Anda di halaman 1dari 2

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Rinitis alergi yaitu penyakit inflamasi yang disebabkan oleh
reaksi alergi pada pasien yang atopi yang sebelumnya sudah tersensitisasi
dengan alergen yang sama serta dilepaskannya suatu mediator kimia ketika
terjadi paparan ulangan dengan alergen spesifik tersebut. Definisi menurut
WHO ARIA (Allergic Rhinitis and It’s Impact on Asthma) tahun 2001 adalah
kelainan pada hidung dengan gejala gatal, bersin-bersin, rinore dan rasa
tersumbat setelah mukosa hidung terpapar alergen yang diperantarai oleh IgE.1

Prevalensi rinitis alergi di Indonesia berdasarkan penelitian


yang dilakukan pada tahun 2009 mencapai 1,5-12,4% dan cenderung
mengalami peningkatan setiap tahunnya. Dapat timbul pada semua golongan
umur, terutama anak dan dewasa, namun menurun sejalan dengan
bertambahnya umur. Faktor herediter berperan, sedangkan jenis kelamin,
golongan etnis dan ras tidak berpengaruh.

Diagnosis rinitis alergi ditegakkan berdasarkan anamnesis,


gejala, pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang. Terapi pada rinitis alergi
adalah suatu tahapan penatalaksanaan yang bersifat holistik berupa edukasi,
penghindaran terhadap alergen, farmakoterapi secara tepat dan rasional dan
mungkin imunoterapi. Dalam hal pemberian terapi, diperlukan pengetahuan
yang memadai mengenai patogenesis, patofisiologi rinitis alergi sebagai
landasan dalam pemilihan obat yang tepat.Intervensi dini dan tepat dapat
memperbaiki kualitas hidup dan produktifitas pasien dengan rinitis alergi.3
Komplikasi rinitis alergi yang sering adalah polip hidung, otitis media efusi
yang sering residif dan sinusitis paranasal.1

1
Faringitis merupakan peradangan dinding faring yang dapat disebabkan
akibat infeksi maupun non infeksi. Faktor resiko penyebab faringitis yaitu udara
yang dingin, turunnya daya tahan tubuh, konsumsimakanan yang kurang gizi,
konsumsi alkohol yang berlebihan. Adapun komplikasi dari faringitis yaitu
sinusitis, otitis media, epiglotitis, mastoiditis, pneumonia, abses peritonsilar, abses
retrofaringeal. Selain itu juga dapat terjadi komplikasi lain berupa septikemia,
meningitis, glomerulonefritis, demam rematik akut. Hal ini terjadi
secara perkontuinatum, limfogenik maupun hematogenik.11

Hidung dan faring sama-sama merupakan bagian dari saluran napas,


sehingga infeksi kuman di hidung dapat menjalar ke faring, begitupun sebaliknya.
Suatu keadaan di mana terdapat baik gejala rhinitis maupun faringitis disebut
rhinofaringitis.

Rhinofaringitis adalah keadaan inflamasi pada struktur mukosa,


submukosa tenggorokan maupun hidung. Jaringan yang mungkin terlibat
antara lain orofaring, nasofaring, hipofaring, tonsil dan adenoid.
Diharapkan laporan ini dapat menjadi bahan pembelajaran bagi
kasus pasien dengan rinitis alergi dan faringitis akut.

Anda mungkin juga menyukai