Chapter II
Chapter II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1.1. Pengertian
Istilah Sirosis hati diberikan oleh Laence tahun 1819, yang berasal dari kata
Khirros yang berarti kuning, karena perubahan pada nodul-nodul yang terbentuk.
Pengertian Sirosis hati dapat dikatakan sebagai berikut: Suatu keadaan disorganisasi
yang difuse dari struktur hati yang normal akibat nodul regenerative yang dikelilingi
Pada penderita hepatitis yang tidak mampu menjaga kondisi organ hatinya
akan berlanjut menjadi penderita hepatitis kronik, dan jika keadaannya masih terus
ditandai dengan distorsi dari arsitektur hepar dan pembentukan nodulus regeneratif.
Hal ini terjadi akibat nekrosis hepatoselular. Jaringan penunjang retikulin kolaps
disertai deposit jaringan ikat, distorsi jaringan vaskular dan regenerasi nodularis
parenkim hati.
Secara lengkap Sirosis adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi
pembuluh darah darah besar dan seluruh system arsitektur hati mengalami perubahan
11
menjadi tidak teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar
a. Anatomi
Hati adalah organ yang terbesar yang terletak di sebelah kanan atas rongga
perut, persis disamping lambung dibawah paru-paru. Beratnya 1.500 gr atau 2,5 %
dari berat badan orang dewasa normal. Hati dibungkus oleh selaput tipis yang disebut
1. Vena porta hepatica yang berasal dari lambung dan usus, yang kaya akan
nutrien seperti asam amino, monosakarida, vitamin yang larut dalam air, dan
mineral.
2. Arteri hepatica, cabang dari arteri kuliaka yang kaya akan oksigen. Cabang-
cabang pembuluh darah vena porta hepatica dan arteri hepatica mengalirkan
darahnya ke sinusoid. Hematosit menyerap nutrien, oksigen, dan zat racun dari
nutrien akan ditimbun atau dibentuk zat baru, dimana zat tersebut akan
Pada kondisi hidup, hati berwarna merah tua karena kaya akan persediaan
darah. Hati terbagi menjadi lobus kiri dan lobus kanan yang dipisahkan oleh
ligamentum falciforme. Lobus kanan hati lebih besar dari lobus kirinya dan
mempunyai 3 bagian utama yaitu: lobus kanan atas, lobus caudatus, dan lobus
quadrates.
Untuk mengetahui perbedaan bentuk hati normal dan tidak normal (sirosis)
b. Fisiologi Hati
2. Untuk tempat penyimpanan berbagai zat seperti Mineral (Cu, Fe) serta
vitamin yang larut dalam Lemak (Vitamin A,D,E, dan K), likogen dan
pestisida DDT).
atau rusak.
Hati mensekresi ± 1 liter cairan empedu ke dalam saluran empedu yang terdiri
dari pigmen empedu dan asam empedu, yang termasuk pigmen empedu adalah
bilirubin dan biliverdin yang memberi warna tertentu pada feses. Asam empedu yang
2.1.3. Epidemiologi
a. Menurut Orang
2004 angka kematian sirosis dengan infeksi hepatitis B berdasarkan kelompok umur
per 100.000 penduduk yang tertinggi terdapat pada kelompok umur 65-74 tahun yaitu
27,7%, pada umur 55-64 yaitu 22,6 %, pada umur 45-54 tahun yaitu 18 %, pada umur
35-44 tahun yaitu 6,3% dan terendah pada umur 25-34 tahun yaitu 0,8%.
Di Inggris pada tahun 2002, angka kematian akibat Sirosis hati akibat
Hepatitis B berdasarkan jenis kelamin dan kelompok umur per 100.000 penduduk
tertinggi pada laki-laki umur 45-64 tahun yaitu 28,9% dan terendah pada perempuan
memperlihatkan bahwa penderita Sirosis pada pria lebih banyak dari perempuan
dengan rasio 1,5-2:1. Hasil penelitian Suyono, dkk, di RSUD Dr.Moewardi Surakarta
laki-laki (71%) lebih banyak dari perempuan (29%) dengan kelompok umur 51-60
b. Tempat
negara. Pada periode 1999-2004 insidensi sirosis hati dengan Hepatitis B di Norwegia
sebesar 13,4 per 100.000 penduduk. Kejadian Sirosis hepatis di China, dan India
Dalam kurun waktu empat tahun di Medan, Proporsi pasien Sirosis hati
c. Waktu
dengan hepatitis B sebesar 3,4 % dari tahun 2006 ke tahun 2007. Di Moldovo pada
tahun 2002 Case Spesifik Death Rate (CSDR) Sirosis 89,2% per 100.000 penduduk,
sedangkan pada tahun 2004 CSDR Sirosis sebesar 99,2% per 100.000 penduduk.
meningkat, dari data salah satu rumah sakit di kota Medan, yaitu dari rekam medik
RSUP H.Adam malik medan tahun 2013, ada 20 penderita Sirosis dengan Hepatitis
B, tahun 2014 tercatat 105 penderita dan tahun 2015 ada 240 orang penderita.
2.1.4. Insiden
Penderita Sirosis hati lebih banyak dijumpai pada kaum laki-laki, jika
dibandingkan rasio kaum laki-laki dengan perempuan sekitar 1,6:1, dengan rata-rata
terbanyak antara golongan umur 30-59 tahun, dengan puncaknya sekitar 40-49 tahun
(Sutadi, 2003).
2.1.5. Klasifikasi
dengan septum fibrotic yang lebar melingkari nodul tersebut. Hati akan
menjadi mengkerut.
hepatika dan saluran portal masih terlihat, namun letaknya sudah tidak
Yaitu: belum adanya gejala klinik yang nyata. Merupakan kelanjutan dari
proses Hepatitis kronis dan pada satu tingkat tidak terlihat perbedaan secara
klinik. Tes biokimia pada hati yang terkompensasi menunjukkan hasil yang
Tidak ditemukan tanda kearah penurunan fungsi sel hati. Pada Sirosis yang
Misalnya sirosis setelah hepatitis aktif kronik, maka akan terlihat gambaran
kelainan kulit seperti jerawat dan stria. Pada fibrosis kistik yang terlihat
mall absorbsi dan defisiensi vitamin yang larut dalam lemak terutama
vitamin D dan K.
Sirosis hati sering terjadi, biasanya ditemukan pada saat pemeriksaan tes
rutin, pemeriksaan karena masalah lain atau ketika pembedahan, dan pada
saat otopsi.
Ditandai dengan edema perifer dan asites akibat penurunan fungsi hati.
Tanda penting lain yaitu: adanya ensefalopati hepatic dan fetor hepatic.
Penyebab pasti dari sirosis hati sampai sekarang belum jelas, tetapi sering
a. Umur
Seseorang dengan umur yang lebih muda tidak tertutup kemungkinan untuk
menderita sirosis hati, karena apabila seseorang terinfeksi Virus Hepatitis B akut,
90% yang terinfeksi pada anak-anak dan 70% pada orang dewasa tidak
menampakkan gejala sama sekali. Selanjutnya 90% pada mereka yang terinfeksi pada
masa anak-anak berlanjut menjadi kronis, sehingga tidak heran jika sering ditemukan
sirosis hati menduduki peringkat ketujuh teratas dengan usia individu berkisar antara
25 tahun dan 64 tahun. Karena penyakit sirosis merupakan penyakit yang menyerang
di usia produktif kehidupan, sehingga keadaan ini akan memberikan dampak berupa
menurunnya kualitas hidup penderita yang terkena. Bila kita perhatikan di Indonesia
rata-rata penderita Sirosis berada pada kelompok umur 30-59 tahun, dengan
b. Jenis kelamin
Pola hidup pria masa kini menambah daftar panjang terjangkitnya sirosis hati.
Saat ini penderita sirosis hati lebih banyak dijumpai pada pria dibandingkan wanita
dengan rasio 1,6:1, hal ini dikarenakan banyaknya laki-laki yang mengkonsumsi
ada makin berat, apalagi dalam diri seseorang telah ada infeksi Virus Hepatitis B
Selain itu, laki-laki lebih banyak menderita Sirosis hati kemungkinan karena
laki-laki adalah kepala rumah tangga yang harus bekerja lebih keras tanpa
c. Virus Hepatitis B
Hepatitis B adalah: Suatu penyakit hati yang disebabkan oleh virus Hepatitis B
(VHB), suatu anggota family Hepadnavirus yang menyebabkan peradangan hati akut
atau menahun, yang pada sebagian kecil kasus dapat berlanjut menjadi Sirosis hati
Hepatitis virus terutama tipe B sering disebut sebagai salah satu penyebab
Sirosis hati, apalagi setelah penemuan Australian Antigen oleh Blumberg pada tahun
1965 dalam darah penderita dengan penyakit hati kronis, maka diduga mempunyai
peranan yang besar untuk terjadinya nekrosa sel hati sehingga terjadi Sirosis. Secara
klinik telah dikenal bahwa hepatitis virus tipe B lebih banyak mempunyai
kecenderungan untuk lebih menetap dan memberi gejala sisa serta menunjukan
Pertama, apabila seseorang terkena virus Hepatits B pada usia dewasa, maka 90-95 %
beresiko menderita virus diantaranya sembuh. Sementara sisanya sekitar 5-10 % akan
menderita virus Hepatitis B kronis. Sedangkan apabila terkena virus Hepatitis B akut
pada usia anak- anak, maka resiko menderita virus Hepatits B kronis sebesar 90%.
sebagai Hepatitis carrier inaktif atau menjadi hepatitis kronik aktif. Pada kelompok
hepatitis kronis aktif inilah yang kemudian beresiko menjadi Sirosis hati bahkan
Temuan serupa dijumpai pada pasien dengan Sirosis akibat Hepatitis B kronik.
Dari pasien- pasien yang terpajan Hepatitis B, 5% mengalami hepatitis B kronik dan
sekitar 20% dari pasien ini akan berlanjut mengalami Sirosis. Pulasan khusus untuk
antigen HBc (Hepatitis B core) dan HBs (Hepatitis B surface) akan positif, dan
2014)
d. Konsumsi obat-obatan
Luka pada hati yang disebabkan oleh obat, termasuk obat yang diresepkan
amatlah umum. Ada lebih dari 600 jenis obat yang dapat merusak hati dalam berbagai
kerusakan pada sel hati secara akut dan kronis. Kerusakan hati akut akan berakibat
nekrosis atau degenerasi lemak, sedangkan kerusakan kronis akan berupa Sirosis hati.
Suatu obat dapat dinyatakan menyebabkan kerusakan pada hati, apabila bahan
tersebut dapat menimbulkan kelainan hati yang terus-menerus sejak obat tersebut
1. Hepatotoksik
2. Kolestatik
mengakibatkan sirosis.
3. Hepatik
Kelainan akan berkurang bila pemberian bahan dihentikan dan akan timbul
diberi dalam takaran/dosis biasa, hati yang sakit tidak dapat mengatasi zat-
zat dari obat- obatan yang masuk sekalipun dalam jumlah normal.
yang dapat menjadi Sirosis. Mengapa seseorang minum obat dalam jangka
disebabkan:
lagi digunakan.
Tubuh tiap orang memiliki cara yang berbeda-beda dalam metabolisme obat.
penyakit hati (Hepatitis B) mengubah reaksi hati, sehingga hati lebih rentan terhadap
kerusakan akibat obat tertentu. Beberapa obat juga dapat menyebabkan perubahan
pada system kekebalan tubuh seseorang, dan perubahan ini menyebabkan kerusakan
Adapun Obat- obatan yang dapat menyebabkan sirosis atau merusak jaringan
Dari beberapa jenis obat yang sering dikonsumsi oleh penderita Hepatitis B
Pada pasien lanjut usia dan memiliki ganguan fungsi hati, ranitidine harus
maka paracetamol dapat menyebabkan gagal hati fulminal, gagal hati akut
kelainan hati akibat obat biasanya menimbulkan gejala 2-5 minggu setelah
kontak dengan bahan. Pada paracetamol dosis tinggi, gejala dapat timbul 1
kemerahan dimuka, gatal dan artralgia. dan pada penderita Hepatitis B reaksi
(Hassan, 2007).
Pemberian obat penginduksi hati terhadap pasien gangguan fungsi hati perlu
penggunaan obat, penambahan zat lain yang dapat mengurangi efek toksik dan perlu
d. Konsumsi alkohol
kadarnya masing-masing, seperti wishky, bir, anggur, dan Tuak. Alkohol merupakan
suatu cairan bening, yang mudah menguap, mudah bergerak, bersifat memabukan,
memiliki bau khas, rasa panas, mudah terbakar dengan memberikan nyala api
Alkohol adalah suatu penyebab yang paling umum dari Sirosis. Sirosis hati
sirosis hati tersering diakibatkan oleh alkohol. Semakin murah harga alkohol,
semakin banyak orang kurang mampu yang dapat membelinya, dan semakin tinggi
Nama yang populer alkohol di Indonesia yang konsumsi adalah miras, kamput,
topi miring, raja jemblung, cap tikus, balo, dan lain sebagainya. Minuman beralkohol
mempunyai kadar yang berbeda-beda, misalnya bir dan soda alkohol (1%-10%
alkohol), martini dan anggur (10%-20% alkohol), dan minuman keras import yang
Jumlah alkhol yang diminum dapat dihitung dalam satuan unit, dimana
setengah kaleng bir (300cc), setara dengan segelas anggur, atau 1 takaran kecil wiski
(1 unit). Untuk mencegah gangguan kesehatan, seorang pria sehat sebaiknya tidak
mengkonsumsi lebih dari 21 unit per minggu dan wanita tidak lebih dari 14 unit
perminggu. Berapa lama alkohol dikonsumsi penting pula untuk diketahui, karena
konsumsi alkohol dalam jumlah banyak secara teratur setiap harinya, lebih berbahaya
antara lain sirosis hati, kanker, penyakit jantung dan syaraf. Sebagian besar kasus
sirosis hati (liver cirrhosis) dialami oleh peminum berat yang kronis. Sebuah studi
memperkirakan bahwa konsumsi 210 gram alkohol atau setara dengan minum
sepertiga botol minuman keras (liquor) setiap hari selama 25 tahun akan
Dalam jurnal Eko (2016), Konsumsi alkohol Pada individu dengan infeksi
HBV dan peminum alkohol berat, resiko terjadinya sirosis lebih cepat dibandingkan
dengan mereka yang mengkonsumsi alkohol tanpa adanya infeksi HBV dan
kelangsungan hidup mereka juga menurun. Dimana 4-7% pasien dengan HBeAg-
positif dan 2-3% pasien dengan HBeAg-negatif pada seorang yang mengkonsumsi
alkohol, akan berkembang menjadi suatu sirosis, jika tidak diobati kemungkinan
Menurut Longo (2014), minum alkohol dalam jangka waktu yang panjang dapat
alkoholik, hepatitis alkoholik, dan sirosis. Pemakaian alkohol yang berlebihan ikut
menimbulkan kerusakan hati yang lebih cepat pasien yang sudah mengidap penyakit
diperkirakan mekanismenya yaitu sel hati mengalami fibrosis dan destruksi protein
terjadi tetapi tidak dapat mengimbangi kerusakan sel. Penimbunan kolagen terus
sirosis hati.
1. Peminum Ringan (Light Drinker), yaitu mereka yang mengkonsumsi antara 0,28-
5,9 gram atau ekuivalen dengan minum 1 botol bir atau kurang.
27,7 gram alkohol atau setara dengan 1- 4 botol bir per hari.
3. Peminum Berat (Heavy Drinker), yang mengkonsumsi lebih dari 28 gram alkohol
Bagi mereka yang menderita penyakit hati karena sebab apapun, dianjurkan
untuk tidak minum alkohol agar proses penyembuhan lebih cepat. Jika kerusakan hati
disebabkan kerena minum alkohol, maka seumur hidup harus berhenti minum
mengandung 3 % alkohol yang setara dengan bir biasa, karena kandungan alkohol
dalam bir, anggur, dan minuman keras lainnya menghasilkan bahan kimia yang
sangat beracun, seperti asetaldehida. Bahan kimia ini dapat memicu terjadinya
peradangan yang nantinya dapat merusak sel-sel hati dan dapat mengganggu
lobulus hati dan ini memacu timbulnya jaringan parut disertai terbentuknya septa
fibrosa difus dan nodul sel hati. Jaringan parut ini dapat menghubungkan daerah porta
Beberapa sel tumbuh kembali dan membentuk nodul dengan berbagai ukuran
dan distorsi percabangan pembuluh hepatic dan gangguan aliran darah porta dan
pada sel duktules, sinusoid, retikulo endotel, terjadi fibrogenesis, dan septa aktif.
Jaringan kolagen berubah dari reversible menjadi irreversibel bila telah terbentuk
septa permanen yang aselular pada daerah porta dan parenkim hati.
a. Pembesaran hati
dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras dan memiliki tepi tajam yang dapat
diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen dapat terjadi sebagai akibat dari
pembesaran hati yang cepat dan baru saja terjadi mengakibatkan regangan pada
selubung fibrosa hati (kapsul Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut,
ukuran hati akan berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan
kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal. Semua darah dari organ-organ
digestif praktis akan berkumpul dalam vena porta dan dibawa ke hati. Karena hati
yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang bebas, maka aliran darah
tersebut akan kembali kedalam limpa dan traktus gastrointestinal dengan konsekuensi
bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongestif pasif yang kronis, dengan kata lain
kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah dan dengan demikian tidak dapat
bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan semacam ini cendrung menderita
dyspepsia kronis dan konstipasi atau diare. Berat badan pasien secara berangsur-
Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat perubahan fibrotik
gastrointestinal dan pemintasan darah dari pembuluh darah dengan tekanan yang
pembuluh darah abdomen yang mencolok serta terlihat pada inspeksi abdomen (kaput
lambung dan rectum bagian bawah merupakan daerah yang sering mengalami
yang tinggi akibat sirosis, maka pembuluh darah ini dapat mengalami rupture dan
Kurang lebih 25% akan mengalami hematemesis ringan, sisanya akan mengalami
d. Edema
Gejala lanjut pada Sirosis hepatis ditimbulkan oleh gagal hati yang kronis.
edema. Produksi aldosteron yang berlebihan akan menyebabkan retensi natrium serta
tidak memadai (terutama vitamin A, C, dan K), maka tanda-tanda defisiensi vitamin
bersama-sama asupan diet yang tidak adekuat dan gangguan fungsi hati turut
menimbulkan anemia dan status nutrisi serta kesehatan pasien yang buruk akan
f. Kemunduran mental
ensefalopati dan koma hepatik yang membakat. Karena itu pemeriksaan neurologi
perlu dilakukan pada sirosis hepatis dan mencakup perilaku umum pasien,
kemampuan kognotif, orientasi terhadap waktu serta tempat dan pola bicara (Bunner
2.1.9. Diagnosa
a. Urin
Dalam urine terdapat urobilnogen juga terdapat bilirubin bila penderita ada
ikterus. Pada penderita dengan asites, maka ekskresi Natrium (Na) dalam urin
syndrome hepatorenal.
b. Tinja
ekskresi pigmen empedu rendah. Sterkobilinogen yang tidak terserap oleh darah, di
dalam usus akan diubah menjadi sterkobilin yaitu suatu pigmen yang menyebabkan
c. Darah
kadang dalam bentuk makrositer yang disebabkan kekurangan asamfolik dan vitamin
Penderita sirosis banyak mengalami gangguan tes faal hati, lebih lagi
penderita yang sudah disertai tanda-tanda hipertensi portal. Pada sirosis globulin
bertambah, sedangkan albumin menurun. Pada orang normal tiap hari akan
diproduksi 10-16 gr albumin, pada orang dengan Sirosis hanya dapat disintesa antara
3,5-5,9 gr/hari. Kadar normal albumin dalam darah 3,5-5,0 g/dl. Jumlah albumin dan
protein serum.
Perbandingan normal albumin:globulin (2:1) atau lebih. Selain itu, kadar asam
empedu juga termasuk salah satu tes faal hati yang peka untuk mendeteksi kelainan
a. Radiologi
2002).
b. Ultrasonografi (USG)
hati, termasuk sirosis hati. Gambaran USG tergantung pada tingkat berat ringannya
penyakit. Pada tingkat permulaan Sirosis akan tampak hati membesar, permulaan
irregular, tepi hati tumpul. Pada fase lanjut terlihat perubahan gambar USG, yaitu
tampak penebalan permukaan hati yang irregular. Sebagian hati tampak membesar
c. Peritoneoskopi (laparoskopi)
Secara laparoskopi akan tampak jelas kelainan hati. Pada sirosis hepatis akan
jelas kelihatan permukaan yang berbenjol-benjol berbentuk nodul yang besar atau
kecil dan terdapatnya gambaran fibrosis hati, tepi biasanya tumpul. Seringkali
2.1.11. Komplikasi
Setiap penderita sirosis hati dekompensata terjadi hipertensi portal dan timbul
varises esophagus.Varises esophagus yang terjadi pada suatu waktu mudah pecah,
sehingga timbul perdarahan. Sifat perdarahan yang ditimbulkan adalah muntah darah
atau hematemesis, biasanya mendadak tanpa didahului rasa nyeri pada epigastrium.
Varises esophagus merupakan komplikasi Sirosis hati yang biasanya ditemukan pada
kira-kira 50% pasien saat diagnosis sirosis dibuat. Varises ini memiliki kemungkinan
pecah dalam 1 tahun pertama sebesar 5-15% dengan angka kematian dalam 6 minggu
sebesar 15-20% .
b. Koma Hepatikum
Timbulnya koma hepatikum akibat dari faal hati yang sudah sangat rusak,
sehingga hati tidak dapat melakukan fungsinya sama sekali. Koma hepatikum
menjadi dua. Pertama koma hepatikum primer yaitu disebabkan oleh nekrosis hati
yang meluas dan fungsi vital terganggu seluruhnya maka metabolisme tidak dapat
berjalan dengan sempurna. Kedua koma hepatikum sekunder yaitu koma hepatikum
yang timbul bukan karena kerusakan hati secara langsung melainkan karena
perdarahan akibat terapi terhadap asites karena obat-obatan dan pengaruh substansia
nitrogen.
c. Ensefalopati Hepatikum
kerusakan hati terutama pada sirosis hati, morbiditasnya 70% dan mortalitasnya 20%.
dan sistem saraf pusat. Sebagian besar kasus ensefalopati hepatikum disebabkan oleh
kerja otak sehingga muncul keluhan seperti apatis, gelisah, mengantuk, kebingungan,
Peritonitis Bakterial Spontan adalah infeksi cairan acites oleh salah satu jenis
bakteri tanpa ada bukti infeksi sekunder intra abdominal. Biasanya pasien ini tanpa
gejala namun dapat timbul gejala demam dan nyeri abdomen. Peritonitis bakterial
spontan disebabkan oleh adanya translokasi bakteri menembus dinding usus dan juga
oleh karena penyebaran bakteri secara hematogen. Bakteri penyebabnya antara lain:
pemeriksaan pada cairan asites dimana ditemukan sel polimorfonuklear lebih dari 250
Kanker hati sekunder merupakan kanker hati yang berasal dari penyebaran kanker
dari tempat lain dalam tubuh (metastasis). Keluhan terbanyak kanker hati primer
adalah nyeri perut, pembengkakan, pembesaran hati, penurunan berat badan, dan
demam. Sebagai tambahan, kanker hati dapat memproduksi dan melepaskan sejumlah
merah (eritrositosis), gula darah yang rendah (hipoglikemia) dan kalsium darah yang
tinggi (hiperkalsemia).
peningkatan kanker hepatoseluler. Dari data statistik selama selama dua dekade
terakhir, kejadian kanker jenis ini meningkat di Amerika Serikat, terutama karena
1.1.12 Prognosis
dipakai sebagai petunjuk prognosis yang tidak baik dari pasien Sirosis.
meningkatkan proses kesembuhan sel hati yang rusak dan memperbaiki status gizi
mungkin diperlukan untuk mengurangi asites jika gejala ini ada, dan meminimalkan
perubahan cairan serta elektrolit yang umum terjadi pada penggunaan jenis diuretik
lainnya. Asupan protein dan kalori yang adekuat merupakan bagian yang esensial
Meskipun proses fibrosis pada hati yang sirotik tidak dapat di putar balik,
perkembangan keadaan ini masih dapat dihentikan atau diperlambat dengan tindakan
tersebut.
kelangsungan hidup penderita Sirosis dari ringan hingga sedang (Bunner dan
Suddarth, 2002).
a. Pencegahan Primer
terjadi. Upaya ini umumnya bertujuan mencegah terjadinya penyakit dan sasarannya.
Hal ini merupakan upaya agar masyarakat yang berada dalam keadaan sakit tidak
jatuh dalam keadaan sakit, melalui usaha mengontrol dan mengatasi faktor resiko
obat yang memiliki efek toksik pada hati. Vaksinasi terhadap virus Hepatitis B
untuk menghindari resiko penularan vertikal dari ibu kepada bayi. Vaksinasi hepatitis
Vaksinasi ini dilakukan terutama kepada kelompok resiko tinggi seperti pada
bayi dari ibu pengidap virus Hepatitis B, petugas pelayanan kesehatan (dokter, dokter
kaum homo seks, para tuna susila, dan pelanggan mereka, pecandu obat bius suntik,
mereka yang sering mendapat perawatan tusuk jarum yang suntiknya tidak steril,
mereka yang sering mendapatkan transfusi darah. Cara pencegahan sirosis hati dapat
dilakukan dengan cara tidak gonta-ganti pasangan sexual, menghindari kontak darah
pengguanaan jarum suntik secara bergantian, transfusi darah secara steril dan aman.
b. Pencegahan sekunder
Pencegahan sekunder adalah langkah yang dilakukan untuk mendeteksi secara dini
suatu penyakit yang diusahakan dilakukan pada masa awal sakit yang berupa
penyaringan atau dengan pemberian terapi, bukan obat dan terapi obat. Terapi bukan
obat dilakukan dengan mengurangi faktor penyebab terjadinya sirosis hati. Bila
penyebab sirosis hati alkohol, maka konsumsi alkohol sebaiknya dihentikan. Bila
penyebabnya adalah fatty liver akibat mallnutrisi atau obesitas maka diberi diet tinggi
protein dan rendah kalori. Penyakit hemokromatosis, obstruksi saluran empedu, dan
penyakit Wilson segera dikenali jangan sampai terkena sirosis berat, Penderita sirosis
hati juga melakukan disiplin ketat dalam kegiatan sehari-hari. Olahraga yang
c.Pencegahan Tersier
yang lebih berat, kecacatan dan kematian. Pencegahan dalam tingkatan ini biasanya
dapat berupa rehabilitasi fisik, mental dan sosial. Jika kerusakan hati sangat parah dan
Sirosis hati adalah suatu penyakit dimana sirkulasi mikro, anatomi pembuluh
darah besar dan seluruh sitem arsitektur hati mengalami perubahan menjadi tidak
teratur dan terjadi penambahan jaringan ikat (fibrosis) disekitar parenkim hati yang
mengalami regenerasi. Dimana faktor resiko terjadinya sirosis ini diantaranya: Umur,
(Sutadi, 2003).
(terjangkit saat lahir atau sesudahnya), Hepatitis akut, Hepatitis kronis, Hepatitis
(Rudolph, 2007)
maupun kronis. Dikatakan Hepatitis B akut apabila infeksi Hepatiis B kurang dari 6
bulan dengan masa inkubasi 60-90 hari. Penularannya terjadi secara vertikal (90%),
dan intra uterine (5%), sedangkan penularan secara horizontal melalui transfusi darah,
pemakaian jarum suntik secara bersama. Bila infeksi ini berlanjut (lebih dari 6 bulan)
maka akan terjadi hepatitis kronik, penularannya 95% pada saat bayi, 5% pada saat
setelah dewasa. Hepatitis kronik ini juga terbagi kedalam Hepatitis kronik aktif, yaitu
Hepatitis yang ditandai dengan adanya sebutan sel-sel radang bulat terutama limfosit
dan sel plasma di daerah portal yang menyebar dan mengadakan infiltrasi ke dalam
lobulus hati sehingga menyebabkan erosi limiting plate dan menimbulkan piecemeal
nekrosis, dan Hepatitis kronik inaktif, yaitu: Infeksi virus hepatitis B persisten tanpa
tahun, tapi penting diingat bahwa berbagai macam faktor resiko berupa umur, jenis
kelamin, riwayat konsumsi obat, dan riwayat konsumsi alkohol, dapat memicu
terjadinya sirosis lebih cepat bahkan kondisi yang lebih parah yaitu terjadinya
Infeksi
VHB
Hepatitis B
Kronis
Hepatitis
Hepatitis B
Carrier
inaktif kronik aktif
Faktor resiko
1.Umur
2. Jenis kelamin
3.Riwayat konsumsi obat-
obatan
4. Riwayat konsumsi
alkohol Sirosis hati Karsinoma
hepatoseluler
MATI
Mengacu kepada landasan teori yang telah diuraikan di atas, maka dapat
Faktor resiko
1. Umur
2. Jenis kelamin Sirosis pada penderita
3. Riwayat konsumsi obat- Hepatitis B
obatan
4. Riwayat konsumsi
alkohol