Anda di halaman 1dari 4

GLAUKOMA

1. DEFINISI

Glaukoma adalah suatu neuropati optik kronik didapat yang ditandai oleh pencekungan
(cuppirzg) diskus optikus dan pengecilan lapangan pandang; biasanya disertai peningkatan
tekanan intraokular. Pada sebagian besar kasus, glaukoma tidak disertai dengan penyakit mata
lainnya (glaukoma primer).

2. EPIDEMIOLOGI

Hampir 60 juta orang terkena glaukoma. Diperkirakan 3 juta penduduk Amerika Serikat
terkena glaukoma, dan di antara kasus-kasus tersebut, sekitar 50% tidak terdiagnosis. Sekitar 6
juta orang mengalami kebutaan akibat glaukoma, termasuk 100.000 penduduk Amerika,
menjadikan penyakit ini sebagai penyebab utama kebutaan yang dapat dicegah di Amerika
Serikat. Glaukoma sudut terbuka primer, b'entuk tersering pada ras kulit hitam dan putih,
menyebabkan penyempitan lapangan pandang biiateral progresif asimptomatik yang timbul
perlahan clan sering tidak terdeteksi sampai terjadi penyempitan iapangan pandang yang luas.
Ras kulit hitam memiliki risiko yang lebih besar mengalami onset dini, keterlambatan diagnosis,
dan penurunan penglihatan yang berat dibandingkan ras kulit putih. Glaukoma sudut tertutup
didapatkan pada 10- 15% kasus ras kulit putih. Persentase ini jauh lebih tinggi pada orang Asia
dan suku Inuit. Glaukoma sudut tertutup prirner berperan pada lebih dari90% kebutaan bilateral
akibat glaukoma di China. Glaukoma tekanan normal merupakan tipe yang paling sering di
jepang.

Berdasarkan perkiraan who, tahun 2000 ada sebanyak 45 juta orang di dunia yang
mengalami kebutaan. Sepertiga dari jumlah itu berada di asia tenggara. Untuk kawasan asia
tenggara, berdasarkan survei kesehatan indera penglihatan dan pendengaran tahun 1993-1996
menunjukkan angka kebutaan di indonesia sekitar 1,5% dari jumlah penduduk atau setara dengan
3 juta orang. Jumlah ini jauh lebih tinggi di banding bangladesh (1%), india (0,7%), dan thailand
(0,3%). Jumlah kebutaan di indonesia meningkat, disebabkan oleh meningkatnya jumlah
penduduk, meningkatnya usia harapan hidup, kurangnya pelayanan kesehatan mata dan kondisi
geografis yang tidak menguntungkan.

Berdasarkan survei who pada tahun 2000, dari sekitar 45 juta penderita kebutaan 16%
diantaranya disebabkan karena glaukoma. Dan sekitar 0,2% kebutaan di indonesia di sebabkan
oleh penyakit ini. Sedangkan survei departemen kesehatan ri 1982-1996 melaporkan bahwa
glaukoma menyumbang 0,4 atau 5 atau sekitar 840.000 orang dari 210 juta penduduk penyebab
kebutaan. Kondisi ini semakin diperparah dengan pengetahuan dan kesadaran masyarakat yang
rendah akan bahaya penyakit ini. Berdasarkan kesehatan dunia (who) telah melakukan analisa
kepustakaan mengenai prevalensi, insiden dan derajat dari berbagai jenis glaukoma. Dengan
menggunakan data tahun 1980-1990. Who melaporkan jumlah populasi di dunia dengan tekanan
bola mata yang tinggi (>21 mmhg) sekitar 104,5 juta orang prevalensi kebutaan untuk semua
jenis glaukoma diperkirakan mencapai 5,2 juta orang. Glaukoma bertanggung jawab atas 15%
penyebab kebutaan, dan menempatkan glaukoma sebagai penyebab ketiga kebutaan di dunia
setelah katarak dan trakhoma.

3. ETIOLOGI

4. PATOFISIOLOGI GLAUKOMA

Mekanisme utama penurunan penglihatan pada glaukoma adalah apoptosis sel ganglion
retina yang menyebabkan penipisan lapisan serat saral dan lapisan inti-dalam retina serta
berkurangnya akson di nervus opticus. Diskus optikus menjadi ahofik, disertai pembesaran
cawan optik . Efek peningkatan tekanan intraokular dipengaruhi oleh perjalanan waktu dan
besar peningkatan tekanan intraokular. Pada glaukoma sudut tertutup akut, tekanan intraokular
mencapai 60-80 mmHg, menimbulkan kerusakan iskemik akut pada iris yang disertai edema
komea dan kerusakan nervus opticus. Pada glaukoma sudut terbuka primer, tekanan intraokular
biasanya tidak meningkat lebih dari 30 mmHg dan kerusakan sel ganglion terjadi setelah waktu
yang lama, sering setelah beberapa tahun. Pada glaukoma tekanan normal, sel-sel gangIion retina
mungkin rentan mengalami kerusakan akibat tekanan intraokular dalam kisaran normal, atau
mekanisme kerusakarmya yang utama mungkin iskemia caput nervi optici

5. GEJALA KLINIS

Glaukoma sudut tertutup akut ditandai oleh munculnya kekaburan penglihatan mendadak
yang disertai nyeri hebat halo, serta mual dan muntah. Pasien terkadang dikira menderita
penyakit gastrointestinal akut. Temuan temuan lainnya adalah peningkatan tekanan intraokular
yang mencolok bitik mata depan dangkal, kornea berkabut, pupil berdilatasi sedang yang
terfiksasi, dan injeksi siliar. Mata sebelahnya harus dilakukan pemeriksaan gonioskopi untuk
memastikan adanya predisposisi anatomiterhadap glaukoma sudut tertutup primer.

a. Gejala subyektif:
Pada mata tampak gejala bendungan akut bola mata, penglihatan kabur, adanya halo, rasa
sakit di daerah yang dipersyarafi oleh saraf trigeminus, dan kadang-kadang disertai
muntah.
b. Gejala obyektif:
Pada pemeriksaan oftalmologik ditemukan:
 Tekanan intraokuler yang sangat tinggi
 Mata merah, edema palpebra
 Edema kornea
 Injeksi silier
 Bilik mata depan dangkal
 Midriasis
 Papiledema
Faktor pencetus dapat berupa keadaan emosi yang terlalu gembira, sesudah
menonton film di bioskop, berada dalam ruangan gelap atau minum terlalu banyak.
Faktor pencetus lainnya adalah adanya tekanan yang relatif tinggi pada bilik mata
belakang akibat penempelan iris yang luas pada permukaan lensa sehingga menimbulkan
hambatan pupil yang relative (relative papillary block). Adanya tekanan yang lebih tinggi di bilik
mata belakang ini menimbulkan sinekia anterior pada sudut bilik mata depan dan yang dapat
menyebabkan penutupan sudut bilik mata depan.

Vaughan,Daniel g, Asbury t, riordan eva. 2000. Oftalmologi umum edisi 14. Penerbit: Widya
Medika.

Anda mungkin juga menyukai