut juga dengan kala pengeluaran. Kala ini dimulai
dari pembukaan lengkap (10 cm) sampai bayi lahir. Proses ini
berlangsung 2 jam pada primigravida dan 1 jam pada
multigravida. Gejala utama dari kala II, yaitu:
a) His semakin kuat, dengan interval 2 sampai 3 menit dengan
durasi 50 sampai 100 detik.
b) Menjelang akhir kala I ketuban pecah yang ditandai dengan
pengeluaran cairan secara mendadak.
c) Ketuban pecah pada pembukaan mendeteksi lengkap diikuti
keinginan mengejan, karena tertekannya fleksus
frankenhauser.
d) Kedua kekuatan, his dan mengejan lebih mendorong kepala
bayi sehingga terjadi: kepala membuka pintu, subocciput
bertindak sebagai hipomoglion berturut-turut lahir ubun-
ubun besar, dahi, hidung, dan muka serta kepala seluruhnya.
e) Kepala lahir seluruhnya dan diikuti oleh putar paksi luar,
yaitu penyesuaian kepala pada punggung.
f) Setelah putar paksi luar berlangsung, maka persalinan bayi
ditolong dengan jalan:
(1) Kepala dipegang pada osocciput dan dibawah dagu,
ditarik cunam ke bawah untuk melahirkan bahu
belakang.
(2) Setelah kedua bahu lahir, ketiak dikait untuk melahirkan
sisa badan bayi.
(3) Bayi lahir diikuti oleh air ketuban.
(4) Pada primigravida kala II berlangsung rata-rata 1,5 jam
dan pada multipara rata-rata 0,5 jam.
3) Kala III
Setelah kala II, kontraksi uterus berhenti sekitar 5 sampai 10
menit. Dengan lahirnya bayi, sudah mulai pelepasan placentanya
pada lapisan Nitabusch, karena sifat retraksi otot rahim.
Dimulai segera setelah bayi lahir sampai lahirnya plasenta, yang
berlangsung tidak lebih dari 30 menit. Jika lebih dari 30 menit,
maka harus diberi penanganan yang lebih atau dirujuk. Lepasnya
placenta sudah dapat diperkirakan dengan memperhatikan
tanda-tanda:
a) Uterus menjadi pudar.
b) Uterus terdorong keatas karena placenta dilepas di segmen
bawah rahim.
c) Tali pusat bertambah panjang.
d) Terjadi perdarahan.
4) Kala IV
Kala IV untuk melakukan observasi karena pendarahan
postpartum paling sering terjadi pada 2 jam pertama. Observasi
yang dilakukan adalah;
a) Tingkat kesadaran penderita.
b) Pemeriksaan tanda-tanda vital: TD, nadi, dan pernafasan.
c) Kontraksi uterus.
d) Terjadi pendarahan.

d. Faktor-Faktor Yang Berpengaruh Pada Persalinan

Menurut Sumarah (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan yaitu power, passage, passanger, posisi ibu dan

psikologis.

Menurut Bandiyah, (2009), faktor-faktor yang mempengaruhi

persalinan adalah power, passage, passanger, psycian, psikologis.

1) Power (kekuatan)

Kekuatan terdiri dari kemampuan ibu melakukan kontraksi

involunter dan volunteer secara bersamaan untuk mengeluarkan

janin dan plasenta dari uterus. Kontraksi involunter disebut juga

kekuatan primer, menandai dimulainya persalinan. Apabila

serviks berdilatasi, usaha volunteer dimulai untuk mendorong,

yang disebut kekuatan sekunder, dimana kekuatan ini

memperbesar kekuatan kontraksi involunter.

Kekuatan primer berasal dari titik pemicu tertentu yang terdapat

pada penebalan lapisan otot di segmen uterus bagian atas. Dari

titik pemicu, kontraksi dihantarkan ke uterus bagian bawah

dalam bentuk gelombang, diselingi periode istirahat singkat.

Kekuatan sekunder terjadi segera setelah bagian presentasi

mencapai dasar panggul, sifat kontraksi berubah yakni bersifat

mendorong keluar. Sehingga wanita merasa ingin mengedan.

Usaha mendorong ke bawah ini yang disebut kekuatan sekunder.


Kekuatan sekunder tidak mempengaruhi dilatasi serviks, tatapi

setelah dilatasi serviks lengkap. Kekuatan ini penting untuk

mendorong bayi keluar dari uterus dan vagina. Jika dalam

persalinan seorang wanita melakukan usaha volunteer

(mengedan) terlalu dini, dilatasi serviks akan terhambat.

Mengedan akan melelahkan ibu dan menimbulkan trauma pada

serviks (Sumarah, 2009).

2) Passage (Jalan Lahir)

Jalan lahir terdiri dari panggul ibu, yakni bagian tulang padat,

dasar panggul, vagina, dan introitus (lubang luar vagina).

Meskipun jaringan lunak, khususnya lapisan-lapisan otot dasar

panggul ikut menunjang keluarnya bayi, tetapi panggul ibu jauh

lebih berperan dalam proses persalinan. Janin harus berhasil

menyesuaikan dirinya terhadap jalan lahir yang relatif kaku.

Oleh karena itu ukuran dan bentuk panggul harus ditentukan

sebelum persalinan dimulai.

3) Passenger (Janin dan Plasenta)

Passanger atau janin, bergerak sepanjang jalan lahir merupakan

akibat interaksi beberapa faktor, yakni ukuran kepala janin,

presentasi, letak, sikap, dan posisi janin. Karena plasenta juga

harus melewati jalan lahir, maka ia dianggap juga sebagai bagian

dari passenger yang menyertai janin. Namun plasenta jarang


menghambat proses persalinan pada kehamilan normal

(Sumarah, 2009).

4) Psycology (Psikologi Ibu)

Tingkat kecemasan wanita selama bersalin akan meningkat jika

ia tidak memahami apa yang terjadi pada dirinya atau yang

disampaikan kepadanya. Wanita bersalin biasanya akan

mengutarakan kekhawatirannya jika ditanyai. Perilaku dan

penampilan wanita serta pasangannya merupakan petunjuk

berharga tentang jenis dukungan yang akan diperlukannya.

Membantu wanita berpartisipasi sejauh yang diinginkan dalam

melahirkan, memenuhi harapan wanita akan hasil akhir

mengendalikan rasa nyeri merupakan suatu upaya dukungan

dalam mengurangi kecemasan pasien. Dukungan psikologis dari

orang-orang terdekat akan membantu memperlancar proses

persalinan yang sedang berlangsung. Tindakan mengupayakan

rasa nyaman dengan menciptakan suasana yang nyaman dalam

kamar bersalin, memberi sentuhan, memberi penenangan nyari

non farmakologi, memberi analgesia jika diperlukan dan yang

paling penting berada disisi pasien adalah bentuk-bentuk

dukungan psikologis. Dengan kondisi psikologis yang positif

proses persalinan akan berjalan lebih mudah (Sumarah, 2009).

5) Psycian (Penolong)
Peran dari penolong persalinan adalah mengantisipasi dan

menangani komplikasi yang mungkin terjadi pada ibu atau janin.

Bila diambil keputusan untuk melakukan campur tangan, ini

harus dipertimbangkan dengan hati-hati, tiap campur tangan

bukan saja membawa keuntungan potensial, tetapi juga risiko

potensial. Pada sebagian besar kasus, penanganan yang terbaik

dapat berupa “observasi yang cermat”. Dalam menghadapi

persalinan seorang calon ibu dapat mempercayakan dirinya pada

bidan, dokter umum, dokter spesialis obstetric dan ginekologi,

bahkan melakukan pengawasan hamil 12-14 kali sampai pada

persalinan. Pertemuan konsultasi dan menyampaikan keluhan,

menciptakan hubungan saling mengenal antar calon ibu dengan

bidan atau dokter yang akan menolongnya. Kedatangannya

sudah mencerminkan adanya “informed consent” artinya telah

menerima informasi dan dapat menyetujui bahwa bidan atau

dokter itulah yang akan menolong persalinannya. Pembinaan

hubungan antara penolong dan ibu saling mendukung dengan

penuh kesabaran sehingga persalinan dapat berjalan dengan

lancar. Kala I, perlu dijelaskan dengan baik bahwa persalinan

akan berjalan aman, oleh karena kepala masuk pintu atas

panggul, bahkan pembukaan telah maju dengan baik.

Keberadaan bidan atau dokter sangat penting untuk memberikan

semangat sehingga persalinan dapat berjalan baik. Untuk


menambah kepercayaan ibu, sebaiknya setiap kemajuan

diterangkan sehingga semangat dan kemampuannya untuk

mengkoordinasikan kekuatan persalinan dapat dilakukan.

Pemindahan penderita keruangan dimana anaknya telah

menunggu, masih merupakan tanggung jawab bidan atau dokter

paling sedikit selama 2 jam pertama (Bandiyah, 2009).

e. Kebutuhan Dasar Selama Persalinan: Fisik Dan Psikologis

1) Asuhan Tubuh Dan Fisik

a) Menjaga kebersihan diri

Menganjurkan ibu membasuh sekitar kemaluannya sesudah

BAK/BAB dan menjaganya agar tetap bersih dan kering. Hal

ini dapat menimbulkan kenyamanan dan relaksasi serta

menurunkan resiko infeksi.

Mandi di bak/shower dapat menjadi sangat menyegarkan

dan menimbulkan rasa santai dan merasa sehat.

b) Berendam

Beberapa wanita memilih untuk menggunakan kolam hanya

untuk berendam pada kala I dan beberapa wanita memilih

untuk melahirkan didalam air. Berendam dapat menjadi

tindakan pendukung dan kenyamanan paling menenangkan.

Diperlukan bak yang cukup dalam agar air dapat menutup

abdomen ibu. Hal ini merupakan suatu bentuk hidro terapi


dan kegembiraan yang akan meredakan dan membantu

kontraksii pada ibu bersalin.

c) Perawatan Mulut

Ibu yang sedang ada dalam proses persalinan bisanya

nafasnya berbau, bibir kering dan pecah-pecah,

tenggorokkan kering terutama jika dalam persalinan selama

beberapa jam tanpa cairan oral dan tanpa perawatan mulut.

Hal ini menimbulkan rasa tidak nyaman dan tidak

menyenangkan bagi orang disekitarnya.

Perawatan yang dapat dilakukan adalah sebagai berikut :

(1) Menggosok gigi

Ibu bersalin harus diingatkan untuk membawa sikat dan

pasta gigi ke rumah sakit/rumah bersalin untuk

digunakan selama persalinan.

(2) Mencuci mulut

Dengan pemberian produk pencuci mulut sebagai

tindakan untuk menyegarkan nafas

(3) Pemberian gliserin

Untuk menghindari terjadinya kekeringan pada bibir dan

dapat diggunakan gliserin dengan cara mengusapkannya.

(4) Pemberian permen


Untuk melembabkan mulut dan tenggorokkan, untuk

mencegah aspirasi sebaiknya anjurkan untuk mengonsumsi

permen lolipop.

d) Pengipasan

Ibu yang sedang dalam proses persalinan biasanya banyak

mengeluarkan keringat bahkan pada ruang persalinan dengan

kontrol suhu terbaik pun mereka akan mengeluh berkeringat

pada waktu tertentu. Oleh karena itu gunakan kipas angin,

atau bisa juga dengan kertas atau lap yang dapat digunakan

sebagai pengganti kipas.

2) Nutrisi

Berdasar hasil penelitian terdahulu bahwa pemberianmakanan

padat dengan pasien yang memerlukan anestesi tidak disetujui.

Motilitas, absorpsi dan sekresi asam lambung menurun. Hal ini

dapat menyebabkan makanan dapat tertinggal di lambung

sehingga dapat terjadi aspirasi pneumonia. Namun demikian,

kebutuhan akan cairan masih diperbolehkan. Selama persalinan,

ibu memerlukan minum dan sangat dianjurkan minum minuman

yang manis dan berenergi seperti jus.

Sebagian ibu masih berkeinginan untuk makan selama fase laten

persalinan, tetapi memasuki fase aktif, hanya ingin minum saja.

Pemberian makan dan minum selama persalinan merupakan hal

yang tepat, karena memberikan lebih banyak energi dan


mencegah dehidrasi (dehidrasi dapat menghambat

kontraksi/tidak teratur dan kurang efektif). Oleh karena itu,

anjurkan ibu makan dan minum selama persalinan dan kelahiran

bayi, anjurkan keluarga selalu menawarkan makanan ringan dan

sering minum pada ibu selama persalinan. Namun ibu

disarankan untuk tidak mengkonsumsi makanan yang bisa

menimbulkan bau yang menyengat seperti jengkol dan petai.

Makanan yang dianjurkan :

a) Roti atau roti panggan (rendah serat) yang rendah lemak

baik diberi selai ataupun madu.

b) Sarapan sereal rendah serat dengan rendah susu.

c) Nasi tim.

d) Biskuit.

e) Yogurt rendah lemak.

f) Buah segar atau buah kaleng.


Minuman yang dianjurkan :
a) Minuman yogurt rendah lemak.

b) Es blok.

c) Jus buah-buahan.

d) Kaldu jernih.

e) Diluted squash drinks.

f) Air mineral.

g) Cairan olahraga atau cairan isotonic (Sulistyawati,2010).

3) Personal Hygiene
Ibu sangat disarankan untuk menjaga kebersihan diri menjelang

persalinan, manfaatnya antara lain :

a) Dengan mandi dan membersihkan badan, ibu akan

mengurangi kemungkinan adanya kuman yang masuk

selama persalinan. Hal ini mengyrangi terjadinya infeksi

sesudah melahirkan.

b) Ibu akan merasa nyaman selama menjalani proses

persalinan. Saat ini, ibu yang akan melahirkan, tidak di-

huknah untuk mengeluarkan tinja.

c) Bulu kemaluan tidak dicukur seluruhnya, hanya bagian

yang dekat anus yang akan dibersihkan, karena hal tersebut

akan mempermudah penjahitan jika ibu ternyata

diepisiotomi.

4) Eliminasi

Selama persalinan terjadi penekanan pada pleksus sakrum oleh

bagian terendah janin sehingga menyebabkan retensi urin

maupun sering berkemih. Retensi urin terjadi apabila:

a) Tekanan pada pleksus sakrum menyebabkan terjadinya

inhibisi impuls sehingga vesica uretramenjadi penuh tetapi

tidak timbul rasa berkemih.

b) Distensi yang menghambat saraf reseptor pada dinding

vesica uretra;

c) Tekanan oleh bagian terendah pada vesica uretra dan uretra;


d) Kurangnya privasi/postur yang kurang baik;

e) Kurangnya kesadaran untuk berkemih; dan

f) Anastesi regional, epidural, blok pudendal sehingga obat

mempengaruhi saraf vesica uretra.

Pemenuhan kebutuhan eliminai selama persalinan perlu

difasilitasi agar membantu kemajuanpersalinan dan pasien

merasa nyaman. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk

bereliminasi secara spontan minimal 2 jam sekali selama

persalinan, apabila tidak mungkin dapat

dilakukankateterisasi.

Pengaruh kandung kemih penuh selama persalinan, sebagai

berikut:

a) Menghambat penurunan bagian terendah janin,

terutama bila berada di atas spina isciadika;

b) Menurunkan efisiensi kontraksi uterus;

c) Menimbulkan nyeri yang tidak perlu;

d) Meneteskan urin selama kontraksi yang kuat pada kala

II;

e) Memperlambat kelahiran plasenta; dan

f) Mencetuskan perdarahan pasca persalinan dengan

menghambat kontraksi uterus.

Rectum yang penuh akan mengganggu penurunan bagian

terbawah janin, namun bila ibu mengatakan ingin BAB,


bidan harus memastikan kemungkinan adanya tanda dan

gejala masuk pada kala II.

5) Pendamping

Pendamping persalinan bisa dilakukan oleh suami, anggota

keuarga atau seseoranng pilihan ibu yang sudah berpengalaman

dalam proses persalinan. Oleh karena itu, anjurkan ibu untuk

ditemani seorang pendamping untuk melakukan peran aktif

dalam mendukung ibu dan mengidentifikasi langkah-langkah

yang mungkin sangat membantu kenyamanan ibu.

Seorang bidan harus menghargai keinginan ibu untuk

menghadirkan teman atau saudara yang khusus untuk

menemaninya. Adapun dukungan yang dapat diberikan oleh

pendamping yaitu mengusap keringat, menemai//membimbing

ibu jalan-jalan, memberikan minum, mengubah posisi, memijat

punggung, kaki atau kepala ibu, menciptakan suasana

kekeluargaan dan rasa nyaman, membantu ibu bernapas pada

saat kontraksi dan mengucapkan kata-kata yang membesarkan

hati dan memebrikan pujian kepada ibu.

3. Nifas

a. Pengertian
Masa nifas adalah masa sesudah persalinan dan kelahiran

bayi, plasenta, serta selaput yang diperlukan untuk memulihkan

kembali organ kandungan seperti sebelum hamil dengan waktu

kurang lebih 6 minggu (Walyani & Purwoastuti, 2015).

Masa nifas (puerperium) adalah masa pemulihan kembali,

mulai dari persalinan selesai sampai alat-alat kandungan kembali

seperti sebelum hamil, lama masa nifas yaitu 6-8 minggu (Amru,

2012).

Periode post partum atau puerperium adalah masa dari

kelahiran plasenta dan selaput janin (menandakan akhir periode

intrapartum) hingga kembalinya traktur reproduksi wanita pada

kondisi tidak hamil (Varney,2008).

b. Perubahan Fisiologi Dan Psikologi Pada Masa Nifas

1) Perubahan Fisiologi Masa Nifas

a) Involusi Uterus

Involusi Uterus atau pengeluaran uterus merupakan suatu

proses dimana uterus kembali ke kondisi sebelum hamil

dengan bobot hanya 60 gram. Involusi uteri dapat juga

dikatakan sebagai proses kembalinya uterus pada keadaan

semula atau keadaan sebelum hamil. Involusi uterus

melibatkan reorganisasi dan penanggalan decidua atau

endometrium dan pengelupasan lapisan pada tempat

implantasi plasenta sebagai tanda penurunan ukuran dan


berat serta perubahan tempat uterus, warna dan jumlah

lochea. Proses involusi uterus adalah sebagai berikut :

(1) Iskemia Miometrium

Disebabkan oleh kontraksi dan retraksi yang terus

menerus dari uterus setelah pengeluaran plasenta

membuat uterus relative anemi dan menyebabkan serat

otot atrofi.

(2) Autolysis

Autolysis merupakan proses penghancuran diri sendiri

yang terjadi di dalam otot uterine. Enzim proteolitik

akan memendekkan jaringan otot yang telah sempat

mengendur hingga 10 kali panjangnya dari semula dan

lima kali lebar dari semula selama kehamilan hal ini

disebabkan karena penurunan hormon estrogen dan

progesteron.

(3) Efek Oksitosin

Oksitosin menyebabkan terjadinya kontraksi dan

retraksi otot uterin sehingga akan menekan pembuluh

darah yang mengakibatkan berkurangnya suplai darah

ke uterus. Proses ini membantu untuk mengurangi situs

atau tempat implantasi plasenta serta mengurangi

perdarahan.

b) Involusi tempat plasenta


Setelah persalinan, tempat plasenta merupakan tempat dengan

permukaan kasar, tidak rata dan kira-kira sebesar telapak tangan.

Dengan cepat luka ini mengecil, pada akhir minggu ke-2 hanya

sebesar 3-4 cm dan pada akhir nifas 1-2 cm. Penyembuhan luka

bekas plasenta khas sekali. Pada permukaan nifas bekas plasenta

mengandung banyak pembuluh darah besar yang tersumbat oleh

thrombus. Biasanya luka yang demikian sembuh dengan

menjadi parut, tetapi luka bekas plasenta tidak meninggalkan

parut. Hal ini disebabkan karena luka ini sembuh dengan cara

dilepaskan dari dasarnya tetapi diikuti pertumbuhan

endometrium baru di bawah permukaan luka. Endometrium ini

tumbuh dari pinggir luka dan juga dari sisa-sisa kelenjer pada

dasar luka.

c) Perubahan Ligamen

Ligamen-ligamen dan diafragma pelvis serta fasia yang

meregang sewaktu kehamilan dan partus, setelah janin lahir,

berangsur-angsur menciut kembali seperti sediakala. Tidak

jarang ligamentum rotundum menjadi kendor yang

mengakibatkan letak uterus menjadi retroflexi. Tidak jarang pula

wanita mengeluh “kandungnya turun” setelah melahirkan oleh

karena ligament, fasia, jaringan penunjang alat genetalia

menjadi agak kendor.

d) Perubahan Pada Serviks


Serviks mengalami involusi bersama-sama uterus. Perubahan-

perubahan yang terdapat pada serviks postpartum adalah bentuk

serviks yang akan menganga seperti corong. Bentuk ini

disebabkan oleh korpus uteri yang dapat mengadakan kontraksi,

sedangkan serviks tidak berkontraksi, sehingga seolah-olah pada

perbatasan antara korpus dan serviks uteri terbentuk semacam

cincin. Warna serviks sendiri merah kehitaman-hitaman karena

penuh pembuluh darah. Beberapa hari setelah persalinan, ostium

externum dapat dilalui oleh 2 jari, pinggir-pinggirnya tidak rata

tetapi retak-retak karena robekan dalam persalinan. Pada akhir

minggu pertama hanya dapat dilalui oleh 1 jari saja, dan

lingkaran retraksi berhubungan dengan bagian atas dari canalis

cervikallis.

Pada serviks terbentuk sel-sel otot baru yang mengakibatkan

serviks memanjang seperti celah. Karena hyper palpasi ini dank

arena retraksi dari serviks, robekan serviks menjadi sembuh.

Walaupun begitu, setelah involusi selesai, ostium externum

tidak serupa dengan keadaannya sebelum hamil, pada umumnya

ostium externum lebih besar dan tetap ada retak-retak dan

robekan pada pinggirnya. Terutama robekan disampingnya.

Oleh robekan ke samping ini terbentuk bibir depan dan bibir

belakang pada serviks.

e) Lochia
Dengan adanya involusi uteri, maka lapisan luar dari decidua

yang mengelilingi situs plasenta akan menjadi nekrotik. Decidua

yang mati akan keluar bersamaan dengan sisa cairan. Campuran

darah dan decidua tersebut dinamakan lochia, yang biasanya

berwarna merah muda atau putih pucat.

Lochia adalah retraksi cairan rahim selama masa nifas dan

mempunyai reaksi basa/alkalis yang dapat membuat organisme

berkembang lebih cepat dari pada kondisi asam yang ada pada

vagina normal. Lochia mempunya bau yang amis meskipun

tidak terlalu menyengat dan volumenya berbeda-beda pada

setiap wanita. Pengeluaran lochia dibagi berdasarkan waktu dan

warna-warananya:

(1) Lochia rubra/merah (kruenta)

Lochia ini muncul pada hari pertama sampai hari ketiga masa

postpartum. Sesuai dengan namanya, warnanya biasanya

merah dan mengandung darah dari decidua dan chorion.

Terdiri dari sel desidua, verniks caseosa, rambut lanugo, sisa

meconium dan sisa darah.

(2) Lochia Serosa

Lochia ini muncul pada hari kelima sampai kesembilan

postpartum. Warnanya biasanya kekuningan atau kecoklatan.

Lochia ini terdiri dari sedikit darah dan lebih banyak serum,

juga terdiri dari leukosit dan robekan laserasi plasenta.


(3) Lochia Alba

Lochia ini muncul lebih dari kesepuluh postpartum.

Warnanya lebih pucat, putih kekuningan dan lebih banyak

mengandung leukosit, selaput lendir serviks dan serabut

jaringan yang mati.

f) Perubahan Pada Vulva, Vagina dan Perineum

Vulva dan vagina mengalami penekanan serta peregangan yang

sangat besar selama proses melahirkan bayi dan dalam beberapa

hari pertama sesudah proses tersebut. Kedua organ ini tetap

berada dalam keadaan kendur. Setelah 3 minggu vulva dan

vagina kembali kepada keadaan tidak hamil dan rugae dalam

vagina secara berangsur-angsur akan muncul kembali sementara

labia menjadi lebih menonjol. Segera setelah melahirkan,

perineum menjadi kendur karena sebelumnya teregang oleh

tekanan kepala bayi yang bergerak maju. Pada post natal hari ke-

5, perineum sudah mendapatkan kemabali sebagian besar

tonusnya sekalipun tetap lebih kendur dari pada keadaan

sebelum melahirkan.

g) Perubahan Sistem Pencernaan

(1) Nafsu makan

Ibu biasanya lapar segera setelah melahirkan, sehingga ia

boleh mengonsumsi makanan ringan. Ibu sering kali cepat


lapar setelah melahirkan dan siap makan pada 1-2 jam post

priomordial, dan dapat ditoleransi dengan diet yang ringan.

(2) Motilitas

Secara khas, penurunan tonus dan motilitas otot traktus cerna

menetap selama waktu yang singkat setelah bayi lahir.

Kelebihan analgesia dan anesthesia bisa memperlambat

penegmbalian otot dan motilitas ke keadaan normal.

(3) Pengosongan Usus

Buang air besar secara spontan bisa tertunda selama dua

sampai tiga hari setelah ibu melahirkan. Keadaan ini bisa

disebabkan karena tonus otot usus menurun selama proses

persalinan dan pada awal masa pascapartum.

h) Perubahan Sistem Perkemihan

Keseimbangan cairan dan elektrolik yaitu cairan yang terdapat

dalam tubuh terdiri dari air dan unsur-unsur yang terlarut di

dalamnya. 70% dari air tubuh terletak di dalam sel-sel dan

dikenal sebagai cairan intraselular.

2) Perubahan Psikologis Masa Nifas

Perubahan peran seorang ibu memerlukan adaptasi yang harus

dijalani. Tanggung jawab bertambah dengan hadirnya bayi yang

baru lahir. Dorongan serta perhatian anggota keluarga lainnya

merupakan dukungan positif untuk ibu. Dalam menjalani

adaptasi setelah melahirkan, ibu akan mengalami fase-fase


sebagai berikut (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati,

2009)

a) Fase taking in

Yaitu periode ketergantungan. Periode ini berlangsung dari

hari pertama sampai kedua setelah melahirkan. Pada fase ini,

ibu sedang berfokus terutama pada dirinya sendiri. Ibu akan

berulang kali menceritakan proses persalinan yang

dialaminya dari awal sampai akhir.

b) Fase taking hold

Yaitu periode yang berlangsung antara 3-10 hari setelah

melahirkan. Pada fase ini ibu timbul rasa kawatir akan

ketidakmampuan dan tanggung jawab dalam merawat bayi.

Ibu mempunyai perasaan sangat sensitif mudah tersinggung

dan gampang marah.

c) Fase letting go

Yaitu periode menerima tanggung jawab akan peran

barunya. Fase ini berlangsung 10 hari setelah melahirkan.

Ibu sudah mulai menyesuaikan diri dengan ketergantungan

bayinya.

c. Kebutuhan Dasar Masa Nifas

Kebutuhan dasar masa nifas antara lain sebagai berikut:

1) Gizi

Ibu nifas dianjurkan untuk:


a) Makan dengan diit berimbang, cukup karbohidrat, protein,

lemak, vitamin dan mineral.

b) Mengkomsumsi makanan tambahan, nutrisi 800 kalori/hari

pada 6 bulan pertama, 6 bulan selanjutnya 500kalori/hari dan

tahun kedua 400 kalori. Jadi jumlah kalori tersebut adalah

tambahan dari kalori per harinya.

c) Mengkomsumsi vitamin A 200.000 iu. Pemberian vitamin A

dalam bentuk suplementasi dapat meningkatkan kualitas

ASI, meningkatkan daya tahan tubuh dan meningkatkan

kelangsungan hidup anak. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita

Rahmawati, 2009)

2) Ambulasi

Ambulasi sedini mungkin sangat dianjurkan, kecuali ada

kontraindikasi. Ambulasi ini akan meningkatkan sirkulasi dan

mencegah risiko tromboflebitis, meningkatkan fungsi kerja

peristaltik dan kandung kemih, sehingga mencegah distensi

abdominal dan konstipasi. Bidan harus menjelaskan kepada ibu

tentang tujuan dan manfaat ambulasi dini. Ambulasi ini

dilakukan secara bertahap sesuai kekuatan ibu. Terkadang ibu

nifas enggan untuk banyak bergerak karena merasa letih dan

sakit. Jika keadaan tersebut tidak segera diatasi, ibu akan

terancam mengalami trombosis vena. Untuk mencegah


terjadinya trombosis vena, perlu dilakukan ambulasi dini oleh

ibu nifas.

Pada persalinan normal dan keadaan ibu normal, biasanya ibu

diperbolehkan untuk mandi dan ke WC dengan bantuan orang

lain, yaitu pada 1 atau 2 jam setelah persalinan. Sebelum waktu

ini, ibu harus diminta untuk melakukan latihan menarik napas

dalam serta latihan tungkai yang sederhana Dan harus duduk

serta mengayunkan tungkainya di tepi tempat tidur.

Sebaiknya, ibu nifas turun dan tempat tidur sediri mungkin

setelah persalinan. Ambulasi dini dapat mengurangi kejadian

komplikasi kandung kemih, konstipasi, trombosis vena

puerperalis, dan emboli perinorthi. Di samping itu, ibu merasa

lebih sehat dan kuat serta dapat segera merawat bayinya. Ibu

harus didorong untuk berjalan dan tidak hanya duduk di tempat

tidur. Pada ambulasi pertama, sebaiknya ibu dibantu karena pada

saat ini biasanya ibu merasa pusing ketika pertama kali bangun

setelah melahirkan (Bahiyatun, 2009)

3) Personal Higiene

Ibu sering membersihkan area perineum akan meningkatkan

kenyamanan dan mencegah infeksi. Tindakan ini paling sering

menggunakan air hangat yang dialirkan (dapat ditambah larutan

antiseptik) ke atas vulva perineum setelah berkemih atau


defekasi, hindari penyemprotan langsung. Ajarkan ibu untuk

membersihkan sendiri.

Pasien yang harus istirahat di tempat tidur (mis, hipertensi, post-

seksio sesaria) harus dibantu mandi setiap hari dan mencuci

daerah perineum dua kali sehari dan setiap selesai eliminasi.

Setelah ibu mampu mandi sendiri (dua kali sehari), biasanya

daerah perineum dicuci sendiri. Penggantian pembalut

hendaknya sering dilakukan, setidaknya setelah membersihkan

perineum atau setelah berkemih atau defekasi.

Luka pada perineum akibat episiotomi, ruptura, atau laserasi

merupakan daerah yang tidak mudah untuk dijaga agar tetap

bersih dan kering. Tindakan membersihkan vulva dapat

memberi kesempatan untuk melakukan inspeksi secara seksama

daerah perineum.

Payudara juga harus diperhatikan kebersihannya. Jika puting

terbenam, lakukan masase payudara secara perlahan dan tarik

keluar secara hati - hati. Pada masa postpartum, seorang ibu akan

rentan terhadap infeksi. Untuk itu, menjaga kebersihan sangat

penting untuk mencegah infeksi. Anjurkan ibu untuk menjaga

kebersihan tubuh, pakaian, tempat tidur, dan lingkungannya.

Ajari ibu cara membersibkan daerah genitalnya dengan sabun

dan air bersih setiap kali setelah berkemih dan defekasi. Sebelum

dan sesudah membersihkan genitalia, ia harus mencuci tangan


sampai bersih. Pada waktu mencuci luka (epistotomi), ia harus

mencucinya dan arah depan ke belakang dan mencuci daerah

anusnya yang terakhir. Ibu harus mengganti pembalut sedikitnya

dua kali sehari. Jika ia menyusui bayinya, anjurkan untuk

menjaga kebersihan payudaranya.

Alat kelamin wanita ada dua, yaitu alat kelamin luar dan dalam.

Vulva adalah alat kelamin luar wanita yang terdiri dan berbagai

bagian, yaitu kommissura anterior, komrnissura interior, labia

mayora, labia rninora, klitoris, prepusium klitonis, orifisium

uretra, orifisium vagina, perineum anterior, dan perineum

posterior.

Robekan perineum terjadi pada semua persalinan, dan biasanya

robekan tenjadi di garis tengah dan dapat meluas apabila kepala

janin lahir terlalu cepat. Perineum yang dilalui bayi biasanya

mengalami peregangan, lebam, dan trauma. Rasa sakit pada

perineum semakin parah jika perineum robek atau disayat pisau

bedah. Seperti semua luka baru, area episiotomi atau luka

sayatan membutuhkan waktu untuk sembuh, yaitu 7 hingga 10

hari.

Infeksi dapat terjadi, tetapi sangat kecil kemungkinanya jika luka

perineum dirawat dengan baik. Selama di rumah sakit, dokter

akan memeriksa perineum setidaknya sekali sehari untuk

memastikan tidak terjadi peradangan atau tanda infeksi lainnya.


Dokter juga akan memberi instruksi cara menjaga kebersihan

perineum pascapersalinan untuk mencegah infeksi.

Perawatan perineum 10 hari :

a) Ganti pembalut wanita yang bersih setiap 4 - 5 jam. Posisikan

pembalut dengan baik sehingga tidak bergeser.

b) Lepaskan pembalut dari arah depan ke belakang untuk

menghindani penyebaran bakteri dan anus ke vagina.

c) Alirkan atau bilas dengan air hangat atau cairan antiseptic

pada area perineum setelah defekasi. Keringkan dengan kain

pembalut atau handuk dengan cara ditepuk – tepuk dari arah

depan ke belakang.

d) Jangan dipegang sampai area tersebut pulih.

e) Rasa gatal pada area sekitar jahitan adalah normal dan

merupakan tanda penyembuhan. Namun, untuk meredakan

rasa tidak enak, atasi dengan mandi berendam air hangat atau

kompres dingin dengan kain pembalut yang telah

didinginkan.

f) Berbaring miring, hindari berdiri atau duduk lama untuk

mengurangi tekanan pada daerah tersebut.

g) Lakukan latihan Kegel sesering mungkin guna merangsang

peredaran darah di sekitar perineum. Dengan demikian, akan

mempercepat penyembuhan dan memperbaiki fungsi otot -

otot. Tidak perlu terkejut bila tidak merasakan apa pun saat
pertama kali berlatih karena area tersebut akan kebal setelah

persalinan dan pulih secara bertahap dalam beberapa

minggu. (Bahiyatun, 2009)

4) Istirahat dan tidur Anjurkan ibu untuk :

a) Istirahat yang cukup untuk mengurangi kelelahan.

b) Tidur siang atau istirahat selagi bayi tidur.

c) Kembali ke kegiatan rumah tangga secara perlahan-lahan.

Mengatur kegiatan rumahnya sehingga dapat menyediakan

waktu untuk istirahat pada siang kira-kira 2 jam dan malam 7-8

jam. Kurang istirahat pada ibu nifas dapat berakibat:

a) Mengurangi jumlah ASI.

b) Memperlambat involusi, yang akhirnya bisa menyebabkan

perdarahan.

c) Depresi. (Suherni, Hesty Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)

5) Senam Nifas

Selama kehamilan dan persalinan ibu banyak mengalami

perubahan fisik seperti dinding perut menjadi kendor,

longgarnya liang senggama, dan otot dasar panggul. Untuk

mengembalikan kepada keadaan normal dan menjaga kesehatan

agar tetap prima, senam nifas sangat baik dilakukan pada ibu

setelah melahirkan. Ibu tidak perlu takut untuk banyak bergerak,

karena dengan ambulasi secara dini dapat membantu rahim

untuk kembali kebentuk semula. Senam nifas adalah senam yang


dilakukan sejak hari pertama melahirkan setiap hari sampai hari

yang kesepuluh, terdiri dari sederetan gerakan tubuh yang

dilakukan untuk mempercepat pemulihan ibu (Suherni, Hesty

Widyasih, Anita Rahmawati, 2009)

6) Seksualitas masa nifas

Kebutuhan seksual sering menjadi perhatian ibu dan keluarga.

Diskusikan hal ini sejak mulai hamil dan diulang pada

postpartum berdasarkan budaya dan kepercayaan ibu dan

keluarga. Seksualitas ibu dipengaruhi oleh derajat ruptur

perineum dan penurunan hormon steroid setelah persalinan.

Keinginan seksual ibu menurun karena kadar hormon rendah,

adaptasi peran baru, keletihan (kurang istirahat dan tidur).

Penggunaan kontrasepsi (ovulasi terjadi pada kurang lebih 6

minggu) diperlukan karena kembalinya masa subur yang tidak

dapat diprediksi. Menstruasi ibu terjadi pada kurang lebih 9

minggu pada ibu tidak menyusui dan kurang Iebih 30 - 36

minggu atau 4 - 18 bulan pada ibu yang menyusui.

Hal-hal yang mempengaruhi seksual pada masa nifas, yaitu:

a) Intensitas respons seksual berkurang karena perubahan fatal

tubuh. Tubuh menjadi tidak atau belum sensitif seperti

semula.

b) Rasa lelah akibat mengurus bayi mengalahkan minat untuk

bermesraan.
c) Bounding dengan bayi menguras semua cinta kasih,

sehingga waktu tidak tersisa untuk pasangan.

d) Kehadiran bayi di kamar yang sama membuat ibu secara

psikologis tidak nyaman berhubungan intim.

e) Pada minggu pertama setelah persalinan, hormon estrogen

menurun yang mempengaruhi sel - sel penyekresi cairan

pelumas vagina alamiah yang berkurang. Hal ini

menimbulkan rasa sakit bila berhubungan seksual. Untuk itu,

diperlukan pelumas atau rubrikan.

f) Ibu mengalami let down ASI, sehingga respons terhadap

orgasme yang dirasakan sebagai rangsangan seksual pada

saat menyusui. Respons fisiologis ini dapat menekan ibu,

kecuali mereka memahami bahwa hal tersebut adalah

normal.

Solusi untuk mengatasi masalah di atas, antara lain:

a) Bidan biasanya memberi batasan rutin 6 minggu pasca

persalinan. Akan tetapi, jika pasangan ingin lebih cepat,

konsultasikan hal ini untuk mengetahui dengan pasti

jenis persalinan, kondisi perineum, luka episiotomi, dan

kecepatan pemulihan sesungguhnya. Jika permintaan

ditolak dokter atau bidan, pasangan hendaknya menaati

dan menunggu hingga 6 minggu pasca persalinan agar

tidak menyakitkan ibu secara fisik.


b) Ungkapkan cinta dengan cara lain, seperti dengan duduk

berpelukan di depan TV menggosok punggung

pasangan, dan berdansa berdua. Jika tidak lelah, dapat

membantu melakukan pasangan dengan masturbasi. Jika

keduanya menginginkan, dapat melakukan hubungan

intim oral. Namun, kadang tidak ada keintiman yang

lebih memuaskan dari berbaring dan berpelukan.

c) Program kontrasepsi harus segera dilakukan sebelum

hubungan seksual karena ada kemungkinan hamil

kembali dalam kurun waktu kurang dan 6 minggu

(kontrasepsi untuk mencegah kehamilan). (Bahiyatun,

2009)

7) Perawatan Masa Nifas

Cara merawat payudara yaitu perawatan yang dilakukan

bertujuan untuk melancarkan sirkulasi darah dan mencegah

tersumbatnya saluran susu sehingga memperlancar pengeluaran

ASI. Perawatan payudara hendaknya dilakukan sedini mungkin,

yaitu 1-2 hari setelah bayi dilahirkan dan dilakukan 2 kali sehari.

Agar tujuan ini dapat tecapai bidan melakukan perawatan

payudara. Mengupayakan tangan dan puting tetap bersih, jangan

mengoleskan krim, minyak, alkohol, atau sabun pada puting

susu (Eny Retna Ambarwati, Diah Wulandari, 2009, pp.12-13)


8) Asuhan kunjungan masa nifas normal menurut (Eny Retna

Ambarwati, Diah Wulandari, 2009, p.5)

a) Kunjungan I : Asuhan 6-8 jam setelah melahirkan

(1) Mencegah perdarahan masa nifas karena atonia uteri.

(2) Pemantauan keadaan umum ibu.

(3) Melakukan hubungan antara bayi dengan ibu (Bounding

Attachment).

(4) Asi ekslusif.

b) Kunjungan II : Asuhan 6 hari setelah melahirkan

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada

tanda-tanda perdarahan abnormal.

(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

(4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.

(5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

c) Kunjungan III : Asuhan 2 minggu setelah persalinan

(1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus

berkontraksi, fundus dibawah umbilicus, dan tidak ada

tanda- tanda perdarahan abnormal.


(2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan

perdarahan abnormal.

(3) Memastikan ibu mendapat istirahat yang cukup.

(4) Memastikan ibu mendapat makanan yang bergizi.

(5) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan tidak

memperlihatkan tanda-tanda penyulit.

d) Kunjungan IV : Asuhan 6 minggu setelah persalinan

(1) Menanyakan kepada ibu tentang penyulit-penyulit yang

ia alami.

(2) Memberi konseling untuk KB secara dini, imunisasi,

senam nifas, dan tanda-tanda bahaya yang dialami ibu

dan bayi.
4. Bayi Baru Lahir

a. Pengertian

Bayi baru lahir normal adalah bayi yang lahir dari kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu. Berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat (Elmeida, 2015).

Bayi baru lahir adalah bayi yang mengalami proses kelahiran

berusia 0-28 hari. Bayi baru lahir memerlukan penyesuaian

fisiologis berupa maturasi, adaptasi (menyesuaikan diri dari

kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra uterin) dan toleransi bayi

baru lahir untuk dapat hidup dengan baik (Marmi, 2012).

Menurut Ranuh (2012) Masa neonatus adalah masa usia

anak dari sejak lahir kedunia sampai dengan 4 minggu (0-28 hari).

Anak mengalami tumbuh dan berkembang tidak hanya dimulai dari

masa neonatus, namun sejak dalam kandungan.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa masa neonatus

atau bayi baru lahir adalah masa usia anak dari sejak lahir kedunia

sampai dengan 4 minggu (0-28 hari). bayi yang lahir dari kehamilan

37 minggu sampai 42 minggu. Berat badan lahir 2500 gram sampai

dengan 4000 gram, cukup bulan, lahir langsung menangis, dan tidak

ada kelainan congenital (cacat bawaan) yang berat, dan dapat

memerlukan penyesuaian fisiologis berupa maturasi, adaptasi


(menyesuaikan diri dari kehidupan intra uterin ke kehidupan ekstra

uterin).

b. Karakteristik Bayi Baru Lahir menurut Rochmah (2013) :

1) Berat badan lahir 2500-4000 gram.

2) Panjang badan lahir 48-52 cm.

3) Lingkar dada 30-38 cm.

4) Lingkar kepala 33-35 cm.

5) Frekuensi jantung 180x/menit, kemudian menurun 120-

140x/menit.

6) Pernapasan pada beberapa menit pertama cepat kira-kira

80x/menit, kemudian menurun setelah tenang kira-kira

40x/menit.

Selain itu menurut Marmi (2012) :

1) Kulit kemerah-merahan dan licin karena jaringan subcutan

cukup.

2) Rambut lanugo tidak terlihat, rambut kepala biasanya telah

sempurna.

3) Kuku agak panjang dan lemas.

4) Genetalia perempuan labia mayora sudah menutupi labia

minora, laki-laki testis sudah turun skrotum sudah ada.

5) Reflek hisap dan menelan sudah terbentuk dengan baik.

6) Reflek morro atau gerak memeluk bila dikagetkan sudah baik.

7) Reflek graps atau menggenggam sudah baik.


8) Eliminasi baik, mekonium akan keluar dalam 24 jam pertama,

meconium berwarna hitam kecoklatan.

c. Klasifikasi Bayi Baru Lahir

Menurut Muslihatun (2012) klasifikasi bayi baru lahir berdasarkan

masa gestasi adalah:

a. Preterm : kurang dari 37 minggu (kurang dari 259 hari)

b. Aterm : mulai dari 37-42 minggu (259-294 hari)

c. Postterm : lebih dari 42 minggu (lebih dari 294 hari)

d. Asuhan Kebidanan Pada Bayi Baru Lahir Normal

a. Inisiasi Menyusu Dini (IMD)

IMD didefinisikan sebagai proses membiarkan bayi

menyusu sendiri setelah kelahiran. Bayi diletakkan didada

ibunya dan bayi itu sendiri dengan segala upayanya mencari

putting untuk segera menyusu. Bayi disusui selama 1 jam didada

ibunya segera setelah lahir. Jadi, begitu lahir bayi tidak

dimandikan hanya dikeringkan, lemak putih masih dibiarkan

menempel ditubuh bayi (Abata, 2015).

Langkah IMD menurut JNPK-KR (2014) :

1) Setelah tali pusat dipotong dan diikiat, letakkan bayi

tengkurap didada ibu. Luruskan bahu bayi sehingga bayi

menempel didada ibu. Kepala bayi harus berada diantara

payudara ibu, tapi lebih rendah dari puting.Kemudian


selimuti ibu dan bayi dengan kain hangat dan pasang topi

dikepala bayi.

2) Biarkan bayi melakukan kontak kulit kekulit didada ibu

paling sedikit satu jam. Mintalah ibu untuk memeluk dan

membelai bayinya. Jika perlu letakkan bantal dibawah kepala

ibu untuk mempermudah kontak visual antara ibu dan bayi.

Sebagaian besar bayi akan berhasil melakukan IMD dalam

waktu 30-60 menit.

b. Mempertahankan suhu tubuh bayi baru lahir dan mencegah

hipotermi menurut Kurniasih (2017)

1) Segera menghangatkan bayi didalam incubator atau melalui

penyinaran lampu.

2) Menghangatkan bayi melalui panas tubuh ibu. Bayi

diletakkan telungkup didada ibu supaya terjadi kontak kulit

langsung ibu dan bayi.

3) Apabila tubuh bayi masih dingin, gunakan selimut atau kain

hangat yang disetrika terlebih dahulu.

4) Menunda memandikan bayi baru lahir sampai suhu tubuh

bayi stabil.

5) Pada bayi baru lahir cukup bulan dengan berat badan ≥2500

gram dan menangis kuat, maka memandikan bayi ditunda

selama ±24 jam setelah kelahiran dimandikan dengan

menggunakan air hangat.


6) Menghindari kehilangan panas pada bayi baru lahir

Ada empat cara yang dapat membuat bayi kehilangan panas

yaitu, melalui konduksi, konveksi, dan evaporasi. Empat

kemungkinan mekanisme yang dapat menyebabkan bayi baru

lahir kehilangan panasnya (Marmi, 2012).

a) Konduksi

Panas dihantarkan dari tubuh bayi ke benda

disekitarnya yang kontak langsung dengan tubuh bayi.

Sebagai contoh : ketika menimbang bayi tanpa alas

timbangan, tangan penolong yang dingin memegang bayi

baru lahir, menggunakan stetoskop dingin untuk

pemeriksaan bayi baru lahir.

b) Konveksi

Panas hilang dari tubuh bayi ke udara sekitarnya

yang sedang bergerak. Sebagai contoh : konveksi dapat

terjadi ketika membiarkan atau menempatkan bayi baru

lahir didekat jendela atau membiarkan bayi baru lahir

diruangan yang terpasang kipas angin.

c) Radiasi

Panas dipancarkan dari bayi baru lahir, keluar

tubuhnya ke lingkungan yang lebih dingin. Sebagai contoh

: AC tanpa diberikan pemanas, membiarkan bayi dalam


keadaan telanjang atau menidurkan bayi baru lahir

berdekatan dengan ruangan yang dingin.

d) Evaporasi

Panas hilang melalui proses penguapan yang bergaantung

pada kecepatan dan kelembaban udara (perpindahan panas

dengan cara merubah cairan menjadi uap).

c. Tanda – tanda bahaya bayi baru lahir

Tanda – tanda bahaya yang harus diwaspadai pada bayi baru

lahir, yaitu :

1) Pernafasan sulit atau ≥60 kali per menit.

2) Suhu terlalu panas ≥38°C atau terlalu dingin ≤36°C.

3) Kulit atau bibir biru atau pucat.

4) Memar atau sangat kuning dalam 24 jam pertama.

5) Pemberian ASI sulit hisapan bayi lemah.

6) Tali pusat merah, bengkak, keluar cairan (nanah), bau

busuk, pernafasan sulit (Muslihatun, 2012).

d. Adaptasi Bayi Baru Lahir

Transisi dari kehidupan di dalam kndungan ke kehidupan luar

kandungan merupakan perubhan drastis, dan menuntut perubahan

fisiologis yang bermakna dan efektif oleh bayi, guna memastikan

kemampuan bertahan hidup. Adaptas bayi terhadap kehidupan

diluar kandungan adalah :

1. Awal pernafasan
Pada saat lahir bayi berpindah tempat dari suasana hangat

dilingkungan rahim ke dunia luar tempat dilakukannya peran

eksistensi mandiri. Bayi harus dapat melakukan transisi hebat ini

dengan tangkas. Untuk mencapai hal ini serangkaian fungsi

daptif dikembangkan untuk mengakomodasi perubahan drastis

dari lingkungan di dalam kandungan ke lingkungan diluar

kandungan (Myles, 2009).

2. Adaptasi Paru

Hingga saat lahir tiba, janin bergantung pada pertukaran gas

daerah maternal melalui paru maternal da plasenta. Setelah

pelepasan plasenta yang tiba-tiba setelah pelahiran, adaptasi

yang sangat cepat terjadi untuk memastikan kelangsungan

hidup. Sebelum lahir janin melakukan pernapasan dan

menyebaban paru matang, menghasilkan surfaktan, dan

mempunyai alveolus yang memadai untuk pertukaran gas.

Sebelum lahir paru janin penuh dengan vairan yang

diekskresikan oleh paru itu sendiri. Selama kelahiran, cairan ini

meninggalkan paru baik karena dipompa menuju jalan napas dan

keluar dari mulut dan hidung, atas karena bergerak melintasi

dinding alveolar menuju pembuluh limve paru dan menuju

duklus toraksis (Myles, 2009).

3. Adaptasi kardiovaskular
Sebelum lahir, janin hanya bergantung pada plasenta untuk

semua pertukaran gas dan ekskresi sisa metabolik. Dengan

pelepasan placenta pada saat lahir, sistem sirkulasi bayi harus

melakukan penyesuaian mayor guna mengalihkan darah yang

tidak mengandung oksigen menuju paru untuk direoksigenasi.

Hal ini melibatkan beberapa mekanisme, yang dipengaruhi oleh

penjepitan tali pusat dan juga oleh penurunan resistensi bantalan

vaskular paru.

Selama kehidupan janin hanya sekitar 10% curah jantung

dialirkan menuju paru melalui arteri pulmonalis. Dengan

ekspansi paru dan penurunan resistensi vaskular paru, hampir

semua curah jantung dikirim menuju paru. Darah yang berisi

oksigen menuju kejantung dari paru meningkatkan tekanan di

dalam atrium kiri. Pada sat yang hampir bersamaan, tekaan di

atrium kanan berkurang karena darah berhenti mengalir

melewati tali pusat. Akibatnya, terjadi penutupan fungsional

foramen ovale. Selama beberapa hari pertama kehidupan,

penutuan ini bersifat reversibel, pembukaan dapat kembali terjdi

bila resistensi vaskular paru tinggi, misalnya saat menangis, ang

menyebabkan serangan sianotik sementara pada bayi. Septum

biasanya menyati pada tahun pertama kehidupan dengan

membentuk septum intra atrial, meskipun pada sebagian

individu penutupan anatomi ang sempurna tidak pernah terjadi.


5. Keluarga Berencana

a. Pengertian

Menurut H.S.M. Nasruddin Latief (2015), Keluarga

Berencana (KB) adalah suatu ikhtiar atau usaha manusiawi yang

disengaja untuk mengatur jarak kehamilan di dalam keluarga secara

tidak melawan hukum agama, undang – undang negara dan moral

pancasila, kesejahteraan bangsa dan negara pada umumnya.

Sesuai dengan BKKBN (2015) keluarga berencana adalah

upaya untuk mewujudkan keluarga yang berkualitas melalui

promosi, perlindungan, dan bantuan dalam mewujudkan hak-hak

reproduksi serta penyelenggaraan pelayanan, pengaturan dan

dukungan yang diperlukan untuk membentuk keluarga dengan usia

kawin yang ideal, mengatur jumlah, jarak, dan usia ideal melahirkan

anak, mengatur kehamilan dan membina ketahanan serta

kesejateraan anak.

Alat kontrasepsi adalah alat yang digunakan untuk

mencegah kehamilan, adapun alat tersebut yang legal meliputi pil,

suntik, alat kontrasepsi dalam rahim atau IUD (intra Uterine

Device), alat kontrasepsi bawah kulit atau implant, spiral atau

kondom yan diantaranya ada yang mengandung hormone estrogen

yaotu jenis suntuk, sedangkan yang mengandung hormon campuran

estrogen dn progesteron adalah pil dam implant (BKKBN, 2012).


Menurut Nugroho dan Utama (2014), kontrasepsi

merupakan pencegahan terbuihnya sel telur oleh sel sperma

(konsepsi) atau pencegahan menempelnya sel telur yang telah

dibuahi ke dinding rahim.

Dari definisi di atas dapat disimpulkan bahwa Kontrasepsi

berasal dari kata Kontra berarti mencegah atau melawan, sedangkan

konsepsi adalah pertemuan antara sel telur (sel wanita) yang matang

dan sel sperma(sel pria) yang megakibatkan kehamilan. Maksud dari

kontrasepsi adalah menghindari/mencegah terjadinya kehamilan

sebagai akibat pertemuan antara sel telur yang matang dengan sel

sperma tersebut.

b. Efektifitas (Daya Guna) Kontrasepsi

Menurut Wiknjosastro (2011) efektifitas atau daya guna suatu cara

kontrasepsi dapat dinilai pada 2 tingkat, yakni :

1) Daya guna teoritis (theoretical effectiveness), yaitu kemampuan

suatu cara kontrasepsi untuk mengurangu terjadinya kehamilan

yang tidak diinginkan, apabila kontrasepsi tersebut digunakan

dengan mengikuti aturan yang benar.

2) Daya guna pemakaian (use effectiveness), yaitu kemampuan

kontrasepsi dalam keadaan sehari – hari dimana pemakaiannya

dipengaruhi oleh faktor-faktor seperti pemakaian yang tidak

hati-hati, kurang disiplin dengan aturan pemakaian dan

sebagainya.
c. Metode kontrasepsi

Ada banyak pertimbangan lain dalam penyediaan metode

kontrasepsi yang tepat, termasuk standar pemberian layanan berikut,

yang secara universal terkait dengan inisiasi dan tindak lanjut

penggunaan semua metode kontrasepsi.

1) Klien harus cukup diberi informasi agar dapat memilih metode

kontrasepsi secara sadar. informasi tersebut setidaknya harus

meliputi: pemahaman terhadap efektivitas relatif metode,

penggunaan metode secara benar, cara kerja, efek samping yang

umum terjadi, resiko kesehatan serta manfaat metode, tanda dan

gejala yang megharuskan klien kembali ke klinik, infomasi

tentang kembalinya kesuburan sesudah penghentian suatu

metode, dan informasi mengenai perlindungan terhadap PHS.

2) Untuk metode metode yang membutuhkan tindakan bedahm

insersi, pemasangan atau pelepasan oleh tenaga kesehatan

terlatih (sterilisasi, implan, AKDR, diafragma, tudung serviks),

harus bersedia tenaga terlatih dan fasilitas penyediaan layanan

yang adekuat agar metode-metode tersebut dapat diberikan, dan

prosedur pencegahan infeksi yang tepat harus dilaksanakan.

3) Peralatan dan persediaan yang adekuat dan sesuai perlu

dipelihara dan dijamin ketersediaannya (contoh : berbagai

keperluan kontrasepsi, peralatan dan persediaan untuk prosedur

pencegahan infeksi).
4) Penyedia layanan harus diberi panduan (atau kartu klien atau

peralatan skrining lainnya) yang memampukan mereka

melakukan skrining terhadap klien untuk mencari berbagai

risiko kesehatan yang tidak diinginkan yang timbul akibat

penggunaan metode – metode kontrasepsi tertent.

5) Penyedia layanan harus dilatih memberikan konseling keluarga

berencana untuk membantu klien membuat keputusan secara

sadar dan informed mengenai kesuburan mereka. Konseling

merupakan unsur penting dalam mutu layanan dan juga

merupakan bagian penting dalam kunjungan pertama dan

kunjungan berikutnya. Konseling juga harus dapat merespon

berbagai kebutuhan klien, tidak hanya dalam hal kontrasepsi

tapi juga yang terkait seksualitas serta pencegahan PHS,

termasuk infeksi HIV.

d. Macam – macam Kontrasepsi

1) Metode kontrasepsi sederhana

Matode kontrasepsi sederhana terdiri dari 2 yaitu metode

kontrasepsi sederhana tanpa alat dan metode kontrasepsi dengan

alat. Metode kontrasepsi tanpa alat antara lain: Metode

Amenorhe Laktasi (MAL), Couitus Interuptus, Metode

kalender, Metode lendir Serviks, Metode suhu Basal Badan, dan

Simptoternal yaitu perpaduan antara suhu basal dan lendir

serviks. Sedangkan metode kontrasepsi sederhana dengan alat


yaitu kondom, dofragma, cup serviks dan spermisida

(Handayani, 2010).

2) Metode Kontrasepsi Hormonal

Metode kontrasepsi hormonal pada dasarnya dibagi menjadi 2

yaitu kombinasi (mengandung hormon progesteron dan estrogen

genetik sinetik) dan yang hanya berisi progesteron saja.

Kontrasepsi hormonal kombinasi terdapat pada pil dan

suntik/injeksi. Sedangkan kontrasepsi hormon yang berisi

progesteron terdapat pada pil, suntik dan implant (Handayani,

2010).

3) Metode Kontrasepsi dengan Alat Kontrasepsi Dalam Rahim

(AKDR)

Metode kontrasepsi ini secara garis besar dibagi menjadi 2 yaitu

AKDR yang mengandung hormon sintetik (sintetik progesteron)

dan yang tidak mengandung hormon (Handayani, 2010). AKDR

yang mengandung hormon progesteron dan Leuonorgestrel yaitu

progesteron (Alza-T dengan kerja 1 tahun, LNG-20

mengandung Leuonorgestrel.

4) Metode Kontrasespi Mantap

Metode kontrasepsi mantap terdiri 2 macam yaitu Metode

Operatif wanita (MOW) dan metode Operatif Pria (MOP).

MOW sering dikenal dengan tubektomi karena prinsip metode

ini adalah memotong atau mengikat saluran tuba/tuba falopii


sehingga mencegah pertemuan antara ovum dan sperma.

Sedangkan MOP sering dikenal dengan nama vasektomi,

vasektomi yaitu memotong atau mengikat saluran vas deferens

sehingga cairan sperma tidak dapat keluar atau ejakulasi

(Handayani, 2010).

e. Kontrasepsi Hormonal

1) Definisi Kontrasepsi Hormonal

Kontrasepsi hormonal merupakan kontrasepsi dimana estrogen

dan progesteron memberikan umpan balik terhadap kelenjar

hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi hambatan

terhadap folikel dan proses ovulasi (Manuaba, 2010).

2) Mekanisme Kerja kontrasepsi Hormonal

Hormon estrogen dan progesteron memberikan umpan balik,

terhadap kelenjar hipofisis melalui hipotalamus sehingga terjadi

hambatan terhadap perkembangan folikel dan proses ovulasi.

Melalui hipotalamus dan hipofisis, estrogen dapat menghambat

pengeluaran Folicle Stimulating Hormone (FSH) sehingga

perkembangan dan kematangan Folicle De Graaf tidak terjadi.

Di ssamping itu progesteron dapat menghambat pengeluaran

Hormone Luteinizing (LH). Estrogenmempercepat peristaltik

tuba sehingga hasil konsepsi mencapai uterus endometrium yang

belum siap untuk menerima implantasi (Manuaba, 2010).


B. Standar Asuhan Kebidanan dan Kewenangan Bidan
Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1464/MENKES/PER/2010 Tentang Izin dan Penyelenggaraan praktik
bidan.
BAB III Tentang penyelenggaraan praktik
a. Pasal 9
Bidan dalam mejalankan praktik berwenang untuk memberikan
pelayanan yang meliputi :
1) Pelayanan kesehatan ibu
2) Pelayanan kesehatan anak
3) Pelayanan kesehatan reproduksi perempuan dan keluarga
berencana
b. Pasal 10
1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf a diberikan pada masa pra hamil, kehamilan, masa persalinan,
masa nifas, masa menyusui dan masa antara dua kehamilan.
2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat (1)
meliputi :
a) Pelayanan konseling pada masa pra hamil
b) Pelayanan antenatal pada kehamilan normal
c) Pelayanan persalinan normal
d) Pelayanan ibu nifas normal
e) Pelayanan ibu menyusui
f) Pelayanan konseling pada masa antara dua kehamilan
3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada
ayat 2 berwenang untuk :
a) Episiotomi
b) Penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II
c) Penanganan kegawat-daruratan, dlanjutkan dengan perujukan
d) Pemberian tablet Fe pada ibu hamil
e) Pemberian Vit A dosis tinggi pada ibu nifas
f) Bimbingan inisiasi menyusui dini dan promosi ASI ekslusif.
g) Pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan
postpartum
h) Penyuluhan dan konseling
i) Bimbingan pada kelompok ibu hamil
j) Pemberian surat keterangan kematian
k) Pemberian surat keterangan cuti bersalin
c. Pasal 11
1) Pelayanan kesehatan anak sebagaimana dimaksud dalam pasal 9
huruf b diberikan pada bayi baru lahir, bayi, anak balita, dan anak
pra sekolah
2) Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan anak
sebagaimana dimaksud pada ayat (1) berwenang untuk
a) Melakukan asuhan bayi baru lahir normal termasuk
resusitasi, pencegahan hipotermi, inisiasi menyusu dini,
injeksi vitamin K 1, perawatan bayi baru lahir pada masa
neonatal (0-28 hari), dan perawatan tali pusat.
b) Penanganan hipotermi pada bayi baru lahir dan segera

merujuk.

c) Pemberian imunisasi rutin sesuai program pemerintah

d) Pemantauan tumbuh kembang bayi, anak balita dan anak pra

sekolah

e) Pemberian konseling dan penyuluhan

f) Pemberian surat keterangan kelahiran, dan

g) Pemberian surat keterangan kematian

d. Pasal 12
Bidan dalam memberikan pelayanan kesehatan reproduksi

perempuan dan keluarga berencana sebagaimana dimaksudkan

dalam pasal 9 huruf c, berwenang untuk

1) Memberikan penyuluhan dan konseling kesehatan

reproduksi permepuan dan keluarga berencana, dan

2) Memberikan alat kontrasepsi oral dan kondom


C. Manajemen Kebidanan dan Dokumentasi Kebidanan
1. Teori Manajemen Kebidanan
Manajemen kebidanan menurut Mufdlilah (2011) adalah
pendekatan yang digunakan dalam menerapkan metode pemecahan
masalah secara sistematis. Mulai dari pengkajian, analisis data, diagnosa
kebidanan, perencanaan, pelaksanaan, dan evaluasi.
Proses manajemen terdiri dari 7 langkah yaitu :
a. Langkah I : Pengumpulan Data Dasar
Pada langkah ini dikumpulkan semua informasi yang akurat
dan lengkap melalui data subjektif dari semua sumber yang
berkaitan dengan kondisi klien. Untuk memperoleh data dilakukan
dengan cara anamnesis, pemeriksaan fisik sesuai dengan kebutuhan,
pemeriksaan tanda-tanda vital, riwayat kesehatan sebelumnya dan
riwayat kesehatan terbaru, serta pemeriksaan penunjang.
b. Langkah II : Interpretasi Data Dasar
Pada langkah ini dilakukan identifikasi terhadap diagnosa
dan kebutuhan klien berdasarkan interpretasi data-data yang
dikumpulkan. Data dasar yang sudah dikumpulkan diinterpretasikan
sehingga ditemukan diagnosa yang spesifik.
c. Langkah III : Mengidentifikasi Diagnosa atau Masalah Potensial
Pada langkah ini penulisan mengidentifikasikan masalah
atau diagnosa potensial lain berdasarkan masalah dan diagnosa yang
sudah diidentifikasi. Langkah ini membutuhkan antisipasi, bila
memungkinkan dilakukan pencegahan, sambal mengamati klien
bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah
potensial ini benar-benar terjadi.
d. Langkah IV : Mengidentifikasi dan Menetapkan Kebutuhan yang
Memerlukan Penanganan Segera
Langkah ini mencermikan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan. Beberapa data menunjukkan situasi
emergensi dimana bidan bertindak segera demi keselamatan ibu dan
bayi. Beberapa data meunjukkan situasi yang memerlukan tindakan
segera sementara menunggu instruksi dokter. Bidan mengevaluasi
situasi setiap klien untuk menentukan asuhan klien yang paling
tepat. Langkah ini mencermikan kesinambungan dari proses
manajemen kebidanan.
e. Langkah V : Merencanakan Asuhan yang Komprehensif atau
Menyeluruh
Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh
berdasarkan langkah-langkah sebelumnya. Langkah ini merupakan
kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah
diidentifikasi atau antisipasi. Pada langkah ini informasi atau data
dasar yang tidak lengkap dilengkapi. Suatu rencana asuhan harus
sama-sama disetujui oleh kedua belah pihak yaitu bidan dan klien
agar dapat dilaksanakan dengan efektif.
f. Langkah IV : Melaksanakan Perencanaan dan Penatalaksanaan
Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti
yang telah diuraikan pada langkah kelima dilaksanakan secara
efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan seluruh bidan atau
sebagian bidan, klien dan tim kesehatan lainnya. Jika bidan
melakukan sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk
mengarahkan pelaksanaannya.
g. Langkah VI : Evaluasi
Pada langkah ketujuh dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan
yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan sebagaimana
telah diidentifikasi didalam masalah atau diagnosa.
2. Pendokumentasian Asuhan Kebidanan
Teori pendokumentasian SOAP mengacu pada Kepmenkes No.
938/Menkes/SK/VII/2007 dokumentasi asuhan kebidanan meliputi :
kondisi kesehatan pasien, rencana asuhan kebidanan yang telah
diterima.
a. S : Subjektif
Menggunakan pendokumentasian hasil pengumpulan data klien
melalui anamnesa sebagai langkah satu Varney.
b. O : Objektif
Menggunakan pendokumentasian hasil pemeriksaan fisik klien,
hasil laboratorium dan tes diagnostik lain yang dirumuskan dalam
fokus untuk mendukung analisis. Pada tahap ini digunakan untuk
mendukung asuhan sebagai langkah satu Varney.
c. A : Analisa
Menggunakan pendokumentasian hasil analisa dan interpretasi data
subjektif dan objektif dalam suatu identifikasi melalui diagnosa serta
antisipasi masalah potensial. Pada tahap ini digunakan langkah dua,
tiga, dan empat Varney.
d. P : Penatalaksanaan
Pada langkah ini mencatat seluruh perencanaan dan penatalaksanaan
yang sudah dilakukan seperti tindakan segera, tindakan secara
komprehensif : penyuluhan, dukungan, kolaborasi, evaluasi atau
follow up dari rujukan sebagai langkah tiga, empat, lima, dan enam.
D. Kerangka Alur Pikir
BAB III

METODE LAPORAN KASUS

A. Jenis Laporan Kasus

Penyusunan Proposal Penelitian menggunakan bentuk laporan kasus

dengan menggunakan metode deskriptif. Metode deskriptif yaitu kasus

yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau

deskriptif tentang suatu keadaan secara objektif. Studi kasus adalah laporan

yang dilaksanakan dengan cara meneliti suatu permasalahan studi kasus

melalui suatu yang terdiri dari unit tunggal (Notoatmodjo, 2010).

B. Lokasi dan Waktu

Lokasi merupakan tempat dimana pengambilan kasus akan dilakukan

(Notoadmojo, 2010). Dalam penelitian ini pengambilan kasus dilaksanakan

di Puskesmas X.

Waktu adalah rentang waktu yang digunakan penulis untuk mencari kasus

(Notoadmojo, 2010). Penelitian ini telah dilaksanakan mulai belum Maret –

Juni 2016.

C. Subjek Laporan Kasus

Subjek yang dituju pada saat pelaksanaan studi kasus (Notoadmojo,2010).

D. Instrumen Laporan Kasus

1. Instrumen adalah alat atau fasilitas untuk membantu mendapatkan data

(Arikunto, 2010).

Instrumen yang dibutuhkan dalam pengambilan penelitian ini adalah :

a. Instrumen yang digunakan untuk pengambilan data


Format asuhan kebidanan, buku tulis, dan bolpoint.

b. Instrumen dalam bentuk dokumentasi

Buku Kesehatan Ibu dan Anak (KIA), dan catatan rekam medis

pasien.

c. Alat-alat untuk melakukan pemeriksaan

1) Format asuhan kebidanan pada bayi baru lahir

2) Lembar observasi

3) Stetoskop

4) Jam tangan

5) Kapas DTT

6) Air DTT

7) Bengkok

8) Bak instrumen

E. Metode Pengumpulan Data

Menurut Notoatmojo (2010), metode pengumpulan data adalah suatu

cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Pengumpulan data

penelitian diawali dengan menandatangani kepala puskesmas dan

meminta izin dan diberikan kasus. Selanjutnya, mendatangi pasien,

melakukan inform consent, dan pengkajian data. Metode pengumpulan

data dalam penelitian ini adalah :

a. Wawancara

Wawancara adalah suatu metode yang digunakan untuk

mengumpulkan data, dimana peneliti mendapatkan keterangan atau


pendirian secara lisan dari seseorang sasaran peneliti (responden)

atau bercakap-cakap berhadapan muka dengan orang tersebut (face

to face) (Notoatmodjo, 2010).

b. Observasi

Menurut Notoatmodjo (2010) Obseevasi adalah teknik

pengumpulan data dengan cara mengamati subjek dan melakukan

berbagai macam pemeriksaan yang berhubungan dengan kasus yang

akan diambil. Observasi dapat berupa pemeriksaan umum,

pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang antara lain:

1) Mengklasifikasi gejala-gejala yang relevan.

2) Observasi dilaksanakan pada gejala-gejala yang relevan.

3) Menggunakan jumlah pengamatan yang telah banyak.

4) Melakukan pencatatan dengan segera.

c. Pemeriksaan Fisik

Menurut Nursalam (2009) pemeriksaan fisik digunakan untuk

mengetahui keadaan fisik pasien secara sistematis. Pemeriksaan

fisik antara lain:

a) Inspeksi

Inspeksi merupakan suatu proses observasi yang dilakukan

dengan menggunakan indra penglihatan, pendengaran, dan

penciuman sebagai alat untuk mengumpulkan data. Inspeksi

pada kasus ini dilakukan secara berurutan mulai dari kepala

sampai ke kaki.
b) Palpasi

Palpasi yaitu suatu teknik yang menggunakan indra peraba

tangan, jari, adalah suatu instrumen yang sensitif digunakan

untuk mengumpulkan data tentang temperatur, turgor, bentuk,

kelembaban, vibrasi, dan ukuran.

c) Auskultasi

Auskultasi adalah pemeriksaan dengan mendengarkan suatu

yang dihasilkan oleh tubuh dengan menggunakan stetoskop.

F. Triangulasi Data

Menurut Moloeng (2017), triangulasi data adalah unutk pemeriksaan

keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain diluar data untuk

keperluan pengecekan atau sebagai pembanding suatu terhadap data ini.

Teknik triangulasi yang paling banyak digunakan adalah pemeriksaan

melalui sumber lainnya.

Dalam penelitian ini, triangulasi data dapat didapatkan dengan melakukan

wawancara kepada pembimbing yang dilahan tempat penelitian untuk

menggali data tentang asuhan yang diberikan pada penderita diare. Data

tersebut untuk menjaring data primer yang berkaitan dengan pasien diare

kemudian dilakukan pengecekan dengan dibandingankan dengan data

peneliti dengan data yang diperoleh. Tujuannya untuk menilai data

informasi yang telah diberikan peneliti. Hal ini digunakan untuk melengkapi

atau merevisi data yang baru, maka data yang ada tersebut diangkat dan
dilakukan audit trail yaitu pengecekan keabsahan data sesuai dengan sumber

aslinya.

G. Etika Penelitian

Menurut Hidayat (2011) penelitian menggunakan objek manusia yang

memiliki kebebasan dalam menentukan dirinya maka peneliti harus

memahami hak dasar manusia. Prinsip etika penelitian merupakan standar

etika dalam melakukan penelitian. Dalam melakukan penelitian, peneliti

perlu mendapatkan adanya rekomendasi dari institusi atau pihak lain dengan

mengajukan permohonan ijin kepada institusi atau lembaga terkait tempat

penelitian. Setelah mendapat persetujuan, peneliti kemudian melakukan

penelitian dengan menekankan masalah etika yang meliputi:

1. Informed Consent

Informed Consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti dengan

responden penelitian.

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah etika peneliti merupakan masalah oleh karena itu peneliti

memberikan jaminan dalam penggunaan subjek penelitian dengan cara

tidak memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar

alat ukur dan hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data

atau hasil penelitian yang dicapai.

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Masalah ini merupakan masalah etika dengan memberikan jaminan

kerahasiaan hasil penelitian, baik informasi yang telah dikumpulkan


dijamin kerahasiaannya oleh peneliti, hanya kelompok data yang

dilaporkan pada hasil riset.

4. Judge (Bertindak Adil)

Pada penelitian ini bertindak adil, yaitu dengan cara mengambil semua

responden yang sesuai dengan kriteria tanpa mebeda-bedakan agama,

suku, pendidikan, dan status sosial.

5. Mendapat Persetujuan dan Responden

Pada penelitian ini, peneliti meminta persetujuan responden sehingga

tidak ada unsur keterpaksaan.

H. ETIKA PENELITIAN
1) Informed consent

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara penelitian

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan,

yang dilakukan sebelum penelitian dilakukan. Tujuan informed corsent

adalah agar subyek penelitian mengerti maksud dan tujuan penelitian.

2) Anonimity

Anominity memberikan jaminan kepada subyek penelitian dengan

cara tidak memberikan nama atau mencantumkan nama responden pada

lembar alat ukur hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan

data.

3) Kerahasiaan (Confidentislity)

Confidentislity memberikan jaminan kerahasiaan hasil penelitian

baik dari informasi atau masalah lainnya dan hanya kelompok data

tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset.


LAMPIRAN
A. INFORMED CONSENT

SURAT PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Dengan hormat,

Yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama :

Pekerjaan :

Menyatakan bersedia menjadi responden pada penelitian yang dilakukan oleh

Nama :

Pendidikan : DIII Kebidanan Universitas ‘Aisyiyah Yogyakarta

Penelitian : Asuhan Kebidanan pasa akseptor KB Suntik 3 Bulan dengan

Spotting di Puskesmas X.

Demikian surat ini saya buat dengan sejujur-jujurnya tanpa ada paksaan dari

pihak manapun.

Yogyakarta,

Responden

( )
B. FORMAT SOAP PERKEMBANGAN
1. FORMAT ASKEB KEHAMILAN

ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU HAMIL NORMAL

PADA NY.X UMUR … TAHUN G P A UK … MINGGU

DI PUSKESMAS X

No Register :

Hari / tanggal :

Tempat Pengkajian :

Nama Pengkaji :

IDENTITAS

IBU SUAMI

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

No Telepon : No Telepon :

A. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan datang :
2. Keluhan utama :

3. Riwayat menstruasi :

4. Riwayat pernikahan :

5. Riwayat kehamilan sekarang :

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

7. Riwayat kesehatan

8. Riwayat KB

9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

10. Pola spiritual,psikososial dan ekonomi

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

TTV :

Antopometri :

2. Pemeriksaan fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :
Leher :

Payudara :

Abdomen :

Palpasi leopold :

Kulit :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

3. Pemeriksaan Penunjang :

C. ANALISIS

D. PENATALAKSANAAN

2. FORMAT ASKEB PERSALINAN

ASUHAN KEBIDANAN PERSALINAN

PADA NY.X UMUR … TAHUN G P A AH UK … MINGGU

DI PUSKESMAS X

No Register :

Hari / tanggal :

Tempat Pengkajian :

Nama Pengkaji :

IDENTITAS
IBU SUAMI

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

No Telepon : No Telepon :

A. DATA SUBJEKTIF

1. Alasan datang :

2. Keluhan utama :

3. Riwayat menstruasi :

4. Riwayat pernikahan :

5. Riwayat kehamilan sekarang :

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

7. Riwayat kesehatan

8. Riwayat KB

9. Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

10. Pola spiritual,psikososial dan ekonomi

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum
Keadaan umum :

Kesadaran :

TTV :

Antopometri :

2. Pemeriksaan fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Payudara :

Abdomen :

Palpasi leopold :

Kulit :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

3. Pemeriksaan Penunjang :

A. ANALISIS

B. PENATALAKSANAAN

3. FORMAT ASKEB NIFAS


ASUHAN KEBIDANAN PADA IBU NIFAS NORMAL

PADA NY.X UMUR … TAHUN P A AH UK … MINGGU

DI PUSKESMAS X

No Register :

Hari / tanggal :

Tempat Pengkajian :

Nama Pengkaji :

IDENTITAS

IBU SUAMI

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

No Telepon : No Telepon :

A. DATA SUBJEKTIF

(1) Alasan datang :

(2) Keluhan utama :

(3) Riwayat menstruasi :


(4) Riwayat pernikahan :

(5) Riwayat obstetric :

(6) Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

(7) Riwayat kehamilan dan persalinan sekarang :

(8) Riwayat kesehatan Riwayat KB

(9) Pemenuhan kebutuhan sehari-hari

(10) Pola spiritual,psikososial dan ekonomi

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

TTV :

2. Pemeriksaan fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Payudara :

Abdomen :
Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

3. Pemeriksaan Penunjang :

C. ANALISIS

D. PENATALAKSANAAN
4. FORMAT ASKEB BBL

ASUHAN KEBIDANAN PADA BAYI BARU LAHIR NORMAL

UMUR 0-6 JAM

DI PUSKESMAS X

Hari / tanggal :

Jam :

Tempat Pengkajian :

Nama Pengkaji :

a. DATA SUBJEKTIF

1. Biodata

Nama bayi :

Umur :

Tanggal / jam lahir :

Jenis kelamin :

2. Identitas orang tua

IBU AYAH

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :
Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

No Telepon : No Telepon :

3. Riwayat kehamilan

4. Riwayat persalinan

5. Riwayat penyakit keluarga

6. Riwayat psikososial, spiritual dan ekonomi

b. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan khusus

Pemeriksaan APGAR pada menit pertama, ke-5, ke-10

Table penilaian APGAR SCORE

Nilai 1 menit 5 menit 10 menit

Warna kulit

Denyut jantung

Tonus Otot

Aktivitas

Pernapasan

Total

2. Pemeriksaan umum

Suhu :

Pernapasan :

Denyut jantung :
3. Pemeriksaan fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Dada :

Abdomen :

Kulit :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

Punggung :

4. Pemeriksaan reflek bayi

Reflek moro :

Reflek rooting:

Reflek sucking:

Reflek tonic neck :

Reflek Babinski :

Reflek palmar :

5. Pemeriksaan anntopometri
Lingkar kepala :

Lingkar dada :

LILA :

Panjang badan :

Berat badan :

c. ANALISIS

d. PENATALAKSANAAN
5. FORMAT ASKEB KB

ASUHAN KEBIDANAN AKSEPTOR KB …

PADA NY X UMUR X P A AH

DI PUSKESMAS X

No Register :

Hari / tanggal :

Tempat Pengkajian :

Nama Pengkaji :

IDENTITAS

IBU AYAH

Nama : Nama :

Umur : Umur :

Agama : Agama :

Suku / Bangsa : Suku / Bangsa :

Pendidikan : Pendidikan :

Pekerjaan : Pekerjaan :

Alamat : Alamat :

No Telepon : No Telepon :

A. DATA SUBJEKTIF

2. Alasan datang :

3. Keluhan utama :
4. Riwayat menstruasi :

5. Riwayat pernikahan :

6. Riwayat kehamilan, persalinan dan nifas yang lalu

7. Riwayat kesehatan

8. Riwayat KB

9. Pemenuhan kebutuhan segari-hari

10. Pola spiritual,psikososial dan ekonomi

B. DATA OBJEKTIF

1. Pemeriksaan umum

Keadaan umum :

Kesadaran :

TTV :

Antopometri :

2. Pemeriksaan fisik

Kepala :

Muka :

Mata :

Telinga :

Hidung :

Mulut :

Leher :

Payudara :
Abdomen :

Kulit :

Genetalia :

Anus :

Ekstremitas :

C. ANALISIS

D. PENATALAKSANAAN

S : Subyektif data, menurut perspektif klien data ini diperoleh

melalui auto anamneses atau allo anamneses

O. : Objektif data yaitu hasil pemeriksaan fisik klien, serta

pemeriksaan diagnostic dan dukungan lain. Data ini termasuk

catatan medic yang lalu.

A : analisa interpretasi berdasarkan data yang terkumpul dibuat

kesimpulan berdasarkan segala sesuatu yang dapat diidentifikasi

seperti :

1) Daignosa / masalah

2) Antisipasi prognosa / masalah potensial

3) Perlunya tindakan segea oleh bidan atau dokter, konsultasi

kolaborasi dan rujukan (langkah II, III, IV)


DAFTAR PUSTAKA

BKKBN. (2013). Angka Kematian Ibu Melahirkan. (online).


(http://www.menegpp.go.id/v2/indeks.phhp/datadaninformasi/kesehatanAc
cesed 25 September 2016)

Dewi indah. (2017). Konsep Nifas .


http://repository.ump.ac.id/3900/3/DEWI%20INDAH%20WULANDARI
%20BAB%20II.pdf.

Kissanti, A .2008. Buku Pintar Wanita. Jakarta : Araska.


Maritalia, D. (2017). Asuhan Kebidanan Pada Ibu Nifas. Yogtakarta: Gosyen
Publishing.

Marmi. (2011). Intranatal Care Asuhan Kebidanan Pada Persalinan. Yogyakarta:


Pustaka Pelajar.

Marni. (2012). Asuhan Neonatus Bayi, Balita, dan Pra Sekolah. Yogyakarta :
Pustaka Pelajar
Muhimah, N & Safe’i. 2010. Panduan Lengkap Senam Hamil, Khusus Ibu Hamil.
Jakarta: Power Book.
Prawirohardjo, S. (2010). Obstetric dan Ginekologi Sosial. Jakarta : YBP
Ranuh, IG. (2012). Beberapa Catatan Kesehatan Anak. Jakarta: CV Sagung Seto.

Rochmah. dkk. (2013). Asuhan Neonatus, Bayi, dan Balita. Jakarta: EGC.

Suherni. (2015). Masa Nifas Normal

http://digilib.unimus.ac.id/files/disk1/113/jtptunimus-gdl-rizkinuraf-5617-

4-bab2.pdf

Sukarni, Margareth. (2015). Kehamilan, Persalinan, dan Nifas dilengkapi dengan

patologi. Yogyakarta : Nuha media.


Sulistyawati, A. (2012). Asuhan Kebidanan pada Masa Kehamilan. Jakarta :

Salemba Medika.

Varney, H. 2010. Buku Ajar Asuhan Kebidanan Varney. Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai