Anda di halaman 1dari 9

3.

1 Sosial Budaya ekonomi


1. Mata pencahariaaan
Mayoritas masyarakat yang tinggal di daerah Bangkong–Bantardowo adalah sebagai
pegawai pabrik cengkeh, petugas kebersihan di Unnes, Tukang kebun, buruh kasar,
peternak.
2. Jumlah penduduk
Jumlah penduduk unrtuk daerah kawasan Bangkong–Bantardowo belum diketahui
secara pasti jumlahnya berapa jiwa. Namun berdasarakan penuturan warga, Untuk
daerah Bangkong terdapat 60 KK, dan untuk daerah bantardowo terdapat 75 KK
3. Adat kepercayaan
Adat dan kepercayaan masyarakat setempat diantaranya adalah masih ditemukan
sedekah bumi, kegiatan gotong royong bersih-bersih desa, dan hajatan.
4. Persepsi dan Sikap Warga terhadap Proyek
Berdasarkan hasil wawancara pada penduduk sekitar, sebagian warga setempat setuju
apabila akan dilakukan pembangunan proyek Rumah Sakit Tipe A ini karena
menurut mereka , akses pelayanan kesehatan yang awalnya jaraknya cukup jauh
dapat dijangkau masyarakat sekitar lebih dekat. Hanya saja masyarakat mensyaratkan
untuk dilakukan revitalisasi penghijauan dikawasan yang akan dibangun proyek
tersebut. Meskipun begitu, konflik masyarakat juga kemungkinan bisa terjadi apabila
ada perbedaan pendapat antara pihak pemerhati lingkungan dari masyarakata sendiri
maupun dari pihak pemrakarsa pembangunan proyek ini.
3.2 Kesehatan masyarakat
1. Kesehatan lingkungan
Pengumpulan data komponen lingkungan
- Kepadatan vektor : vektor yang paling banyak ditemukan di daerah sekitar yang
akan dibangun proyek Rumah Sakit Tipe A (prakonstruksi) adalah nyamuk dan
tikus. Berdasarkan penuturan warga sekitar didaerah tersebut banyak dijumpai
nyamuk karena banyaknya semak-semak dan pepohonan yang maih terpelihara
dengan asri. Sedangkan banyaknya vektor tikus karena memang dahulu tempat
tersebut merupakan bekas sawah.
- Pembuangan sampah : Sampah yang dihasilkan oleh masyarakat berbanding lurus
dengan pertumbuhan penduduk di suatu daerah. Kebanyakn warga yang tinggal
didaerah tersebut, membuang samapah yang dihasilkan di pekarangan rumah
mereka masing-masing dan selanjutnya dibakar.
- Pembuangan tinja : hampir seluruh masyarakat sekitar yang tinggal didaerah
tersebut,untuk setiap rumah sudah memiliki leher jenis jamban berupa leher angsa
Hal tersebut menyebabkan sistem pembuangan tinja masyarakat yang lokasi
rumahnya berada di sekitar Bangkong dan bantardowo tergolong baik karena
terlebih dahulu terolah oleh bakteri yang ada di dalam septic tank.
- Kualitas sanitasi rumah : Kualitas sanitasi rumah warga yang berada di sekitar
daerah pembangunan proyek tergolong bervariasi. Berdasarkan pengamatan,
terdapat beberapa rumah yang memiliki sanitasi rumah berupa sarana buang air
besar, sarana pengelolaan sampah dan limbah rumah tangga yang
baik/memenenuhi syarat namun adapula yang tidak seperti lantai rumah yang
masih tanah, tembok yang berasal dari kayu, terdapatnya kandang ternak yang
dekat dengan rumah. Namun belum dapat diketahui berapa besar presentase warga
yang memiliki kualitas sanitasi rumah yang memenuhi syarat dan yang tidak
memenuhi syarat
2. Program pelayanan kesehatan
Beberapa program Pelayanan Kesehatan yang ada disekitar daerah Prakonstruksi
Rumah Sakit Tipe A bisa dikatakn belum sepenuhnya baik, diantaranya adalah:
- Posyandu : berdasarakan penuturan warga sekitar, terdapat posyandu namun
kurang aktif karena memang tidak adanya kader kesehatan didaerah sekitar proyek
tersebut.
- Program PSN yang pernah dilakukan oleh mahasiswa KKN Unnes, namun
program ini tidak ada keberlanjutan lagi.
- Pelayanan kesehatan warga sekitar apabila sakit adalah dengan membawa ke
Puskesmas Sekaran untuk masyarakat yang berada didesa Bangkong, dan
Puskesmas Srondol untuk masyarakat yang berada di desa Bantardowo.
- Sumber tenaga kesehatan atau kader kesehatan yang tidak ada diderah tersebut
mengakibatkan masyarakat yang apabila tidak mendapat pertolongan pertama
akan langsung dibawa ke pelayanan kesehatan Patemon apabila Puskesmas
Sekaran dan Srondol sekiranya tutup, misal ketika Malam hari dan hari-hari
tertentu.

3. Perilaku kesehatan masyarakat

Data perilaku kesehatan masyarakat yang dikumpulkan meliputi:


- Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat wilayah sekitar Bangkong dan Bantardowo di
kawasan kampus Unnes berdasarkan pengamatan dan wawancara sekilas
tergolong kurang baik, hal tersebut karena rata-rata masyarakat didaerah tersebut
adalah tamatan SMP dan paling tinggi tamatan SMA, selin itu juga disana jarng
dilakukan penyuluhan kesehatan. Oleh sebab itu, masyarakat sekitar daerah
tersebut hanya sebatas mengetahui mana saja tindakan yang menguntungkan dan
merugikan kesehatan, tanpa adanya kesadaran yang kontinyu untuk berperilaku
bersih dan sehat terkait peningkatan derajat kesehatan. Misalnya saja letak
kandang ternak dengan rumh yang berdekatan, tidak adanya pemilahan sampah
jenis organik dan anorganik sebelum dibakar kepekarangan, dll.
- Sikap
Sikap masyarakat di wilayah Bangkong-Bantardowo juga selaras dengan
pengetahuan mereka tentang kesehatan yang kurang baik, seperti kebiasaan
membuang sampah dipekarangan rumah.
- Praktik
Praktik masyarakat untuk wilayah Bangkong-Bantardowo tentang
kesehatan berdasarkan pengamatan tergolong cukup, dimana masyarakat
mempraktikkan perilaku kesehatan sebagaimana mestinya seperti berobat saat
mengalami kesakitan. Namun belum ada upaya pencegahan yang termanajemen
dengan baik, sehingga praktik kesehatan masih terfokus pada upaya pengobatan.
Selain itu, praktik BAB juga sudah dilakukan dijamban, namun memang
penangananan dalam hal sampah kurang.
- Pola makan
Berdasarkan penuturan Masyarakat Bangkong-Bantardowo pola makan
mereka sesuai dengan masyarakat pada umumnya yaitu bahan makanan pokok
berupa nasi, disertai dengan sayur dan lauknya. Kebutuhan pola makan didaerah
tersebut tercukupi karena adanya pedagang/penjual keliling yang akan lewat
setiap pagi, hal ini memang dikarenakan jauhnya pasar sebagai sarana belanja
kebutuhan pokok dari daerah tersebut. Jenis dan jumlah makanan yang
dikonsumsi bervariasi tergantung pada tingkat pendapatan ekonomi
masyarakatnya.
4. Status kesehatan masyarakat
Kondisi status kesehatan masyarakat di wilayah Bangkong-Bantardowo meliputi:
- Status gizi : berdasarkan pengamatan dan penuturan masyarakat sekitar dapat
disimpulkan status gizi di sekitar masyarakat cukup baik, hal ini karena tidak
ditemukan kasus gizi kurang. Dan kecukupan bahan makanan sbebagai sumber
gizi juga sudah dipenuhi dengan adanya pedagang/ penjual sayur keliling.
Ditemukan juga bebrapa rumah warga yang menanamai pekarangan atau kebun
belakang rumah mereka dengan sayur-sayuran dan buah seperti terong,
singkong, pisang dll.
- Program KB : Program KB akan membantu mengendalikan pertumbuhan
penduduk yang ada di Indonesia. Bila jumlah penduduk besar dan tingkat
pertumbuhannya tinggi, maka beban untuk mencukupi kebutuhan pangan,
sandang, perumahan, pendidikan, kesehatan dan sebagainya menjadi sangat
berat. Untuk Program KB daerah sekitar Bangkong-Bantardowo belum
sepenuhnya menyeluruh, hal ini karena beberapa warga asli yang sudah lama
tinggal didaerah tersebut tidak mengikuti progra KB yang digencarkan
pemerintah. Namun belum diketahui secara pasti jumlah masyarakta sekitar
Bangkong-Bantardowo yang mengikuti program KB dan yang tidak.
- Penyakit yang sering muncul : beberapa penyakit yang sering muncul pada
masyarakat sekitar Bangkong-Bantardowo cukup bervariasi, namun yang paling
sering muncul adalah Flu dan batuk. Namun juga pernah ditemukan penyakit
DBD dikawasan tersebut. Berdasarkan penuturan waraga juga mulai muncul
penyakit tidak menular seperti stroke, dan jantung. Hal tersebut karena
kurangnya pengetahuan tentang pola hidup sehat.
- Cakupan imunisasi : Bebarapa ibu yang memiliki anak disekitar Bangkong-
Bantardowo cukup rutin membawa anak mereka mengikuti imunisasi, biasanya
mereka memilih ke Puskesmas Sekaran atau Puskesmas srondol yang dirasa
tidak terlalu jauh dari rumah mereka. Namun tidak diketahui secara pasti jumlah
keluarga yang memiliki seorang anak untuk rutin mengikuti program imunisasi.
Penyakit-penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi seperti TBC, Difteri,
Pertusisi, Tetanus, Hepatitis B, Polio dan campak. Untuk menurunkan angka
kesakitan, kematian dan kecacatan bayi serta anak balita, idealnya seorang bayi
harus mendapatkan imunisasi dasar lengkap terdiri dari BCG 1 kali, DPT 3 kali,
Polio 4 kali, HB 3 kali dan campak 1 kali.
1.3.1 Komponen Lingkungan yang Diperkirakan Terjadi Sesudah Pembangunan
Proyek
Pengumpulan data komponen lingkungan juga dilakukan untuk memperkirakan
dampak yang mungkin terjadi setelah pembangunan proyek. Dampak tersebut diperkirakan
terjadi setelah bertahun-tahun proyek berdiri dan mulai beroperasi. Dampak yang
diperkirakan terjadi akibat proyek adalah sebagai berikut:
1. Komponen Sosial Budaya
- Mata pencaharian
Sesudah adanya proyek pembangunan Rumah Sakit Unnes Tipe A, mata
pencaharian masyaraat sekitar Bangkong-Bantardowo juga pastinya beberapa
berubah, seperti ada beberapa masyarakatyang mungkin akan bekerja menjadi
pedagang makanan disekitar Rumah Sakit, menjadi petugas kebersihan di rumah
sakit . hal tersebut juga akan berdampak pada Pendapatan masyarakat akan
meningkat. Dampak kenaikan pendapatan masyarakat ini akan menambah gerakan
ekonomi lokal dan bagi masyarakat lain yang selama ini menganggur juga
mendapat kesempatan usaha dan bekerja akibat pembangunan proyek Rumah Sakit
Tipe A ini.
- Jumlah penduduk
Setelah adanya proyek pembangunan gedung Rumah Sakit Tipe A Unnes, maka
banyak pendatang yang berasal dari luar daerah. Mereka adalah orang-orang yang
ikut dalam perekrutan pekeja proyek maupun orang-orang yang bekerja sebagai
tenaga kesehatan di gedung baru Rumah Sakit Unnes Tipe A . Hal ini
menyebabkan penduduk di wilayah setelah pembangunan bertambah.
- Adat kepercayaan
Dengan adanya pembangunan gedung baru Rumah Sakit Unnes Tipe A ini
dimungkinkan terjadi hilangnya adat dan kepercayaan masyarakat sekitar akibat
bertambahnya jumlah penduduk dari luar daerah yang akan mendominasi
penduduk asli setempat. Sehingga nilai-nilai setempat juga akan menghilang
sedikit demi sedikit .
- Persepsi dan Sikap Warga terhadap Proyek
Sikap warga setelah pembangunan proyek juga dapat berubah dan dapat
menimbulkan konflik sosial apabila beberapa masyarakat pemerhati lingkungan
menemukan hal-hal yang sifatnya merusak lingkungan. Konflik sosial juga dapat
terjadi akibat dari gangguan lalu lintas dan kerusakan jalan saat kegiatan mobilisasi
dan demobilisasi alat/ bahan/personil pada saat proyek yang berada di jalan yang
digunakan oleh masyarakat umum sekitar kawasan Bangkong-Bantardowo, karena
ketika proyek berlangsung, sering terjadi kemacetan yang diakibatkan oleh
mobilisasi alat berat maupun material proyek sehingga masyarakat merasa
terganggu dengan kegiatan tersebut.
2. Komponen Kesehatan Masyarakat
a. Kesehatan lingkungan
- Kepadatan vektor
Pengmupulan data komponen lingkungan untuk kepadatan vektor ini juga harus
dipantau oleh pihak pemrakasra ketika Rumah Sakit sudah mulai beroperasi.
Karena, secara otomatis beroperasinya Rumah Sakit ini juga dapat menambah
kepadatan vektor dan memicu munculnya vektor baru apabila sanitasi lingkungan
yang ada disekitar Rumah Sakit Tidak dikelola dengan baik.
- Sistem pembuangan sampah
Sistem pembuangan sampah sebelum dan sesudah dibangunnya proyek
diperkirakan akan berbeda. Masyarakat yang awalnya membuang sampah dengan
cara dibakar dipekarangan (bersifat individual) kemungkinan akan dihimpun
menjadi satu menjadi sitem komunal, hal ini juga dikarenakn bertambahnya
jumlah penduduk dari luar daerah yang diakibatkan pembangunan proyek .
sehingga otomatis, lahan kosong juga akan berkurang karena pembanguan
tempat-tempat kos baru ataupun rumah. Perbedaan yang terjadi juga diperkirakan
pada penumpukan sampah yang semakin banyak dikarenakan timbulan sampah
dari masing-masing instalasi Rumah Sakit Tipe A Unnes ini meskipun memang
sudah disediakan instalasi pengilahan limbah untuk Rumah Sakit ini. Selain itu,
frekuensi pengangkutan truk sampah juga akan semakin meningkat dikarenakan
semakin banyaknya timbulan sampah yang dihasilkan yang kemudian harus
diangkut dari lokasi pembuangan sampah ke TPS.
- Sistem pembuangan tinja
Sistem pembuangan tinja diperkirakan tidak akan terpengaruh secara signifikan
setelah pembangunan proyek. Hal itu dikarenakan sistem pembuangan tinja dan
air kotor sudah dibangun oleh masyarakat sekitar Bangkong-Bantardowo di
rumah mereka masing-masing lama sebelum proyek akan dibangun. Jadi
diperkirakan tidak mungkin masyarakat merubah sistem pembuangan tinja hanya
dikarenakan pembangunan proyek gedung baru Unnes ini.
- Kualitas sanitasi rumah
Sarana dan prasarana sanitasi rumah yang awalnya bervariasi sebelum
pembangunan proyek kemungkinan besar akan berubah. Kondisi rumah warga
sekitar yang awalnya berlantai tanah dan tembok yang berasal dari kayu
diperkirakan akan berubah sedikit demi sedikt membaik. Hal ini karena dekatnya
layanan kesehatan berupa Rumah Sakit Tipe A Unnes otomatis masyarakat akan
semakin sadar akan pentingnya perbaikan sanitasi rumah. Hal ini seiring dengan
meningkatnya pendapatan masyarakat juga.
b. Program kesehatan masyarakat
Terdapat perubahan dalam pelayanan kesehatan masyarakat pasca pembangunan
gedung Rumah Sakit Tipe A Unnes ini. Hal ini dikarenakan semakin dekatnya akses
mayarakat dalam memperoleh pelayanan kesehatan dan bertambahnya jumlah tenaga
kesehatan disekitar pembangunan proyek ini. Sehingga hal tersebut juga akan berdampak
pada program-program kesehatan masyarakat yang semakin gencar dilakukan.
c. Perilaku kesehatan masyarakat
1. Pengetahuan
Pengetahuan masyarakat diperkirakan akan berpengaruh antara sebelum dan
sesudah proyek namun tidak secara signifikan. Hal itu dikarenakan adanya
negosiasi dari pihak pemrakarsa kepada masyarakat terkait pembangunan gedung
baru ini, sehingga masyarakat akan memiliki pengetahuan yang lebih tinggi
dibanding sebelumnya terkait pengaruh keberadaan gedung tersebut terhadap
kesehatan.
2. Sikap
Sikap masyarakat diperkirakan juga akan berubah, hal ini karena bertambahnya
pengetahuan masyarakat mengenaai kesehatan secara tidak langsung akibat
adanya pelayanan kesehatan yang semakin dekat dengan mereka.
3. Praktik
Praktik masyarakat diperkirakan juga akan berubah, hal ini karena bertambahnya
pengetahuan serta sikap masyarakat mengenaai kesehatan secara tidak langsung
akibat adanya pelayanan kesehatan yang semakin dekat dengan mereka.
4. Pola makan
Pola makan masyarakat di wilayah sekitar Kelud akan terpengaruh oleh
keberadaan gedung baru Rumah Sakit Tipe A Unnes tersebut walaupun tidak
secara signifikan. Hal itu dikarenakan seiring dengan pembangunan gedung
tersebut akan bermunculan warung maupun toko yang menjual beragam jenis
makanan yang dapat mempengaruhi pola makan masyarakat sekitar lokasi
pembangunan gedung baru.
d. Status Kesehatan Masyarakat
Kondisi status kesehatan masyarakat di wilayah Unnes Kelud meliputi:
1. Status gizi
Status gizi pada masyarakat sekitar diperkirakan akan meningkat karena semakin
dekatnya dengan pelayanan kesehatan. Hal tersebut seiring dengan berubahnya pola
makan masyarakat sekitar.
2. Program KB
Pasca pembangunan gedung baru Rumah Sakit Tipe A Unnes diperkirakan akan
terrjadi peningkatan kepala keluarga yang mengikuti program KB karena sudah
sadarna masyarakat terhadap program-program kesehatan yang digencarkan
pemerintah.
3. Cakupan imunisasi
Cakupan imunasi berhubungan erat dengan pembangunan gedung baru Rumah Sakit
Tipe A Unnes. Secara otomatis cakupan imunisasi akan meningkat karena dekatnya
jarak pelayanan kesehatan masyarakat sehingga untuk memeperoleh imunisasi juga
akan mudah
4. Angka kesakitan
- Diare
Pasca pembangunan gedung baru Rumah Sakit Tipe A Unnes bisa diperkirakan
angka keskitan diare akan meningkat mengingat penularan diare erat kaitannya
dengan faktor lingkungan. Pada saat kontruksi sampai pasca pembangunan
gedung baru Unnes, lingkungan di sekitar kampus Unnes akan mengalami
perubahan apalagi jika tidak ditangani dengan baik sanitasi lingkungannya.
Contoh dari dampak lingkungan yang terjadi yaitu adanya timbulan sampah.
Sampah merupakan tempat yang disukai oleh vektor lalat maupun tikus. Lalat
merupakan binatang vektor yang dapat menularkan diare. Jika banyak tibulan
sampah, maka kepadatan vektor akan bertambah dan akan lebih mudah
menularkan diare kepada masyarakat.
- ISPA
Pasca pembangunan gedung ini bisa diperkirakan penderita ISPA akan
meningkat hal ini bertambahnya jumlah kendaraan bermotor akan
mempengaruhi kualitas udara yang ada disekitar kawasan tersebut. Hal ini kan
memicu peningkatan penyakit ISPA.
- DBD
Pasca pembangunan diperkirakan kasus DBD juga meningkat meskipun angka
kesakitannya tidak ditemukan di sekitar masyarakat Bangkong-Bantardowo. Hal
ini dikarenakan pembabatan vegetasi darat dan perubahan ekologi sebagai
tempat bersarang nyamuk hilang akibat pembangunan, sehingga nyamuk ini
mencari lingkungan baru untuk perkembangannya.

Anda mungkin juga menyukai